Anda di halaman 1dari 23

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada awalnya, istilah sikap di gunakan untuk menunjuk status mental


seseorang. Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari individu,
selalu di arahkan terhadap suatu hal atau objek tertentu dan sifatnya tertutup.
Oleh sebab itu, manifestasi sikap tidak dapat langsung di lihat, namun hanya
dapat di tafsirkan dari tingkah laku yang tertutup tersebut. Di samping sikap yang
bersifat tertutup, sikap juga bersifat sosial, dalam arti bahwa kita hendaknya
dapat beradaptasi dengan orang lain. Sikap menuntun tingkah laku kita sehingga
kita akan bertindak sesuai dengan sikap yang kita ekspresikan. Kesadaran
individu untuk menentukan tingkah laku nyata dan tingkah laku yang mungkin
terjadi itulah yang di namakan sikap.

Individu memiliki sikap terhadap bermacam – macam objek, seperti


benda, orang, peristiwa, pemandangan, norma, nilai, lembaga, dan sebagainya.
Misalnya, sikap positif seorang pasien terhadap perawat yang memberikan
pelayanan keperawatan yang bermutu adalah menaati segala nasihat dari
perawat tersebut. Sifat individu dan sebagian besar masyarakat membenci
tindakan kekerasan yang akhir – akhir ini sering terjadi di masyarakat.

Secara nyata, sikap menunjukkan adanya kesesuaian antar reaksi dan


stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari – hari merupakan reaksi yang
bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap masih merupakan kesiapan
atau kesediaan untuk bertindak, bukan pelaksanaan motif tertentu. Dengan kata
lain, sikap belum merupakan tindakan atau aktivitas, namun merupakan suatu
kecenderungan untuk bertindak terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai
suatu penghayatan terhadap objek tersebut.

1
Selain sikap, manusia, termasuk diri kita dikaruniai pribadi yang sangat
unik, yang memiliki kelebihan dan kekurangan. Selain itu kita juga dikaruniai
kemampuan untuk membangun pribadi sehingga kita dapai mengembangkan
diri. Yang perlu kita kembangkan tentu saja adalah pribadi yang menyenangkan
baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Pribadi yang menyenangkan sangat kita butuhkan untuk membangun


langkah-langkah keberhasilan dalam hidup, baik itu keberhasilan dalam
pekerjaan, bisnis, karier, maupun kekuarga. Sebaliknya, pribadi yang
membosankan yang ”tidak dapat dikenal” orang lain, akan menghadapi kesulitan
dalam mengembangkan diri. Termasuk hambatan dalam mengembangkan
kesuksesan dalam setiap bidang kehidupan. Oleh karena itu, tidak ada pilihan
lain, selain membangun pribadi yang menyenangkan; menyenangkan bagi diri
sendiri, juga bagi orang lain, terutama orang-orang terdekat, rekan kerja, atasan,
klien dan orang-orang yang membutuhkan pertolongan kita.

B. RUMUSAN MASALAH
a. Apa pengertian dari kepribadian dan nilai-nilai
b. Apa saja faktor-faktor penentu kepribadian

C. TUJUAN PENULISAN
a. Mampu memahami pengertian kepribadian dan nilai-nilai
b. Mengetahui Faktor-Faktor Penentu Kepribadian

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KEPRIBADIAN
Kepribadian membentuk prilaku setiap individu. Jadi apabila ingin
memahami dengan lebih baik perilaku seseorang dalam suatu organisasi,
sangatlah berguna jika kita mengetahui sesuatu tentang kepribadiannya.Para
psikolog cenderung mengartikan kepribadian sebagai suatu konsep dinamis yang
mendiskripsikan pertumbuhan dan perkembangan seluruh sistem psikologis
seseorang.Definisi kepribadian yang paling sering digunakan di buat oleh
Gordon Allort. Ia mengatakan bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis
dalam sistem psikofisiologis individu yang menetukan caranya untuk
menyesuaikan diri secara unik terhadap lingkungannya. Kepribadian(personality)
adalah keseluruhan cara dimana seorang individu bereaksi dan berinteraksi
dengan individu lain.
B. FAKTOR-FAKTOR PENENTU KEPRIBADIAN
1. Faktor Keturunan
Terdapat tiga dasar penelitian berbeda yang memberikan sejumlah
kredibiltas terhadap argumen bahwa faktor keturunan memiliki peran penting
dalam menentukan kepribadian seseorang. Dasar pertama terfokus pada
penyokong genetis dan prilaku dan temperamen anak-anak. Dasar kedua
berfokus pada anak-anak yang dipisahkan sejak lahir. Dasar ketiga meneliti
konsistensi kepuasan kerja dari waktu ke waktu dan dalam berbagai situasi.
Penelitian terhadap anak-anak memberikan dukungan yang kuat
terhadap pengaruh dari faktor keturunan. Bukti menunjukan bahwa sifat-sifat
seperti perasaan malu, rasa takut, dan agresif dapat dikaitkan dengan
karakteristik genetis bawaan. Temuan ini mengemukakan bahwa beberapa sifat
kepribadian mungkin dihasilkan dari kode genetis sama yang mempengaruhi
faktor-faktor seperti tinggi badan dan warna rambut.

