Anda di halaman 1dari 23

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................1

BAB I Pendahuluan…………………………………………………………………...2

BAB II Tinjauan Pustaka ..............................................................................................4

BAB III Metode Penelitian .................................................................................……11

BAB IV Hasil Penelitian……..………...……………………………………………13


BAB V Pembahasan .........................................................................................……..19

BAB VI Penutup…………………………………………………………………….21
Daftar Pustaka……………………………………………………………………….23

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kegiatan surveilans di Indonesia dilaporkan lebih dari 11.000 kasus suspek
campak, dan hasil konfirmasi laboratorium menunjukkan 12–39% di antaranya adalah
campak pasti (lab confirmed) sedangkan 16–43% adalah rubella pasti. Dari tahun 2010
sampai 2015, diperkirakan terdapat 23.164 kasus campak dan 30.463 kasus rubella.
Jumlah kasus ini diperkirakan masih lebih rendah dibanding angka sebenarnya di
lapangan, mengingat masih banyaknya kasus yang tidak terlaporkan, terutama dari
pelayanan kesehatan swasta serta kelengkapan laporan surveilans yang masih rendah.
Di Indonesia, Rubella merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
memerlukan upaya pencegahan efektif. Data surveilans selama lima tahun terakhir
menunjukan 70% kasus rubella terjadi pada kelompok usia <15 tahun.1
Penyakit Campak dan Rubella tidak dapat diobati. Pengobatan yang diberikan
kepada penderita hanya bersifat supportif. Tetapi kedua penyakit ini bisa dicegah
dengan imunisasi. Selama ini Indonesia memberikan imunisasi Campak sebagai salah
satu program imunisasi nasional. Mengingat besarnya perkiraan beban penyakit
Rubella dan tersedianya vaksin kombinasi Measles-Rubella (MR), maka diputuskan
untuk mengganti vaksin Measles dengan vaksin kombinasi Measles-Rubella, yang
dimulai dengan kegiatan imunisasi massal MR.1
Keberhasilan imunisasi ini tidak lepas dari peran serta petugas kesehatan baik
di posyandu maupun puskesmas. Peran orangtua tentunya memegang peranan utama
dalam terlaksananya program imunisasi MR. Oleh karena itu, penulis merasa perlu
mengkaji lebih lanjut mengenai hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan
keterlibatan anak dalam imunisasi Measles-Rubella (MR) di lingkungan kerja
Puskesmas Karang Panjang.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada, dapat dibuat rumusan masalah
sebagai berikut bagaimana hubungan tingkat pengetahuan ibu terhadap pemberian

2
imunisasi Measles Rubella (MR) di lingkungan kerja Puskesmas Karang Panjang pada
tahun 2018?
C. TUJUAN MINI PROJECT
1. Dilaksanakan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan
ibu tentang imunisasi Measles Rubella (MR) di lingkungan kerja Puskesmas
Karang Panjang tahun 2018.
2. Sebagai bahan evaluasi bilamana terdapat kekurangan dalam pelayanan
posyandu sehingga ke depannya pelayanan menjadi lebih baik lagi.

D. MANFAAT MINI PROJECT


a.)Manfaat teoritis

Dapat memperkaya konsep/ teori yang menyokong perkembangan ilmu


pengetahuan khususnya yang terkait dengan tingkat pengetahuan ibu tentang
imunisasi MR pada anak usia 9 bulan sampai 15 tahun.

b). Manfaat praktis

Dapat memberikan masukan yang berarti bagi ibu dalam meningkatkan


pengetahuan tentang imunisasi MR pada anak khususnya melalui perspektif
motivasi.

c).Manfaat bagi peneliti

Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam membuat mini project.

d).Manfaat bagi puskesmas

Untuk memberi tambahan informasi sebagai bahan acuan dalam melaksanakan


penyuluhan maupun pendidikan kepada masyarakat mengenai imunisasi Measles
Rubella (MR) selanjutnya.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penyakit Campak

