Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “ ASPAL “. Pada makalah
ini kami banyak mengambil dari berbagai sumber dan refrensi dan pengarahan dari berbagai pihak .oleh
sebab itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih sebesar-sebesarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penyusunan menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan laporan ini.

Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk
semua pihak yang membaca…

M.Wahyu Ruliansyah , 30 Juni 2018

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aspal adalah material yang pada temperatur ruang berbentuk padat sampai agak padat, dan bersifat
termoplastis. Jadi, aspal akan mencair jika dipanaskan sampai temperatur tertentu, dan kembali
membeku jika temperatur turun. Bersama dengan agregat,aspal merupakan material pembentuk
campuran perkerasan jalan. (Sukirman,S., 2003).

Aspal terbuat dari minyak mentah, melalui proses penyulingan atau dapat ditemukan dalam
kandungan alam sebagai bagian dari komponen alam yang ditemukan bersama sama material lain.
Aspal dapat pula diartikan sebagai bahan pengikat pada campuran beraspal yang terbentuk dari
senyawa-senyawa komplek seperti Asphaltenese, Resins dan Oils. Aspal mempunyai sifat visco-
elastis dan tergantung dari waktu pembebanan. ( The Blue Book–Building & Construction, 2009)

Aspal merupakan distilat paling bawah dari minyak bumi, yang memiliki banyak sekali manfaat dan
kegunaan. Aspal dapat digunakan di dalam bermacam produk – produk, termasuk:

a. Jalan aspal,

b. Dasar pondasi dan subdasar,

c. Dinding untuk lubang di jalanan, trotoar kakilima, jalan untuk mobil, lereng-lereng, jembatan-
jembatan, dan bidang parkir,

d. Tambalan lubang di jalanan,

e. Jalan dan penutup tanah,

f. Atap bangunan, dan

g. Minyak bakar

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi aspal ?

2. Apa fungsi aspal ?

3. Apa saja jenis - jenis aspal ?

4. Sepertia apa sifat – sifat fisik aspal ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa definisi aspal ?

2. Untuk mengetahui apa fungsi aspal ?

3. Untuk mengetahui apa saja jenis - jenis aspal ?

4. Untuk mengetahui sepertia apa sifat – sifat fisik aspal ?


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Aspal

Aspal ialah bahan hidro karbon yang bersifat melekat (adhesive), berwarna hitam kecoklatan, tahan
terhadap air, dan visoelastis. Aspal sering juga disebut bitumen merupakan bahan pengikat pada
campuran beraspal yang dimanfaatkan sebagai lapis permukaan lapis perkerasan lentur. Aspal
berasal dari aspal alam (aspal buton} atau aspal minyak (aspal yang berasal dari minyak bumi).
Berdasarkan konsistensinya, aspal dapat diklasifikasikan menjadi aspal padat, dan aspal cair.

Aspal atau bitumen adalah suatu cairan kental yang merupakan senyawa hidrokarbon dengan sedikit
mengandung sulfur, oksigen, dan klor. Aspal sebagai bahan pengikat dalam perkerasan lentur
mempunyai sifat viskoelastis. Aspal akan bersifat padat pada suhu ruang dan bersifat cair bila
dipanaskan. Aspal merupakan bahan yang sangat kompleks dan secara kimia belum dikarakterisasi
dengan baik. Kandungan utama aspal adalah senyawa karbon jenuh dan tak jenuh, alifatik dan
aromatic yang mempunyai atom karbon sampai 150 per molekul.

Atom-atom selain hidrogen dan karbon yang juga menyusun aspal adalah nitrogen, oksigen,
belerang, dan beberapa atom lain. Secara kuantitatif, biasanya 80% massa aspal adalah karbon, 10%
hydrogen, 6% belerang, dan sisanya oksigen dan nitrogen, serta sejumlah renik besi, nikel, dan
vanadium. Senyawa-senyawa ini sering dikelaskan atas aspalten (yang massa molekulnya kecil) dan
malten (yang massa molekulnya besar). Biasanya aspal mengandung 5 sampai 25% aspalten.
Sebagian besar senyawa di aspal adalah senyawa polar.

