Anda di halaman 1dari 7

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi
Corpus alienum adalah benda asing. Merupakan salah satu penyebab
cedera mata yang paling sering mengenai sklera, kornea dan konjungtiva.

3.2 Anatomi dan Fisiologi4


Kornea (latin cornum = seperti tanduk) adaah selaput bening mata. Bagian
selaput mata yang tembus cahaya. Merupakan lapis jaringan yang menutup
bola mata sebelah depan dan terdiri atas lapis:
1. Epitel
- tebalnya 550 µm, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang
saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel
gepeng.
- pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke
depan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal di
sampingnya dan sel polygonal di depannya melalui desmosome dan
makula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit, dan
glukosa yang merupakan barrier.
- epitel berasal dari ectoderm permukaan.
2. Membran bowman
- Terletak di bawah membrane basal epitelkornea yang merupakan
kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari
bagian depan stroma.
- Lapisan in tidak mempunyai daya regenerasi
3. Stroma
- Menyusun 90% ketebalan kornea
- Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu
dengan yang lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur
sedangdi bagian perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya
kembali serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang
sampai 15 bulan. Keratosit merupakan sel stroma kornea yang
merupakann fibroblast terletak di antara serat kolagen stroma. Diduga
sel keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam
perkembangan embrio atau sesudah trauma.
4. Membran Descendant
- merupakkan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma
kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan membrane basalnya
- Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai
tebal 40 µm.
5. Endotel
- Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40
µm. Endotel-melekat pada membrane descement melalui
hemidesmosom dan zonula okluden.

Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf
siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V saraf siliar longus berjalan suprakoid,
masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran bowman melepaskan
selubung schwannya. Seluruhh lapis epitel dipersarafi sampai pada kedua lapis
terdepan tanpa ada akhir saraf.

Trauma atau penyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan system


pompa endotel terganggu sehingga dekompensasi endotel dan terjadi edema
kornea. Ndotel tidak memiliki daya regenerasi.

3.3 Patofisiologi4
Benda asing di kornea secara umum masuk ke kategori trauma mata
ringan. Benda asing dapat bersarang (menetap) di epitel kornea atau stroma
bila benda asing tersebut diproyeksikan ke arah mata dengan kekuatan yang
besar.
Benda asing dapat merangsang timbulnya reaksi inflamasi, mengakibatkan
dilatasi pembuluh darah dan kemudian menyebabkan udem pada kelopak
mata, konjungtiva dan kornea. Sel darah putih juga dilepaskan, mengakibatkan
reaksi pada kamera okuli anterior dan terdapat infiltrate kornea. Jika tidak
dihilangkan, benda asing dapat menyebabkan infeksi dan nekrosis jaringan.

3.4 Etiologi
Penyebab cedera mata pada pemukaan mata adalah :
a. Percikan kaca, besi, keramik
b. Partikel yang terbawa angin
c. Ranting pohon
d. Dan sebagainya

3.5 Gejala Corpus Alienum


Gejala yang ditimbulkan berupa nyeri, sensasi benda asing, fotofobia,
mata merah dan mata berair banyak. Dalam pemeriksaan oftalmologi,
ditemukan visus normal atau menurun, adanya injeksi konjungtiva atau
injeksi silar, terdapat benda asing pada bola mata, fluorescein (+).3,4
Hiperemia. Penampakan/visibilitas dari pembuluh darah yang hiperemia,
lokasi, dan ukurannya merupakan kriteria penting untuk diferensial diagnosa.
Tipe-tipe injeksi dibedakan menjadi:
 Injeksi konjungtiva(merah terang, pembuluh darah yang distended
bergerak bersama dengan konjungtiva, semakin menurun jumlahnya saat
menuju ke arah limbus).
 Injeksi perikornea(pembuluh darah superfisial, sirkuler atau cirkumcribed
pada tepi limbus).
 Injeksi siliar(tidak terlihat dengan jelas, pembuluh darah berwarna terang
dan tidak bergerak pada episklera di dekat limbus).
 Injeksi komposit(sering).
Dilatasi perilimbal atau siliar menandakan inflamasi dari kornea
atau struktur yang lebih dalam. Warna yang benar-benar merah
menandakan konjungtivitis bakterial, dan penampakan merah susu
menandakan konjungtivitis alergik. Hiperemia tanpa infiltrasi selular
menandakan iritasi dari sebab fisik, seperti angin, matahari, asap, dan
sebagainya, tetapi mungkin juda didapatkan pada penyakit terkait dengan
instabilitas vaskuler(contoh, acne rosacea).

