DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Tujuan nasional pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran,kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan yang ptimal melalui
terciptana masarakat,bangsa dan negara Indonesia yang sehat sejahtera,yang ditandai oleh
penduduknya yang telah membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS),memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata,
serta memiliki derajat kesehatan yang ptimal iseluruh wilayah Indonesia. Undang-undang
dasar tahun 1945,pasal 28 H ayat 1,menyatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera
lahir dan batin,bertempat tinggal an menapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta
berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
Dalam rangkah mencapai sasaran pembangunan nasional dan pemerataan layanan kesehatan
masyarakat, pemerintah telah membangun puskesmas di seluruh Indonesia. Seperti
dimaklumi bahwa konsep puskesmas sudah mulai dikembangkan sejak periode 1970-an.
Sejak itu,puskesmas telah berhasil memberikan knstribusinya alam meningkatkan status
kesehatan masyarakat di Indonesia. Kemudian pada periode 1980-1990 pembangunan
puskesmas ditingkatkan melalui pendekatan inpres sarana kesehatan.
Pembangunan puskesmas agak tersendat seiring dengan munculnya krisis moneter yang
berlanjur menjadi krisis ekonomi pada tahun 1997. Reformasi segala bidang mencapai
puncak dengan dikeluarkan UU n.22 tahun 1999 (sekarang dirubah menjadi UU no 32/2004)
tentang pemerintahan daerah yang lazim disebut dengan awal desentralisasi di Indonesia.
Adanya otonomi daerah dan desentralisasi diawal tahun 2000 tersebut,diikuti dengan
menguatnya kewenangan daerah dalam membuat kebijakan masih belum menunjukkan
perbaikan citra pelaanan puskesmas. Hal ini disebabkan oleh banak faktr dan variasi masalah
disemua jenjang administrasi pemerintahan. Munculnya isu bahwa pimpinan puskesmas
harus putra asli daerah dan perlakuan khusus terhadap pendatang antara lain menyebabkan
tidak betahnya tenaga kesehatan.
pada tahun 2004, departemen kesehatan menetapkan kebijakan dasar pusat kesehatan
masyarakat yang tertuang dalam kempenkes nomor 128/menkes/ SK/II/2004. Dalam konsep
puskesmas ada tiga fungsi pokok puskesmas yang ditetapkan dalam kebijakan tersebut
dimana puskesmas sebagai:
1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
2. Pemberdayaan masyrakat dan
3. Pelayanan kesehatan strata pertama yang meliputi pelayanan kesehatan perorangan
dan pelayanan kesehatan masyarakat.
Penerapan dan pelaksanaan kebijakan tersebut didaerah ternyata sangat beragam
antara daerah satu dengan daerah lainnya. Adanya berbagai bantuan maupun pinjaman
dana dan negara asing (bilateral/multilateral) sudah menunjukkan hasil yang
bervariasi antara satu tempat dan tempat lainnya,namun secara keseluruhan belum
menunjukkan hasil yang optimal.
Berdasarkan kondisi tersebut diatas maka departemen kesehatan bermaksud
melakukan upaya revitalisasi puskesmas dalam rangka meningkatkan kinerja layanan
puskesmas terhadap masyarakat.
Berikut ini adalah keadaan dan masalah utama yang dihadapi oleh puskesmas,antara
lain :
A. Sebaran puskesmas
Pada tahun 2008 terdapat 8234 unit.puskesmas di seluruh Indonesia (data Juni 2008).
Yang dimaksud dengan puskesmas dalam hal ini termasuk jaringan layanan yaitu
puskesmas pembantu,puskesmas keliling, puskesmas terapung/perairan dan di
beberapa tempat puskesmas rawat inap. Walaupun demikian,ternyata masih
diperlukan sejumlah puskesmas guna memenuhi kebutuhan layanan kesehatan kepada
masyarakat. Sebagai penanggungjawab wilayah dalam bidang kesehatan.
B. Keterbatasan (pelaksanaan) konsep puskesmas
Secara konseptual,puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dinas kesehatan
kapbupaten kota. Sesuai dengan peraturan yang berlaku maka kedudukan kepala
puskesmas sebelum otonomi daerah adalah eselon IV/a sedangkan camat menjadi
eselon III. Sedangkan pengangkatan dokter sebagai CPNS semula adalah golongan
III/a saat ini menjadi golongan III/b. keaqdaan tersebut merupakan salah satu masalah
disamping masalah lain seperti masalah manajemen,teknis dan operasional yang tidak
mendukung penyelenggaraan puskesmas secara optimal.
