Anda di halaman 1dari 2

psikologi proyektif adalah sebuah konsep psikologi dimana manusia memiliki

kecenderungan untuk membela dirinya atau menghindarkan diri dari tekanan-


tekanan yang tidak menyenangkan dan menyangkan keberadaan tekanan tersebut.
Penyangkalan bisa ada di dalam diri saja maupun ditunjukkan kepada orang lain.
Lalu, bagaimana sejarah psikologi proyektif ini?

Psikologi proyektif yang sangat erat kaitannya dengan kepribadian seseorang ini
awalnya dicetuskan oleh Freud. Menurut Freud, sebagian cara individu untuk
mereduksi perasaan tertekan, kecemasan, stress ataupun konflik adalah dengan
membentuk pertahanan diri yang bisa dia lakukan secara sadar maupun tidak.

Freud menggunakan istilah mekanisme pertahanan diri atau defence


mechanism sebagai suatu cara individu memutarbalikkan kenyataan untuk
mengatasi kecemasan yang dia alami. Hal ini bisa berarti individu tersebut menipu
dirinya sendiri.

Istilah ‘mekanisme’ yang digunakan oleh Freud ini mungkin kurang tepat, namun
bisa dimengerti melihat kecenderungan di abad ke-19 dimana manusia dipandang
sebagai sebuah mesin yang sangat kompleks.

Sejarah Psikologi Proyektif

Proyeksi dikenalkan pertama kali oleh Freud di dalam tulisannya The Anxiety
Neurosis (1894). Di situ beliau memaparkan bahwa psyche akan mengembangkaan
suatu kecemasan neurotik bila psyche merasa tidak berdaya untuk mengatasi
rangsangan-rangsangan (seksual) yang berasal dari dalam (endogenous) sehingga
rangsangan-rangsangan tersebut akan diproyeksikan ke dunia luar (Freud, 1894).

Sementara itu, di dalam karyanya yang lain, On the Defense


Neuropsychoses (1896), Freud mengelaborasikan lebih jauh tentang konsep
proyeksi ini. Secara eksplisit, Freud mengemukakan bahwa proyeksi adalah suatu
proses memetakan dan melampiaskan dorongan, perasaan dan sentimen seorang
individu tersebut lingkungan di luar dirinya, sebagai proses yang sifatnya defensif.
Individu yang bersangkutan tersebut pun tidak menyadari munculnya gejala tersebut
karena semua terjadi di luar kehendaknya (undesireable phenomena).

Elaborasi yang lebih jauh lagi bisa dilihat di kasus Schreber, seorang
penderita paranoia. Freud mengemukakan bahwa penderita paranoia tersebut
memiliki kecenderungan homoseksual. Karena ada super ego yang menekannya,
dia mengubah sebuah reaksi-formasi, dari I love him menjadi I hate him. Adanya
proyeksi benci kepada objek yang sebelumnya dia cintai ini merupakan akibat dari
super ego yang tidak mengizinkan benci tersebut muncul di kesadaran dan
teralisasi. Dia pun merasa bahwa bahaya di dunia luar akan lebih menekannya
daripada bahaya dari dalm dirinya sendiri. Hal ini akan membuatnya meredam rasa
bencinya. Jadi, dalam hal ini super ego menghambat pengekspresian rasa benci itu
berdasarkan norma-norma sosial yang dia miliki. Jika di atas adalah paparan Freud
mengenai proyeksi, berikut ini adalah definisi proyeksi menurut Healy, Bronner dan
Bowers. Menurut mereka proyeksi adalah sebuah proses defensif yang dikendalikan
oleh prinsip kenikmatan (pleasure principle), dimana ego yang berpedoman pada
dunia di luarnya, akan merasa tercela jika keinginan dan ide alam tidak sadar
muncul ke permukaan. Proyeksi yang pada awalnya berasal dari psikosis dan
neurosis diterapkan dalam bentuk-bentuk tingkah laku lainnya, seperti pendapat
Freud dalam The Future of an Illusion dan Totem and Taboo, maka menurut Healy,

Sumber https://dosenpsikologi.com/sejarah-psikologi-proyektif

Anda mungkin juga menyukai