Disusun Oleh :
HILDA YUNDA
08.01.028
Kelompok I
S1 TEKNIK PERMINYAKAN
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS
BUMI BALIKPAPAN
2010
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM
ANALISA SEMEN PEMBORAN
Disusun oleh :
Nama : Hilda Yunda
NIM : 08.01.028
Kelompok :I
Hasil Penilaian :
Disetujui oleh :
Nama :
NIM :
Kelompok :
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan Rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan Laporan Resmi Analisa Semen Pemboran semester ini.
Laporan Resmi Analisa Semen Pemboran ini saya susun untuk memenuhi
persyaratan Pratikum Analisa Semen Pemboran Jurusan S1 Teknik Perminyakan
pada semester V, Tahun Akademik 2010/2011 di STT Migas Balikpapan.
Dengan tersusunnya Laporan Resmi Pratikum Analisa Semen Pemboran
ini, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Ir.
Yudhiaryono selaku Dosen Mata Kuliah Teknik Pemboran I STT Migas
Balikpapan dan Manogar Sinaga selaku Asisten Pratikum. Ucapan terima kasih
juga saya sampaikan kepada rekan-rekan serta semua pihak yang telah membantu
sehingga terselesaikannya laporan ini.
Saya menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna seperti yang
diharapkan oleh semua pihak. Oleh karena itu, saya mengharapkan saran dan
kritik yang konstruktif demi kesempurnaan laporan ini.
Akhirnya, semoga Laporan Resmi Pratikum Analisa Semen Pemboran ini
bisa bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi Mahasiswa STT Migas
Balikpapan untuk saat ini maupun masa akan datang.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... ii
LEMBAR ASISTENSI ............................................................................ iii
KATA PENGANTAR .............................................................................. iv
DAFTAR ISI ............................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ................................................................................... x
DAFTAR GRAFIK .................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xii
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Setelah operasi khusus semen dilakukan, seperti cement bond logging (CBL) dan
variable density logging (VDL), kemudian didapati kurang sempurnya atau
adanya kerusakan pada primary cementing maka akan dilakukan secondary
cementing, hal ini juga dapat dilakukan bila pengeboran gagal mendapatkan
minyak dan menutup lagi zona produktif yang diperforasi. Secondary dapat dbagi
menjadi tiga bagaian antara lain :
a) Squeeze cementing
Squeeze cementing bertujuan
Mengurangi water – oil ratio, water – gas ratio, atau gas – oil ratio.
Menutup formasi yang sudah tidak lagi produktif.
Menutup zona lost circulation.
Memperbaiki kebocoran yang terjadi casing.
Memperbaiki primary cementing yang kurang memuaskan.
Operasi squeeze dilakukan selama operasi pemboran berlangsung, komplesi
atau pada saat workover.
b) Re-cementing
Re-cementing dlakukan untuk menyempurkan primary cementing yang
gagal dan untuk memperluas perlindungan casing diatas top semen.
c) Plug-back cementing
Plug-back cementing dilakukan untuk :
Menutup atau meninggalkan sumur.
Melakukan directional drilling sebagai landasan whipstock, yang dikarkan
adanya perbedaan compressive strength antara semen dan formasi maka
akan mengakibatkan bit berubah arahnya.
Menutup zona air dibawah zona minyak agar water – oil ratio berkurang
pada open hole completion.
BAB II
PEMBUATAN SUSPENSI SEMEN
2.3.2. Bahan
a) Semen
b) Additive
c) Air
2.7. Kesimpulan
Pembuatan suspense semen dan cetakan sampel dilakukan untuk
menganalisa sifat-sifat semen pemboran seperti compressive strength,
shear bond strength dan permeabilitas.
BAB III
PENGUJIAN DENSITAS SEMEN
𝑊𝑠 + 𝑊𝑎𝑑 + 𝑊𝑎𝑖𝑟
𝑆𝐺𝑆 = ( )
𝑉𝑠 + 𝑉𝑎𝑑 + 𝑉𝑎𝑖𝑟
Dimana :
SGS = SG suspensi semen
Ws = Berat bubuk semen
Wad = Berat additive
Wair = Berat air
Vs = Volume bubuk semen
Vad = Volume Additif
Vair = Volume Air
𝑊𝑠 + 𝑊𝑎𝑑 + 𝑊𝑎𝑖𝑟
𝑆𝐺𝑆 = ( )
𝑉𝑠 + 𝑉𝑎𝑑 + 𝑉𝑎𝑖𝑟
Dimana :
SGS = SG suspensi semen
Ws = Berat bubuk semen
Wad = Berat additive
Wair = Berat air
Vs = Volume bubuk semen
Vad = Volume Additif
Vair = Volume Air
3. Masukkan suspensi semen kedalam cup balanced, kemudian cup
ditutup dan semen yang melekat pada dinding bagian luar
dibersihkan sampai bersih.
