Anda di halaman 1dari 29

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt yg telah memberikan rahmat pada kita
semua sehingga kita bisa menyelesaikan tugas makalah Keperawatan Anak 1
dengan tema “Meningitis pada anak”. Shalawat serta salam kita panjatkan kepada
Nabi junjungan kita Nabi Muhammad saw yg akan memberikan syafaat di akhirat
kelak.

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman pada pembaca.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Karena keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman kami,kami yakin masih banyak kekurangan
dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca untuk membangun kesempurnaan makalah ini.

Ungaran, 01 Oktober 2017

1
DAFTAR ISI

Kata pengantar .........................................................................................................1

Daftar isi ...................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................3

A. Latar belakang ..............................................................................................3

B. Rumusan masalah.........................................................................................4

C. Tujuan ..........................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................5

A. Definisi meningitis .......................................................................................5


B. Etiologi meningitis ......................................................................................5
C. Manifestasi klinis meningitis .......................................................................7
D. Klasifikasi meningitis ..................................................................................9
E. Patofisiologi meningitis ............................................................................11
F. Komplikasi meningitis ..............................................................................14
G. Pencegahan meningitis ..............................................................................14
H. Pemeriksaan penunjang meningitis ...........................................................15
I. Penatalaksanaan meningitis .......................................................................17
J. Asuhan keperawatan .................................................................................20

BAB III PENUTUP ...............................................................................................28

A. Simpulan .....................................................................................................28

B. Saran ............................................................................................................28

Daftar pustaka ........................................................................................................29

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Meningitis merupakan infeksi sistem saraf pusat (SSP), terutama


menyerang anak usia < 2 tahun, dengan puncak angka kejadian pada usia 6-18 bulan
(Novariani et al., 2008). Penyakit ini diperkirakan mencapai 1,2 juta kasus tiap
tahunnya dengan tingkat mortalitas pasien berkisar antara 2% - 30% di seluruh
dunia. Meningitis adalah inflamasi yang terjadi pada meningens, suatu membran
yang menyelimuti otak dan spinal cord (sumsum tulang belakang). Meningitis dapat
terjadi karena infeksi bakteri, virus, fungi, juga karena kejadian noninfeksi seperti
inflamasi karena pengobatan, cochlear implant, atau keganasan.

Meningitis ini gangguan yang sangat serius yang terus memiliki insidensi
mortalitas dan morbiditas signifikan. Kedaruratan medis dengan kebutuhan segera
terhadap diagnosis yang cepat dan pemberian antibiotik yang tepat, serta tindakan
suportif. Indeks kecurigaan yang tinggi harus selalu dipertahankan bila menemukan
anak yang febris atau anak yang mengalami perubahan status mental karena
beberapa jam pertama perawatan akan memberikan perbedaan sangat penting
dalam prognosis. (Jay Tureen, 2006)

Infeksi pneumokokus lebih sering terjadi pada anak dibanding orang


dewasa karena tubuh anak belum bisa memproduksi antibodi yang dapat melawan
bakteri tersebut.
Sebanyak 50 persen pasien meningitis yang berhasil sembuh biasanya
menderita kerusakan otak permanen yang berdampak pada kehilangan
pendengaran, kelumpuhan, atau keterbelakangan mental. Komplikasi penyakit
tersebut akan timbul secara perlahan dan semakin parah setelah beberapa bulan.

3
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari meningitis?
2. Apa saja etiologi yang menyebabkan meningitis pada anak?
3. Apa saja manifestasi klinis yang biasanya muncul pada penyakit
meningitis anak ?
4. Apa saja klasifikasi dari meningitis ?
5. Bagaimana patofisiologi terjadinya meningitis pada anak?
6. Apa saja komplikasi yang terjadi pada meningitis anak ?
7. Apa saja pencegahan yang dilakukan meningitis pada anak ?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang penyakit meningitis pada anak ?
9. Bagaimana penatalaksanaan penyakit meningitis pada anak ?
10. Bagaimana asuhan keperawatan pada anak ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi meningitis
2. Untuk mengetahui etiologi yang menyebabkan meningitis pada anak
3. Untuk mengetahui apa saja manifestasi klinis yang biasanya muncul
pada penyakit meningitis anak
4. Untuk mengetahui apa saja klasifikasi dari meningitis
5. Untuk mengetahui patofisiologi terjadinya meningitis pada anak
6. Untuk menetahui apa saja komplikasi yang terjadi pada meningitis anak
7. Untuk apa saja pencegahan yang dilakukan meningitis pada anak
8. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang penyakit meningitis
pada anak
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan penyakit meningitis pada anak
10. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada anak

4
BAB 11
PEMBAHASAN

A. Definisi
Meningitis adalah suatu infeksi/peradangan dari meninges,lapisan
yang tipis/encer yang mengepung otak dan jaringan saraf dalam tulang
punggung, disebabkan oleh bakteri, virus, riketsia, atau protozoa, yang
dapat terjadi secara akut dan kronis. (Harsono, 2003)
Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meningen, yaitu
membran atau selaput yang melapisi otak dan medulla spinalis, dapat
disebabkan berbagai organisme seperti virus, bakteri ataupun jamur yang
menyebar masuk ke dalam darah dan berpindah ke dalam cairan otak.
Meningitis mwerupakan radang pada meningen (membran yang
mengelilingi otak dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri
atau organ-organ jamur (Smeltzer, 2001).
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan
serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada
sistem saraf pusat (Suriadi, 2001)

