PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai
melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan
negara yang penduduknya hidup dalam lingkungan yang sehat dengan
perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Indonesia.
Sampai saat ini, bangsa Indonesia masih tetap berjuang
memerangi berbagai macam penyakit infeksi dan kurang gizi yang saling
berinteraksi sama lain, yang menjadikan tingkat kesehatan masyarakat
Indonesia tidak kunjung meningkat secara signifikan. Oleh karena itu
semua pihak, baik pemerintah, suasta, lembaga pendidikan maupun
masyarakat harus bekerja cerdik dan memperkuat networking untuk
menuntaskan masalah kesehatan.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia
yang merupakan sebuah institusi pendidikan kesehatan, mempunyai
komitmen moral untuk mendukung pencapaian Indonesia Sehat melalui
proses pembelajaran di masyarakat dengan kegiatan Pengalaman
Belajar Lapangan (PBL), yang akan dilakukan melalui upaya
pemberdayaan masyarakat dengan cara pembelajaran yang
terorganisasi dengan baik melalui proses fasilitasi dan pendampingan
kepada masyarakat dalam rangka mengantar masyarakat untuk mampu
mandiri, dan kemudian dilepas untuk mandiri, meskipun dari jauh tetap
dipantau agar tidak jatuh lagi, yang dilakukan dengan melalui
pemeliharaan semangat, kondisi dan kemampuan secara terus-menerus
supaya tidak mengalami kemunduran.
Pendampingan merupakan kegiatan untuk membantu individu
maupun kelompok yang berangkat dari kebutuhan dan kemampuan
kelompok yang didampingi dengan mengembangkan proses interaksi
dan komunikasi dari, oleh dan untuk anggota kelompok serta
mengembangkan kesetiakawanan dan solidaritas kelompok dalam
rangka tumbuhnya kesadaran sebagai manusia yang utuh, sehingga
dapat berperan dalam kehidupan masyarakat sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki.
Kegiatan pendampingan dan fasilitasi sebagai upaya
pemberdayaan masyarakat diarahkan kepada: (a) pengidentifikasian
masalah dan sumber daya; (b) diagnosis dan perumusan pemecahan
masalah; (c) penetapan dan pelaksanaan pemecahan; (d) pemantauan
dan evaluasi program.
Mahasiswa FKM UMI hadir sebagai change agent di masyarakat
yang akan melakukan pendampingan dengan memberikan alternatif,
saran, dan bantuan konsultatif (peran konsultatif dan partisipatif)
terhadap masalah kesehatan yang dialami oleh masyarakat dengan
melakukan kemitraan dengan instansi setempat untuk mendukung
proses pelaksanaan pembelajaran di masyarakat. Sehingga dengan
demikian jika dirinci peran mahasiswa sebagai pendamping di
masyarakat adalah: (a) peran motivator yaitu menyadarkan dan
mendorong kelompok untuk mengenali potensi dan masalahnya, dan
dapat mengembangkan potensinya untuk memecahkan permasalahan
yang dialami oleh masyarakat: (b) peran fasilitator yakni bertanggung
jawab untuk menciptakan, mengkondisikan iklim kelompok yang
harmonis, serta memfasilitasi terjadinya proses saling belajar dalam
kelompok; (c) peran katalisator melakukan aktivitas sebagai penghubung
antara kelompok pendampingan dengan lembaga di luar kelompok
maupun lembaga tekhnis lainnya, dalam rangka pengembangan jaringan.
Peran-peran pendamping tersebut hanya akan dapat dilakukan secara
maksimal jika pendamping memahami kelompok yang didampinginya,
karena itu pendamping yang diupayaka dapat hadir di tengah mereka,
hidup bersama mereka, belajar dari apa yang mereka miliki, mengajar
dari apa yang mereka ketahui, dan bekerja sambil belajar.
Untuk pertama kalinya FKM UMI, akan mencoba melaksanakan
PBL denagn melakukan pendampingan masyarakat yang berbasis
wilayah perkotaan, dengan memilih suatu wilayah sebagai lab site dari
semua kegiatan FKM berbasis masyarakat. Sehingga diharapkan
dukungan semua pihak (pemerintah dan masyarakat) untuk mewujudkan
program pembelajaran FKM UMI di masyarakat dalam rangka
membangun kesehatan masyarakat yang syarat sebagai suatu investasi
yang sangat berharga untuk masa depan bangsa.
3. Pelayanan Kesehatan
Penduduk RW 3 Pekoteran pada umumnya sebagian
masyarakat sadar akan keberadaan PUSKESMAS/PUSTU sebagai
pelaksana pelayanan berbasis kesehatan, tetapi masih ada sebagian
masyarakatnya yang lebih memilih untuk memeriksakan
kesehatannya ke rumah ibu Bidan.
Ditinjau dari pelayanan kesehatan pada PUSKESMAS/PUSTU
di RW 3 Pekoteran belum cukup memadai karena Tenaga Kesehatan
yang masih kurang profesional dibidangnya serta tidak didukung oleh
sarana kesehatan (Hasil observasi , 2011).