4. Letakkan balance arm pada kedudukan semula, kemudian atur rider
hingga seimbang, baca harga skala sebagai densitas suspensi semen.
Grafik 3.1
Hubungan Additif dengan SG semen
15.645
2; 15.643
15.640
1.5; 15.638
SG semen (ppg)
15.635
1; 15.633
15.630 Barite
0.5; 15.628
15.625
0; 15.623
15.620
0 0.5 1 1.5 2 2.5
additif (gram)
Grafik 3.2
Hubungan Additif dengan SG semen
15.650
5; 15.649
4.5; 15.646
15.645
4; 15.643
3.5; 15.641
SG semen (ppg)
15.640
3; 15.638
15.635 2.5; 15.636
2; 15.633
bentonite
15.630 1.5; 15.630
1; 15.628
15.625 0.5; 15.625
0; 15.623
15.620
0 1 2 3 4 5 6
additif (gram)
Berdasarkan grafik 3.1 dan grafik 3.2 maka dapat dilihat perubahan
densitas semen saat ditambahkan additive berupa bentonite dan barite.
Kedua additive tersebut menambah densitas semen.
Kedua additive tersebut dapat dibandingkan untuk menambahkan
densitas. Saat semen ditambahkan barite dan bentonite dengan jumlah
yang sama, barite menaikkan densitas semen lebih cepat dibandingkan
bentonite.
3.7. Kesimpulan
1. Barite dan bentonite merupakan additive yang digunakan untuk
menambah densitas semen.
2. Barite menaikkan densitas semen lebih besar dibandingkan bentonite.
BAB IV
PENGUJIAN RHEOLOGI SUSPENSI SEMEN
4.3.2. Bahan
a) Bubuk semen kelas A
b) Air
c) Additive (Bentonite dan Barite)
WCR = 46%
µp = C600 – C300
= 155 – 135 = 20 cp
Yp = C600 - µp
50 4; 50
2; 45 6; 47
40
30
20 0; 20
10
0
0 1 2 3 4 5 6 7
additif (gram)
barite bentonite
80 6; 83
70 barite
60
50 bentonite
40
30
20
10
0
0 2 4 6 8
additif (gram)
Grafik 4.1 dan 4.2 menggambarkan pengaruh penambahan dua
additive yang berbeda yaitu barite dan bentonite terhadap plastic viscosity
dan yiled point. Penambahan additive berupa barite dapat meningkatkan
plastic viscosity dan yield point. Sedangkan bentonite menurunkakn
plastic viscosity dan yield point.
4.7. Kesimpulan
1. Penambahan barite menaikkan nilai plastic viscosity dan yield point
dari suspense semen.
2. Penambahan bentonite menurunkan nilai plastic viscosity dan yield
point.
BAB V
PENGUJIAN THICKENING TIME
Dimana :
Bc = konsistensi suspense semen
T = pembacaan harga torsi,g-cm
5.3.2. Bahan
a) Bubuk semen kelas G
b) NaCl
c) Air
1; 16
thickening time
15 0; 15
0; 14 1; 14
NaCl
10 2; 10
CMC
3; 8
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
additif (gram)
5.7. Kesimpulan
1. Penambahan additive berupa CMC mempercepat thickening time
dibandingkan NaCl.
2. Thickening time yang diinginkan tergantung dari kedalaman sumur
dan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai zona yang diinginkan.
BAB VI
PENGUJIAN FREE WATER
6.3.2. Bahan
a) Semen Portland Kelas A
b) Air
c) Bentonite
6.4. Prosedur Percobaan
1. Gunakan tabung ukur, kemudian isi tabung tersebut dengan suspensi
semen yang akan diukur kadar airnya sebanyak 250 ml
2. Diamkan selama 2 jam sehingga terjadi air bebas pada atas tabung,
catat harga air bebas yang terbentuk.
3. Air bebas yang terjadi tidak boleh lebih dari 3,5 ml
0.7
0.6
free water @ 2jam
0.5
0.4
Bentonite
0.3 Barite
0.2
0.1
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8
additif (gram)
6.7. Kesimpulan
1. Penambahan additive berupa barite atau bentonite berpengaruh pada
free water tapi terikat pada jumlah tertentu.