3
Dukungan tambahan terhadap pentingnya faktor keturunan dapat
ditemukan dalam berbagai penelitian mengenai kepuasan kerja individual.
Kepuasan kerja individual ternyata relatif stabil dari waktu ke waktu. Hasil ini
konsisten dengan apa yang anda harapkan jika kepuasan ditentukan oleh sesuatu
yang menjadi bawaan dalam diri seseorang bila dibandingkan dengan faktor
lingkungan luar. Faktanya, penelitian telah menunujukan bahwa anak-anak
kembar identik yang dibesarkan secara terpisah memiliki tingkat kepuasan kerja
yang sama, meskipun pekerjaan mereka sama sekali berbeda.

2. Faktor Lingkungan
Faktor lain yang memiliki pengaruh cukup besar terhadap pembentukan
karakter kita adalah lingkungan dimana kita tumbuh dan dibesarkan, norma
dalam keluarga, teman-teman dan kelompok sosial, dan pengaruh-pengaruh lain
yang kita alami. Faktor-faktor lingkungan ini memiliki peran dalam membentuk
kepribadian kita.
Ada cara lain dimana lingkungan relevan untuk membentuk kepribadian.
Kepribadian seseorang, meskipun pada umumnya stabil dan konsisten, dapat
berubah tergantung pada situasi yang dihadapinya. Meskipun kita belum mampu
mengembangkan pola klasifikasi yang akurat untuk situasi-situasi ini.
Pertimbangan yang seksama mengenai argumen-argumen yang
mendukung faktor keturunan maupun lingkungan sebagai penentu utama dari
kepribadian seseorang mendorong mendorong kesimpulan bahwa keduanya
adalah penting. Faktor keturunan membekali kita dengan sifat dan kemampuan
bawaan, tetapi potensi penuh kita ditentukan oleh seberapa baik kita
menyesuaiakan diri dengan lingkungan.

C. SIFAT-SIFAT KEPRIBADIAN
Karakteristik yang umumnya melekat dalam diri seorang individu adalah
malu, agresif, patuh, malas, ambisius, setia, dan takut. Karakteristik-karakteristik

4
tersebut, ketika, ditunjukan dalam berbagai situasi, disebut sifat-sifat
kepribadian.
Mengapa sifat-sifat kepribadian menjadi suatu hal yang mendapat
perhatian cukup besar? Jawabannya adalah : para peneliti telah lama meyakini
bahwa sifat-sifat kepribadian dapat membantu proses seleksi karyawan,
menyesuaikan bidang pekerjaan dengan individu, dan memandu keputusan
pengembangan karier.
Terdapat sejumlah upaya awal untuk mengidentifikasi sifat-sifat utama
yang mengatur prilaku. Akan tetapi, seringnya upaya ini sekedar menghasilkan
daftar panjang sifat yang sulit untuk digeneralisasikan dan hanya memberikan
sedikit bimbingan praktis para pembuat organisasional. Dua pengecualian adalah
Myers-Briggs Type Indicator dan Model Lima Besar.
A. Myers-Briggs Type Indicator (MBTI)
MBTI adalah instrumen penilaian kepribadian yang paling sering
digunakan. Instrumen penilaian berisi 100 pertanyaan mengenai bagaimana
individu akan merasa atau bertindak dalam situasi tertentu. Berdasarkan
jawaban-jawaban yang diberikan dalam tes tersebut, individu diklasifikasikan
kedalam karakteristik berikut :
●Ekstraver versus Introver
Individu dengan karakterisrik ekstraver digambarkan sebagai individu
yang ramah, suka bergaul, dan tegas, sedangkan individu dengan karakteristik
introver digambarkan sebagai individu yang pendiam dan pemalu.
●Sensitif versus Intuitif
Individu dengan karakteristik sensitif digambarkan sebagai individu yang
praktis dan lebih menyukai rutinitas dan urutan. Sebaliknya, individu dengan
karakteristik intuitif mengandalkan proses-proses tidak sadar dan melihat
“gambaran umum”
●Pemikiran versus Perasa

5
Individu yang termasuk dalam karakteristik pemikir menggunakan alasan
dan logika untuk menangani berbagai masalah, sedangkan individu dengan
karaktristik perasa mengandalkan nilai-nilai dan emosi pribadi meraka.
●Memahami versus Menilai
Individu yang cenderung memiliki karakteristik memahami menginginkan
kendali dan lebih suka dunia mereka teratur dan terstruktur, sedangkan individu
dengan karakteristik menilai cenderung lebih fleksibel.
Klasifikasi-klasifikasi tersebut kemudian dikombinasikan kedalam 16 tipe
kepribadian. Untuk mengilustrasikan hal ini, kita akan mengambil contoh. Orang-
orang INTJ adalah visioner. Mereka biasanya memiliki ide orisinil dan dorongan
yang kuat untuk mewujudkan ide dan tujuan-tujuan mereka sendiri. Orang-orang
ESTJ adalah organisator. Mereka cenderung relistis, logis, analitis, dan tegas,
serta memiliki jiwa pebisnis atau mekanik alami. Tipe ENTP adalah konseptor.
Mereka cenderung inovatif, individualistis, cakap, dan tertarik dengan ide-ide
wirausaha.
Model Lima Besar
MBTI mungkin kurang memiliki bukti pendukung yang valid, tetapi hal
tersebut tidak berlaku pada model lima faktor kepribadian yang biasanya disebut
Model Lima Besar (Big Five Model).
Faktor-faktor Lima Besar mencakup :
1. Ekstraversi (extraversion).
Dimensi ini mengungkapkan tingkat kenyamanan seseorang dalam
berhubungan dengan individu lain. Individu yang memiliki sifat ekstraversi
cenderung suka hidup berkelompok, tegas dan mudah bersosialisasi. Sebaliknya,
individu yang memiliki sifat introver cenderung suka menyendiri, penakut, dan
pendiam.