B. Etiologi
a. Bakteri
Penyebab utama meningitis bakteri pada bayi baru lahir adalah
streptokokus grup B bacilus enterik gram negatif, seperti eschericia coli, dan
listeria monocytogenes (Centers for Disease Control and prevention, 2009).
Pada anak, agen utama yang menyebabkan meningitis bakteri adalah Neisseria
meningitidis dan Sterptococus pneumonia (Centers for Disease Control and
prevention, 2010a).
Organisme penyebab meningitis bakteri pada anak terbagi atas beberapa
golongan umur, yaitu:
- Neonatus: Escherichia coli, Streptococcus beta hemolitikus, Listeria
monocytogenesis.

5
- Anak di bawah 4 tahun: Haemophilus influenza, Meningococcus,
Pneumococcus.
- Anak di atas 4 tahun dan orang dewasa: Meningococcus, Pneumococcus.

PENYEBAB UMUM MENINGITIS PADA BERBAGAI KELOMPOK


USIA
Organisme penyebab Kelompok pasien
Eschericia coli Bayi baru lahir dan bayi
Streptococcus grup B Bayi berusia kurang dari 1 bulan
Haemophilus influenzae tipe B Bayi berusia 3 bulan hingga usia 6
tahun, biasanya antara usia 6 dan 9
bulan
Streptococcus pneumoniae Anak usia lebih dari 3 bulan dan
individu dewasa
Neisseria meningitides Anak usia lebih dari 3 bulan dan
individu dewasa

b. Virus
Enterovirus, seperti ekovirus dan koksakivirus, menyebabkan banyak
kasus meningitis aseptik. Virus yang lebih jarang menyebabkan
meningitis antara lain, gondong, virus herpes, HIV, campak, varisela,
dan polio. Virus : Toxoplasma Gondhi, Ricketsia.
c. Jamur yang paling sering adalah meningitis cryptococcal akibat
Cryptococcus neoformans.
d. Parasit sebagai penyebab akan dipikirkan apabila terdapat dominasi
eosinofil (suatu jenis sel darah putih) dalam likuor serebrospinalis
(LCS). Parasit yang paling sering dijumpai adalah Angiostrongylus
cantonensis, Gnathostoma spinigerum, Schistosoma, demikian pula
kondisi cysticercosis, toxocariasis, baylisascariasis, paragonimiasis.
e. Non-Infeksi

6
Meningitis dapat timbul akibat beberapa penyebab non-infeksi:
penyebaran kanker pada meningen (meningitis neoplastik atau ganas),
dan obat-obatan tertentu (utamanya obat anti-inflamasi nonsteroid,
antibiotik dan imunoglobulin intravena). Meningitis juga dapat
disebabkan oleh beberapa radang, seperti sarkoidosis (yang kemudian
disebut neurosarkoidosis), kelainan jaringan ikat seperti lupus
eritematosus sistemik, dan bentuk tertentu seperti vaskulitis (kondisi
radang pada dinding pembuluh darah), seperti penyakit Behçet. Kista
epidermoid dan kista dermoid dapat menyebabkan meningitis dengan
melepaskan iritan ke dalam daerah subarachnoid. Meningitis Mollaret
merupakan sindrom episode berulangnya meningitis aseptik; yang
diduga disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe 2. Walaupun jarang
terjadi, migrain dapat menyebabkan meningitis, tetapi diagnosis ini
biasanya hanya ditegakkan apabila penyebab lainnya telah disingkirkan.

C. Manifestasi Klinis
Trias klasik gejala meningitis adalah demam, sakit kepala, dan kaku kuduk.
Namun, pada anak dibawah usia dua tahun, kaku kuduk atau tanda iritasi
meningen lain mungkin tidak ditemui. Perubahan tingkat kesadaran lazim
terjadi dan ditemukan pada hingga 90% pasien (Jay Tureen).
1. Anak dan Remaja
a. Awitan biasanya tiba-tiba
b. Demam
c. Mengigil
d. Sakit kepala
e. Muntah
f. Perubahan pada sensorium
g. Kejang (seringkali merupakan tanda-tanda awal )
h. Peka rangsang
i. Agitasi
j. Dapat terjadi: Fotofobia, delirium, halusinasi, perilaku agresif atau

7
maniak, mengantuk, stupor, koma.
k. Kekakuan nukal, dapat berlanjut menjadi opistotonus
l. Tanda Kernig dan Brudzinski positif
m. Hiperaktif tetapi respons refleks bervariasi
n. Tanda dan gejala bersifat khas untuk setiap organisme:
- Ruam ptekial atau purpurik (infeksi meningokokal), terutama
bila berhubungan dengan status seperti syok.
- Keterlibatan sendi (infeksi meningokokal dan H. influenzae
- Drain telinga kronis (meningitis pneumokokal
2. Bayi dan Anak Kecil
Gambaran klasik jarang terlihat pada anak-anak antara usia 3 bulan
hingga 2 tahun :
a. Muntah
b. Peka rangsangan yang nyata
c. Sering kejang (seringkali disertai dengan menangis nada tinggi)
d. Fontanel menonjol
e. Kaku kuduk dapat terjadi dapat juga tidak
f. Tanda Brudzinski dan Kernig bersifat tidak membantu dalam
diagnosa
g. Sulit untuk dimunculkan dan dievaluasi dalam kelompok usia
h. Empihema subdural (infeksi Haemophilus influenza)
3. Neonatus
Tanda-tanda Spesifik :
a. Secara khusus sulit untuk didiagnosa
b. Manifestasi tidak jelas dan tidak spesifik
c. Baik pada saat lahir tetapi mulai terlihat menyedihkan dan
berperilaku buruk dalam beberapa hari
d. Menolak untuk makan
e. Kemampuan menghisap buruk
f. Muntah atau diare
g. Tonus buruk