C. Keterbatasan sumber daya pendukung puskesmas
Sesuai dengan kedudukannya sebagai UPT dinas kesehatan kabupaten/kota ,maka
ketersediaan sumberdaya puskesmas merupakan tanggungjawab pemerintah
kabupaten/kota. Fasilitas sarana,prasarana ,peralatan (gedung,alat,sararia pendukung
lainnya).ouskesmas dialokasikan melalui dana alokasi khusus ,akan tetapi realisasi
dilapangan belum sesuai dengan harapan.
Demikian pula halnya dengan ketersediaan tenaga di puskesmas. Pewmerintah pusat
telah mengeluarkan kebijakan pegawai tidak tetap bagi dokter dan bidan untuk daerah
terpencil dangat terpencil. Adapun pengangkatan PNS dan tenaga lainnya perlu
ditingkatkan lagi. Sesuai Kepmen nomor 128/Menkes/SK/II/2004,pimpinan
puskesmas adalah seorang sarjana kesehatan,namun diera otonomi ini dank arena
keterbatasan tenaga kesehatan maka dibeberapa tempat pimpinan puskesmas adalah
sarjana luar ilmu kesehatan.
Badan penyantun puskesmas (BPP) sebagai organisasai tokoh masyarakat peduli
kesehatan yang berperan sebagi mitra kerja puskesmas dalam menyelenggarakan
upaya pembangunan kesehatan di wilayah puskesmas sebagai mana sdiatur di dalam
Kepmenkes nomor 128/menkes/SK/II/2004,belum terbentuk dihampir semua daerah
E. Keterbatasan Pembinaan
Pembinaan puskesmas sepenuhnya tanggung jawab dinas kesehatan kabupaten/kota.
Peran dan kewenangan kepala puskesmas dalam penentuan priorotas kegiatan kurang
efektif terutama dalam pencapaian sasaran luar gedung (out reach coverage). Banyak
pelaksanaan kegiatan sangat tergantung pada kondisi SDM dan tersedianya biaya
operasional. Rentang kendali antara pusat dan puskesmas yang berkedudukan di
kecamatran terlalu jauh,sedangkan disisis lain kemampuan dinas kesehatan
kabupaten/kota dalam pembinaan puskesmas belum optimal.
Pada tahun 2004 , departemen kesehatan menetapkan kebijakan dasar pusat kesehatan
masyarakat yang tertuang dalam kepmenkes nomor 128/menkes/sk/II/2004. Dalam
konsep puskesmas ada tiga fungsi pokok puskesmas yang ditetapkan dalam kebijakan
tersebut,dimana puskesmas sebagai 1) pusat penggerak pembangunan berwawasan
kesehatan 2) Pusat pembedayaan masyarakat dan 3. Pusat pelayanan kesehatan strata
pertama yang meliputi pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan
masyarakat.
Hasil yang belum optimal tersebut dapat diantisipasi dengan terbitnya peraturan
pemerintah nomor 36 tahun 2007 tentang pembagian urusan pemerintahan antara
pemerintah.pemerintah daerah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota. Pasal 3
menyebutkan bahwa urusan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah disertai
dengan sumber pendanaan,pengalihan sarana dan prasarana serta
kepegawaian,disamping itu pasal 7 urusan wajib yang harus diselenggarakan oleh
pemerintah daerah provinsi dan kabupaten kota.
Untuk pelaksanaan kegiatan tersebut dibutuhkan kejelasan peran dan fungsi masing-
masing unit,maka peraturan pemerintah nomor 41 tahun 2007 tentang organisasi
perangkat daerah,pasal 14 ayat 6 menyatakan bahwa pada dinas daerah dapat dibentuk
unit pelaksana teknis dinas untuk melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional
dana tau penunjang yang mempunyai wilayan kerja satu atau beberapa kecamatan.
Sementara itu kepmenkes nomor 267 tahun 2008 tentang pedoman teknis
pengorganisasian dinas kesehatan daerah menyatakan urusan pemerintah daerah
provinsi dan urusan pemerintah daerah kabupaten kota,serta jabatan fungsional
kesehatan.