2. Mudah akur atau mudah bersepakat (agreeableness)

6
Dimensi ini merujuk pada kecenderungan individu untuk patuh terhadap
individu lainnya. Individu yang sangat mudah bersepakat adalah individu yang
senang bekerja sama, hangat, dan penuh kepercayaan. Sementara itu, individu
yang tidak mudah bersepakat cenderung bersikap dingin, tidak ramah, dan suka
menentang.
3. Sifat berhati-hati (conscientiousness)
Dimensi ini merupakan ukuran kepercayaan. Individu yang sangat
berhati-hati adalah individu yang bertanggung jawab, teratur, dapat diandalkan,
dan gigih. Sebaliknya, individu dengan sifat berhati-hati yang rendah cenderung
mudah bingung, tidak teratur, dan tidak bisa diandalkan.
4. Stabilitas ekonomi (emotional stability)
Sering juga disebut berdasarkan kebalikannya, yaitu neurosis. Dimensi ini
menilai kemampuan seseorang untuk menahan stres. Individu dengan stabilitas
emosi yang positif cenderung tenang, percaya diri, dan yang mempunyai
stabilitas emosi yang postif cenderung tenang, percaya diri, dan memiliki
pendirian teguh. Sementara itu, individu dengan stabilitas emosi yang negatif
cenderung mudah gugup, khawatir, depresi, dan tidak memiliki pendirian yang
teguh.
5. Terbuka terhadap hal-hal baru (openness to experience)
Dimensi ini merupakan dimensi terakhir yang mengelompokan individu
berdasarkan lingkup minat dan ketertarikannya terhadap hal-hal baru. Individu
yang sangat terbuka cenderung kreatif, ingin tahu, dan sensitif terhadap hal-hal
yang bersifat seni. Sebaliknya, mereka yang tidak terbuka cenderung memiliki
sifat konvensional dan merasa nyaman dengan hal-hal telah ada.
Dibandingkan dengan individu dengan karakteristik introver, individu
yang ekstraver cenderung lebih bahagia dalam pekerjaan dan kehidupan mereka
secara keseluruhan. Mereka biasanya memiliki lebih banyak teman dan
menghabiskan lebih banyak waktu untuk bersosialisasi dibandingkan dengan
individu yang introver.

7
D.MENILAI KEPRIBADIAN
Alasan paling penting mengapa manajer perlu mengetahui cara menilai
kepribadian adalah karena penelitian menunjukan bahwa tes-tes kepribadian
sangat berguna dalam membuat keputusan perekrutan. Beberapa manajer ingin
mengetahui cara menilai individu dalam tes kepribadian agar lebih memahami
dan lebih baik dalam mengatur individu yang bekerja dengan mereka.
Terdapat tiga cara utama untuk menilai kepribadian :
A. Survei Mandiri
Survei mandiri-yang diisi sendiri oleh individu adalah cara paling umum
yang digunakan untuk menilai kepribadian. Kekurangan dari survei jenis ini
adalah individu mungkin berbohong atau hanya menunujukan kesan yang baik –
individu tersebut berbohong untuk mendapatkan hasil tes terbaik guna
menciptakan kesan yang baik.
B. Survei Peringkat oleh Pengamat
Survei peringkat oleh pengamat dikembangkan untuk memberikan suatu
penilaian bebas mengenai kepribadian. Meskipun survei mandiri dan survei
peringkat oleh pengamat sangat berkaitan, penelitian ini mengungkap bahwa
survei peringkat oleh pengamat merupakan dasar pertimbangan yang lebih baik
atas keberhasilan suatu pekerjaan.
C. Ukuran Proyeksi
Beberapa contoh ukuran proyeksi adalah Rorschah Inkbolt Test dan
Thematic Apperception Test (TAT). Dengan Rorschah dan TAT, para ahli
kemudian menilai respons-respons tersebut.