8
h. Kurang gerakan
i. Menangis buruk
j. Fontanel penuh, tegang, dan menonjol dapat terlihat pada akhir
perjalanan penyakit
k. Leher biasanya lemas

Tanda-Tanda Nonspesifik yang Mungkin Terjadi pada Neonatus :


a. Hipotermia atau demam (tergantung pada maturitas bayi)
b. Ikterik
c. Peka rangsang
d. Mengantuk
e. Kejang
f. Ketidakteraturan pernapasan atau apnea
g. Sianosis
h. Penurunan berat badan
(Donna L. Wong, 2012)

D. Klasifikasi
Tipe meningitis :
1. Meningitis Kriptikokus
Adalah meningitis yang disebabkan oleh jamur kriptokokus.
Jamur ini bisa masuk ke tubuh kita saat kita menghirup debu atau
tahi burung yang kering. Kriptokokus ini dapat menginfeksikan
kulit, paru, dan bagian tubuh lain. Meningitis Kriptokokus ini
paling sering terjadi pada orang dengan CD4 di bawah 100.
Diagnosis :
Darah atau cairan sumsum tulang belakang dapat dites untuk
kriptokokus dengan dua cara. Tes yang disebut ‘CRAG’ mencari
antigen ( sebuah protein) yang dibuat oleh kriptokokus. Tes
‘biakan’ mencoba menumbuhkan jamur kriptokokus dari contoh
cairan. Tes CRAG cepat dilakukan dan dapat memberi hasi pada

9
hari yang sama. Tes biakan membutuhkan waktu satu minggu
atau lebih untuk menunjukkan hasil positif. Cairan sumsum
tulang belakang juga dapat dites secara cepat bila diwarnai
dengan tinta India. (Yayasan Spiritia., 2006)
2. Viral meningitis
Termasuk penyakit ringan, gejalanya mirip dengan sakit flu
biasa, dan umumnya si penderita dapat sembuh sendiri. Frekuensi
viral meningitis biasanya meningkat di musim panas karena pada
saat itu orang lebih sering terpapar agen pengantar virus. Banyak
virus yang bisa menyebabkan viral meningitis. Antara lainvirus
herpes dan virus penyebab flu perut. (Anonim., 2007). Viral
meningitis juga disebut meningitis aseptik merupakan tipe paling
umum meningitis, dan sebagian besar anak yang mengalami
meningitis aseptik berusia kurang dari 5 tahun (Centers for Disease
Control and prevention, 2010a). Jika dapat diindentifikasi,
organisme penyebab biasanya virus. Meningitis virus adalah infeksi
pada meningen; cenderung jinak dan bisa sembuh sendiri. Virus
biasanya bereplikasi sendiri di tempat terjadinya infeksi awal
(misalnya sistem nasofaring dan saluran cerna) dan kemudian
menyebar ke sistem saraf pusat melalui sistem vaskuler.
3. Bacterial meningitis
Disebabkan oleh bakteri tertentu dan merupakan penyakit yang
serius. Salah satu bakterinya adalah meningococcal bacteria
Gejalanya seperti timbul bercak kemerahan atau kecoklatan
pada kulit. Bercak ini akan berkembang menjadi memar
yang mengurangi suplai darah ke organ-organ lain dalam tubuh
dapat berakibat fatal dan menyebabkan kematian. (Anonim.,
2007). Meningitis bakteri merupakan infeksi meningen, lapisan
yang melingkupi otak medula spinalis. Meningitis bakteri
merupakan penyakit serius pada anak dan dapat mengakibatkan

10
kerusakan otak, kerusakan saraf, tuli, stroke, dan bahkan kematian.
Meningitis bakteri harus dikaji dan ditangani segera.
4. Meningitis Tuberkulosis Generalisata
Gejala : demam, mudah kesal, obstipasi, muntah- muntah,
ditemukan tanda-tanda perangsangan meningen seperti kaku
kuduk, suhu badan naik turun, nadi sangat labil/lambat,
hipertensi umum, abdomen tampak mencekung, gangguan saraf
otak. Penyebab : kuman mikobakterium tuberkulosa varian hominis.
Diagnosis : Meningitis Tuberkulosis dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan cairan otak, darah, radiologi, test tuberkulin.
(Harsono., 2003)
5. Meningitis Purulenta
Gejala : demam tinggi, menggigil, nyeri kepala yang terus-
menerus, kaku kuduk, kesadaran menurun, mual dan muntah,
hilangnya nafsumakan, kelemahan umum, rasa nyeri pada
punggung serta sendi. Penyebab : Diplococcus pneumoniae
(pneumokok), Neisseria meningitidis (meningokok), Stretococcus
haemolyticus, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae,
Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Pneudomonas aeruginosa.

