TINJAUAN PUSTAKA
F. Persiapan Administratif
Keluarga pasien yang akan dilakukan prosedur operasi wajib bertanggung
jawab membaca dan mendatangani surat izin operasi.
G. Pemeriksaan Penunjang/Laboratorium
Diagnosa penyakit diharapkan sejelas mungkin sebelum pembedahan
dijalankan, sehingga diperlukan pemeriksaan tambahan di luar pemeriksaan fisik
untuk menuju kepastian itu. Mungkin akan diperlukan pemeriksaan penunjang berupa
pemeriksaan laboratorium saja atau dibutuhkan lagi pemeriksaan penunjang yang
masih taraf sederhana sampai yang sudah canggih.
Sebelum dokter mengambil keputusan untuk melakukan operasi pada pasien,
dokter melakukan berbagai pemeriksaan terkait dengan keluhan penyakit pasien,
sehingga dokter bisa menyimpulkan penyakit yang diderita. Untuk itu dokter
memerlukan berbagai macam pemerikasaan laboratorium. Pemeriksaan
laboratorium yang biasa digunakan adalah pemeriksaan rutin, yang terdiri dari
pemeriksaan darah (hemoglobin, leukosit, jenis leukosit, golongan darah,
perdarahan, bledding time, clotting time, trombosit, LED), pemeriksaan
urine (protein, reduksi dan sedimen), pemeriksaan radiologi dan diagnostik berupa
foto fraktur, abdomen, dan thoraks(untuk bedah mayor) USG, EKG, CT scan
(computerized Tomography Scan) , MRI (Magnrtic Resonance Imagine) dan bisa juga
dilakukan pemeriksaan pada sumsun tulang jika penyakit terkaut dengan kelainan
darah.
H. Informed consent
Sesuai dengan PERMENKES No.290/MEN.KES/PER/III/2008 tentang
PersetujuanTindakan Kedokteran, Persetujuan Tindakan Medik/Informed
Consent adalah Persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarganya atas dasar
penjelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut.
Tindakan medik adalah suatu tindakan yang dilakukan terhadap pasien berupa
diagnostik atau terapeutik. Semua tindakan medis yang akan dilakukan terhadap
pasien harus mendapat persetujuan.
Persetujuan dapat diberikan secara tertulis maupun lisan. Setiap pasien yang
mendapat pelayanan di rumah sakit mempunyai hak untuk memperoleh atau menolak
pengobatan. Bila pasien dalam perwalian maka walilah yang mengatasnamakan
keputusan hak tersebut pada pasien.
Hal tersebut juga sesuai PERMENKES No:575/Men.Kes/Per/IX/1989 pada
pasal 3 bahwa setiap tindakan medik yang mengandung resiko tinggi harus dengan
persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak memberikan persetujuan.
Dan pada pasal 4 disebutkan informasi tentang tindakan medik harus diberikan
kepada pasien, baik diminta maupun tidak diminta. Dokter yang menangani pasien
harus menjelaskan hal-hal yang akan dilakukannya secara jelas. Dalam hal ini, dokter
jangan sekali-kali memberi garansi kesembuhan pada pasien, tetapi didiskusikan dan
dijelaskan keuntungan yang diharapkan sehingga pasien dapat berpikir dan
menetapkan keputusannya. Dokter dapat meminta persetujuan kepada suami/isteri
pasien , apabila pasien karena mempengaruhi fungsi seksual atau reproduksi pasien
atau tindakan yang dapat mengakibatkan kematian janin dalam kandungan. Keputusan
ini diambil sebagai upaya hubungan kemanusiaan dan tidak mutlak untuk mengobati
pasien.
I. Prosedur dalam Memastikan Lokasi
Pemberian tanda di tempat dilakukan operasi atau prosedur invasif melibatkan
pasien dan dilakukan dengan tanda yang tepat serta dapat dikenali. Tanda yang
dipakai harus konsisten digunakan di semua tempat di rumah sakit, harus dilakukan
oleh individu yang melakukan prosedur operasi, saat melakukan pasien sadar dan
terjaga jika mungkin, serta harus masih terlihat jelas setelah pasien sadar. Pada semua
kasus, lokasi tempat operasi harus diberi tanda,termasuk pada sisilateral (laterality),
daerah struktur multipel (multiple structure), jari tangan, jari kaki, lesi, atau tulang
belakang.
Tujuan proses verifikasi praoperasi adalah :
1. Memastikan ketepatan tempat, prosedur, dan pasien
2. Memastikan bahwa semua dokumen yang terkait, foto (imajing), dan hasil
pemeriksaan yang relevan diberi label dengan benar dantersaji;
3. Memastikan tersedia peralatan medik khusus dan atau implan yang
dibutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA
Pedersen W.G.1996. Alih Bahasa Purwanto,Basoeseno. Buku Ajar Praktis BEDAH MULUT.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Archer W. H. 1975. Oral and Maxillofacial Surgery 5th ed. W.B. Saunders.