Campak adalah penyakit akut yang sangat menular, disebabkan oleh infeksi virus
yang umumnya menyerang anak. Campak memiliki gejala khas yaitu terdiri dari 3
stadium yang masing-masing mempunyai ciri khusus : (1) stadium masa tunas/kataral
berlangsung kira-kira 10-12 hari, (2) stadium erupsi dengan gejala pilek dan batuk
yang meningkat dan ditemukan enamtem pada mukosa pipi (Koplik Spot), faring dan
peradangan mukosa konjungtiva, dan (3) stadium konvalensi dengan keluarnya ruam
mulai dari belakang telinga menyebar ke muka, badan, lengan dan kaki. Ruam timbul
didahului dengan suhu badan yang meningkat, selanjutnya ruam menjadi menghitam
dan mengelupas.2
Etiologi
Virus campak berada di secret nasofaring dan di dalam darah, minimal selama
masa tunas dan dalam waktu yang singkat sesudah timbulnya ruam. Virus tetap aktif
minimal 24 jam pada temperatur kamar 35oC, dan beberapa hari pada suhu 0oC. Virus
tidak aktif pada pH rendah. Virus campak termasuk golongan paramyxovirus
berbentuk bulat dengan tepi kasar dan bergaris tengah 140 nm, dibungkus oleh
selubung luar yang terdiri dari lemak dan protein.2

Cara penularan
Sumber penularan adalah manusia sebagai penderita. Penularan dari orang ke
orang melalui droplet dan transmisi melalui udara terutama melalui batuk, bersin atau
sekresi hidung. Masa penularan 4 hari sebelum timbul rash, puncak penularan pada
saat gejala awal (fase prodromal), yaitu pada 1– 3 hari pertama sakit.3

4
Komplikasi Penyakit Campak2

Adapun komplikasi yang terjadi disebabkan oleh adanya penurunan daya


tahan tubuh secara umum sehingga mudah terjadi infeksi tumpangan. Hal yang tidak
diinginkan adalah terjadinya komplikasi karena dapat mengakibatkan kematian pada
balita, keadaan inilah yang menyebabkan mudahnya terjadi komplikasi sekunder
seperti : Otitis media akut, Ensefalitis, Bronchopneumonia, dan Enteritis.

1. Bronkopneumonia

Bronchopneumonia dapat terjadi apabila virus Campak menyerang epitel saluran


pernafasan sehingga terjadi peradangan disebut radang paru-paru atau Pneumonia.
Bronchopneumonia dapat disebabkan virus Campak sendiri atau oleh
Pneumococcus, Streptococcus, dan Staphylococcus yang menyerang epitel pada
saluran pernafasan maka Bronchopneumonia ini dapat menyebabkan kematian bayi
yang masih muda, anak dengan kurang kalori protein.

2. Otitis Media Akut

Otitis media akut dapat disebabkan invasi virus Campak ke dalam telinga tengah.
Gendang telinga biasanya hyperemia pada fase prodormal dan stadium erupsi. Jika
terjadi invasi bakteri pada lapisan sel mukosa yang rusak karena invasi virus terjadi
otitis media purulenta.

3. Ensefalitis

Ensefalitis adalah komplikasi neurologik yang paling jarang terjadi, biasanya terjadi
pada hari ke 4 – 7 setelah terjadinya ruam. Kejadian ensefalitis sekitar 1 dalam 1.000
kasus Campak, dengan CFR berkisar antara 30 – 40%. Terjadinya Ensefalitis dapat
melalui mekanisme imunologik maupun melalui invasi langsung virus Campak ke
dalam otak.

4. Enteritis

Enteritis terdapat pada beberapa anak yang menderita Campak, penderita mengalami
muntah mencret pada fase prodormal. Keadaan ini akibat invasi virus ke dalam sel
mukosa usus.

5
2.2 Penyakit Rubella

Rubella adalah penyakit akut dan ringan yang sering menginfeksi anak dan dewasa
muda yang rentan. Akan tetapi yang menjadi perhatian dalam kesehatan masyarakat
adalah efek teratogenik apabila rubella ini menyerang pada wanita hamil pada
trimester pertama. Infeksi rubella yang terjadi sebelum konsepsi dan selama awal
kehamilan dapat menyebabkan abortus, kematian janin atau sindrom rubella
kongeni2tal (Congenital Rubella Syndrome/CRS) pada bayi yang dilahirkan.4

Sebelum dilakukan imunisasi rubella, insidens CRS bervariasi antara 0,1-0,2/1000


kelahiran hidup pada periode endemik dan antara 0,8-4/1000 kelahiran hidup selama
periode epidemi rubella. Angka kejadian CRS pada negara yang belum
mengintroduksi vaksin rubella diperkirakan cukup tinggi. Pada tahun 1996
diperkirakan sekitar 22.000 anak lahir dengan CRS di regio Afrika, sekitar 46.000 di
regio Asia Tenggara dan 12.634 di regio Pasifik Barat. Insiden CRS pada regio yang
telah mengintroduksi vaksin rubella selama tahun 1996-2008 telah menurun.