E. Patofisiologi

Bakteri yang umumnya menyebabkan meningitis adalah patogen di


nasofaring, dimana faktor predisposisi seperti infeksi saluran nafas bagian
atas harus ada sebelum bakteri beredar dalam darah. Meningitis bakteri juga
dapat muncul akibat infeksi telinga, gigi, atau paraspinal (akibat trauma atau
neurosurgery yang merusak barrier anatomis) (McCance dan Hueter, 2006).
Pada saat patogen memasuki sistem saraf pusat melalui plexus choroideus
atau area dengan perubahan sawar darah otak, terjadi peristiwa yang
bertahap, diawali dengan bermultiplikasinya bakteri di ruang subarachnoid
(McCance dan Hueter, 2006). Adanya komponen dinding sel bakteri
memicu produksi sitokin termasuk interleukin-1, tumor nekrosis faktor, dan

11
prostaglandin E2, yang memicu peningkatan aliran darah ke otak. Sitokin
juga mengubah permeabilitas sawar darah otak dengan cara mengganggu
integritas tight junction sehingga menyebabkan terjadinya edema cerebral.

Peningkatan tekanan intrakranial menyebabkan peningkatan aliran


darah dan edema sehingga terjadi penurunan perfusi serebral. Organisme
masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di dalam
meningen dan dibawah daerah korteks, yang dapat menyebabkan trombus
dan penurunan aliran darah serebral mengalami gangguan metabolisme
akibat eksudat meningen, vaskulitis, dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat
menyebar sampai dasar otak dan medula spinalis. Radang juga menyebar ke
dinding membran ventrikel serebral. Meningitis bakteri dihubungkan
dengan perubahan fisiologis intrakranial, yang terdiri dari peningkatan
permeabilitas pada darah, daerah pertahanan otak (barier otak), edema
serebral dan peningkatan TIK.

(Pfeiffer dan Avery, 2000)

12
13
F. Komplikasi
1. Hidrosefalus obstruktif
2. Meningococcal septicemia (mengingocemia)
3. Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC, perdarahan adrenal
bilateral)
4. SIADH ( Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone )
5. Efusi subdural
6. Kejang
7. Edema dan herniasi serebral
8. Cerebral palsy
9. Gangguan mental
10. Gangguan belajar
11. Attention deficit disorder

G. Pencegahan
Meningitis bakteri ditularkan melalui kontak dekat dengan droplet
pernapasan dari hidung atau tenggorokan. Individu yang beresiko adalah
mereka yang tinggal bersama anak atau siapapun yang bermain bersama
atau kontak dekat dengan anak tersebut. Profilaksis pascapajanan dan
imunisasi pascapajanan dapat efektif. Tindakan pengendalian dapat
dilakukan pada lingkungan beresiko. Disinfeksi mainan dan benda lain yang
digunakan bersama untuk mengurangi penularan mikroorganisme kepada
individu lain.
Untuk mengurangi infeksi streptokokus grup B pada neonatus,
lakukan skrining pada ibu hamil. Jika hasil skrining positif, berikan
antibiotik intrapartum. Pasien tersedia untuk beberapa organisme penyebab
khusus tetapi pencegahan komplet melalui vaksinasi tidak memungkinkan
pada masa tersebut. Vaksin Hib rutin diberikan sejak usia 2 bulan dan semua
anak harus mendapat imunisasi tersebut untuk terus mengurangi meningitis
bakteri yang disebabkan oleh H.influenzae tipe B. Vaksin pneumokokus
juga rutin diberikan kepada semua anak mulai usia 2 bulan dan harus

14
dipertimbangkan untuk anak prasekolah yang beresiko. Anak yang berisiko
meliputi mereka yang mengalami defisiensi imun; penyakit sel sa bit;
asplenia; penyakit paru; kebocoran CSS; dan transplan organ.
Pada tahun 1990 an, peningkatan dramatis pada insiden meningitis
meningokokus (dan infeksi darah meningokokemia yang sering terjadi)
diantara remaja dan individu dewasa muda terjadi dan N. meningitidis
menjadi salah satu penyebab utama meningitis bakteri (Centers for Disease
Control and prevention, 2010a; MMWR, 2000).
American Academi of Pediatrisc menganjurkan vaksinasi meningikokus
untuk semua anak usia 11 dan 12 tahun; remaja saat masuk sekolah tingkat
atas atau berusia 15 tahun atau manapun yang lebih dahulu, yang
sebelumnya belum mandapat vaksinasi.

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Pungsi Lumbal
Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa jumlah sel dan
protein cairan cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya
peningkatan tekanan intrakranial.
Kontra indikasi fungsi lumbal :
a. Tanda neurologik fokal
b. Gangguan kardiorespirasi
c. Tanda herniasi otak:
1) GCS <8
2) Ukuran dan reaksi pupil yang abnormal (unilateral atau
bilateral)
3) tidak adanya gerakan bola mata seperti pada boneka (dolls
eye movement)
4) Postur tonik
5) Kelainan respirasi (hiperventilasi, pernapasan Cheyne-
Stokes, apnea, henti napas )
6) Papiledema