8
E. SIFAT KEPRIBADIAN UTAMA YANG MEMPENGARUHI PERILAKU ORGANISASI
Sifat pertama terkait dengan evaluasi inti diri seseorang. Sifat lainnya
adalah machiavellianisme, narsisme, pemantauan diri, berani mengambil resiko,
serta kepribadian proaktif dan tipe A.
A. Evaluasi Inti Diri
Perspektif diri ini merupakan konsep dari evaluasi inti diri (core self-
evaluation). Individu dengan evaluasi inti diri positif menyukai diri mereka
sendiri, menganggap diri mereka efektif, cakap, dan mengendalikan lingkungan
mereka. Sementara itu, individu dengan evaluasi inti diri negatif cenderung tidak
menyukai diri mereka sendiri, meragukan kecakapan mereka, dan menganggap
diri mereka tidak berdaya atas lingkungan mereka. Evaluasi inti diri seorang
individu ditentukan oleh dua elemen utama : harga diri dan lokus kendali.
Harga diri (self-esteem) didefinisikan sebagai tingkat menyukai atau tidak
menyukai diri sendiri dan tingkat sampai mana individu menggap diri mereka
berharga atau tidak berharga sebagai seorang manusia.
Lokus kendali (locus of control) merupakan tingkat dimana individu yakin bahwa
mereka adalah penentu nasib mereka sendiri.
B. Machiavellianisme
Karakterisrik kepribadian Machiavellianisme (Machiavellianism-Mach)
berasal dari nama Niccolo Machiavelli, penulis pada abad keenam belas yang
menulis tentang cara mendapatkan dan menggunakan kekuasaan. Individu
dengan sikap Machiavellianisme tinggi cenderung pragmatis, mempertahankan
jarak emosional, dan yakin bahwa hasil lebih penting dari pada proses.
Sejumlah penelitian mengenai kaitan kepribadian Mach yang tinggi dan
rendah terhadap perilaku tertentu telah dilakukan. Individu dengan karakteristik
Mach yang tinggi melakukan lebih banyak manipulasi, lebih banyak memperoleh
kemenangan, tidak mudah terbujuk, dan lebih banyak membujuk dibandingkan
individu dengan tingkat Mach yang rendah.

9
Namun, tingginya sikap Mach ini dapat diredam oleh faktor-faktor
situasional. Telah ditemukan bahwa individu Mach yang tinggi berkembang baik.
Ketika mereka berinteraksi secara langsung dengan individu lain, bukan secara
tidak langsung. Ketika situasi mempunyai sedikit peraturan, yang memungkinkan
kebebasan improviasi. Dan bila keterlibatan emosional dengan detail-detail yang
tidak relevan dengan keberhasilan menganggu individu Mach yang rendah.
C. Narsisme
Istilah narsis berasal dari mitos Narcissus dari yunani, kisah seorang pria
yanag begitu sombongdan bangga sehingga jatuh cinta terhdap dirinya sendiri.
Dalam psikologi, narsisme (narcissism) mendeskripsikan seseorang yang
mempunyai rasa kepentingan diri yang berlebihan, membutuhkan pengakuan
berlebih, mengutamakan diri sendiri, dan arogan.
Sebuah penelitian mengungkap bahwa ketika individu narsis berpikir
mereka adalah pemimpin yang lebih baik bila dibandingkan rekan-rekan mereka,
atasan mereka, sebenarnya menilai mereka sebagai pemimpin yang lebih buruk.
Individu narsis juga cenderung egois dan eksploitif, dan mereka acap kali
memanfaatkan sikap yang dimilki individu lain untuk keuntungan mereka.
D. Pemantauan Diri
Pemantauan diri (self-monitoring) merujuk pada kemampuan seorang
individu untuk menyesuaikan perilakunya dengan faktor-faktor situasional
eksternal. Individu dengan tingkat pemantauan diri yang tinggi menunjukkan
kemampuan yang sangat baik dalam menyesuaikan perilaku mereka dengan
faktor-faktor situasional eksternal. Mereka sangat peka terhadap isyarat-isyarat
eksternal dan mampu menyesuaikan perilaku dengan situasi yang berbeda-beda.
Individu dengan tingkat pemantauan diri yang rendah, cenderung
memperlihatkan sikap dan watak asli mereka dalam setiap situasi, karena itu,
terdapat konsistensi perilaku yang tinggi antara siapa mereka dan apa yang
mereka lakukan.

10
Bukti menunjukan bahwa individu dengan tingkat pemantauan diri yang
tinggi cenderung lebih memerhatikan perilaku individu lain dan pandai
menyesuaikan diri bila dibandingkan dengan mereka yang memiliki tingkat
pemantaun diri yang rendah.
E. Penga`mbilan Resiko
Kecenderungan untuk mengambil atau menghindari resiko telah terbukti
berpengaruh terhadap berapa lama waktu yang dibutuhkan manajer untuk
membuat suatu keputusan dan berapa banyak informasi yang mereka butuhkan
sebelum membuat pilihan. Manajer dengan tingkat pengambilan keputusan
tinggi membuat keputusan secara lebih cepat dan menggunakan lebih sedikit
informasi dalam memutuskan pilihan-pilihan mereka bila dibandingkan manajer
dengan tingkat pengambilan resiko rendah.
Meskipun penelitian sebelumnya menunjukan bahwa manajer pada
perusahaan lebih banyak menghindari resiko bila dibandingkan pengusaha
berorientasi pertumbuhan yang secara aktif mengelola bisnis kecil, penemuan
terbaru menunjukan bahwa manajer perusahaan besar mungkin sebenarnya
bersedia mengambil resiko bila dibandingkan pengusaha tersebut.
F. Kepribadian Tipe A
Seseorang dengan kepribadian tipe A “terlihat secara agresif dalam
perjuangan terus-menerus untuk mencapai lebih banyak dalam waktu yang lebih
sedikit, dan, bila harus melakukannya, melawan upaya-upaya yang menentang
dari individu atau hal lain.
Karakteristik tipe A adalah :
a. Selalu bergerak, berjalan, dan makan dengan cepat
b. Merasa tidak sabaran
c. Berusaha keras untuk memikirkan atau melakukan dua hal atau lebih pada
saat bersamaan
d. Tidak dapat menikmati waktu luang