2.2 Fungsi Aspal

Fungsi aspal antara lain adalah sebagai berikut:

a.) Untuk mengikat batuan agar tidak lepas dari permukaan jalan akibat lalu lintas (water proofing,
protect terhadap erosi)

b.) Sebagai bahan pelapis dan perekat agregat.

c.) Lapis resap pengikat (prime coat) adalah lapisan tipis aspal cair yang diletakan di atas lapis
pondasi sebelum lapis berikutnya.

d.) Lapis pengikat (tack coat) adalah lapis aspal cair yang diletakan di atas jalan yang telah beraspal
sebelum lapis berikutnya dihampar, berfungsi pengikat di antara keduanya.

e.) Sebagai pengisi ruang yang kosong antara agregat kasar, agregat halus, dan filler.

2.3 Jenis Aspal

Aspal yang digunakan sebagai bahan untuk jalan pembuatan terbagi atas dua jenis yaitu:

1. Aspal Alam

Menurut sifat kekerasannya dapat berupa:

a. Batuan = asbuton
b. Plastis = trinidad

c. Cair = Bermuda

Menurut kemurniannya terdiri dari :

a. Murni = Bermuda

b. Tercampur dengan mineral = asbuton + Trinidad

2. Aspal buatan

Jenis aspal ini dibuat dari proses pengolahan minya bumi, jadi bahan baku yang dibuat untuk aspal
pada umumnya adalah minyak bumi yang banyak mengandung aspal. Jenis dari aspal buatan antara
lain adalah sebagai berikut:

3. Aspal Keras

Aspal keras igunakan untuk bahan pembuatan AC. Aspal yang digunakan dapat berupa aspal keras
penetrasi 60 atau penetrasi 80 yang memenuhi persyaratan aspal keras. Jenis-jenisnya :

a. Aspal penetrasi rendah 40 / 55, digunakan untuk kasus: Jalan dengan volume lalu lintas tinggi,
dan daerah dengan cuaca iklim panas.

b. Aspal penetrasi rendah 60 / 70, digunakan untuk kasus : Jalan dengan volume lalu lintas sedang
atau tinggi, dan daerah dengan cuaca iklim panas.

c. Aspal penetrasi tinggi 80 / 100, digunakan untuk kasus : Jalan dengan volume lalu lintas sedang
/ rendah, dan daerah dengan cuaca iklim dingin.

d. Aspal penetrasi tinggi 100 / 110, digunakan untuk kasus : Jalan dengan volume lalu lintas
rendah, dan daerah dengan cuaca iklim dingin.

4. Aspal Cair

Aspal cair digunakan untuk keperluan lapis resap pengikat (prime coat) digunakan aspal cair jenis MC
– 30, MC – 70, MC – 250 atau aspal emulsi jenis CMS, MS. Untuk keperluan lapis pengikat (tack coat)
digunakan aspal cair jenis RC – 70, RC – 250 atau aspal emulsi jenis CRS, RS.

5. Aspal emulsi

Aspal cair yang dihasilkan dengan cara mendispersikan aspal keras ke dalam air atau sebaliknya
dengan bantuan bahan pengemulsi sehingga diperoleh partikel aspal yang bermuatan listrik positif
(kationik), negatif (anionik) atau tidak bermuatan listrik (nonionik). Jenis-jenisnya adalah:

6. Aspal emulsi anionic

Aspal cair yang dihasilkan dengan cara mendispersikan aspal keras ke dalam air atau sebaliknya
dengan bantuan bahan pengemulsi anionik sehingga partikel-partikel aspal bermuatan ion-negatif.

Aspal emulsi anionik mengikat cepat (Rapid setting, RS)

Aspal emulsi bermuatan negatif yang aspalnya mengikat agregat secara cepat setelah kontak dengan
agregat.
Aspal emulsi anionik mengikat lebih cepat (Quick setting, QS)

Aspal emulsi bermuatan negatif yang aspalnya mengikat agregat secara lebih cepat setelah kontak
dengan agregat. Meliputi : QS-1h (quick setting-1):Mengikat lebih cepat-1 keras (Pen 40-90).

Aspal emulsi jenis mantap sedang

Aspal emulsi yang butir-butir aspalnya bermuatan listrik positip.