15
2. Elektrolit, urea, kreatinin, glukosa darah, INR, PTT
3. Kultur darah
Positif pada 40 - 50% penyakit meningokokus, 80 – 90% meningitis
pneumokokus dan H. influenza bila belum mendapat antibiotik.
Meningitis neonatorum : kultur darah postif hanya pada 50% kasus
4. Pemeriksaan LCS
a. Neonatus
1) Leukosit >30 x 106/L, dengan sel PMN >60%
2) Protein LCS >1,7 g/L
3) Rasio glukosa LCS /darah <0,5 – 0,6
4) Adanya mikroorganisme pada pewarnaan gram
5) Aglutinasi lateks untuk Streptococcus grup B
Catatan : Koliform dijumpai dalam LCS 2-3 hari pascaterapi
antibiotik, akan tetapi Streptococuus grup B tidak dijumpai
lagi dalam LCS dalam waktu 8 jam setelah terapi diberikan.
b. Bayi dan Anak
1) Leukosit : 10 x 106/L pada bayi yang sangat muda; >5 x
106/L pada bayi yang lebih tua dan anak, terutama sel PMN
(umumnya leukosit >500 x 106/L)
2) Protein LCS >0,6 g/L
3) Rasio glukosa LCS/glukosa darah <0,4 diperoleh secara
simultan
4) Perubahan seluler dan biokimiawi masih terjadi dalam LCS
selama 44 - 68 jam setelah terapi antibiotik dimulai
5) Kultur LCS dapat bernilai negatif dalam 2 jam
pascaantibiotik parenteral pada meningitis meningokokus
dan 6 jam pascaantibiotik pada meningitis pneumokokus
6) Lakukan PCR untuk N. Meningitidis dan Streptococcus
pneumoniae
5. CT Kepala
a. Penggunaannya terbatas

16
b. Dilakukan bila diagnosis belum pasti dan untuk menyingkirkan
penyebab lain (misalnya : tumor fossa posterior)
c. Singkirkan komplikasi meningitis (misalnya : abses serebri )
d. Keputusan untuk melakukan CT scan tidak boleh menunda pemberian
antibiotik

Catatan : CT scan mungkin normal pada anak yang menunjukkan


tanda-tanda herniasi otak.

I. Penatalaksanaan
1. Panatalaksanaan Medis
a. Terapi antimikroba dugaan pada meningitis bakteri harus terdiri dari
ampisilin, penisilin, sefotaksim, gentamisin, seftriakson,
kloramfenikol, kecuali kalau kemungkinannya stafilokokus yang
merupakan indikasi untuk vankomisin.
b. Uji kerentanan organisme enterik gram-negatif penting karena telah
terjadi resistensi terhadap sefalosporin dan aminoglikosida.
Kebanyakan aminogloikosida yang deberikan lewat rute parenteral
tidak cukup mencapai kadar yang tinggi pada CSS tulang belakang
atau ventrikel untuk menghambat pertumbuhan basil gram-negatif.
Meskipun pemberian aminoglikosida intraventrikular telah
diusulkan sebagai terapi bagi meningitis bakteri gram-negatif dan
ventrikulitas, banyak pakar merekomendasikan kombinasi ampisilin
dan sefalosporin generasi ketiga bagi pengobatan meningitis gram-
negatif neonatus. Sefalosporin tidak boleh digunakan sebagai mono-
terapi empiris karena listeria monocytogenes resisten terhadap
semua sefalosporin.
c. Meningitis dari SGB biasanya berespon dalam waktu 24-48 jam dan
harus diobati selama 14-21 hari. Basil gram-negatif mungkin terus
tumbuh dari sampel CSS ulangan selama 72-96 jam setelah terapi
meskipun penggunaan antibiotik telah tepat. Pengobatan meningitis

17
gram-negatif harus dilanjutkan selama 21 hari atau paling tidak 14
hari setelah bersihnya CSS dari kuman.yang lebih lama neningitis
infeksi karena pseudomonas aeruginosa harus diobati dengan
seltazidim. Metronidazol merupakan pengobatan pilihan infeksi
yang disebabkan oleh B.fragilis. Pemberian antibiotik yang lama,
dengan atau tanpa drainase jarum untuk pengobatan dan diagnosis,
diindikasikan pada abses serebral neonatus. Penatalaksanaan yang
berhasil bergantung pada pemberian antibiotik yang melewati darah
barier otak ke dalam ruang subarakhnoid dalam konsentrasi yang
cukup untuk menghentikan perkembangbiakan bakteri.
d. Jika penyebabnya virus antibiotik dapat dihentikan dan agen
antivirus mulai diberikan. Pengelolaan cairan merupakan hal yang
sangat penting pada pasien meningitis. Pembatasan cairan secara
tidak tepat dapat menimbulkan deplesi volume, yang jika ekstrem,
dapat menuju pada ketidakadekuatan volume sirkulasi. Sebaiknya
cairan mula-mula dibatasi, sementara menunggu pemeriksaan
elektrolit urin dan serum. Selain terapi antibiotik, penelitian klinis
baru-baru ini telah memperlihatkan sejumlah perbaikan pada
keluaran neurologi setelah pemberian terapi kortikosteroid dini
untuk anak dengan meningitis bakteri. Pengobatan meningitis pada
bayi yang lebih tua atau anak harus selama 7 hari untuk N.
meningitidis dan H. Influenzae, dan 10-14 hari untuk S. pneumoniae.
e. Mengontrol kejang
Pemberian anti epilepsy atau anti konvulsan untuk anak yang
kejang-kejang.
Diazepam : 0,5 mg/kg BB/ iv
Fenobarbital : 5-6 mg/kg BB/hari secara oral
Difenilhidantoin : 5-9 mg/kgBB/hari secara oral
f. Bila gelisah diberi sedativ seperti fenobarbital (penenang)
g. Nyeri kepala diatasi dengan analgetik dan Fisioterapi diberikan
untuk mencegah dan mengurangi cacat.