11
e. Terobsesi dengan angka-angka, mengukur keberhasilan dalam bentuk jumlah
hal yang bisa mereka peroleh.
Berbeda dengan kepribadian tipe A adalah tipe B, yang benar-benar
berlawanan. Tipe B jarang tergoda oleh keinginan untuk mendapatkan sejumlah
hal yang terus meningkat atau berpartisipasi dalam serangkaian peristiwa yang
terus berkembang dengan jumlah waktu yang selalu berkurang.
Karakteristik tipe B adalah :
a. Tidak pernah mengalami keterdesakan waktu ataupun ketidaksabaran
b. Merasa tidak perlu memperlihatkan atau mendiskusikan pencapaian maupun
prestasi mereka kecuali atas tuntutan situasi
c. Bersenang-senang dan bersantai daripada berusaha menunjukan keunggulan
mereka
d. Bisa santai tanpa merasa bersalah

Kepribadian Proaktif
Individu secara aktif berinisiatif untuk memperbaiki keadaan mereka atau
menciptakan inisisatif-inisiatif baru disaat individu lain duduk dengan pasif dalam
menghadapai situasi. Individu yang proaktif cenderung oportunis, berinisiatif,
berani bertindak, dan tekun hingga berhasil mencapai perubahan yang berarti.
Individu proaktif berkemungkinan besar mencapai keberhasilan karier. Hal ini
karena mereka memilih, menciptakan, dan mempengaruhi, situasi kerja sesuai
kehendak hati mereka.contoh dalam kepribadian proaktif yaitu individu proaktif
cenderung menantang status quo atau menyuarakan ketidaksenangan mereka
dalam situasi yang tidak mereka sukai.

F.KEPRIBADIAN DAN KULTURAL NASIONAL


Faktor kepribadian yang diidentifikasi dalam model lima besar muncul
dalam hampir setiap studi lintas kultural. Hal ini mencakup serangakian kultural
yang berbeda, seperti Cina, Israel, Jerman, Jepang, Spanyol, Nigeria, Norwegia,

12
pakistan, dan AS. Perbedaan-perbedaan ini cenderung muncul ke permukaan
karena penekanan pada dimensi-dimensi dan apakah negara-negara tersebut
merupakan negara individualistis. Model Lima Besar tampaknya sedikit lebih baik
dalam memprediksi kultur individualistis bila dibandingkan kultur kolektivis.
Tidak ada tipe kepribadian umum untuk suatu negara tertentu. Namun,
kultur suatu negara mempengaruhi karakteristik kepribadian yang dominan dari
populasinya. Kita dapat melihat hal ini dengan memerhatikan lokus kendali dan
kepribadian Tipe A.
Terdapat bukti bahwa kultur-kultur berbeda berdasarkan hubungan
individu dengan lingkungan mereka. Dalam beberapa kultur, seperti Amerika
Utara, orang-orang yakin bahwa mereka bisa mendominasi lingkungan mereka.
Orang-orang di negara Timur Tengah, yakin bahwa kehidupan pada dasarnya
telah ditentukan sebelumnya.
Meratanya kepribadian Tipe A agaknya dipengaruhi oleh kultur dimana
seseorang tumbuh dan berkembang. Terdapat banyak Tipe A disetiap negara,
tetapi tipe ini lebih banyak terdapat di negara-negara kapitalis, dimana
pencapaian dan keberhasilan materi sangat dihargai.

G.NILAI-NILAI
Nilai (value) menunjukan alasan danar bahwa “cara pelaksanaan atau
keadaan akhir tertentu lebih disukai secara pribadi atau sosial dibandingkan cara
pelaksanaan atau keadaan akhir yang berlawanan. Nilai memuat elemen
pertimbangan yang membawa ide-ide seorang individu mengenai hal-hal yang
benar, baik, atau diinginkan. Nilai memiliki sifat isi dan intensitas. Sistem
nilai(value system) adalah sebuah hierarki yang didasarkan pada penggolongan
nilai-nilai seorang individu menurut intensitas mereka.

Nilai penting terhadap penelitian prilaku organisasi karena menjadi danar


pemahaman sikap dan motivasi individu, dan karena hal tersebut berpengaruh

13
terhadap persepsi kita. Individu memasuki suatu organisasi dengan pendapat
yang telah terbentuk sebelumnya tentang apa yang seharusnya dan apa yang
tidak seharusnya terjadi. Secara umum, nilai mempengaruhi sikap dan perilaku.