2. Banyaknya free water dari suspense semen juga tergantung dari jenis
semen yang digunakan.
BAB VII
PENGUJIAN FILTRATION LOSS
7.3.2. Bahan
a) Semen Portland Kelas A
b) Air
c) CMC
7.4. Prosedur Percobaan
1. Persiapkan alat filter proses dan segera pasang filter paper secepat
mungkin dan letakkan gelas ukur dibawah silinder untuk menampung
fluid filtrate.
2. Tuangkan suspensi semen kedalam silinder dan segera tutup rapat.
Kemudian alirkan udara atau gas N2 dengan tekanan 1000 psi.
3. Catat volume filtrate sebagai fungsi waktu dengan stop watch, interval
pengamatan setiap 2 menit pada 10 menit pertama, kemudian setiap 5
menit untuk 20 menit selanjutnya. Catat volume filtrate pada menit ke
25.
4. Harga filtration loss diketahui dari volume filtrate yang ditampung
dalam gelas ukur selama 30 menit massa pengujian. Bila waktu
pengujian tidak sampai 30 menit, maka besarnya filtration loss dapat
diketahui dengan rumus :
5.677
𝐹30 = 𝐹𝑡 ( )
√𝑡
Dimana :
F30 : Filtrat pada 30 menit, ml
Ft : filtrate pada t menit, ml
t : waktu pengukuran, menit
5. Hentikan penekanan udara atau gas N2, buang tekanan udara dalam
silinder dan sisa suspensi semen yang di dalam silinder tuangkan
kembali kedalam breaker.
7.5. Analisa dan Hasil Perhitungan
7.5.1. Analisa
Tabel 7.1 Filtration Loss
140
140.5 138.5
120
125
118
Fitration Loss
20
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Additif
100
80
Bentonite
60
Kerosine
40
20
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Additif
7.7. Kesimpulan
1. Penambahan additive berpengaruh pada jumlah filtration loss tapi
terikat oleh banyaknya jumlah additive yang ditambahkan.
2. Semakin banyak filtrate yang hilang dari suspense semen makan akan
menyebabkan semen kekurangan air (flash set).
BAB VIII
PENGUJIAN COMPRESSIVE STRENGTH
Tabel 8.1
Perbandingan t / d terhadap koefisien faktor
t/d Koefisien Faktor
1.75 0.98
1.5 0.96
1.25 0.93
1 0.87
8.5. Analisa dan Hasil Perhitungan
8.5.1. Analisa
Tabel 8.2 Hasil Pengujian Compressive Strength
additif pembebanan R1 R2 tebal
semen air d (inch) t/d k A1 A2 CS
bentonite NaCl max (psi) (inch) (inch) (inch)
600 276 0 252 0.96 3.2 0.48 1.61417 1.68143 0.97451 32.15360 0.72346 10914.55867
600 276 0.5 250 1.01 3.2 0.505 1.61417 1.59819 0.96786 32.15360 0.80078 9715.55309
600 276 1 245 1.06 3.2 0.53 1.61417 1.52280 0.96182 32.15360 0.88203 8590.33261
600 276 1.5 237 1.11 3.2 0.555 1.61417 1.45421 0.95450 32.15360 0.96720 7520.39207
600 276 2 230 1.16 3.2 0.58 1.61417 1.39153 0.94698 32.15360 1.05630 6630.00774
600 276 2.5 226 1.21 3.2 0.605 1.61417 1.33402 0.94008 32.15360 1.14932 5943.79516
600 276 3 225 1.26 3.2 0.63 1.61417 1.28109 0.93373 32.15360 1.24627 5420.29483
600 276 3.5 220 1.31 3.2 0.655 1.61417 1.23219 0.92573 32.15360 1.34714 4860.98606
600 276 1.5 135 0.96 3.2 0.48 1.61417 1.68143 0.97451 32.15360 0.72346 5847.08500
600 276 2 145 1.01 3.2 0.505 1.61417 1.59819 0.96786 32.15360 0.80078 5635.02079
600 276 2.5 150 1.06 3.2 0.53 1.61417 1.52280 0.96182 32.15360 0.88203 5259.38731
600 276 3 165 1.11 3.2 0.555 1.61417 1.45421 0.95450 32.15360 0.96720 5235.71600
600 276 3.5 177 1.16 3.2 0.58 1.61417 1.39153 0.94698 32.15360 1.05630 5102.22335
600 276 4 215 1.21 3.2 0.605 1.61417 1.33402 0.94008 32.15360 1.14932 5654.49540
600 276 4.5 217 1.26 3.2 0.63 1.61417 1.28109 0.93373 32.15360 1.24627 5227.57323
600 276 6 220 1.31 3.2 0.655 1.61417 1.23219 0.92573 32.15360 1.34714 4860.98606
8.5.2. Perhitungan
Diameter bearing = 6.4 in
Jari-jari bearing = 3.2 in
Semen + 0.5 gr bentonite
Tinggi = 4.1 cm = 1.61417 in
P = 252 psi
D = 0.96 in
t/d = (1.61417 in/0.96 in) = 1.68143
1.75
1.68143
1.5
0.98 x 0.96
1.75 − 1.68143 0.98 − 𝑥
=
1.75 − 1.5 0.98 − 0.96
0.001371 = 0.245 – 0.25x
x = 0.97451
k = 0.97451
11000
10000
9000
8000
compresive strength
7000
bentonite
6000
nacl
5000
4000
3000
2000
1000
0
0 1 2 3 4 5 6 7
additive
8.7. Kesimpulan
1. Bentonite merupakan salah satu additive yang mengurangi nilai
compressive strength suatu suspense semen.