18
h. Hipertermi diturunkan dengan: Kompres, parasetamol, asam
salisilat, pada anak dosisnya 10 mg/kg BB tiap 4 jam secara oral
i. Kenaikan tekanan intra kranial diatasi dengan:
Manitol : Dosisnya 1-1,5 mg/kgBB/iv. Kortikosteroid Biasanya
dipakai dexametason secara iv dengan dosis 10 mg.
j. Bila ada hidrosefalus obstruktif dilakukan operasi pemasangan pirau
(shunting)
k. Efusi subdural pada anak dikeluarkan 25-30 cc setiap hari selama 2-
3 minggu, bila gagal dilakukan operasi.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Perawatan pada saat anak demam:
1) Beri kompres hangat
2) Berikan banyak minum air putih
3) Gunakan pakaian tipisJangan di kerumuni banyak orang
4) Buka jendela untuk memudahkan udara masuk ke ruangan
5) Berikan obat penurun panas sesuai program terapi dokter.
b. Perawatan pada saat anak kejang (rumah)
1) Baringkan anak pada tempat yang rata, kepala di miringkan
dan pasangkan gagang sendok yang dibungkus kain atau
sapu tangan bersih dalam mulutnya. Dengan tujuan untuk
mencegah lidah tergigit.
2) Buka baju anak, longarkan pakaian yang mengganggu
pernapasan.
3) Singkirkan benda-benda di sekitar anak.
4) Jangan memberi minuman atau makanan apapun pada anak
saat kejang.
5) Bila badan panas berikan kompres hangat.
6) Bila dengan tindakan ini kejang belum berhenti atau kondisi
nya semakin parah, segera bawa anak ke dokter atau rumah
sakit.

19
J. Asuhan Keperawatan
 Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan penyakit
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (infeksi)
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna makanan
4. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan
penurunan suplai oksigen ke otak
5. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan sensoriperseptual
 Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Nanda NOC NIC


1. 00007 Setelah dilakukan tindakan 3786
Hipertermi keperawatan selama 3 x 24 Perawatan hipertermi
berhubungan dengan jam diharapkan suhu tubuh Definisi :
penyakit menurun, dengan kriteria Manajemen gejala dan
Definisi : hasil : kondisi yang berhubungan
Suhu inti tubuh diatas 1922 dengan peningkatan suhu
kisaran normal diurnal Kontrol resiko : Hipertermi akibat disfungsi
karena kegagalan Definisi : termoregulasi
termoregulasi. Tindakan individu untuk Aktivitas-aktivitas :
Batasan mengerti, mencegah, -Monitor tanda-tanda vital
karakteristik : mengeliminasi, atau -Monitor suhu tubuh
Letargi, suhu tubuh mengurangi ancaman menggunakan alat yang
tinggi, gelisah, bayi kesehatan yang berkaitan sesuai
tidak dapat dengan suhu tubuh yang -Berikan metode pendinginan
mempertahankan tinggi eksternal (misalnya, kompres
menyusu 20 Mencari informasi terkait dingin pada leher, abdomen,
hipertermi, ditingkatkan dari kulit kepala, ketiak dan
skala 2 ke 5 selakangan serta selimut
dingin) sesuai kebutuhan

20
21 Mengidentifikasi faktor -Basahi permukaan tubuh dan
resiko hipertermia, kipasi pasien
ditingkatkan dari 2 ke 5 -Lakukan pemeriksaan
02 Mengidentifikasi tanda laboratorium
dan gejala hipertermi, -Instruksikan pasien
ditingkatkan dari skala 3 ke mengenai tindakan-tindakan
5 untuk mencegah kondisi sakit
08 Memodifikasi intake yang berhubungan dengan
cairan sesuai kebutuhan, panas (misalnya, mencegah
ditingkatkan dari skala 2 ke terpapar sinar matahari yang
5 berlebihan, cari tempat
13 Melakukan tindakan dimana tersedia AC, dan
mandiri untuk mengontrol pakai pakaian yang tidak
suhu tubuh, ditingkatkan ketat, warna terang dan
dari skala 3 ke 5 ringan)
19 Menyesuaikan suhu -Sediakan atau atur
untuk menghangatkan transportasi ke rumah sakit
tubuh, ditingkatkan dari untuk perawatan lebih lanjut
skala 2 ke 5

2. 00132 Setelah dilakukan tindakan 1400


Nyeri akut keperawatan selama 3 x 24 Manajemen nyeri
berhubungan dengan jam diharapkan kondisi Definisi :
agen cedera biologis nyeri pasien dapat Pengurangan atau reduksi
(infeksi) berkurang, dengan kriteria nyeri sampai pada tingkat
Definisi : hasil : kenyamanan yang dapat
Pengalaman sensori 3016 diterima oleh pasien
dan emosional tidak Kepuasan klien : Aktivitas-aktivitas :
menyenangkan yang Manajemen nyeri -Observasi adanya petunjuk
muncul akibat Definisi : nonverbal mengenai
kerusakan jaringan ketidaknyamanan terutama