Disisi lain dapat dilihat berbagai perkembangan di daerah yang sangat beragam,mulai
dari pengembangan pelayanan pengobatan gratis,pelayanan dokter keluarga,upaya
kesehatan perorangan (UKP) dan upaya kesehatan masyarakat (UKM) yang dibuat
terpisah,sampai dengan pengembangan penerapan international standardization
organization (ISO). Tetapi di sisi lain masih terdapat berbagai kekurangan
sumberdaya di puskesmas mulai dari dana operasional,keterbatasan tenaga medis, non
medis sampai pada kelemahan penerapan system informasi puskesmas serta
mekanisme rujukan ke rumah sakit.
Menyadari banyaknya permasalahan yang saat ini terjadi maka puskesmas yang
diyakini dapat meningkatkan kinerja layanan puskesmas terhadap pelayanan
kesehatan masyarakat dan penyesuaian kebijakan lintas sector terkait dengan
puskesmas. Hal ini selaras dengan yang tercantum dalam RPJM 2010-2014
disebutkan bahwa revitalisasi puskesmas dilaksanakan agar dapat melaksanakan
pelayanan kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan perorangan secara serasi
dan sinergis sesuai dengan perkembangan IPTEK kesehatan.
BAB II
PENGERTIAN,VISI,MISI, TUJUAN DAN FUNGSI
A. PENGERTIAN
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerja
tertentu (kecamatan)
Pejelasan
a. Unite pelasana teknis
Yang dimaksud dengan unit pelaksana ; teknis adalah unsur pelaksana tugas teknis
pada
dinas.
Sebagtai unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota (UPTD) puskesmas
melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis
penunjang dinas kesehatan kabupaten/kota
b. Pembangunan kesehatan
Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen
bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan skesadaran,kemauan dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang
setingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan diselelnggarakan berdasarkan
pada 1) perikemanusiaan; 2)pemberdayaan dan kemandirian ; 3) adil dan merata ; 4)
pengutamaan dan manfaat
d. Wilayah kerja
Wilayah kerja puskesmas meliputi kerja administrative/yaitu satu wilayah
kecamatan,satu atau beberapa desa/kelurahan di satu wilayah kecamatan.
DIsetiap kecamatan harus ada puskesmas. Faktor luas wilayah,kondisi
geografis,kepadatan jumlah penduduk merupakan dasar pertimbangan untuk
membangun dan menentukan wilayah kerja puskesmas. Agar dapat terjangkau
masyarakat di wilayah kerjanya puskesmas lebih sederhana yaitu puskesmas
pembantu dan puskesmas keliling
B. Visi
Visi pembangunan kesehatan yang diselelnggarakan oleh puskesmas adalah tercapainya
kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia sehat. Kecamatan sehat adalah gambaran
masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan
kesehatan,yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat,memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata
dan memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
C. Misi
Misi pengembangan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung
tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut adalah :
1. Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan puskesmas
menggerakkan sector lain agar pembangunan yanjg dilaksanakan mempunyai dampak dan
berkontribusi positif terhadapo kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.
2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.puskesams mendorong agar
setiap indovidu masyarakat termasuk swasta mempunyai tanggung jawab terhadap
kesehatannya.
3. Memelihara dan meningkatkan upaya kesehatan yang bermutu merata dan
terjangkau.puskesams menyelenggarakan pelayanan keseahtan yang sesuai standar,etika
profesi dan memuaskan masyarakat,mengupayakan pemerataan pelayanan kesehatan serta
meningkatkan efisiensi sehingga dapt dijangkau oleh seluruh masyarakat.
4. Meningkatkan dan mendayagunakan sumberdaya kesehata.puskesmas dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan mendayakan seluruh potensi sumberdaya kesehatan
yang ada secara optimal dan berhasil guna.
D. Tujuan
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung
tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan
kesadaran,kemauan nasional yakni meningkatkan kesadaran,kemauan dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah puskesmas agar terwujud
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
E. Fungsi
Fungsi puskesmas ada empat yaitu :
1. Pusat pemberdayaan masyarakat
Puskesmas sebagai pusat pemberdayaan masyarakat melakukan upaya agar
individu,kelompok dan masyarakat memiliki kesadaran,kemauan dan
kemampuan melayani diri dan masyarakat untuk hidup sehat,berperan aktif
dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan masyarakat di wilayah
kerjanya
2. Pusat pelayanan kesehatan masyarakat
Puskesmas menyelenggarkan pelayanan kesehatan yang bersifat public dengan
tujuan memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit
tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
3. Pusat pelayanan kesehatan perorangan primer
Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bersifat individual
dengan tujuan utama menyembuhkan p[enyeakit dan pemulihan kesehatan
tanpa mengabaikan pemeliharaan dan mencegah penyakit.