Di Indonesia, rubella merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang


memerlukan upaya pencegahan efektif. Data surveilans selama lima tahun terakhir
menunjukan 70% kasus rubella terjadi pada kelompok usia <15 tahun. Selain itu,
berdasarkan studi tentang estimasi beban penyakit CRS di Indonesia pada tahun 2013
diperkirakan terdapat 2.767 kasus CRS, 82/100.000 terjadi pada usia ibu 15-19 tahun
dan menurun menjadi 47/100.000 pada usia ibu 40-44 tahun. Sedangkan perhitungan
modelling di Jawa Timur diperkirakan 700 bayi dilahirkan dengan CRS setiap
tahunnya.4,5

Etiologi

Penyebab rubella adalah togavirus jenis rubivirus dan termasuk golongan virus
RNA. Virus rubella cepat mati oleh sinar ultra violet, bahan kimia, bahan asam dan
pemanasan. Virus tersebut dapat melalui sawar plasenta sehingga menginfeksi janin
dan dapat mengakibatkan abortus atau congenital rubella syndrome (CRS).4,5

6
Cara Penularan

Penyakit rubella ditularkan melalui saluran pernapasan saat batuk atau bersin.
Virus dapat berkembang biak di nasofaring dan kelenjar getah bening regional, dan
viremia terjadi pada 4 – 7 hari setelah virus masuk tubuh. Masa penularan diperkirakan
terjadi pada 7 hari sebelum hingga 7 hari setelah rash.

Masa inkubasi rubella berkisar antara 14 – 21 hari. Gejala dan tanda rubella
ditandai dengan demam ringan (37,2°C) dan bercak merah/rash makulopapuler
disertai pembesaran kelenjar limfe di belakang telinga, leher belakang dan sub
occipital.

Konfirmasi laboratorium dilakukan untuk diagnosis pasti rubella dengan


melakukan pemeriksaan serologis atau virologis. IgM rubella biasanya mulai muncul
pada 4 hari setelah rash dan setelah 8 minggu akan menurun dan tidak terdeteksi lagi,
dan IgG mulai muncul dalam 14-18 hari setelah infeksi dan puncaknya pada 4 minggu
kemudian dan umumnya menetap seumur hidup. Virus rubella dapat diisolasi dari
sampel darah, mukosa hidung, swab tenggorok, urin atau cairan serebrospinal. Virus
di faring dapat diisolasi mulai 1 minggu sebelum hingga 2 minggu setelah rash.

Rubella pada anak sering hanya menimbulkan gejala demam ringan atau bahkan
tanpa gejala sehingga sering tidak terlaporkan. Sedangkan rubella pada wanita dewasa
sering menimbulkan arthritis atau arthralgia. Rubella pada wanita hamil terutama pada
kehamilan trimester 1 dapat mengakibatkan abortus atau bayi lahir dengan CRS.2,4,5

Komplikasi Rubella:4

1. Kelainan jantung :
- Patent ductus arteriosus
- Defek septum atrial
- Defek septum ventrikel
- Stenosis katup pulmonal
2. Kelainan pada mata :

- Katarak kongenital
- Glaukoma kongenital

7
- Pigmentary Retinopati
3. Kelainan pendengaran
4. Kelainan pada sistem saraf pusat :
- Retardasi mental
- Mikrocephalia
- Meningoensefalitis
5. Kelainan lain :

- Purpura
- Splenomegali
- Ikterik yang muncul dalam 24 jam setelah lahir
- Radioluscent bone

2.3 IMUNISASI MEASLES RUBELLA4,6

Vaksin Measles Rubella (MR) adalah vaksin hidup yang dilemahkan (live
attenuated) berupa serbuk kering dengan pelarut. Kemasan vaksin adalah 10 dosis per
vial. Vaksin yang digunakan telah mendapat rekomendasi dari WHO dan izin edar dari
Badan POM. Vaksin MR 95 persen efektif untuk mencegah penyakit Campak dan
Rubella. Vaksin ini aman dan telah digunakan di lebih dari 141 negara di dunia.

