Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI

MEGA MEILISA MANARA


1614301046

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG


JURUSAN KEPERAWATAN
DIV KEPERAWATAN
2018
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLTEKKES
KEMENKES TANJUNGKARANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
Bandar Lampung
Jl. Soekarno Hatta No. 1 Hajimena Bandar Lampung

LAPORAN PENDAHULUAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI

I. Kasus (Masalah Utama)


Defisit Keperawatan Diri

II. Proses Terjadinya Masalah


1. Pengertian
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan
sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan
dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2000).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas
perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).
Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan
psikis. Kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu
melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya ( Tarwoto dan Wartonah 2000 ).

2. Penyebab
a. Faktor Predisposisi
 Biologis, terkait dengan adanya neuropatologi dan ketidakseimbangan dari
neurotransmitternya. Dampak yang dapat dinilai sebagai manifestasi
adanya gangguan adalah pada perlaku maladaptif klien (Townsend. 2005).
Secara Biologi riset neurobiologikal memfokuskan pada tiga area otak
yaitu :
1) Sistem Limbik, Klien dengan defisit keperawatan diri mengalami
gangguan pada sistem limbik sehingga tidak bisa mengontrol perilaku
untuk dapat membersihkan diri.
2) Lobus Frontal, Klien defisit perawatan diri yang mengalami kerusakan
pada lobus frontal mengakibatkan timbulnya perilaku maladaptif yaitu
tidak mampu berperilaku untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri.
3) Hypotalamus, Klien DPD yang terjadi kerusakan pada hipotalamus
maka akan terjadi ganggaun mood dan penurunan motivasi sehingga
mengakibatkan klien tidak dapat melakukan aktifitas perawatan diri.
Selain gangguan pada struktur otak, proses terjadinya gangguan defisit
perawatan diri berdasarkan faktor biologis disebabkan juga oleh adanya
kondisi patologis dan ketidakseimbangan dari beberapa neurotransmitter.
1) Dopamine, fungsinya mencakup regualsi gerak dan volunter. Apabila
gangguan fungsi dopamin ini terjadi pada klien skizofrenia, akan
menyebabkan klien mengalami gangguan dalam regulasi gerak dan
koordinasi, emosi, serta kemampuan pemecahan masalah sehinggaklien
tidak dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri.
2) Serotinin, berperan sebagai pengontrol nafsu makan, tidur, alam
perasaan, halusinasi, persepsi nyeri, muntah. Serotin dapat
mempengaruhi sistem kognitif yaitu alam pikir, afektif dan psikomotor.
Klien akan cenderung berperilaku maladaptif, yang dapat dilihat yaitu
tidak adanya aktifitas dalam melakukan aktifias perawatan diri seperri
mandi, berganti pakaian, makan dan toileting.
3) Norepineprin, berfungsi untuk kesiagaan, pusat perhatian dan orientasi
proses pembelajaran dan memori. Klien cenderung akan berperilaki
negatif seperti tidak melakukan aktifitas mandi, tidak berhias, tidak
memperhatikan makan dan minum, serta tidak melakukan aktifitas
toileting dengan benar.
4) Acetylcholine (Ach) berperan penting untuk belajar dan memori. Jika
terjadi peningkatan kadar Ach akan dapat menurunkan atensi dan mood
yang dapat dilihat dengan adanya gejalan kurang perhatian untuk
dirinya dan malas dalam beraktifitas.
 Psikologis
1) Konsep diri, mulai dari gambaran diri secara keseluruhan yang diterima
secara positif atau negatif oleh seseorang.
2) Identitas diri terkait dengan kemampuan seseorang dalam mengenal
siapa dirinya dengan segala keunikannya, dan mampu menghargai
dirinya sendiri.
3) Intelektualitas ditentukan oleh tingkat pendidikan seseorang,
pengalaman dan interaksi dengan lingkungan.
4) Kepribadian, pada klien defisit perawatan diri biasnaya ditemukan klien
memiliki kepribadian yang tertutup.
5) Moralitas, klien defisit perawatan diri menganggap dirinya tidak
beguna, negatif terhadap diri sendiri ini menyebabkan klien mengalmai
penuruan motivasi untuk melakukan aktifitas perawatan diri.
 Sosial Budaya
1) Faktor sosial ekonomi tersebut meliputi kemiskinan, tidak memadainya
sarana dan prasarana, tidak adekuatnya nutrisi, rendahnya pemenuhan
kebutuhan perawatan untuk anggota keluarga, dan perasaan tidak
berdaya.
2) Tahap perkembangan, pelajaran kebersihan dari orang tua yang
meliputi kebiasaan keluarga.
3) Pengetahuan tentang pentingnya kebersihan diri dan implikasinya bagi
kesehatan mempengaruhi kebersihan diri.
4) Kultur atau budaya, kepercayaan kebudayaan klien dan nilai pribadi
mempengaruhi perawatan diri.
5) Motivasi, setiap orang memliki keinginan dan pilihan tentang waktu
untuk mandi, bercukur dan melakukan perawatan rambut sesuia dengan
kebutuhan.
6) Kondisi fisik, orang yang mengalami atau menderita penyakit tertentu
atau yang akan menjalani operasi seringkali kekurangan energi fisik
atau ketangkasan untk melakukan perawatan kebersihan diri.
b. Faktor Presipitasi
Stuart (2009) mendefinisikan stressor presipitasi sebagai suatu stimulus
yang dipersepsikan oleh individu apakah dipersepsikan sebagai suati
kesempatan, tantangan, ancaman/tuntutan. Komponennya :
 Sifat stressor, terjadinya defisit perawatan diri berdasarkan sifat terdiri dari
biologis (infeksi, peny. kronis), psikologis (intelegensi, verbal, moral,
kepribadian), dan sosial budaya (tuntutan masy. yang tidak sesuai dengan
kemampuan seseorang).
 Asal stressor, terdiri dari internal dan eksternal. Stressor internal atau yang
berasal dari diri sendiri seperti persepsi individu yang tidak baik tentang
dirinya, orang lain dan lingkungan, merasa tidak mampu, ketidakberdaya.
 Waktu, dilihat sebagai dimensi kapan stressor mulai terjadi dan beberapa
lama terpapat stressor sehingga menyebabkan munculnya gejala.
 Lama dan jumlah stressor yaitu terkait dengan sejak kapan, sudah berapa
lama, berapa kali kejadiannya, serta jumlah stressor.