Aspal emulsi kationik

Aspal cair yang dihasilkan dengan cara mendispersikan aspal keras ke dalam air atau sebaliknya
dengan bantuan bahan pengemulsi jenis kationik sehingga partikel-partikel aspal bermuatan ion
positif.

Aspal emulsi kationik mengikat cepat (CRS)

Aspal emulsi bermuatan positif yang aspalnya memisah dari air secara cepat setelah kontak dengan
agregat.

Aspal emulsi kationik mengikat lambat (CSS)

Aspal emulsi bermuatan positif yang aspalnya memisah dari air secara lambat setelah kontak dengan
agregat.

Aspal emulsi kationik mengikat lebih cepat (CQS)

Aspal emulsi bermuatan positif yang aspalnya memisah dari air secara lebih cepat setelah kontak
dengan agregat.

Aspal emulsi kationik mengikat sedang (CMS)

Aspal emulsi bermuatan positif yang aspalnya memisah dari air secara sedang setelah kontak dengan
agregat.

Aspal emulsi mantap cepat (Cationic Rapid Setting - CRS)

Aspal emulsi kationik yang partikel aspalnya memisah cepat dari air setelah kontak dengan aggregat.

Aspal emulsi mantap cepat (cationic rapid setting, CRS)

Aspal emulsi kationik yang partikel aspalnya memisah cepat dari air setelah kontak dengan
aggregate aspal emulsi jenis kationik yang partikel aspalnya memisah dengan cepat dari air setelah
kontak dengan udara.

2.4 Sifat – Sifat Fisik Aspal

Sifat-sifat aspal yang sangat mempengaruhi perencanaan, produksi dan kinerja campuran beraspal
antara lain adalah:

1. Durabilitas

Kinerja aspal sangat dipengaruhi oleh sifat aspal tersebut setelah diguakan sebagai bahan pengikat
dalam campuran beraspal dan dihampar dilapangan. Hal ini di sebabakan karena sifat-saifat aspat
akan berubah secara signifikan akibat oksidasi dan pengelupasan yang terjadi pada saat
pencampuran, pengankutan dan penghamparan campuran beraspal di lapangan. Perubahan sifat ini
akan menyebabkan aspal menjadi berdakhtilitas rendah atau dengna kata lain aspal telah mngalami
penuan. Kemampuan aspal untuk menghambat laju penuaan ini disebut durabilitas aspal. Pengujian
bertujuan untuk mengetahui seberapa baik aspal untuk mempertahankan sifat –sifat awalnya akibat
proses penuaan.

Walaupun banyak faktor lain yang menentukan, aspal dengna durabilitas yang baik akan
menghasilkan campuran dengna kinerja baik pula. Pengujian kuantitatif yang biasanya dilakukan
untuk mengetahui durabilitas aspal adalah pengujian penetrasi, titik lembek, kehilangan berat dan
daktilitas. Pengujian ini dlakukan pada benda uji yang telah mengalami Presure Aging Vassel ( PAV),
Thin Film Oven Test ( TFOT) dan Rolling Thin Film Oven Test ( RTFOT). Dua proses penuaan terakhir
merupakan proses penuaan yang paling banyak di gunakan untuk mengetahui durabilitas aspal. Sifat
aspal terutama Viskositas dan penetrasi akan berubah bila aspal tesebut mengalami pemanasan
atau penuaan. Aspal dengan durabilitas yang baik hanya mengalami perubahan.

2. Adesi dan Kohesi

Adesi adalah kemampuan partikel aspal untuk melekat satu sama lainnya, dan kohesi adalah
kemampuan aspal untuk melekat dan mengikat agregat. Sifat adesi dan kohesi aspal sangat penting
diketahui dalam pembuatan campuran beraspal Karena sifat ini mempengaruhi kinerja dan
durabilitas campuran. Uji daktilitas aspal adalah suatu ujian kualitatif yang secara tidak langsung
dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat adesifnes atau daktalitas aspal keras. Aspal keras dengna
nilai daktilitas yang rendah adalah aspal yang memiliki daya adesi yang kurang baik dibandingkan
dengan aspal yang memiliki nilai daktalitas yang tinggi.