2. Ada beberapa factor lain yang mempengaruhi nilai compressive
strength antara lain factor k, pembebanan maksimum dan luas
penampang.
BAB IX
PENGUJIAN SHEAR BOND STRENGTH
9.3.2. Bahan
2.3.1 Suspensi semen
2.3.2 Additive
1.75
1.68143
1.5
0.98 x 0.96
SBS k P At / ( D h )
= 0.97451 x 252 psi x {32.1536 in2 / (3.14 x 0.96 in x 2.007 in)}
= 1305.17891 psi
9.6 Pembahasan
Pengukuran shear bond strength dari suspense semen dilakukan
agar mengetahui kekuatan ikat dari semen terhadap dinding casing. pada
percobaan ini ada dua jenia additive yang digunakan yaitu bentonite dan
NaCl.
1000
900
800
700
Bentonite
600
500 NaCl
400
300
200
100
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5
Additif (gram)
9.7 Kesimpulan
1. Penambahan additive berupa bentonite dan nacl dapat mengurangi
nilai shear bond strength dari suatu suspense semen.
2. Factor lain yang mempengaruhi shear bond strength adalah factor k,
pembebanan maksimum, luas penampang, diameter dan ketinggian.
BAB X
PENGUJIAN LUAS PERMUKAAN BUBUK SEMEN
Dimana :
= Porositas
s = Densitas semen
= Viskositas
10.3.2 Bahan
a) Bubuk semen
√𝜇 = 0.01352
4. µ = 0.01352 = 0.354 (dari tabel)
5. waktu pengukuran dengan blaine permeameter = 35.7 detik
6. t = 35.7 detik √𝑡 = 5.9749
viskositas udara
(Tu − T80 )x(μ100 − μ80 )
μu = + μ80
(T100 − T80 )
(80.6°F−80 °F)x(0.04594−0.04467)lb/ft hr
= + 0.04467 lb⁄ft hr
(100−80)°F
= 0.04471 lb/ft hr
porositas
(𝑇𝑢 − 𝑇468 )𝑥(500 − 468 )
𝑢 = + 468
(𝑇500 − 𝑇468 )
((80.6+460)𝑅−468 𝑅)𝑥 (0.58233−0.55648)
= (500−468)𝑅
+ 0.55648
= 0.61513
t = 12.14 s
√t = √12.14 = 𝟑. 𝟒𝟖𝟒𝟐𝟓 𝐬
80
70 0.04471, 80.6
60
50
40
30
20
10
0
0.04450 0.04500 0.04550 0.04600 0.04650
viskositas
530
520
temperatur (R)
510
0.58233, 500
500
490
480
0.55648, 468
470
460
0.54000 0.56000 0.58000 0.60000 0.62000
porositas
10.7 Kesimpulan
1. Semakin besar densitas semen maka luas permukaan semen akan
semakin kecil.
2. Semakin besar luas permukaan semen maka kualitas semen semakin
baik.
BAB XI
PEMBAHASAN UMUM
Buku Petunjuk Praktikum Analisa Semen Pemboran. 2010. Program Studi Teknik
Perminyakan. STT MIGAS. Balikpapan.
Suhacaryo, Nur, Ir. MT. 2001. Kinerja Expanding Additive Baru Untuk
Meningkatkan Shear Bond Strength (Sb) Semen Pada Kondisi
HTHP.Yogyakarta: Simposium Nasional IATMI 2001.