Gambar 3. bentuk-bentuk injeksi pada konjungtiva


dikutip dari Lang GK, Lang GE. Conjunctiva. Dalam: Lang GK, Gareis O,
Amann J, Lang GE, Recker D, Spraul CW, Wagner P. Ophthalmology: a
short textbook. New York: Thieme; 2000
Epifora (pengeluaran berlebih air mata). Lakrimasi yang tidak
normal(illacrimation) harus dapat dibedakan dari eksudasi. Lakrimasi
biasanya mencerminkan lakrimasi sebagai reaksi dari badan asing pada
konjungtiva atau kornea atau merupakan iritasi toksik. Juga dapat berasal dari
sensasi terbakar atau garukan atau juga dari gatal. Transudasi ringan juga
ditemui dari pembuluh darah yang hiperemia dan menambah aktifitas
pengeluaran air mata. Jumlah pengeluaran air mata yang tidak normal dan
disertai dengan sekresi mukus menandakan keratokonjungtivitis sika.

3.6. Diagnosis
Diagnosis corpus alienum dapat ditegakkan dengan4 :
1) Anamnesis kejadian trauma
2) Pemeriksaan tajamm penglihatan kedua mata
3) Pemeriksaan dengan oftalmoskop
4) Pemeriksaan keadaan mata yang terkena trauma
5) Bila ada perforasi, maka dilakukan pemeriksaan x-ray orbita

3.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaannya adalah dengan mengeluarkan benda asing tersebut
dari bola mata. Bila lokasi corpus alienum berada di palpebra dan
konjungtiva, kornea maka dengan mudah dapat dilepaskan setelah pemberian
anatesi lokal. Untuk mengeluarkannya, diperlukan kapas lidi atau jarum
suntik tumpul atau tajam. Arah pengambilan, dari tengah ke tepi. Bila benda
bersifat magnetik, maka dapat dikeluarkan dengan magnet portable.
Kemudian diberi antibiotik lokal, siklopegik, dan mata dibebat dengan kassa
steril dan diperban.3
Pecahan besi yang terletak di iris, dapat dikeluarkan dengan dibuat
insisi di limbus, melalui insisi tersebut ujung dari magnit dimasukkan untuk
menarik benda asing, bila tidak berhasil dapat dilakukan iridektomi dari iris
yang mengandung benda asing tersebut.3
Pecahan besi yang terletak di dalam bilik mata depan dapat dikeluarkan
dengan magnit sama seperti pada iris. Bila letaknya di lensa juga dapat ditarik
dengan magnit, sesudah insisi pada limbus kornea, jika tidak berhasil dapat
dilakukan pengeluaran lensa dengan ekstraksi linier untuk usia muda dan
ekstraksi ekstrakapsuler atau intrakapsuler untuk usia yang tua.2,3
Bila letak corpus alienum berada di dalam badan kaca dapat dikeluarkan
dengan giant magnit setelah insisi dari sklera. Bila tidak berhasil, dapat
dilakukan dengan operasi vitrektomi.3

3.8 Pencegahan
Pencegahan agar tidak masuknya benda asing ke dalam mata, baik
dalam bekerja atau berkendara, maka perlu menggunakan kaca mata
pelindung.4

3.9 Komplikasi
Komplikasi terjadi tergantung dari jumlah, ukuran, posisi, kedalaman,
dan efek dari corpus alienum tersebut. Jika ukurannya besar, terletak di
bagian sentral dimana fokus cahaya pada kornea dijatuhkan, maka akan dapat
mempengaruhi visus. Reaksi inflamasi juga bisa terjadi jika corpus alienum
yang mengenai kornea merupakan benda inert dan reaktif. Sikatrik maupun
perdarahan juga bisa timbul jika menembus cukup dalam.2,3,4
Bila ukuran corpus alienum tidak besar, dapat diambil dan reaksi
sekunder seperti inflamasi ditangani secepatnya, serta tidak menimbulkan
sikatrik pada media refraksi yang berarti, prognosis bagi pasien adalah
baik.2,3,4
DAFTAR PUSTAKA

1. Susila, Niti et al. Standar Pelayanan Medis Ilmu Kesehatan Mata FK


UNUD/RSUP Sanglah Denpasar. Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Mata FK
UNUD/RSUP Sanglah Denpasar. 2009.
2. Ilyas, Sidarta., Trauma Mata : Ilmu Penyakit Mata edisi ketiga. FK-UI,
Jakarta, 2004. Hal : 259,264-5.
3. Vaughan, Daniel,G., Trauma : Oftamologi Umum edisi ke-14. Widya
Medika, Jakarta, 2000. Hal: 380,384.
4. Bashour M., 2008. Corneal Foreign Body. Available on
http://emedicine.medscape.com/ article/1195581-overview

Anda mungkin juga menyukai