5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan radiologi
Rontgen dada, pada permulaan didapati menghilangnya sudut kostofrenik.
Bila cairan lebih 300ml, akan terlihat cairan dengan permukaan melengkung.
Mungkin terdapat pergeseran di mediastinum selain rotgen dada USG juga bisa
membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang jumlahnya
sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.
b. Torakosentesis
Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan
melakukan pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui
torakosentesis (pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan
diantara sela iga ke dalam rongga dada dibawah pengaruh pembiusan lokal).
Torakosentesis juga untuk mengetahui kejernihan, warna, biakan tampilan,
sitologi, berat jenis. Fungsi pleura diantara linea aksilaris anterior dan
posterior, di sela iga ke-8.
c. Biopsi
Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka
dilakukan biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk
dianalisa. Pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan
menyeluruh, penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan. Biopsi ini
dilakukan untuk mengetahui adanya sel-sel ganas atau kuman-kuman penyakit
(biasanya kasus pleurisy tuberculosa dan tumor pleura)
d. Bronkoskopi
Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber cairan
yang terkumpul.
e. Analisa cairan pleura
Efusi pleura didiagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, dan di
konfirmasi dengan foto thoraks. Dengan foto thoraks posisi lateral dekubitus
dapat diketahui adanya cairan dalam rongga pleura sebanyak paling sedikit 50
ml, sedangkan dengan posisi AP atau PA paling tidak cairan dalam rongga
pleura sebanyak 300 ml. Pada foto thoraks posisi AP atau PA ditemukan
adanya sudut costophreicus yang tidak tajam. Bila efusi pleura telah
didiagnosis, penyebabnya harus diketahui, kemudian cairan pleura diambil
dengan jarum, tindakan ini disebut thorakosentesis. Setelah didapatkan cairan
efusi dilakukan pemeriksaan seperti :
Komposisi kimia seperti protein, laktat dehidrogenase (LDH),
albumin, amylase, pH, dan glukosa.
Dilakukan pemeriksaan gram, kultur, sensitifitas untuk mengetahui
kemungkinan terjadi infeksi bakteri.
f. Sitologi untuk mengidentifikasi adanya keganasan
Langkah selanjutnya dalam evaluasi cairan pleura adalah untuk membedakan
apakan cairan tersebut merupakan cairan transudat atau eksudat. Efusi pleura
transudatif disebabkan oleh faktor sistemik yang mengubah keseimbangan
antara pembentukan dan penyerapan cairan pleura. Sedangkan efusi pleura
eksudatif disebabkan oleh faktor lokal yang mempengaruhi pembentukan dan
penyerapan cairan pleura.
(Nurarif & Kusuma, 2016).
6. Penatalaksanaan Medis
a. Aspirasi cairan pleura
Jumlah cairan yang boleh diaspirasi ditentukan atas pertimbangan keadaan
umum penderita, tensi dan nadi. Makin lemah keadaan umum penderita makin
sedikit jumlah cairan pleura yang bisa diaspirasi untuk membantu pernafasan
penderita.
b. Water Seal Drainage
Telah dilakukan oleh berbagai penyelidik akan tetapi bila WSD ini dihentikan
maka akan terjadi kembali pembentukan cairan.
c. Antibiotik
Pemberian antibiotik diberikan apabila terbukti terdapat adanya infeksi.
Antibiotik diberikan sesuai dengan hasil kultur kuman. Antibiotik yang
digunakan adalah doxycyline, golongan antibiotik tetrasiklin, dosis yang
diberikan jika infeksi biasa adalah 200 mg sebanyak 1 kali, dan di lanjuktan
100 mg per hari. Jika infeksinya parah di berikan 200 mg per hari.
d. Pleurodosis
Pada efusi karena keganasan dan efusi rekuren lain, diberikan obat (tetrasiklin,
kalk, dan biomisin) melalui selang interkostalis untuk melekatkan kedua
lapisan pleura dan mencegah cairan terakumulasi kembali.