3. Tanda Gejala
Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan
diri adalah:
a. Fisik
 Badan bau, pakaian kotor
 Rambut dan kulit kotor
 Kuku panjang dan kotor
 Gigi kotor disertai mulut bau
 Penampilan tidak rapi.
b. Psikologis
 Malas, tidak ada inisiatif
 Menarik diri, isolasi diri
 Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
c. Sosial
 Interaksi kurang
 Kegiatan kurang
 Tidak mampu berperilaku sesuai norma
 Cara makan tidak teratur
 BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu
mandiri.

4. Sumber Koping
Herdman (2012), kemampuan individu yang harus dimilki oleh klien defisit
perawatan diri adlah kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri dalam
hal pemenuhan kebutuhan mandi, berhias, makan dan minum, serta toileting.
Sedangkan pada klien yang sangat mempengaruhi dalam kemampuan perawatan
diri dan keterbatasan fisik serta ketidakmampuan memanfaatkan dukungan sosial.
5. Mekanisme Koping
a. Mekanisme koping adaptif
Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi perumbuhan,
belajar dan menbapai tujuan.
b. Mekanisme koping mal adaptif
Mekanisme koping yang menghambat fungsi integras memecahkan
pertumbuhan, menurunkan otonoms dan cenderung menguasai lingkungan.

6. Penatalaksanaan
a. Farmakologi
 Obat anti psikosis : Penotizin
 Obat anti depresi : Amitripilin
 Obat anti ansietas : Diasepam, Bromozepam, Clobozam
 Obat anti insomnia : Phneobarbital
b. Terapi
 Terapi keluarga
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi masalah
klien dengan memberikan perhatian seperti BHSP, Jangan memancing
emosi klien, Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan
keluarga, Berikan kesempatan klien mengemukakan pendapat, Dengarkan ,
bantu dan anjurkan pasien untuk mengemukakan masalah yang dialaminya.
 Terapi kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, ketrampilan sosial, atau
aktivitas lain dengan berdiskusi dan bermain untuk mengembalikan
keadaan klien karena masalah sebagian orang merupkan perasaan dan
tingkah laku pada orang lain.
 Terapi musik
Dengan musik klien terhibur, rileks dan bermain untuk mengembalikan
kesadaran pasien.
A. Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji

NO DATA YANG PERLU DIKAJI MASALAH


1 Subjektif Defisit Perawatan
Pasien mengatakan tentang : Diri
1. Malas mandi
2. Tidak mau menyisir rambut
3. Tidak mau menggosok gigi
4. Tidak mau memotong kuku
5. Tidak mau berhias/berdandan
6. Tidan bisa/mau menggunakan alat mandi.
7. Tidak menggunakan alat makan dan minum
8. BAB dan BAK sembarangan
9. Tidak membersihkan diri dan tempat BAB dan
BAK.
10. Tidak mengetahui cara perawatan diri yang
benar.
Objektif
1. Badan bau, kotor, berdaki, rambut kotor, gigi
kotor, kuku panjang, tidak menggunakan alat-alat
mandi, tidak mandi dengan benar.
2. Rambut kotor, berantakan, kumis dan jenggot
tidak rapi, pakain tidak rapi, tifak mampu
berdandan, memilih, mengambil, dan memakai
pakaian, memakai sandal, sepatu, memakai
resleting.
3. Makan dan mnum sembarangan, berceceran,
tidak menggunakan alat makan, tifak mampu
(Menyiapkan makanan, memindahkan makanan ke
alat makan, memegang alat makan, membawa
makanan dari piring ke mulut, mengunyah, menelan
makanan secara aman.
4. BAB & BAK tidak pada tempatnya, tifak
membersihkan diri setelah BAB dan BAK, tifak
mampu (Menjaga kebersihan toilet, menyiram toilet)
B. Pohon Masalah
Kerusakan Integritas Kulit

Defisit Perawatan Diri

Intoleransi Aktivitas

III. Diagnosa Keperawatan


A. Defisit Perawatan Diri
B. Harga Diri Rendah
C. Isolasi Sosial
IV. Rencana Tindakan Keperawatan (Tulis Sesuai Dengan Masalah Utama)
Dengan Diagnosa Keperawatan : Defisit Perawatan Diri