Vaksin MR merupakan vaksin yang berisi virus campak dan rubella hidup yang
telah dilemahkan dan berbentuk serbuk kering berwarna putih kekuningan. Dalam
penggunaannya, vaksin ini membutuhkan pelarut atau pengencer. Vaksin ini tersedia
dalam kemasan 1 dosis per vial, 2 dosis per vial, 5 dosis per vial dan 10 dosis per vial.
Di Indonesia, untuk pelaksanaan introduksi imunisasi rutin akan menggunakan vaksin
MR kemasan 10 dosis per vial.

Hal-hal penting yang perlu diingat adalah:

1. Vaksin MR merupakan vaksin yang sensitif panas, harus disimpan pada suhu
2 - 8oC dan terlindung dari cahaya matahari.
2. Vaksin MR yang sudah dilarutkan dapat digunakan hingga 6 jam, setelah itu
sisa vaksin harus dibuang.

8
3. Vaksin MR dapat bertahan (masih tetap poten) selama 24 bulan apabila
disimpan dalam lemari es pada suhu 2 - 8 oC dan terlindung dari cahaya
matahari
4. Jumlah pelarut yang tersedia harus sama jumlahnya dengan vaksin MR.
Setiap dosis vaksin MR mengandung:

 1000 CCID50 virus campak


 1000 CCID50 virus rubella

Gambar 1. Manfaat Imunisasi MR


Dengan pemberian imunisasi campak dan rubella dapat melindungi anak dari
kecacatan dan kematian akibat pneumonia, diare, kerusakan otak, ketulian, kebutaan
dan penyakit jantung bawaan.

Imunisasi MR diberikan secara subkutan dengan dosis 0,5 ml. Vaksin hanya boleh
dilarutkan dengan pelarut yang disediakan dari produsen yang sama. Vaksin yang telah
dilarutkan harus segera digunakan paling lambat sampai 6 jam setelah dilarutkan.

Pada tutup vial vaksin terdapat indikator paparan suhu panas berupa Vaccine Vial
Monitor (VVM). Vaksin yang boleh digunakan hanyalah vaksin dengan VVM kondisi
A atau B.

Kontraindikasi:

- Individu yang sedang dalam terapi kortikosteroid, imunosupresan dan


radioterapi
- Wanita hamil
- Leukemia, anemia berat dan kelainan darah lainnya
- Kelainan fungsi ginjal berat
- Decompensatio cordis
9
- Setelah pemberian gamma globulin atau transfusi darah
- Riwayat alergi terhadap komponen vaksin (neomicyn)

Pemberian imunisasi ditunda pada keadaan sebagai berikut:6

- Demam
- Batuk pilek
- Diare

Tidak ada efek samping dalam pemberian imunisasi. Demam ringan, ruam
merah, bengkak ringan dan nyeri di tempat suntikan setelah imunisasi adalah reaksi
normal yang akan menghilang dalam 2-3 hari. Kejadian ikutan pasca imunisasi yang
serius sangat jarang terjadi. Sebagian besar anak akan mendapat kekebalan terhadap
Campak dan Rubella seumur hidup setelah mendapatkan Imunisasi MR.6

10
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. DESAIN PENELITIAN


Metode penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional deskriptif
analitik dengan pendekatan cross sectional. Teknik sampling yang digunakan adalah
jenis Cluster sampling. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan
kuisioner yang dibagikan kepada para ibu yang diisi pada saat puskesmas dan
posyandu.

3.2.LOKASI DAN WAKTU SURVEI


1. Penelitian ini dilakukan di posyandu wilayah kerja Puskesmas Karang Panjang
yaitu Puskesmas pada minggu I dan II, posyandu Teratai/ Batu Merah,
posyandu Imanuel, posyandu Bait eden, posyandu Melati, posyandu Raflesia,
Posyandu Flambonyan/ gang singa.
2. Waktu dilaksanakannya pada bulan Agustus 2018.