21
aktual atau potensial Tingkat persepsi positif pada mereka yang tidak dapat
atau yang terhadap perawatan untuk berkomunikasi secara efektif
digambarkan sebagai mengurangi rasa sakit -Lakukan pengkajian nyeri
kerusakan ( 01 Nyeri terkontrol, komprehensif yang meliputi
International ditingkatkan dari skala 3 ke lokasi, karakteristik, durasi,
Association fot the 5 frekuensi, kualitas, intensitas
Study of Pain ), 02 Tingkat nyeri dipantau serta faktor pencetus
awitan yang tiba-tiba secara reguler -Berikan individu penurun
atau lambat dari 03 Efek samping obat nyeri yang optimal dengan
intensitas ringan berat terpantau, ditingkatkan dari peresepan analgesik
dengan akhir yang skala 3 ke 5 -Implementasikan
dapat diantisipasi atau 04 Mengambil tindakan penggunaan pasien trkontrol
diprediksi. untuk mengurangi nyeri, analgesik (PCA) jika sesuai
Batasan ditingkatkan dari skala ke 3 -Ajarkan prinsip-prinsip
karakteristik : ke 5 manajemen nyeri
Wajah meringis, fokus 10 Tindakan-tindakan -Kolaborasi dengan pasien,
pada diri sendiri, preventif digunakan untuk orang terdekat dan tim
gelisah, merengek, manajemen nyeri, kesehatan lainnya untuk
menangis, perubahan ditingkatkan dari skala 3 ke memilih dan
selera makan 5 mengimplementasikan
11 Memberikan informasi tindakan penurun
tentang pembatasan nonfarmakologi sesuai
aktivitas, ditingkatkan dari kebutuhan
skala 3 ke 5
17 Masalah keamanan 1330
ditangani dengan Aromaterapi
penggunaan obat nyeri, Definisi :
ditingkatkan dari skala 3 ke Pemberian minyak esensial
5 melalui pemijatan, salep
topical atau lotion, mandi
inhalasi, douches (alat yang

22
digunakan untuk
memasukkan aliran atau air
ke dalam tubuh untuk alasan
medis), atau kompres
(panas/dingin) untuk
menenangkan dan
menurunkan nyeri,
menyediakan penghilang
nyeri, dan relaksasi dan rasa
nyamam
Aktivitas-aktivitas :
-Dapatkan persetujuan secara
verbal untuk penggunaan
aromaterapi ini
-Monitor tanda-tanda vital
diawal dan setelah dilakukan
aromaterapi dengan cara yang
tepat
-Pilih minyak esensial yang
tepat
-Campurkan minyak esensial
dengan sesuatu yang tepat
untuk mencampurkannya
sebelum penggunaan topikal
-Berikan minyak esensial
dengan menggunakan metode
yang tepat
-Evaluasi dan
dokumentasikan respon
terhadap aromaterapi

23
3. 00002 Setelah dilakukan tindakan 1100
Gangguan nutrisi keperawatan selama 3 x 24 Manajemen nutrisi
kurang dari kebutuhan jam diharapkan kebutuhan Definisi :
ketidakmampuan nutrisi klien dapat terpenuhi, Menyediakan dan
mencerna makanan dengan kriteria hasil : meningkatkan intake nutrisi
Definisi : 1014 yang seimbang
Asuhan nutrisi tidak Nafsu makan Aktivitas-aktivitas :
cukup untuk Definisi : -Identifikasi adanya alergi
memenuhi kebutuhan Keinginan untuk makan atau intoleransi makanan
metabolik 01 Hasrat/keinginan untuk yang dimiliki pasien
Batasan makan, ditingkatkan dari -tentukan status gizi pasien
karakteristik : skala 2 ke 4 dan kemampuan pasien untuk
Gangguan sensasi 05 Energi untuk makan, memenuhi kebutuhan gizi
rasa, kelemahan otot ditingkatkan dari skala 2 ke -Berikan pilihan makanan
untuk menelan, 4 sambil menawarkan
ketidakmampuan 06 Intake makanan, bimbingan terhadap pilihan
memakan makanan, ditingkatkan dari skala 2 ke makanan yang lebih sehat
kurang minat pada 4 -Lakukan atau bantu pasien
makanan 07 Intake nutrisi, terkait dengan perawatan
ditingkatkan dari skala 2 ke mulut sebelum makan
4 -Anjurkan pasien terkait
08 Intake cairan, dengan kebutuhan diet untuk
ditingkatkan dari skala 2 ke kondisi sakit
4 -Anjurkan pasien untuk
09 Rangsangan untuk memantau kalori dan intake
makan, ditingkatkan dari makanan
skala 2 ke 4 -Berikan arahan, jika
1009 diperlukan
Stats nutrisi : Asupan nutrisi
Definisi :

24
Asupan gizi untuk
memenuhi kebutuhan-
kebutuhan metabolik
01 Asupan kalori,
ditingkatkan dari skala 2 ke
4
02 Asupan protein,
ditingkatkan daei skala 2 ke
4
04 Asupan karbohidrat,
ditingkatkan dari skala 2 ke
4
05 Asupan vitamin,
ditingkatkan dari skala 2 ke
4