(Nurarif & Kusuma, 2016)
3. Intervensi
Diagnosa NOC NIC (Rasional)
Nyeri Akut Tingkat nyeri: Manajemen nyeri:
- Melaporkan nyeri berkurang - Kaji nyeri secara komperhensif
- Mengikuti program (menidentifikasi faktor pencetus dan fator yang
farmakologis yang diresepkan mengurangi)
Pengendalian nyeri: - Gunakan skala penilaian nyeri sesuai dengan
- Menyatakan metode yang usia dan kognisi (untuk mengkaji skala nyeri)
memberi pereda nyeri - Kaji persepsi klien mengenai nyeri (persepsi
- Mendemonstrasikan klien dan ekspresi klien dipengaruhi oleh
manajemen nyeri non sosiokultural)
farmakologis - Pastikan pengetahuan dan harapan klien
terkait manajemen nyeri (memberi dasar untuk
intervensi dan penyuluhan)
- Beri manajemen nyeri nonfarmakologis:
perubahan posisi, kompres panas atau dingin,
nafas dalam, imajinasi terbimbing, distraksi
(untuk mengurangi atau mengendalikan nyeri)
Pemberian analgesik:
- Kolaborasi pemberian analgesik (untuk
mengurang atau mengendalikan nyeri)
- Evaluasi dan dokumentasikan respon klien
terhadap analgesik (untuk membatasi efek
simpang)
Ketidakefektifan Status pernapasan; ventilasi : Pemantauan pernapasan:
Pola Nafas - Mencapai pola nafas yang - Evaluasi status pernapasan klien (untuk
efektif dan normal mengidentifikasi pencetus)
- Ttidak mengalami sianosis - Observasi pola nafas (untuk melihat
dan tanda gejala lain hipoksia penggunaan otot bantu pernapasan)
Manajemen diri: - Auskultasi dan perkusi dada (suara nafas yang
- Menunjukkan perilaku abnormal mengindikasikan masalah)
koping yang tepat - Observasi ukuran, bentuk dan ekspansi dada
(untuk melihat adanya perubahan pergerakan
dinding dada)
Bantuan ventilasi:
- Kolaborasi dalam terapi kondisi yang
mendasari (untuk mengurangi faktor penyebab)
- Beri oksigen sesuai kebutuhan (untuk
memudahkan pernapasan)
- Tinggikan kepala tempat tidur (untuk
meningkatkan inspirasi maksimal)
- Dorong klien untuk bernafas secara lebih
perlahan dan dalam (untuk membantu klien
dalam mengendalikan situasi)
- Diskusikan dengan keluarga penatalaksanaan
lingkungan personal dan kebiasaan personal
yang menjadi faktor pemicu (untuk
meningkatkan kesehatan)
Ketidakefektifan Status pernapasan; kepatenan Manajemen jalan nafas:
Bersihan Jalan jalan nafas: - Kaji tingkat kesadaran dan kognisi untuk
Nafas - Mempertahankan kepatenan mempertahankan jalan nafas (memberi tingkat
jalan nafas dasar perawatan yang diperlukan)
- Mengeluarkan atau - Evaluasi frekuensi pernapasan dan suara nafas
membersihkan sekresi dengan (untuk mengetahi adanya suara nafas tambahan
mudah atau pernafasan dangkal)
- Atur posisi kepala sesuai kondisi (untuk
mempertahankan jalan nafas tetap terbuka)
- Menunjukkan perbaikan - Pasang jalan nafas melalui oral (untuk
dengan suara nafas bersih, memperbaiki jalan nafas)
pertukaran oksigen membaik - Evaluasi jumlah dan jenis sekresi (mukus
yang leket dapat mempersulit jalan nafas)
- Catat kemampuan untuk batuk (Fungsi batuk
dapat terjadi penurunan pada beberapa kondisi)
- Lakukan pengisapan sesuai indikasi (untuk
membersihkan jalan nafas)
- Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi
(untuk mengeluarrkan sekresi)
- Kolaborasi obat nebulizer (untuk
mengencerkan sekresi)
- Auskultasi pernapasan (untuk memastikan
efek terapi)
Daftar Pustaka
Alsagaff, H., & Mukty, H.A. (2010). Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Airlangga
University Press.
Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Murr, A.C. (2015). Manual Diagnosi Keperawatan Edisi: 3.
Jakarta: EGC.
Herdman, T.H., & Kamitsuru, S. (2017). NANDA-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2018-2020. Jakarta: EGC.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Efusi Pleura. Diakses pada 03 November 2018.
http://yankes.depkes.go.id/read-efusi-pleura-4373.html
Mutaqin, A. (2012). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Jilid 1 Asuhan Keperawatan
Praktis Berdasarkan Penerapan Diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam Berbagai Kasus. Jogjakarta:
Media Action.
Simanjuntak, ES. (2014). Efusi Pleura Kanan yang disebabkan oleh Carsinoma Mammae Dextra
Metastase Ke Paru. Jurnal Medula: 2(1)
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
DIAGNOSA EFUSI PLEURA DI RUANG SHAFA RSUDZA BANDA ACEH
OLEH:
1812101010042
FAKULTAS KEPERAWATAN
TAHUN 2018