3.3.POPULASI DAN SAMPEL


1. Populasinya adalah semua ibu yang membawa anaknya diimunisasi di wilayah
kerja Puskesmas Karang Panjang pada bulan Agustus 2018.

2. Sampel digunakan sebanyak 96 sampel yaitu para ibu yang membawa anaknya
untuk diimunisasi di wilayah kerja puskesmas karang panjang pada bulan
Agustus 2018.

3.4. KRITERIA INSKLUSI DAN EKSKLUSI

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

 Ibu yang mempunyai anak umur 9 bulan sampai 15 tahun berdomisili di


wilayah kerja Puskesmas Karang Panjang.
 Ibu yang bersedia dilakukan penelitian
 Ibu yang bisa membaca dan menulis

11
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

 Ibu yang tidak mau mengisi kuesioner


 Ibu yang tidak kooperatif dalam proses pengambilan data

3.5.Perhitungan jumlah sampel


Sampel dihitung agar hasil survei yang dilakukan bersifat representatif untuk
mengetahui hubungan pengetahuan ibu terhadap imunisasi Measles Rubella di
lingkungan kerja Puskesmas Karang Panjang. Besar sampel diambil dari populasi
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
(𝑍𝛼 )2 ∗ 𝑝 ∗ 𝑞
𝑛1 =
𝐿2

Dimana :
n = besar sampel yang diperlukan
Zα = deviat baku tingkat kemaknaan
p = proporsi keadaan yang akan dicari
q = (1-p)
L = tingkat ketepatan yang dikehendaki

Dalam perhitungan ini, tingkat kemaknaan yang dikehendaki sebesar 95%


sedangkan tingkat ketepatannya adalah 10%. Proporsi keadaan digunakan
50%. Maka, jumlah sampel yang diperlukan adalah: 𝑛1 =
(1,96)2 ∗0,50∗(1−0,50)
= 96
0,102

BAB IV
HASIL PENELITIAN

Letak Geografis Puskesmas Karang Panjang

12
Secara georafis Puskesmas Karang Panjang terletak di kecamatan Sirimau, kelurahan
Amantelu dengan batas wilayah ;

 Sebelah utara berbatasan dengan perumahan Pemda


 Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Karang Panjang RW 04
 Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Rijali
 Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Waihoka

Luas dan jarak tempuh masyarakat untuk datang berobat ke puskesmas Karang
Panjang adalah : jarak terdekat ½ jam, Jarak terjauh 1 jam

Puskesmas karang panjang terdiri dari dua (2) kelurahan yaitu:

Kelurahan Amantelu dengan luas : 1.5 km2

Kelurahan Karang Panjang dengan luas : 0.43 km2

Posyandu

Jumlah posyandu di wilayah kerja Puskesmas Karang Panjang sebanyak 8 buah


Posyandu Balita, dengan strata Madya 5 Posyandu, dan strata Purnama 3 Posyandu.
Juga terdapat 5 Posyandu Lansia, dan di tahun 2017 ada penambahan 1 posbindu di
kelurahan Amantelu yaitu posbindu PTM dan klub kesehatan Prolanis.

Penyakit Campak di puskesmas Karang Panjang


Campak merupakan penyakit menular yang sering menyebabkan kejadian luar biasa.
Sepanjang tahun 2017 di Puskesmas Karang Panjang tidak ada kasus campak.

1. Analisis univariat

Tabel 1. Distribusi Responden berdasarkan Umur Ibu

Kelompok Umur frekuensi %


<20 tahun 2 2.1

13
≥20 tahun 44 45.8
≥30 tahun 31 32.3
≥ 40 tahun 19 19.8
Jumlah 96 100.0

Grafik 1. Distribusi Responden berdasarkan Umur Ibu

Kelompok Umur
45,8%
45
40
35 32,3 %
30
25 19,8%
20
15
10
2.1%
5
0
≤20 tahun ≥20 tahun ≥30 tahun ≥ 40 tahun

Berdasarkan Tabel 1 dan Grafik 1 diketahui bahwa distribusi data responden


berdasarkan pengetahuan tentang vaksin MR didapatkan ibu umur <20 tahun sebesar
2 responden (2,1%), ≥20 tahun sebesar 44 responden (45,8 %), ≥ 30 tahun sebesar 31
responden (32.3 %) dan ≥ 40 tahun sebesar 19 responden (19,8 %) .

