Anda di halaman 1dari 2

Sumber: Kehamilan, Persalinan, Bayi Preterm & Postterm Disertai Evidence Based

Sagita Darma Sari, SST, M.Kes

Noerfikri, 2017

https://books.google.co.id/books?
id=CrZTDwAAQBAJ&pg=PA6&dq=patofisiologi+bayi+prematur&hl=id&sa=X
&ved=0ahUKEwjOuvvpgJLeAhXPEHIKHZPHCC4Q6AEIMTAC#v=onepage&
q&f=true

Etiologi persalinan preterm

a. Faktor kehamilan
1. Ketuban pecah dini (KPD)
Ketuban pecah dini ditandai dengan keluarnya cairan berupa air-air
dari vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu dan dapat dinyatakan
pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan berlangsung.
Pecahnya selaput ketuban secara spontan sebelum kehamilan cukup
bulan banyak dihubungkan dengan amnionitis yang menyebabkan
terjadinya lokus minoris pada selaput ketuban. Ketuban pecah dini bisa
disebabkan oleh berbagai hal seperti : serviks inkompeten, peningkatan
tekanan intrauterine misalnya overdistensi uterus pada keadaan
hidramnnion, trauma, kelainan letak misalnya letak lintang sehingga
tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul (PAP)
yang dapat menghalangi tekanan terhadap membrane bagian bawah.
2. Infeksi
Infeksi intraurine meliputi korioamnionitis, infeksi intraamnion,
amnionitis, merupakan infeksi akut pada cairan ketuban, janin dan
selaput korion yang disebabkan oleh bakteri. Makin lama jarak antara
ketuban pecah dengan persalinan, makin tinggi pula risiko morbiditas
dan mortalitas ibu dan janin. Hal ini ditambah lagi dengan perubahan
suasana vagina selama kehamilan yang menyebabkan turunnya
pertahanan alamiah terhadap infeksi. Pada umumnya infeksi intraurine
merupakan infeksi yang menjalar ke atas setelah ketuban pecah.
Bakteria yang potensial pathogen (aerob, anaerob) masuk kedalam air
ketuban, diantaranya adalah (1) streptococcus golongan B, (2)
Eschericia coli, (3) streptococcus anaerob, dan (4) spesies
bacteroides. Antara infeksi dan persalinan preterm terdapat infeksi :
korioamnionitis-pembebasan prostaglandin-partus prematurus-
pembukaan serviks uteri-korioamnionitis, setelah terjadi invasi
mikroorganisme ke dalam cairan ketuban, janin akan terinfeksi karena
janin menelan atau teraspirasi air ketuban, ditandai dengan terjadinya
takikardi yaitu denyut jantung >160 kali permenit.

3. Kelainan uterus
Uterus yang tidak normal mengganggu risiko terjadinya abortus
spontan dan persalinan preterm. Pada serviks inkompeten dimana
serviks tidak dapat menahan kehamilan terjadi dilatasi serviks yang
mengakibatkan kulit ketuban menonjol keluar pada trimester 2 dan
awal trimester 3 dan kemudian pecah, yang biasanya diikuti oleh
persalinan. Terdapat penelitian yang menyatakan bahwa risiko
terjadinya persalinan preterm akan makin meningkat bila serviks <30
mm, hal ini dikaitkan dengan makin mudahnya terjadi infeksi amnion
bila serviks makin pendek.
4. Vaginitis bakterialis
Vaginosis bakterialis adalah sebuah kondisi ketika flora norman vagina
predominan-laktobasilus yang menghasilkan hydrogen peroksida
digantikan oleh bakteri anaerob seperti gardnerella vaginalis, spesies
mobiluncus, dan mycoplasma hominis. Vaginosis bakterialis telah lama
dikaitkan dengan kelahiran preterm spontan, ketuban pecah preterm,
infeksi korion dan amnion, serta infeksi cairan amnion.
5. Komplikasi medis dan obstetrik
Beberapa komplikasi langsung dari kehamilan yaitu
preeklamsia/eklamsia, ketuban pecah dini, perdarahan antepartum dan
lain-lain. Preeklamsia/eklamsia pada ibu hamil mempunyai pengaruh
langsung terhadap kualitas janin karena terjadi penurunan darah ke
plasenta yang mengakibatkan janin kekurangan nutrisi sehingga terjadi
gangguan pertumbuhan janin. Sedangkan, perdarahan antepartum yaitu
keadaan perdarahan yang keluar dari vagina ibu hamil pada usia
kehamilan lebih dari 28 minggu, dapat diakibatkan oleh dua hal yaitu
plasenta previa dan solusio plasenta yang diakibatkan oleh suatu sebab
seperti trauma/kecelakaan dan tekanan darah tinggi, dapat mengancam
nyawa ibu maupun janin sehingga meningkatkan indikasi untuk
mengakhiri persalinan yang berdampak terjadinya persalinan preterm.
6. Penyakit sistemik
Penyakit sistemik pada ibu seperti: diabetes mellitus, penyakit jantung,
hipertensi, panyakit ginjal dan paru kronis.

b. Faktor individu
1. Keadaan social ekonomi rendah
2. Penyakit sistemik ibu hamil
3. Infeksi kehamilan

Anda mungkin juga menyukai