Uji penyelimutan aspal terhadap batuan merupakan uji kuantitatif lainnya yang digunakan untuk
mengetahui daya lekat ( kohesi) aspal terhadap batuan.

Pada pengujian ini, agregat yang telah diselimuti oleh film aspal direndam dalam air dan dibiarkan
selama 24 jam dengan atau tanpa pengadukan. Akibat air atau kombinasi air dengan gaya mekanik
yang diberikan, aspal yang menyilimuti pemukaan agregat akan terkelupas kembali. Aspal dengan
gaya kohesi yang kuat akan melekat erat pada permukaan agregat, oleh sebab itu pengelupasan
yang tejadi sebagai akibat dari pengaruh air atau kombinasi air dengan gaya mekanik sangat kecil
atau bahkan tidak terjadi sama sekali

3. Kepekaan aspal terhadap temperatur

Seluruh aspal bersifat termoplastik yaitu menjadi lebih keras bila temperature menurun dan
melunak bila temperature meningkat. Kepekaan aspal untuk berubah sifat akibat perubahan
tempertur ini di kenal sebagai kepekaan aspal terhadap temperatur.

4. Pengerasan dan penuaan aspal

Penuaan aspal adalah suatu parameter yang baik untuk mengetahui durabilitas campuran beraspal.
Penuaan ini disebabkan oleh dua factor utama, yaitu: penguapan fraksi minyak yang terkandung
dalam aspal dan oksidasi penuaan jangka pendek dan oksidasi yang progresif atau penuaan jangka
panjang. Oksidasi merupakan factor yang paling penting yang menentukan kecepatan penuaan.
2.5 Proses Pembuatan Asphalt

1. Persiapan Bahan Baku

Bahan Baku Batu Pecah/Agregat. Agregat adalah bahan utama yang digunakan untuk lapisan
permukaan perkerasan jalan atau beton, agregat ini diperoleh dari hasil penambangan batu-batuan
pada sungai-sungai yang ada di Aceh Tamiang dan daerah lainya, kemudian batu–batuan tersebut
diproses melalui mesin perengkahan Stone Crusher yang menghasilkan beberap jenis agregat sesuai
dengan yang di inginkan. dalam perkerjaan kosntruksi menurut standar SNI (Satandar Nasional
Indonesia) tentang penggunaan agregat yang diproduksi adalah agregat dengan ukuran 1, 1/2,
¾ inch, dan abu batu pada umumnya, yang selanjunya disimpan di gudang untuk dijadikan stock dan
sebagian di simpan pada bin-bin penampung bahan baku untuk pembuatan aspal beton pada unit
AMP (Aspal Mixing Plant).

2. Bahan Baku Aspal

Aspal ialah bahan baku yang digunakan untuk mengikat antara agregat yang satu dengan yang
lainya atau juga sebagai katalis agar agregat dapat menjadi satu padu, kuat, keras dan tahan
terhadap perubahan cuaca. Jenis aspal yang digunakan ialah aspal emulsi yang diperoleh dari hasil
penyulingan minyak bumi. diimpor dari berbagai produsen yang ada di dalam maupun luar negeri.

3. Filler.

Filler adalah bahan penambah pada proses pencampuran atara agregat dengan aspal yang berfungsi
untuk menutup pori-pori yang ada pada permukaan aspal beton yang disebabkan karena kurangnya
campuran dari gradasi agregat pada unit timbangan. Bahan pengisi yang ditambahkan terdiri atas
debu batu kapur (limestone dust), kapur padam (hydrated lime), semen atau abu terbang yang
sumbernya disetujui oleh Direksi Pekerjaaan. Bahan pengisi yang ditambahkan harus kering dan
bebas dari gumpalan-gumpalan dan bila diuji dengan pengayakan sesuai SNI (Standar Nasional
Indonesia) 03-1968-1990 harus mengandung bahan yang lolos ayakan No.200 (75 micron) tidak
kurang dari 75 % terhadap beratnya. Batu kapur (limestone dust) sebagai filler bahan pengisi pori-
pori pada aspal.

4. Bin dingin

Bin dingin (coold bin) adalah bak tempat menampung material agregat dari tiap-tiap fraksi mulai dari
agregat halus sampai agregat kasar yang diperlukan dalam memproduksi campuran aspal panas (hot
mix). Bagian pertama dari AMP (Aspal Mixing Plant) adalah bin dingin, yaitu tempat penyimpanan
fraksi agregat kasar, agregat sedang, agregat halus dan pasir. Bin dingin harus terdiri dari minimum 3
sampai 5 bak penampung (bin). Masing-masing bin berisi agregat dengan gradasi tertentu. Agregat-
agregat tersebut harus terpisah satu sama lain, untuk menjaga keaslian gradasi dari masing masing
bin sesuai dengan rencana campuran kerja (RCK). Untuk memisahkannya, dapat dipasang pelat baja
pemisah antara bin. Dengan demikian maka loader (alat pengangkut) yang digunakan mengisi
masing-masing bin harus mempunyai bak (bucket) yang lebih kecil dari mulut pemisah masing-
masing bin. Jika pemisah tidak ada maka pengisian masing-masing bin tidak boleh berlebih yang
dapat berakibat tercampurnya agregat.

5. Proses Pengeringan Agregat Pada Unit Dryer


Agregat yang diperoleh dari hasil penambangan dan telah diproses di unit stone crusher yang
kemudian disimpan pada bin-bin dingin (Cool bin) yang sesuai dengan ukuran masing-masing
selanjutnya disuplai atau diangkut menuju dryerdengan menggunakan belkonveyor untuk
dikeringkan dengan unit dryertujuannya untuk menghilangkan kadar air, kadar air harus seminim
mungkin karena kalau tidak akan berpengaruh pada pencampuran aspal nantinya. Proses
pengeringan pada dryer adalah dengan cara membakar agregat di dalam kilen yang berputar dengan
suhu ±1500 C proses pembakaran dengan menggunakan bahan bakar solar lama pembakaran ini
belangsung selama ± 45 detik dengan kapasitas ± 80 ton/jam.

Pada unit pengering (dryer) perlu diperhatikan beberapa faktor agar diperoleh campuran beraspal
yang memenuhi syarat, yaitu antara lain:

Kalibrasi alat pengukur temperatur dan pemeriksaan temperatur pemanasan. Perubahan kuantitas
agregat yang masuk ke unit pengering akibat dari pengaturan bukaan bin dingin dapat menyebabkan
pemanasan berlebih (jumlah agregat yang masuk berkurang sementara panas pembakar tetap).

Pembakaran harus sempurna, hal ini dapat diindikasikan dari warna asap yang keluar dari cerobong
asap adalah putih dan nyala api pembakaran berwarna biru. Warna asap yang hitam menandakan
pembakaran tidak sempurna. Contoh dari akibat pembakaran yang tidak sempurna adalah, pada
saat pengambilan agregat dari hot bin, agregat terlihat berwarna hitam terselimuti jelaga. Akibat
dari hal tersebut aspal tidak dapat masuk ke pori-pori agregat dan juga tidak dapat melekat dengan
baik ke agregat.

Kadar air pada agregat harus seminimum mungkin, oleh karena itu dilakukan pemeriksaan kadar air
secara cepat; diambil contoh secukupnya, kemudian dilewatkan pada cermin yang kering, atau
spatula diatas agregat tersebut. Diamati jumlah kadar air yang mengembun pada permukaan cermin
atau spatula. Agregat yang masih mengandung kadar air akan menghalangi melekatnya aspal ke
agregat, sehingga campuran beraspal berprilaku seolah-olah kelebihan aspal.

6. Pengumpul Debu (dust collector).

Alat pengumpul debu (dust collector) harus berfungsi sebagai alat pengontrol polusi udara di
lingkungan lokasi AMP (aspal mixing plant). Gas buang yang keluar dari sistem pengering ditambah
dengan dorongan kipas pengeluar (exhaust fan) akan dialirkan ke pengumpul debu. Alat pengumpul
debu yang tidak berfungsi dengan baik akan menyebabkan terjadinya polusi udara, dan ini terlihat
jelas dari adanya kotoran atau debu di pohon-pohon atau atap rumah di sekitar lokasi AMP (Aspal
Mixing Plant). Pada PT. Bahtera Karang Raya yang digunakan adalah sistem pengumpul debu jenis
basah (wet scrubber dust collector), debu yang terbawa gas buangan disemprot dengan air, sehingga
partikel berat akan terjatuh ke bawah dan gas yang telah bersih keluar dari cerobong asap. Partikel
berat tersebut kemudian dialirkan ke bak penampung (bak air). Jika pada bak air penampung terlihat
jelaga yang mengambang dengan jumlah yang cukup banyak, maka hal ini menunjukkan terjadi
pembakaran yang tidak sempurna pada pengering (dryer). Untuk mencegah hal yang tidak
diinginkan maka dilakukan koreksi atau perbaikan pada pengering (dryer).

7. Proses Pemisahan Agregat Pada Hot Screen.

Agregat yang panas yang telah melalui proses pembakaran dari dryerselanjutnnya di bawa oleh hot
elevator menuju ke atas tower untuk di lakukan pemisahan pada hot screen, peroses pemisahan
agregat ini adalah dengan cara gravitasi agregat dijatuhkan pada ayakan/screen yang dirancang
sedikit miring agar dapat mengayak atau memisahkan agregat sesuai dengan ukurannya masing-
masing. Pada screen dilengkapi alat bantu yaitu vibrator yang berfungsi untuk menggetarkan ayakan
agar terjadi ayakan yang optimal. Agregat yang telah disaring/dipisahkan berdasarkan ukurannya
kemudian masuk pada unit hot bin guna untuk menampung sementara agregat yang akan masuk
pada timbangan.

Pemasangan saringan pada unit ayakan panas harus tidak pada ukuran yang berdekatan. Contoh
susunan ayakan untuk campuran beraspal dengan ukuran butir agregat maksimum 19 mm adalah :

Saringan pertama/teratas berukuran 19 mm, butir agregat yang ukurannya lebih besar (oversize)
dibuang ke saluran pembuangan.

Saringan kedua berukuran 12,5 mm (1/2 inchi). Ukuran butir agregat antara 19 mm sampai 12,5 mm
masuk ke bin 1.

Saringan ketiga berukuran 4,75 mm (No. 4). Ukuran butir agregat antara 9,5 sampai dengan 4,75 mm
masuk ke bin 2.

Saringan keempat berukuran 2,36 mm (No. 8). Ukuran butir agregat antara 4,75 sampai dengan 2,36
mm masuk ke bin 3. Sementara agregat yang lolos saringan 2,36 mm masuk ke bin 4.

8. Bin panas (hot binn)

Bin panas (hot bin) dipasang pada AMP (aspal mixing plant) jenis takaran (batch). Pada AMP (aspal
mixing plant) jenis takaran umumnya akan terdapat 4 bin yang dilengkapi dengan pembatas yang
rapat dan kuat dan tidak boleh berlubang serta mempunyai tinggi yang tepat sehingga mampu
menampung agregat panas dalam berbagai ukuran fraksi yang telah dipisah-pisahkan melalui unit
ayakan panas. Pada bagian bawah dari tiap bin panas harus dipasang saluran pipa untuk membuang
agregat yang berlebih dari tiap bin panas yang dapat dioperasikan secara manual atau otomatis. Jika
agregat halus masih menyisakan kadar air (pengering kurang baik) setelah pemanasan, maka agregat
yang sangat halus (debu) akan menempel dan menggumpal pada dinding bin panas dan akan jatuh
setelah cukup berat. Hal tersebut dapat menyebabkan perubahan gradasi agregat, yaitu
penambahan material yang lolos saringan No. 2000.

9. Timbangan

Timbangan adalah alat yang digunakan untuk menakar/menimbang jumlah masing-masing agregat
sesuai dengan komposisi yang telah ditentukan, proses penimbanga dilakukan dengan sistem
komputerisasi/otomatis. sebelum timbangan digunakan timbangan telebih dahulu dikalibrasi agar
hasil timbangan dapat akurat biasanya timbangan dikalibrasi dengan bobot teringanya 10 kg, ini
dikarenakan berat jenis dari agregat yang terlalu tinggi sehingga timbangan tidak akan akurat/ tidak
dapat membaca apabila agregat yang ditimbang di bawah 10 kg.

Faktor-faktor penting pada unit timbangan agregat yang perlu mendapat perhatian antara lain
sebagai berikut :

1. Kalibrasi timbangan.

2. Weigh box tergantung bebas.

3. Kontrol harian terhadap kinerja operator AMP (aspal mixing plant).


9. Proses Pemanasan Aspal Padat Pada Boiler Fire Tube.
Dalam proses pencampuran aspal ini penulis menjelaskannya secara terperinci pada BAB 4 sebagai
tugas khusus yang berkaitan dengan proses pemanasan aspal dan pencampurannya pada mixer

10.Proses Akhir Mixer.


Mixer adalah alat untuk proses pencampuran dimana agregat yang telah dipanaskan dan telah
melalui timbangan ditakar sesuai dengan komposisi yang diinginkan selanjutnya dituangkan
kedalam mixer dengan membuka pintu bin panas menggunakan sistem hidrolik yang dikendalikan
secara otomatis/manual.

Proses pencampuran pada mixer adalah proses pencampuran antara agregat panas, aspal, dan filler
dengan suhu ± 1500C cara pengadukan dilakukan dengan memutar poros pengaduk dengan
menggunakan motor listrik lama pengadukan antara 30-40 detik pengadukan dengan kapasitas 800
kg/ 30-40 detik setelah itu agregat yang telah sehomogen mungkin dicampurkan maka akan dituang
langsung ke dalam truk pengankut dengan cara membuka pintu bukaan yang ada pada bagian
bawah mixer dengan control hidrolik. Campuran aspal beton yang telah keluar dari mixer ini
bersuhu ± 1500C dan setiap jamnya suhunya akan berkurang ± 2.5 - 50C.

11. Tenaga penggerak (genset).


Untuk menjalankan semua bagian-bagian atau komponen-komponen AMP sumber tenaga utamanya
adalah generator set atau genset. Pada umumnya genset ini diputar oleh mesin diesel. Kekuatan
atau kapasitas genset ini berkapasitas 250 KVA (Kilo Volt Ampere) cukup untuk melayani kebutuhan
motor-motor listrik yang dipakai serta peralatan-peralatan lain yang memakai tenaga listrik dan
untuk penerangan. Semua sambungan-sambungan aliran listrik harus tertutup untuk mencegah arus
pendek serta untuk keamanan lingkungan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Aspal ialah bahan hidro karbon yang bersifat melekat (adhesive), berwarna hitam kecoklatan, tahan
terhadap air, dan visoelastis. Aspal sering juga disebut bitumen merupakan bahan pengikat pada
campuran beraspal yang dimanfaatkan sebagai lapis permukaan lapis perkerasan lentur.

Aspal berasal dari aspal alam (aspal buton} atau aspal minyak (aspal yang berasal dari minyak bumi).
Berdasarkan konsistensinya, aspal dapat diklasifikasikan menjadi aspal padat, dan aspal cair.

Aspal memiliki banyak jenis seperti aspal alam,aspal buatan yang diuraikan dan terbagi menjadi
aspal keras, aspal cairm dan emulsi

3.2 Saran

penulis menyadari dalam oembuatan makalah ini terdapat banyak sekali kesalahan baik dalam segi
penulisan maupun data yang disajikan. untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sanga
penulis harapkan demi terwujudnya makalah yang lebih efektif dalam segi penyajian data maupun
sistematika penulisan. sekian dan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA

http://training.ce.washington.edu/wsdot/modules/03_materials/033_body.htm#ductility_test, 10
Januari 2009, pukul 15.30

Witeng. Kennedy, Neville, 1976, Basic Statistical Methods For Engineers and Scientists, 2nd Edition,
Harper & Row, Publishers, New York

Sukirman, Silvia, 1999, Perkerasan Lentur Jalan Raya, Nova, Bandung.

Supranto, M.A.J, 1987, Statistik, Teori dan Aplikasi Edisi Kelima, Jilid 1, Penerbit Erlangga. Surabaya.

https://hermantechnic-ind.blogspot.com/2016/10/proses-pembuatan-aspal-jalan-asphalt.html

Anda mungkin juga menyukai