Tabel 2. Distribusi Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan Ibu

Tingkat pendidikan frekuensi %


rendah 6 6.25
menengah 65 67.7
tinggi 25 26.0
Jumlah 96 100
Grafik 2. . Distribusi Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan Ibu

14
Tingkat Pendidikan
67.7%
80

60
26%
40

20 6,25%

0
rendah menengah tinggi

Berdasarkan tabel 2 dan Grafik 2 diketahui bahwa distribusi data responden


berdasarkan tingkat pendidikan Ibu didapatkan rendah sebesar 6 responden (6,25%),
menengah sebesar 65 responden (67,7%) dan tingkat pendidikan tinggi sebesar 25
responden (26%).

Tabel 3. Distribusi Responden berdasarkan Pekerjaan Ibu

Pekerjaan frekuensi %
tidak bekerja 76 79.2
bekerja 20 20.8
Jumlah 96 100

Grafik.3 . Distribusi Responden berdasarkan Pekerjaan Ibu

Pekerjaan

80

60

40
79.2 %

20 20.8 %

0
tidak bekerja bekerja

15
Berdasarkan Tabel 3 dan Grafik 3 diketahui bahwa distribusi responden berdasarkan
pekerjaan didapatkan yang tidak bekerja sebesar 76 (79,2%) dan yang bekerja sebesar
20 responden (20,8%) .

2. Analisis Bivariat

Tabel 4. Hubungan Umur Ibu dengan Pengetahuan tentang Imunisasi MR

frekuensi skor % skor % skor % skor % skor % skor %


Umur
10 9 8 7 6 5
≤20 tahun 2 0 0 1 50 1 50 0 0 0 0 0 0
≥20 tahun 44 15 34.1 15 34.1 4 9.1 2 4.5 3 6.8 1 2.3
≥30 tahun 31 8 25.8 19 61.3 6 19.4 6 19.4 0 0 0 0
≥ 40 tahun 19 0 0 13 68.4 3 15.8 1 5.3 0 0 0 0
Jumlah 96

Berdasarkan Tabel 4 didapatkan bahwa faktor umur Ibu mempengaruhi tingkat


pengetahuan tentang Imunisasi Measles Rubella (MR) di lingkungan kerja Puskesmas
Karang Panjang pada tahun 2018. Hasil didapatkan dari skor tertinggi Ibu yang
memiliki umur diatas 20 tahun sebanyak 15 orang dari 44 responden (34,1%)
sedangkan umur diatas 30 tahun 8 orang dari 31 responden (25,8%

Tabel 5. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dengan Pengetahuan tentang Imunisasi MR

tingkat skor skor skor skor skor


pendidikan frekuensi skor 10 % 9 % 8 % 7 % 6 % 5 %
rendah 6 0 0.0 3 50.0 1 16.6 2 33.3 0 0 0 0
menengah 65 13 20.0 35 53.8 10 15.3 5 0.1 3 0.046 1 0.015
tinggi 25 10 40.0 10 40.0 3 12.0 2 0.08 0 0 0 0
jumlah 96

Berdasarkan Tabel 5 didapatkan bahwa faktor tingkat pendidikan Ibu


mempengaruhi tingkat pengetahuan tentang Imunisasi Measles Rubella (MR) di
lingkungan kerja Puskesmas Karang Panjang pada tahun 2018. Hasil didapatkan dari

16
skor tertinggi Ibu yang memiliki tingkat pendidikan tinggi sebanyak 10 responden dari
25 responden (40%) sedangkan ibu dengan tingkat pendidikan menengah 13
responden dari 65 responden (20%), dan ibu dengan tingkat pendidikan rendah 0 dari
6 responden (0%).

Tabel 6. Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Pengetahuan tentang Imunisasi MR

frekuensi skor % skor % skor % skor % skor % skor %


pekerjaan
10 9 8 7 6 5
tidak bekerja 76 7 9.2 38 50 6 7.9 3 3.9 3 3.9 1 1.3
PNS/ swasta 20 16 80.0% 10 50 8 40 6 30 0 0 0 0
Jumlah 96

Berdasarkan Tabel 6 didapatkan bahwa faktor pekerjan mempengaruhi tingkat


pengetahuan tentang imunisasi Measles Rubella (MR) di lingkungan kerja Puskesmas
Karang Panjang dimana jumlah skor tertinggi dari para ibu yang bekerja sebesar 16
dari 20 responden(80%), sedangkan para ibu yang tidak bekerja sebesar 7 dari 76
responden(9.2%).