Perencanaan
No Rasional
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
1 Pasien Mampu : Setelah 3x pertemuan, SP 1
1) Melakukan pasien dapat menjelaskan 1) Identifikasi kebersihan diri, 1) Mencari tahu atau menggali apa saja aspek
kebersihan diri pentingnya : berdandan, makan dan BAB atau yang akan di tingkatkan
sendiri secara 1) Kebersihan diri BAK. kebersihan/perawatan diri klien.
mandiri. 2) Berdandan atau 2) Jelaskan pentingnya kebersihan diri. 2) Memberi pengetahuan
2) Melakukan berhias 3) Jelaskan alat dan cara kebersihan diri. 3) Memberi pengetahuan
berhias atau 3) Makan 4) Masukan dalam jadwal kegiatan 4) Mengontrol apa apa saja yang pasien
berdandan 4) BAB dan BAK pasien. lakukan untuk latihannya.
secara baik. 5) Dan mampu SP 2
3) Melakukan melakukan cara 1) Evaluasi Kegiatan yang lalu (SP 1) 1) Membandingkan hasil dan harapan.
makan dengan perawatan diri. 2) Jelaskan pentingnya berdandan 2) Memberi pengetahuan.
baik. 3) Latih cara berdandan untuk pasien 3) Memberikan latihan praktik langsung untuk
4) Melakukan laki-laki meliputi cara berpakaian, meningkatkan kemampuan motorik klien.
BAB dan BAK menyisir rambut, bercukur.
secara mandiri. 4) Latih berdandan untuk pasien 4) Memberikan latihan praktik langsung untuk
perempuan meliputi berpakaian, meningkatkan kemampuan motorik klien.
menyisir rambut, berhias.
5) Masukkan jadwal kegiatan pasien 5) Mengontrol apa apa saja yang pasien
lakukan untuk latihannya.
SP 3
1) Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 dan 1) Membandingkan hasil dan harapan.
SP 2)
2) Jelaskan cara dan alat makan yang 2) Memberi pengetahuan .
benar.
3) Jelaskan cara menyiapkan makanan. 3) Memberi pengetahuan.
4) Jelaskan cara merapikan peralatan 4) Memberi pengetahuan.
makan setelah makan.
5) Praktek makan sesuai dengan tahapan 5) Memberikan latihan praktik langsung untuk
makan yang baik. meningkatkan kemampuan motorik klien.
6) Latih kegiatan makan. 6) Memberikan latihan praktik langsung untuk
meningkatkan kemampuan motorik klien.
7) Masukkan dalam jadwal kegiatan 7) Mengontrol apa apa saja yang pasien
pasien. lakukan untuk latihannya.
SP 4
1) Evaluasi kemampuan pasien yang 1) Membandingkan hasil dan harapan.
lalu (SP 1, SP 2 dan SP 3)
2) Latih cara BAB dan BAK yang baik. 2) Memberikan latihan praktik langsung untuk
meningkatkan kemampuan motorik klien.
3) Menjelaskan tempat BAB dan BAK 3) Memberi pengetahuan
yang sesuai.
4) Menjelaskan cara membersihkan dan 4) Memberi pengetahuan.
berdiri setelah BAB atau BAK.
Keluarga mampu Setelah 4x pertemuan SP 1
merawat anggota keluarga mampu 1) Indentifikasi masalah keluarga dalam 1) Mencari tahu atau menggali apa saja aspek
keluarga yang meneruskan melatih merawat pasien dengan masalah yang akan di tingkatkan
mengalami pasien dan mendukung kebersihan diri, berdandan, makan, kebersihan/perawatan diri keluarga klien.
masalah kurang agar kemampuan dalam BAB dan BAK.
perawatan diri perawatan pasien dirinya 2) Jelaskan defisit perawatan diri. 2) Memberi pengetahuan
meningkat. 3) Jelaskan cara merawat kebersihan 3) Memberi pengetahuan
diri, berdandan, makan, BAB atau
BAK.
4) Bermain peran cara merawat. 4) Memberikan latihan praktik langsung dalam
melakukan perawatan.
5) Rencana tindak lanjut keluarga atau 5) Mengontrol apa-apa saja yang pasien
jadwal keluarga untuk merawat lakukan untuk latihannya.
pasien.
SP 2
1) Evaluasi SP 1 1) Membandingkan hasil dan harapan.
2) Latih keluarga merawat langsung 2) Memberikan latihan praktik langsung dalam
kepasien, kebersihan diri dan melakukan perawatan.
berdandan.
3) RTL keluarga atau jadwal keluarga 3) Mengontrol apa apa saja yang pasien
untuk merawat pasien. lakukan untuk latihannya.
SP 3
1) Evaluasi kemampuan SP 2 1) Membandingkan hasil dan harapan.
2) Latih keluarga merawat langsung 2) Memberikan latihan praktik langsung dalam
kepasien cara makan. melakukan perawatan.
3) RTL krluarga atau jadwal keluarga 3) Mengontrol apa apa saja yang pasien
untuk merawat. lakukan untuk latihannya.
SP 4
1) Evaluasi kemampuan keluarga. 1) Membandingkan hasil dan harapan.
2) Rencana tinfak lanjut keluarga. 2) Mengontrol
3) Follow up 3) Dorongan/motivasi untuk mampu
4) Rujukan 4) Untuk meningkatkan perkembangan

Terapi Spesialis
1. Terapi infivisu : Terapi perilaku : Token Ekonomi.
2. Terapi kelompok : Support Group Theraphy.
3. Terapi keluarga : Terapi Triangel.
4. Terapi komunitas : ACT
DAFTAR PUSTAKA

Depkes. (2000). Standar Pedoman Jiwa


Nurjanah, Intisari. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta :
Momedia
Fik-Ui (2014). Standar Asuhan Keperawatan: Spesialis Keperawatan Jiwa. Workshops Ke-
7, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Jakarta.
Perry, Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta. EGC
Stuart, G.W., And Laraia (2005), Principles And Practice Of Psychiaatric Nursing, (7th Ed.)
St. Louis : Mosby Year Book.
Stuart, G.W. (2009). Principles And Pratice Of Psichiatric Nursing. ( 9th Ed.) St. Louis :
Mosby
Suliswati, Dkk (2005). Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai