DAFTAR ISI.................................................................................................................1
BAB I Pendahuluan…………………………………………………………………...2
BAB VI Penutup…………………………………………………………………….21
Daftar Pustaka……………………………………………………………………….23
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kegiatan surveilans di Indonesia dilaporkan lebih dari 11.000 kasus suspek
campak, dan hasil konfirmasi laboratorium menunjukkan 12–39% di antaranya adalah
campak pasti (lab confirmed) sedangkan 16–43% adalah rubella pasti. Dari tahun 2010
sampai 2015, diperkirakan terdapat 23.164 kasus campak dan 30.463 kasus rubella.
Jumlah kasus ini diperkirakan masih lebih rendah dibanding angka sebenarnya di
lapangan, mengingat masih banyaknya kasus yang tidak terlaporkan, terutama dari
pelayanan kesehatan swasta serta kelengkapan laporan surveilans yang masih rendah.
Di Indonesia, Rubella merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
memerlukan upaya pencegahan efektif. Data surveilans selama lima tahun terakhir
menunjukan 70% kasus rubella terjadi pada kelompok usia <15 tahun.1
Penyakit Campak dan Rubella tidak dapat diobati. Pengobatan yang diberikan
kepada penderita hanya bersifat supportif. Tetapi kedua penyakit ini bisa dicegah
dengan imunisasi. Selama ini Indonesia memberikan imunisasi Campak sebagai salah
satu program imunisasi nasional. Mengingat besarnya perkiraan beban penyakit
Rubella dan tersedianya vaksin kombinasi Measles-Rubella (MR), maka diputuskan
untuk mengganti vaksin Measles dengan vaksin kombinasi Measles-Rubella, yang
dimulai dengan kegiatan imunisasi massal MR.1
Keberhasilan imunisasi ini tidak lepas dari peran serta petugas kesehatan baik
di posyandu maupun puskesmas. Peran orangtua tentunya memegang peranan utama
dalam terlaksananya program imunisasi MR. Oleh karena itu, penulis merasa perlu
mengkaji lebih lanjut mengenai hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan
keterlibatan anak dalam imunisasi Measles-Rubella (MR) di lingkungan kerja
Puskesmas Karang Panjang.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada, dapat dibuat rumusan masalah
sebagai berikut bagaimana hubungan tingkat pengetahuan ibu terhadap pemberian
2
imunisasi Measles Rubella (MR) di lingkungan kerja Puskesmas Karang Panjang pada
tahun 2018?
C. TUJUAN MINI PROJECT
1. Dilaksanakan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan
ibu tentang imunisasi Measles Rubella (MR) di lingkungan kerja Puskesmas
Karang Panjang tahun 2018.
2. Sebagai bahan evaluasi bilamana terdapat kekurangan dalam pelayanan
posyandu sehingga ke depannya pelayanan menjadi lebih baik lagi.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penyakit Campak
Campak adalah penyakit akut yang sangat menular, disebabkan oleh infeksi virus
yang umumnya menyerang anak. Campak memiliki gejala khas yaitu terdiri dari 3
stadium yang masing-masing mempunyai ciri khusus : (1) stadium masa tunas/kataral
berlangsung kira-kira 10-12 hari, (2) stadium erupsi dengan gejala pilek dan batuk
yang meningkat dan ditemukan enamtem pada mukosa pipi (Koplik Spot), faring dan
peradangan mukosa konjungtiva, dan (3) stadium konvalensi dengan keluarnya ruam
mulai dari belakang telinga menyebar ke muka, badan, lengan dan kaki. Ruam timbul
didahului dengan suhu badan yang meningkat, selanjutnya ruam menjadi menghitam
dan mengelupas.2
Etiologi
Virus campak berada di secret nasofaring dan di dalam darah, minimal selama
masa tunas dan dalam waktu yang singkat sesudah timbulnya ruam. Virus tetap aktif
minimal 24 jam pada temperatur kamar 35oC, dan beberapa hari pada suhu 0oC. Virus
tidak aktif pada pH rendah. Virus campak termasuk golongan paramyxovirus
berbentuk bulat dengan tepi kasar dan bergaris tengah 140 nm, dibungkus oleh
selubung luar yang terdiri dari lemak dan protein.2
Cara penularan
Sumber penularan adalah manusia sebagai penderita. Penularan dari orang ke
orang melalui droplet dan transmisi melalui udara terutama melalui batuk, bersin atau
sekresi hidung. Masa penularan 4 hari sebelum timbul rash, puncak penularan pada
saat gejala awal (fase prodromal), yaitu pada 1– 3 hari pertama sakit.3
4
Komplikasi Penyakit Campak2
1. Bronkopneumonia
Otitis media akut dapat disebabkan invasi virus Campak ke dalam telinga tengah.
Gendang telinga biasanya hyperemia pada fase prodormal dan stadium erupsi. Jika
terjadi invasi bakteri pada lapisan sel mukosa yang rusak karena invasi virus terjadi
otitis media purulenta.
3. Ensefalitis
Ensefalitis adalah komplikasi neurologik yang paling jarang terjadi, biasanya terjadi
pada hari ke 4 – 7 setelah terjadinya ruam. Kejadian ensefalitis sekitar 1 dalam 1.000
kasus Campak, dengan CFR berkisar antara 30 – 40%. Terjadinya Ensefalitis dapat
melalui mekanisme imunologik maupun melalui invasi langsung virus Campak ke
dalam otak.
4. Enteritis
Enteritis terdapat pada beberapa anak yang menderita Campak, penderita mengalami
muntah mencret pada fase prodormal. Keadaan ini akibat invasi virus ke dalam sel
mukosa usus.
5
2.2 Penyakit Rubella
Rubella adalah penyakit akut dan ringan yang sering menginfeksi anak dan dewasa
muda yang rentan. Akan tetapi yang menjadi perhatian dalam kesehatan masyarakat
adalah efek teratogenik apabila rubella ini menyerang pada wanita hamil pada
trimester pertama. Infeksi rubella yang terjadi sebelum konsepsi dan selama awal
kehamilan dapat menyebabkan abortus, kematian janin atau sindrom rubella
kongeni2tal (Congenital Rubella Syndrome/CRS) pada bayi yang dilahirkan.4
Etiologi
Penyebab rubella adalah togavirus jenis rubivirus dan termasuk golongan virus
RNA. Virus rubella cepat mati oleh sinar ultra violet, bahan kimia, bahan asam dan
pemanasan. Virus tersebut dapat melalui sawar plasenta sehingga menginfeksi janin
dan dapat mengakibatkan abortus atau congenital rubella syndrome (CRS).4,5
6
Cara Penularan
Penyakit rubella ditularkan melalui saluran pernapasan saat batuk atau bersin.
Virus dapat berkembang biak di nasofaring dan kelenjar getah bening regional, dan
viremia terjadi pada 4 – 7 hari setelah virus masuk tubuh. Masa penularan diperkirakan
terjadi pada 7 hari sebelum hingga 7 hari setelah rash.
Masa inkubasi rubella berkisar antara 14 – 21 hari. Gejala dan tanda rubella
ditandai dengan demam ringan (37,2°C) dan bercak merah/rash makulopapuler
disertai pembesaran kelenjar limfe di belakang telinga, leher belakang dan sub
occipital.
Rubella pada anak sering hanya menimbulkan gejala demam ringan atau bahkan
tanpa gejala sehingga sering tidak terlaporkan. Sedangkan rubella pada wanita dewasa
sering menimbulkan arthritis atau arthralgia. Rubella pada wanita hamil terutama pada
kehamilan trimester 1 dapat mengakibatkan abortus atau bayi lahir dengan CRS.2,4,5
Komplikasi Rubella:4
1. Kelainan jantung :
- Patent ductus arteriosus
- Defek septum atrial
- Defek septum ventrikel
- Stenosis katup pulmonal
2. Kelainan pada mata :
- Katarak kongenital
- Glaukoma kongenital
7
- Pigmentary Retinopati
3. Kelainan pendengaran
4. Kelainan pada sistem saraf pusat :
- Retardasi mental
- Mikrocephalia
- Meningoensefalitis
5. Kelainan lain :
- Purpura
- Splenomegali
- Ikterik yang muncul dalam 24 jam setelah lahir
- Radioluscent bone
Vaksin Measles Rubella (MR) adalah vaksin hidup yang dilemahkan (live
attenuated) berupa serbuk kering dengan pelarut. Kemasan vaksin adalah 10 dosis per
vial. Vaksin yang digunakan telah mendapat rekomendasi dari WHO dan izin edar dari
Badan POM. Vaksin MR 95 persen efektif untuk mencegah penyakit Campak dan
Rubella. Vaksin ini aman dan telah digunakan di lebih dari 141 negara di dunia.
Vaksin MR merupakan vaksin yang berisi virus campak dan rubella hidup yang
telah dilemahkan dan berbentuk serbuk kering berwarna putih kekuningan. Dalam
penggunaannya, vaksin ini membutuhkan pelarut atau pengencer. Vaksin ini tersedia
dalam kemasan 1 dosis per vial, 2 dosis per vial, 5 dosis per vial dan 10 dosis per vial.
Di Indonesia, untuk pelaksanaan introduksi imunisasi rutin akan menggunakan vaksin
MR kemasan 10 dosis per vial.
1. Vaksin MR merupakan vaksin yang sensitif panas, harus disimpan pada suhu
2 - 8oC dan terlindung dari cahaya matahari.
2. Vaksin MR yang sudah dilarutkan dapat digunakan hingga 6 jam, setelah itu
sisa vaksin harus dibuang.
8
3. Vaksin MR dapat bertahan (masih tetap poten) selama 24 bulan apabila
disimpan dalam lemari es pada suhu 2 - 8 oC dan terlindung dari cahaya
matahari
4. Jumlah pelarut yang tersedia harus sama jumlahnya dengan vaksin MR.
Setiap dosis vaksin MR mengandung:
Imunisasi MR diberikan secara subkutan dengan dosis 0,5 ml. Vaksin hanya boleh
dilarutkan dengan pelarut yang disediakan dari produsen yang sama. Vaksin yang telah
dilarutkan harus segera digunakan paling lambat sampai 6 jam setelah dilarutkan.
Pada tutup vial vaksin terdapat indikator paparan suhu panas berupa Vaccine Vial
Monitor (VVM). Vaksin yang boleh digunakan hanyalah vaksin dengan VVM kondisi
A atau B.
Kontraindikasi:
- Demam
- Batuk pilek
- Diare
Tidak ada efek samping dalam pemberian imunisasi. Demam ringan, ruam
merah, bengkak ringan dan nyeri di tempat suntikan setelah imunisasi adalah reaksi
normal yang akan menghilang dalam 2-3 hari. Kejadian ikutan pasca imunisasi yang
serius sangat jarang terjadi. Sebagian besar anak akan mendapat kekebalan terhadap
Campak dan Rubella seumur hidup setelah mendapatkan Imunisasi MR.6
10
BAB III
METODE PENELITIAN
2. Sampel digunakan sebanyak 96 sampel yaitu para ibu yang membawa anaknya
untuk diimunisasi di wilayah kerja puskesmas karang panjang pada bulan
Agustus 2018.
11
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :
Dimana :
n = besar sampel yang diperlukan
Zα = deviat baku tingkat kemaknaan
p = proporsi keadaan yang akan dicari
q = (1-p)
L = tingkat ketepatan yang dikehendaki
BAB IV
HASIL PENELITIAN
12
Secara georafis Puskesmas Karang Panjang terletak di kecamatan Sirimau, kelurahan
Amantelu dengan batas wilayah ;
Luas dan jarak tempuh masyarakat untuk datang berobat ke puskesmas Karang
Panjang adalah : jarak terdekat ½ jam, Jarak terjauh 1 jam
Posyandu
1. Analisis univariat
13
≥20 tahun 44 45.8
≥30 tahun 31 32.3
≥ 40 tahun 19 19.8
Jumlah 96 100.0
Kelompok Umur
45,8%
45
40
35 32,3 %
30
25 19,8%
20
15
10
2.1%
5
0
≤20 tahun ≥20 tahun ≥30 tahun ≥ 40 tahun
14
Tingkat Pendidikan
67.7%
80
60
26%
40
20 6,25%
0
rendah menengah tinggi
Pekerjaan frekuensi %
tidak bekerja 76 79.2
bekerja 20 20.8
Jumlah 96 100
Pekerjaan
80
60
40
79.2 %
20 20.8 %
0
tidak bekerja bekerja
15
Berdasarkan Tabel 3 dan Grafik 3 diketahui bahwa distribusi responden berdasarkan
pekerjaan didapatkan yang tidak bekerja sebesar 76 (79,2%) dan yang bekerja sebesar
20 responden (20,8%) .
2. Analisis Bivariat
16
skor tertinggi Ibu yang memiliki tingkat pendidikan tinggi sebanyak 10 responden dari
25 responden (40%) sedangkan ibu dengan tingkat pendidikan menengah 13
responden dari 65 responden (20%), dan ibu dengan tingkat pendidikan rendah 0 dari
6 responden (0%).
17
Kritik dan saran dari responden
Pada bagian ini responden diberikan pertanyaan terbuka mengenai saran dan kritik
terhadap pelayanan baik di puskesmas maupun di posyandu lingkungan kerja
Puskesmas Karang Panjang. Terdapat dua belas responden yang mengisi saran dan
kritik.
Beberapa responden dari Puskesmas Karang Panjang dan Posyandu Bait Eden
menyatakan imunisasi MR sangat bermanfaat bagi anak-anak mereka guna mencegah
penyakit Campak dan Rubella.
Selain itu, salah satu responden dari Puskesmas Karang Panjang meminta pihak
kesehatan melakukan sosialisasi tentang berbagai hal penting berkaitan dengan
kesehatan. Oleh karena itu, diharapkan agar pihak kesehatan turun ke desa, kelurahan
dan juga RT, RW setempat.
18
BAB V
PEMBAHASAN
Hubungan apakah ibu bekerja atau tidak bekerja terhadap pengetahuan ibu. Dari hasil
penelitian faktor pekerjan mempengaruhi tingkat pengetahuan tentang imunisasi
Measles Rubella (MR) di lingkungan kerja Puskesmas Karang Panjang dimana jumlah
skor tertinggi dari para ibu yang bekerja sebesar 16 dari 20 responden(80%),
sedangkan para ibu yang tidak bekerja sebesar 7 dari 76 responden(9.2%). Hal ini
menunjukkan bahwa para ibu yang bekerja memiliki pengetahuan lebih tentang
imunisasi MR dibanding para ibu yang tidak bekerja.
19
Secara keseluruhan berdasarkan hasil penelitian dapat memberikan gambaran
informasi pentingnya pengetahuan ibu tentang imunisasi. Faktor-faktor didapatkannya
informasi tentang imunisasi MR diantaranya dari pengalaman pribadi, penyuluhan dari
puskesmas, informasi dari media massa baik elektronik maupun media cetak.
Menurut Notoatmodjo, (2003) Pengetahuan atau kognitif merupakan domain
yang sangat penting akan terbentuknya tindakan seseorang. Karena itu perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari
oleh pengetahuan. Pengetahuan ibu tentang imunisasi yang baik mempengaruhi
motivasi ibu dalam mengimunisasi anaknya. Seorang ibu akan membawa anaknya
untuk diimmnisasi bila seorang ibu mengerti apa manfaat imunisasi tersebut bagi
anaknya, pemahaman dan pengetahuan seorang ibu terhadap kelengkapan imunisasi
yang berdampak memberikan pengaruh baik terhadap imunisasi anaknya.
20
BAB VI
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai tingkat pengetahuan ibu mengenai
pemberian imunisasi Measles Rubella (MR) di lingkungan kerja Puskesmas Karang
Panjang dapat disimpulkan:
1. Responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik yang dinilai dari
pengisian kuesioner yaitu para ibu usia produktif (20 tahun ke atas) 15 dari 44
responden (34,1%) dibandingkan para ibu usia 30 tahun ke atas 8 dari 31
responden (25,8%),
2. Responden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi 10 dari 25 responden
(40%) dibandingkan tingkat pendidikan menengah 13 dari 65 responden (20%)
dan,
3. Responden yang memiliki pekerjaan 16 dari 20 responden(80%), dibandingkan
para ibu yang tidak bekerja sebesar 7 dari 76 responden(9.2%).
Mereka cenderung mengerti apa manfaat imunisasi tersebut bagi anaknya, pemahaman
dan pengetahuan seorang ibu terhadap kelengkapan imunisasi yang berdampak
memberikan pengaruh baik terhadap imunisasi anaknya.
2. Saran
a. Bagi penulis
Diharapkan untuk memperbanyak wawasan tentang imunisasi Measles Rubella agar
peneliti selanjutnya dapat mengembangkan lebih baik lagi.
Diharapkan bagi petugas kesehatan lebih meningkatkan pengetahuan ibu dengan lebih
banyak memberikan penyuluhan tentang manfaat dan dampak dari imunisasi Measles
Rubella pada anak usia 9 bulan sampai 15 tahun agar lebih mengerti dan memahami
sehingga ibu tidak takut membawa anaknya pergi ke Posyandu atau Puskesmas.
21
c. Bagi Tempat penelitian
Diharapkan bagi masyarakat khususnya para ibu yang mempunyai anak usia 9 bulan
sampai 15 tahun untuk lebih memperhatikan anak-anaknya agar mereka dapat
diimunisasi karena imunisasi Measles Rubella penting untuk kesehatan dan tumbuh
kembang anak.
22
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO. Kementerian kesehatan RI. Status Campak dan Rubella saat ini di
Indonesia. Diunduh dari :
http://www.searo.who.int/indonesia/topics/immunization/mr_measles_status.
pdf?ua=1.2017.
2. IDAI. Buku ajar infeksi & pediatri tropis. Ed.2. Jakarta : Badan penerbit
Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2015. Hal. 109-26.
3. Fakultas Kedokteran UI. Kapita selekta kedokteran. Ed. 3. Jilid ke-2.
Penyakit tropik dan infeksi anak. Jakarta : Media Aesculapius; 2000. H.417-
8.
4. Atikah P: Imunisasi dan Vaksinasi. Yogyakarta: Nuha Medika; 2010. Hal.
26-38.
5. Kementerian Kesehatan RI. Petunjuk teknis kampanye imunisasi Measles
Rubella (MR). Diunduh dari:
http://www.searo.who.int/indonesia/topics/immunization/petunjuk_teknis_ka
mpanye_dan_introduksi_mr.pdf?ua=1 .2017.
6. UNICEF. Lindungi diri kita dari bahaya penyakit Campak & Rubella.
Diunduh dari :
https://www.unicef.org/indonesia/id/Preview_FA_UNICEF_MR_Paket_Adv
okasi.REV27Jun18.pdf .2018.
23