JENIS-JENIS NILAI
a. Rokeach Value Survey
RVS terdiri atas dua kumpulan nilai, dengan setiap kumpulan memuat 18
pokok nilai individual. Satu kumpulan, yang disebut nilai terminal (terminal
value), merujuk pada keadaan-keadaan akhir yang diinginkan. Kumpulan lainnya,
disebut dengan nilai instrumental (instrumental value), merujuk pada perilaku
atau cara-cara yang lebih disukai untuk mencapai nilai terminal.
Bebrapa penelitian menegaskan bahwa nilai RVS berubah-ubah diantara
setiap kelompok. Individu dalam pekerjaan atau kategori yang sama (misalnya,
manajer perusahaan, anggota serikat kerja, orang tua, dan siswa) cenderung
memiliki sifat yang sama.
b. Kelompok Kerja Kontemporer
Bebeapa keterbataan dari analisis ini. Pertama, kita tidak membuat
asumsi bahwa kerangka ini bisa diterapkan secara universal di seluruh kultur.
Kedua, hanya terdapat sengat sedikit penelitian yang tepat mengenai nilai
generasional, sehingga kita harus mengandalkan kerangka intuitif. Terakhir, hal
ini merupakan kategori-kategori yang tidak tepat. Selain keterbatasan-
keterbatasan ini, nilai memang mengalami perubahan dari generasi ke genarasi,
dan terdapat beberapa pengetahuan berguna yang bisa diperoleh dari analisis
nilai melalui cara ini.

14
NILAI, KESETIAAN, DAN PERILAKU ETIS
Kelompok Memasuki Rata-rata Nilai-nilai kerja yang dominan
angkatan kerja usia saat ini
Veteran 1950-an / awal 65+ Kerja keras, konservatif,
1960-an patuh, loyal terhadap
organisasi
Boomer 1965-1985 Awal 40-an – Keberhasilan, pencapaian,
60-an ambisi, tidak menyukai
otoritas, loyal terhadap
pekerjaan
Generasi X 1985-2000 Akhir 20-an – Keseimbangan
awal 40-an kerja/kehidupan, berorientasi
tim, tidak menyukai
peraturan, setia pada
hubungan-hubungan
Nexter 2000 sampai saat Di bawah 30 Percaya diri, keberhsilan
ini finansial, percaya diri tetapi
berorientasi tim, setia pada
diri sendiri dan hubungan-
hubungan
Selama pertengahan tahun 1970-an, peringkat manajerial di dominasi
oleh para veteran, yang setia terhadap para pemberi kerja mereka. Ketika
dihadapkan pada dilema etika, keputusan mereka dibuat menurut apa yang
paling baik untuk organisasi mereka. Pada pertengahan sampai akhir tahun 1970-
an, generassi boomer naik ke tingkat manajemen yang lebih tinggi. Pada awal
tahun 1990-an, sebagian besar posisi manajemen menengah dan puncak dalam
organisasi bisnis di pegang oleh boomers. Disaat boomers naik ke puncak genrasi
X sedang bergerak menuju celah-celah manajemen menengah dan dengan

15
segera akan naik ke manajemen puncak.nilai terminal adalah keadaan akhir
kehidupan yang diinginkan tujuan-tujuan yang ingin dicapai seorang selama masa
hidupnya. Nilai instrumental adalah perilaku atau cara-cara yang lebih disukai
untuk mencapai nilai-nilai terminal seseorang.

NILAI LINTAS KULTUR


A.KERANGKA HOFSTEDE UNTUK MENILAI KULTUR
Salah satu pendekatan yang paling banyak digunakan untuk menganalisis
variasi kultur, dibuat pada akhir tahun 1970-an oleh Greet Hofstede. Ia
menemukan bahwa manajer dan karyawan memiliki lima dimensi nilai kultur
nasional yang berbeda-beda. Dan kelimanya di definisikan sebagai berikut :
a. Jarak kekuasaan (power distance)
Tingkatan dimana individu dalam suatu negara setuju bahwa kekuatan
dalam institusi dan organisasi didistribusikan secara tidak sama. Peringkat yang
tinggi atas jarak kekuasaan berarti bahwa ketidaksamaan kekuatan dan kekayaan
yang besar ada dan ditoleransi dalam kultur tersebut
b. Individualisme (individualism) versus Kolektivisme (collectivism)
Individualisme adalah tingkatan dimana individu lebih suka bertindak
sebagai individu daripada sebagai anggota suatu kelompok dan menjunjung
tinggi hak-hak individual. Kolektivisme menekankan kerangka sosial yang kuat
dimana individu mengharap individu lain dalam kelompok mereka untuk
menjaga dan melindungi mereka.
c. Maskulinitas (masculinity) versus Femininitas (femininity)
Penilaian maskulinitas yang tinggi menunujukan bahwa terdapat peran
yang terpisah untuk pria dan wanita, dengan pria yang mendominasi masyarakat.
Penilaian feminitas yang tinggi berarti bahwa terdapat sedikit perbedaan antara
peran pria dan wanita. Dalam kultur ini, wanita diperlakukan sama dengan pria
dalam segala aspek kehidupan masyarakat.
d. Penghindaran ketidakpastian (uncertainty avoidance)

16
Tingkatan dimana individu dalam suatu negara lebih memilih situasi
terstruktur dibandingkan situasi tidak terstruktur. Dalam kultur dimana tingkat
penghindaran ketidakpastian tinggi, individu memiliki tingkat kekhawatiran yang
juga tinggi mengenai ketidakpastian dan ambiguitas.
e. Orientasi jangka panjang (long term orientation) versus Orientasi jangka
pendek (short term orientation)
Individu dalam kultur orientasi jangka panjang melihat ke masa depan
dan mengharagi penghematan, ketekunan, dan tradisi. Sementara itu, individu
dalam kultur orientasi jangka pendek menghargai masa kini, perubahan diterima
dengan lebih siap, dan komitmen tidak mewakili halangan-halangan menuju
perubahan.
B.KERANGKA GLOBE UNTUK MENILAI KULTUR
Program penelitian global leadership and organization behavior
effectiveness (GLOBE) adalah sebuah penyelidikan lintas kultural mengenai
kepemimpinan dan kultural nasional yang terus-menerus dilakukan, dimulai pada
tahun 1993.
a. Ketegasan. Tingkatan sampai mana suatu masyarakat mendorong individu
untuk bersikap tegar, konfrontatif, tegas, dan kompetitif, dibandingkan rendah
hati, dan lembut.
b. Orientasi masa depan. Tinkgatan sampai mana suatu masyarakat mendorong
dan menghargai perilaku yang berorientasi pada masa depan, seperti
perencanaan, investasi masa depan, dan penundaan kepuasan.
c. Perbedaan gender. Tingkatan sampai mana suatu masyarakat memperbesar
perbedaan peran gender,
d. Penghindaran ketidakpastian. Sebagai kepercayaan masyarakat terhadap
norma dan prosedur sosial untuk mengurangi ketidakmampuan dalam
memprediksi kejadian masa depan.
e. Jarak kekuasaan. Sebagai tingkatan sampai mana anggota suatu masyarakat
dapat menerima kekuasaan dibagi secara tidak adil.

17
f. Individualisme/kolektivisme. Sebgai tingkatan sampai mana individu didorong
oleh situasi-situasi sosial untuk bergabung dalam kelompok-kelompok suatu
organisai dan masyarakat.
g. Kolektivisme dalam kelompok. Berlawanan dengan berfokus pada institusi
sosial, dimensi ini mencakup hal luas dari bagaimana anggota suatu institusi
sosial merassa bangga atas keanggotaannya dalam kelompok kecil.
h. Orientasi kinerja. Hal ini merujuk pada tingkatan sampai mana suatu
masyarakat mendorong dan menghargai anggotanya atas peningkatan prestasi
dan keunggulan.
i. Orientasi kemanusiaan. Hal ini didefinisikan sebagai tingkatan sampai mana
suatu masyarakat mendorong dan menghargai individu untuk bersikap adil,
altruistis (mendahulukan kepentingan individu lain), murah hati, perhatian, dan
baik terhadap lain.

C. Implikasi Terhadap PO
PO telah menjadi sebuah disiplin ilmu global dan konsep-konsepnya harus
mencerminkan nilai-nilai kultural yang berbeda dari individu di negara-negar
yang berbeda. Untungnya, terdapat banyak penelitian yang telah diterbitkan
selama beberpa tahun terakhir, yang memungkinkan kita untuk menentukan
dimana konsep-konsep PO dapat diterapkan secara universal pada seluruh kultur
dan dimana konsep-konsep tersebut tidak bisa diterapakan.

MENGHUBUNGKAN KEPRIBADIAN DAN NILAI SEORANG INDIVIDU DENGAN


TEMPAT KERJA
KESESUAIAN INDIVIDU-PEKERJAAN
Memadankan persyaratan pekerjaan dengan karakteristik kepribadian
merupakan pernyataan terbaik dalam teori kesesuaian kepribadian-pekerjaan
(personality-job fit theory) milik Jhon Holand. Teori ini didasarkan pada pendapat
tentang kesesuaian antara karekteristik kepribadian sesorang individu dengan

18
pekerjaan. Holland menghadirkan enam tipe kepribadian dan mengemukakan
bahwa kepuasan dan kecenderungan untuk meninggalkan satu posisi bergantung
pada tingkat sampai mana individu secara berhasil mencocokan kepribadian
mereka dengan suatu pekerjaan.