17
Kritik dan saran dari responden

Pada bagian ini responden diberikan pertanyaan terbuka mengenai saran dan kritik
terhadap pelayanan baik di puskesmas maupun di posyandu lingkungan kerja
Puskesmas Karang Panjang. Terdapat dua belas responden yang mengisi saran dan
kritik.

Beberapa responden dari Puskesmas Karang Panjang dan Posyandu Bait Eden
menyatakan imunisasi MR sangat bermanfaat bagi anak-anak mereka guna mencegah
penyakit Campak dan Rubella.

Selain itu, salah satu responden dari Puskesmas Karang Panjang meminta pihak
kesehatan melakukan sosialisasi tentang berbagai hal penting berkaitan dengan
kesehatan. Oleh karena itu, diharapkan agar pihak kesehatan turun ke desa, kelurahan
dan juga RT, RW setempat.

Beberapa responden Posyandu Teratai meminta lebih banyak diberikan penjelasan


dan penyuluhan mengenai imunisasi MR supaya orang tua lebih memahami manfaat
dari MR dan bahaya jika tidak melakukan imunisasi MR.

Sedangkan responden dari Posyandu Flambonyan meminta agar jam imunisasi


diberikan lebih lama dan “on time.”

18
BAB V
PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu terhadap


imunisasi MR dengan menggunakan instrument berupa kuesioner sebagai alat
ukur,.Kuesioner berisi 10 pertanyaan. Penelitian dilakukan di lingkungan kerja
Puskesmas Karang Panjang yaitu di Puskesmas dan beberapa posyandu yaitu
posyandu Melati, Teratai, Raflesia, Imanuel, Bait eden dan posyandu flambonyan
yang diikuti 96 responden. Pengetahuan ibu dilihat dari pembagian umur, tingkat
pendidikan dan ada atau tidaknya pekerjaan ibu.
Dari hasil penelitian antara umur Ibu dengan pengetahuan Ibu terhadap
imunisasi menunjukan bahwa usia diatas 20 tahun memiliki posisi skor tertinggi yaitu
sebanyak 15 orang dari 44 responden (34,1%) sedangkan umur diatas 30 tahun 8 orang
dari 31 responden (25,8%). Ini menunjukaan bahwa umur ibu di usia produktif
cenderung memiliki pengetahuan lebih banyak dibanding jenjang usia lainnya.
Sedangkan ditinjau dari hasil penelitian yang membandingkan antara tingkat
pendidikan dengan pengetahuan ibu tentang imunisasi MR didapatkan skor tertinggi
didapatkan dari para Ibu yang memiliki tingkat pendidikan tinggi sebanyak 10
responden dari 25 responden (40%) sedangkan ibu dengan tingkat pendidikan
menengah 13 responden dari 65 responden (20%), dan ibu dengan tingkat pendidikan
rendah 0 dari 6 responden (0%). Dari hasil penelitian antara tingkat pendidikan dengan
pengetahuan ibu terhadap imunisasi MR menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat
pendidikan maka semakin tinggi pengetahuan tentang imunisasi MR.

Hubungan apakah ibu bekerja atau tidak bekerja terhadap pengetahuan ibu. Dari hasil
penelitian faktor pekerjan mempengaruhi tingkat pengetahuan tentang imunisasi
Measles Rubella (MR) di lingkungan kerja Puskesmas Karang Panjang dimana jumlah
skor tertinggi dari para ibu yang bekerja sebesar 16 dari 20 responden(80%),
sedangkan para ibu yang tidak bekerja sebesar 7 dari 76 responden(9.2%). Hal ini
menunjukkan bahwa para ibu yang bekerja memiliki pengetahuan lebih tentang
imunisasi MR dibanding para ibu yang tidak bekerja.