4. Hereditas atau Genetika
Penyakit yang disebabkan oleh faktor keturunan atau
hereditas Penduduk RW 3 Pekoteran tidak ada.
BAB III
METODE DAN PENDEKATAN
3.1. Kegiatan PBL
3.1.1. Kegiatan Pokok
1. Tiba di lokasi PBL I, dan dilanjutkan silaturahmi dan sosialisasi
dengan tokoh masyarakat, tokoh agama, dan aparat desa yang
dilakukan pada hari pertama. Sekaligus melakukan observasi
langsung mengenai pembagian wilayah kerja per individu dalam
satu RT.
2. Pengumpulan data rumah tangga dan individu dengan
menggunakan kuisioner dilakukan mulai pada hari ketiga (4
Februari 2012).
3. Editing dan pengolahan data dilakukan selama 5 hari pada hari
sabtu (5 - 8 Februari 2012) di lokasi PBL hingga pembuatan
laporan.
3.4. Populasi
Berdasarkan pendataan awal, yang berasal dari Kantor Kelurahan
Anrong Appaka menyebutkan bahwa jumlah penduduk yang ada pada
RW V/Parang-Parang adalah sebanyak 585 jiwa dengan jumlah Rumah
Tangga sebanyak 121 KK.
4 Pendidikan
1. Tidak pernah sekolah 14 2,4
2. Tidak tamat SD/MI 55 9,4
3. Tamat SD/MI 279 47,7
4. SMP/MTs/sederajat 77 13,2
5. SMA/MA/sederajat 68 11,6
6. Diploma I/II/III 4 0,7
7. Universitas/Diploma IV 3 0,5
85 14,5
8. Belum sekolah
Sumber : Data Primer, Februari 2011
Interpretasi :
Berdasarkan tabel 1 (Distribusi Responden
Berdasarkan Karakteristik Rumah Tangga) diketahui bahwa
sebagian besar jumlah anggota rumah tangga (ART) dari
setiap kepala keluarga (KK) yang berjumlah > 5 orang adalah
65 (53,7 %). Untuk kelompok umur yang tertinggi yaitu
kelompok umur 5-6 tahun sebanyak 169 (28,8 %), dan yang
terendah yaitu kelompok umur 5-6 tahun dan kelompok umur
> 59 tahun berjumlah 21 (3,6 %).
Variable jenis kelamin diketahui bahwa perempuan
lebih banyak dengan jumlah 293 (50,1 %).
Untuk pendidikan diketahui bahwa sebagian besar
masyarakatnya tamat SD/MI sebanyak 279 (47,7 %),
sedangkan yang terendah yaitu Universitas/Diploma IV ialah
sebanyak 3 orang (0,5).
Lanjutan Tabel 3
Tabel 4
Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi Kesehatan Lingkungan
RumahTangga Di RW 3 pekoterang Desa Buntu Matabbing Kec.
Larompong Kab. Luwu
2012
No. Variabel (n= 121) 100 %
1. Kepemilikan Jamban
1. Ya 48 39,7
2. Tidak 73 60,3
Lanjutan Tabel 4
Lanjutan Tabel 4
Table 5
Distribusi Responden Berdasarkan Pengeluaran Rumah Tangga
Di RW 3 pekoterang Desa Buntu Matabbing Kec. Larompong Kab. Luwu
2012
No. Variabel (n=121) 100 %
I 1. Beras/ Gandum/ Jagung 121 100
2. Umbi-umbian 66 54,5
3. Ikan 118 97,5
4. Daging 12 9,9
5. Telur dan Susu 98 80,1
6. Sayur-sayuran 113 93,4
7. Kacang-kacangan 47 38,8
8. Buah-buahan 77 63,6
9. Minyak dan Lemak 115 95,0
10.Minuman 17 14,0
11. Rempah-rempah (bumbu) 109 90,1
12.Makanan Bayi (susu, Makanan 10 8,3
tambahan 20 16,5
13. Konsumsi bahan makanan lain 33 27,3
14. Makanan Olahan 32 26,4
15. Tembakau dan sirih
Variabel (n=121) 100 %
Sub total pengeluaran (1-15)
1. < Rp. 905.000 1 0,8
2. ≥ Rp. 905.000 120 99,2
Lanjutan Tabel 5
Lanjutan Tabel 9
4. Jenis sayuran yang saring dikonsumsi
1. Sayuran yang berwarna hijau 66 54,5
(kangkung, bayam, dsb)
2. Sayuran yang berwarna kekuningan 2 1,7
(wortel, labu dsb)
3. Sayuran tidak berwarna 2 1,7
4. Lainnya :
sayuran yang berwarna hijau 3 2,5
dengan berwarna kekuningan
sayuran berwarna hijau 10 8,3
dengan tidak berwarna
sayuran berwarna kekuningan 2 1,7
dengan tidak berwarna
sayuran berwarna 36 29,8
hijau,kekuningan dan tidak
berwarna
Lanjutan Tabel 10
3. Terdaftar sebagai jaminan pemeliharaan
kesehatan/asuransi kesehatan
1. Ya 86 71,1
2. Tidak 35 28,9
Sumber : Data Primer, Februari 2011
Interpretasi :
Berdasarkan tabel 10 (Distribusi Responden
Berdasarkan Pencarian Pengobatan Rumah Tangga)
diketahui bahwa rata-rata ada anggota keluarga yang sakit
dalam sebulan terakhir (kecuali balita) yaitu sebanyak 65
(53,7 %), dan sebagian besar memilih puskesmas/pustu
sebagai tempat penggobatan anggota keluarga yang sakit
sebanyak 75 (62,0 %). Dan rata-rata sudah terdaftar sebagai
jaminan pemeliharaan kesehatan/asuransi kesehatan
sebanyak 86 (71,1 %).