Jenis Karakteristik Kepribadian Pekerjaan yang


Kongruen
· Realistis: lebih Pemalu, sungguh- Mekanik, operator alat
menyukai aktivis fisik sungguh, gigih, stabil, bor, pekerja lini
yang menbutuhkan mudah menyesuaikan perakitan, petani
ketrampilan, kekuatan diri, praktis
dan koordinasi Ahli biologi, ahli
· Investigatif: lebih Analitis, tidak dibuat- ekonomi, ahli
menyukai aktivitas yang buat, ingin tahu, bebas matematika, dan
melibatkan proses pembawa berita
berpikir, berorganisasi
dan memahami
· Sosial: lebih menyukai Suka bergaul, ramah,
aktivitas sosial seperti koopertif, pengertian Pekerja sosial, guru,
membantu dan konselor, psikolog
mengarahkan orang lain Patuh, efesien, praktis, klinis
· Konvensional: lebih tidak imajinatif, tidak
menyukai aktivitas yang fleksibel Akuntan, manajer
diatur oleh peraturan, perusahaan, kasir
rapi, dan tidak ambigu bank, juru tulis
· Giat: lebih menyukai Percaya diri, ambisius,
aktivitas verbal dimana energetik, mendominasi
terdapat banyak peluang
untuk mempengaruhi Pengacara, agen real

19
orang lain dan estat, humas, manajer
memperoleh kekuasaan Imajinatif, tidak suka bisnis kecil
· Artistik: lebih bekerja dibawah aturan,
menyukai aktivitas idealistis, emosional,
ambigu dan tidak tidak praktis Pelukis, musisi,
sistematis, penulis, desainer
memungkinkan ekspresi interior
yang kreatif

Seorang realistis yang melakukan pekerjaan sosial berada dalam situasi


yang sangat tidak sesuai. Poin-poin utama dari model ini adalah :
1. Terdapat perbedaan intrinsik dalam hal kepribadian diantara para individu
2. Terdapat jenis pekerjaan yang berbeda-beda
3. Individu yang melakukan pekerjaan yang sesuai dengan kepribadian mereka
harus merasa lebih nyaman dan berkemungkinan lebih sedikit untuk
mengundurkan diri bila dibandingkan individu yang melakukan pekerjaan yang
tidak sesuai dengan kepribadian mereka.
KESESUAIAN INDIVIDU-ORGANISASI
Kesesuaian individu-organisasi pada dasarnya memperlihatkan bahwa
individu meninggalkan organisasi-organisasi yang tidak cocok dengan
kepribadian mereka. Mengikuti pedoman ini pada saat melakukan perekrutan
seharusnya dapat membantu kita memilih karyawan yang sesuai dengan kultur
organisasi, yang pada akhirnya, menghasilkan tingkat kepuasan karyawan yang
lebih tinggi dan perputaran karyawan yang lebih rendah.

20
Penelitian terhadap kesesuaian individu-organisasi juga menelaah nilai
individu dan apakah hal tersebut sesuai dengan kultur organisasi. Kesesuaian
antara nilai karyawan dengan kultur organisasi mereka menjadi dasar kepuasan
kerja, komitmen terhadap organisasi, dan tingkat perputaran karyawan yang
lebih renda

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Besar kecilnya suatu keberhasilan atau kesuksesan ditentukan oleh


banyak faktor. Salah satunya adalah faktor kepribadian. Di samping itu kita dapat
”melihat ke dalam” dirikita, dan pribadi seperti apa yang telah kita miliki. Selalu
masih ada waktu dan kesempatan untuk membangun dan menunjukkan
keperibadian pribadi yang menyenangkan untuk diri sendiri dan juga orang lain,
apabila kita merasa belum sepenuhny aberhasil membangunny auntuk
keberhasilan diri yang kita ingingkan itu.

B. Saran

Dengan adanya Sikap dan Kepribadian, kita bisa lebih mudah untuk menilai
seseorang. Dengan begitu kita juga bisa menginstropeksi diri sendri terlebih dulu
sebelum memperlakukan orang lain atau melakukan orang lain sesuai dengan
kemauan kita sendiri. Sikap dan kepribadian sangat penting, demi membentuk
individunya agar bisa lebih baik lagi dalam melakukan, menghadapi dan menilai
suatu hal, baik itu terhadap objek, manusia lain, respon dsb.

22
DAFTAR PUSTAKA

Teori Tentang Karakteristik Individu, (Online),


(http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rj
a&ved=0CCgQFjAA&url=http%3A%2F%2Frepository.usu.ac.id%2Fbitstream%2F1
23456789%2F22290%2F3%2FChapter%2520II.pdf&ei=KOUgUZvoIIuErQey_IDAB
A&usg=AFQjCNFYVcUvFDZFyqSUJIhknmn2oPQ8lw

Ningsih, Nia Oktavia., dkk. 2012. Perilaku Pengembangan Organisasi Kepribadian


dan Pembelajaran, (Online),
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rj
a&ved=0CC0QFjAB&url=http%3A%2F%2Fblog.ub.ac.id%2Ffauzi%2Ffiles%2F2012
%2F03%2FKepribadian-dan-
pembelajaran.docx&ei=xuQgUdXhKszjrAeKioCYBQ&usg=AFQjCNGy_9U2hdEFEke
oltNuL432eS_bhw,

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26923/4/Chapter%20II.pdf

http://id.wikipedia.org/wiki/Kepribadian

http://nadhirin.blogspot.com/2008/07/kepribadian_8205.html

23

Anda mungkin juga menyukai