4. 00201 Setelah dilakukan tindakan 2550


Risiko keperawatan selama 3 x 24 Peningkatan perfusi serebral
ketidakefektifan jam diharapkan suplai Definisi :
perfusi jaringan otak oksigen ke otak dapat Peningkatan perfusi adekuat
berhubungan dengan tercukupi, dengan kriteria dan pembatasan terjadinya
penurunan suplai hasil : komplikasi pada pasien yang
oksigen ke otak 0406 mengalami atau beresiko
Definisi : Perfusi jaringan serebral mengalami perfusi serebral
Rentan mengalami Definisi : yang inadekuat
penurunan sikulasi Kecukupan aliran darah Aktivitas-aktivitas :
jaringan otak yang melalui pembuluh darah -Monitor TIK pasien dan
dapat mengganggu otak untuk mempertahankan respon neurologi terhadap
kesehatan fungsi otak aktivitas keperawatan
Batasan -Monitor intake dan output
karakteristik :

25
Gangguan 02 Tekanan intrakranial, -Monitor parameter
serebrovaskuler, ditingkatkan dari skala 3 ke pengiriman oksigen jaringan
trauma 5 -Monitor MAP, CVP, CPP
13 Tekanan darah sistolik, -Berikan vasopressin sesuai
ditingkatkan dari skala 3 ke petunjuk
5 -Berikan expander volume
14 Tekanan darah diastolik, untuk mempertahankan
ditingkatkan dari skala 3 ke parameter hemodinamika,
5 sesuai yang diperintahkan
03 Sakit kepala, -Konsultasikan dengan dokter
ditingkatkan dari skala 2 ke untuk menentukan parameter
4 hemodinak dan pertahankan
05 Kegelisahan, sesuai yang telah ditentukan
ditingkatkan dari skala 3 ke
5
16 Demam, ditingkatkan
dari skala 2 ke 5
19 Penurunan tingkat
kesadaran, tingkatkan dari
skala 2 ke 4

5. 00085 Setelah dilakukan tindakan 0844


Hambatan mobilitas keperawatan selama 3 x 24 Pengaturan posisi :
fisik berhubungan jam diharapkan kemampuan Neurologis
dengan gangguan pasien untuk bergerak bisa Definisi :
sensoriperseptual lebih meningkat, dengan Pencapaian optimal,
Definisi : kriteria hasil : kesejajaran tubuh yang tepat
Keterbatasan dalam 0208 pada pasien yang mengalami
gerakan fisik atau satu Pergerakan atau beresiko mengalami
atau lrbih ekstremitas Definisi : cedera tilang belakang atau
cedera sinal

26
secara mandiriatau Kemampuan untuk bisa Aktivitas-aktivitas :
terarah bergerak bebas di tempat -Monitor oksigenasi jarigan
Batasan dengan atau tanpa alat bantu otak dan tekanan intrakranial
karakteristik : 01 Keseimbangan, pada pasien kritis selama
Kesulitan membolak- ditigkatkan dari skala 2 ke 4 perubahan posisi
balikkan posisi, 09 Koordinasi, ditingkatkan -Jangan berikan tekanan pada
keterbatasan rentang dari skala 2 ke 4 tubuh yang terganggu
gerak,ketidaknyamana 03 Gerakan otot, -Imobilisasi atau topang
n, penurunan ditingkatkan dari skala 3 ke bagian tubuh yang terganggu
kemampuan untuk 5 dengan tepat
melakukan 02 Kinerja pengaturan -Posisikan kepala dan leher
ketrampilan motorik tubuh, ditingkatkan dari dengan lurus
khusus, penurunan skala 3 ke 5 -Ajarkan anggota keluarga
waktu reaksi 14 Bergerak dengan mudah, untuk mengatur posisi pasien
ditingkatkan dari skala 3 ke dan melakukan ROM secara
5 tepat

27
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Penyakit meningitis merupakan gangguan yang sangat serius yang
terus memiliki insidensi mortalitas dan morbiditas signifikan. Kedaruratan
medis dengan kebutuhan segera terhadap diagnosis yang cepat dan
pemberian antibiotik yang tepat, serta tindakan suportif. Indeks kecurigaan
yang tinggi harus selalu dipertahankan bila menemukan anak yang febris
atau anak yang mengalami perubahan status mental karena beberapa jam
pertama perawatan akan memberikan perbedaan sangat penting dalam
prognosis.

B. Saran

Sebagai tim kesehatan agar lebih bisa meningkatkan pengetahuan


tentang meningitis dan problem solving yang efektif dan juga sebaiknya
kita memberikan informasi atau health education mengenai meningitis
kepada para orang tua anak yang paling utama.

28
DAFTAR PUSTAKA

Rudolph, Abraham M. 2014. Buku Ajar Pediatri Rudolph. Jakarta : EGC

Amina Lazani, suzan schneeweiss. 2011. Kegawatdaruratan Pediatri. Jakarta :


EGC

Behrman, Richard E. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta : EGC

Wong, Donna L. 2012. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC

Suriadi. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta : Sagung Seto


Brough, Hellen, et al.2007. Rujukan Cepat Pediatri dan Kesehatan Anak. Jakarta:
EGC
Suriadi, Rita Yuliani. 2006. Asuhan keperawatan pada Anak. Jakarta : Percetakan
Penebar Swadaya

29

Anda mungkin juga menyukai