BAB V
PEMBAHASAN
1.1 Data Kuantitatif Rumah Tangga
1.1.1 Karakteristik Rumah Tangga
Indikator dari karakteristik rumah tangga adalah
kependudukan di RW 3 pekoterang yang memiliki jumlah anggota
keluarga untuk setiap kepala rumah tangga (KK) lebih dari 5 orang.
Indikator pendidikan pada karakteristik rumah tangga yaitu
sebagaimana yang diungkapkan Daoed Joesoef tentang
pentingnya suatu pendidikan : "Pendidikan merupakan segala
bidang penghidupan, dalam memilih dan membina hidup yang
baik, yang sesuai dengan martabat manusia". Dan tentulah dari
pernyataan tersebut kita bisa mengambil kesimpulan bahwa
pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan tidak bisa
lepas dari kehidupan. Sudah menjadi suatu rahasia umum bahwa
maju atau tidaknya suatu negara di pengaruhi oleh faktor
pendidikan. Begitu pentingnya pendidikan, sehingga suatu bangsa
dapat diukur apakah bangsa itu maju atau mundur, karna seperti
yang kita ketahui bahwa suatu pendidikan tentunya akan mencetak
Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas baik dari segi
spritual, intelegensi dan skill dan pendidikan merupakan proses
mencetak generasi penerus bangsa. Apabila output dari proses
pendidikan ini gagal maka sulit dibayangkan bagaimana dapat
mencapai kemajuan. Bagi suatu bangsa yang ingin maju, pendidik
harus dipandang sebagai sebuah kebutuhan sama halnya dengan
kebutuhan-kebutuhan lainnya. Maka tentunya peningkatan mutu
pendidikan juga berpengaruh terhadap perkembangan suatu
bangsa. Faktor pendidikan menjadi salah satu kendala di RW 3
pekoterang, yaitu minimnya pendidikan disana yang mayoritas
tamatan SD/MI sekitar 279 orang dari 585 orang penduduk yang
terdapat di RW 3 pekoterang.
6.1 Kesimpulan
1. Faktor pendidikan menjadi salah satu kendala di RW 3 Pekoterang,
yaitu minimnya pendidikan disana yang mayoritas tamatan SD/MI
sekitar 279 orang dari 585 orang penduduk yang terdapat di RW 3
pekoterang.
2. Keadaan berdasarkan hasil pendataan menunjukkan bahwa kondisi
perumahan dan lingkungan di RW 3 Pekoterang Desa Buntu
Matabbing masih belum memenuhi syarat kesehatan, yaitu kurang
tersedianya sanitasi BAB yang memadai, ketersediaan air bersih
(kebanyakan menggunakan PAH saja), serta pembuangan limbah
sebagian besar dialirkan ke sekitar rumah.
3. Ketersediaan sarana kesehatan di Desa Buntu Matabbing belum
cukup memadai. Begitu pula untuk tenaga kesehatan dan paramedis
di RW 3 Pekoterang menyebabkan pelayanan kesehatan
masyarakat belum optimal. Sarana kesehatan yang ada di Desa
Buntu Matabbing diantaranya Puskesmas dan Puskesmas
Pembantu.
4. Kurangnya kesadaran masyarakat setempat dalam memperhatikan
pola hidup bersih dan sehat di RW 3 Pekoterang.
5. Sebagian besar masyarakat di RW 3 Pekoterang telah memiliki
asuransi kesehatan/ jaminan pemeliharaan kesehatan. Dengan
begitu dapat mempermudah masyarakat setempat dalam
mendapatkan pelayanan dengan biaya yang tidak terlalu mahal.
6.2 Saran
1. Diharapkan adanya kerjasama antara masyarakat Kelurahan Anrong
Appaka dan pemerintah setempat khususnya petugas kesehatan
dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan serta memecahkan
permasalahan-permasalahan yang ada.
2. Masalah kesehatan dan lingkungan merupakan masalah yang
kompleks dan merupakan masalah kita bersama. Jadi perlu adanya
kerjasama antara masyarakat, pemerintah, akademisi kesehatan
serta stake holder.
3. Perlunya diadakan penyuluhan secara intensif dan kontinyu
mengenai sanitasi lingkungan. Hal yang paling penting adalah
adanya kerjasama dengan stake holder sebab perilaku masyarakat
yang membuang sampah di sekitar rumah tidak hanya disebabakan
oleh ketidaksadaran masyarakat tetapi karena tidak adanya tempat
pembuangan sampah yang tersedia.
DAFTAR PUSTAKA