19
Secara keseluruhan berdasarkan hasil penelitian dapat memberikan gambaran
informasi pentingnya pengetahuan ibu tentang imunisasi. Faktor-faktor didapatkannya
informasi tentang imunisasi MR diantaranya dari pengalaman pribadi, penyuluhan dari
puskesmas, informasi dari media massa baik elektronik maupun media cetak.
Menurut Notoatmodjo, (2003) Pengetahuan atau kognitif merupakan domain
yang sangat penting akan terbentuknya tindakan seseorang. Karena itu perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari
oleh pengetahuan. Pengetahuan ibu tentang imunisasi yang baik mempengaruhi
motivasi ibu dalam mengimunisasi anaknya. Seorang ibu akan membawa anaknya
untuk diimmnisasi bila seorang ibu mengerti apa manfaat imunisasi tersebut bagi
anaknya, pemahaman dan pengetahuan seorang ibu terhadap kelengkapan imunisasi
yang berdampak memberikan pengaruh baik terhadap imunisasi anaknya.

20
BAB VI
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai tingkat pengetahuan ibu mengenai
pemberian imunisasi Measles Rubella (MR) di lingkungan kerja Puskesmas Karang
Panjang dapat disimpulkan:

1. Responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik yang dinilai dari
pengisian kuesioner yaitu para ibu usia produktif (20 tahun ke atas) 15 dari 44
responden (34,1%) dibandingkan para ibu usia 30 tahun ke atas 8 dari 31
responden (25,8%),
2. Responden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi 10 dari 25 responden
(40%) dibandingkan tingkat pendidikan menengah 13 dari 65 responden (20%)
dan,
3. Responden yang memiliki pekerjaan 16 dari 20 responden(80%), dibandingkan
para ibu yang tidak bekerja sebesar 7 dari 76 responden(9.2%).

Mereka cenderung mengerti apa manfaat imunisasi tersebut bagi anaknya, pemahaman
dan pengetahuan seorang ibu terhadap kelengkapan imunisasi yang berdampak
memberikan pengaruh baik terhadap imunisasi anaknya.

2. Saran
a. Bagi penulis
Diharapkan untuk memperbanyak wawasan tentang imunisasi Measles Rubella agar
peneliti selanjutnya dapat mengembangkan lebih baik lagi.

b. Bagi Tenaga Kesehatan

Diharapkan bagi petugas kesehatan lebih meningkatkan pengetahuan ibu dengan lebih
banyak memberikan penyuluhan tentang manfaat dan dampak dari imunisasi Measles
Rubella pada anak usia 9 bulan sampai 15 tahun agar lebih mengerti dan memahami
sehingga ibu tidak takut membawa anaknya pergi ke Posyandu atau Puskesmas.

21
c. Bagi Tempat penelitian

Diharapkan bagi masyarakat khususnya para ibu yang mempunyai anak usia 9 bulan
sampai 15 tahun untuk lebih memperhatikan anak-anaknya agar mereka dapat
diimunisasi karena imunisasi Measles Rubella penting untuk kesehatan dan tumbuh
kembang anak.

22
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO. Kementerian kesehatan RI. Status Campak dan Rubella saat ini di
Indonesia. Diunduh dari :
http://www.searo.who.int/indonesia/topics/immunization/mr_measles_status.
pdf?ua=1.2017.
2. IDAI. Buku ajar infeksi & pediatri tropis. Ed.2. Jakarta : Badan penerbit
Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2015. Hal. 109-26.
3. Fakultas Kedokteran UI. Kapita selekta kedokteran. Ed. 3. Jilid ke-2.
Penyakit tropik dan infeksi anak. Jakarta : Media Aesculapius; 2000. H.417-
8.
4. Atikah P: Imunisasi dan Vaksinasi. Yogyakarta: Nuha Medika; 2010. Hal.
26-38.
5. Kementerian Kesehatan RI. Petunjuk teknis kampanye imunisasi Measles
Rubella (MR). Diunduh dari:
http://www.searo.who.int/indonesia/topics/immunization/petunjuk_teknis_ka
mpanye_dan_introduksi_mr.pdf?ua=1 .2017.
6. UNICEF. Lindungi diri kita dari bahaya penyakit Campak & Rubella.
Diunduh dari :
https://www.unicef.org/indonesia/id/Preview_FA_UNICEF_MR_Paket_Adv
okasi.REV27Jun18.pdf .2018.

23

Anda mungkin juga menyukai