4. Pusat rujukan kesehatan
Puskesmas menyelenggarakan rujukan baik berupa pelayanan kesehatan
masyarakat dan perorangan primer maupun informasi kesehatan bagi
masyarkat dan unitlain di wilayah kerjanya. Tujuannya adalah tanggung jawab
secara timbal balik penanganan masalah kesehatan baik secara vertical
maupun horizontal kepada yang lebih kompetern terjangkau dan sesuai standar
BAB III
KEDUDUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA
A. Kedudukan
Kedudukan puskesmas ditetapkan menurut keterkaitannya dalam system kesehatan
kabupaten/kota :
1. Sistem kesehatan kabupaten/kota
Kedudukan puskesmas dalam system kesehatan kabupaten/kota ada sebagai
unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan kabupaten/kota di
wilayah kerjanya.
2. Sarana pelayanan kesehatan sekunder dan teretier
Kedudukan puskesmas terhadap sarana kesehatan sekunder dan tertier adalah
sebagai penerima rujukan balik dan pelaksana tindak lanjut perawatan bagi
masyarakat di wilayah kerjanya. Sarana kesehatan sekunder dan tertier
memberikan bantuan teknis medis dan kesehatan masyarakat secara
komp0rehensif kepada puskesmas.
Yang dimaksud dengan sarana pelayanan kesehatan sekunder dan tertier adlah
rumah sakit dan unit pelaksana teknis di bidang kesehatan lainnya
3. Sarana pelayanan kesehatan primer lainnya.
Diwilayah kerja puskesmas terdapat berbagai sarana pelayanan kesehatan primer
yaitu praktek dokter,praktek dokter gigi,praktek bidan,klinik dan balai
pengobatan. Kedudukan puskesmas terhadap sarana kesehatan primer lainnya
adalah sebagai mitra.
B. Organisasi
1. Struktur organisasi
Struktur organisasi puskesmas disusun dan diusulkan oleh dinas kesehatan
kabupaten/kota dengan enetapan melalui peraturan daerah sebagai berikut :
a. Kepala puskesmas
b. Kepala subag tata usaha
c. Kordinator
1) Pemberdayaan masyarakat
2) Pelayanan kesehatan masyarakat
3) Pelayanan kesehatan perorangan
`
Kepala puskesmas mempunyai tugas memimpin ,mengawasi dan mengkoordinasikan
kegiatan
puskesmas yang dilakukan dalam jabatan structural dan fungsional.
Kepala sub bagian tata usaha mempunyai tugas di bidang kepegawaian, keuangan,
perlengkapan, perencanaan, administrasi termasuk surat menyurat dan pencatatan
pelaporan.
Bidan di desa (BdD) mempunyai tugas melaksanakan pelayanan di pos kesehatan desa
(poskesdes), surveilans factor resiko dan penggerakan masyarakat desa. Poskesdes
adalah UKBM yang dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan dan menyediakan
pelayanan keseahtan dasar bagi masyarakat desa. Sesuai dengan jabatan fungsional bidan
di desa juga melaksanakan kegiatan pelayanan sesuai profesinya
POLA STRUKTUR ORGANISASI
2. Kriteria personalia
Kriteria personalia yang mengisi struktur organisasi puskesmas disesuaikan
dengan tugas
dan tanggung jawab masing-masing unit sebagai berikut :
a. Kepala puskesmas adalah harus seorang sarjana di bidang kesehatan
yang kurikulum pendidikannya mencakup kesehatan masyarakat
b. Subag tata usaha adalah seorang sarjana di bidang administrasi
kesehatan atau sarjana dibidang manajemen yang kurikulum
pendidikannya mencakup administrasi kesehatan
c. Coordinator pelayanan kesehatan perorangan,pelayanan keseahtan
masyarakat dan pemberdayaan masyarakat dipilih dari jabatan
fungsional dengan persyarakat mempunyai jiwa pemimpin dan
menguasai program,ditetapkan melalui surat keputusan kepala dinas
kesehatan kabupaten /kota atas usulan kepala puskesmas.
d. Pelaksana tugas fungsional adalah seorang yang memenuhi kriteria
untuk jabatan fungsionalnya.
e. Penanggung jawab puskesmas pembantu ditetapkan melalui surat
keputusan kepala dinas kesehatan kabupaten/kota atas usulan kepala
puskesmas. Pada daerah tertentu dengan keterbatasan sumber
daya,maka penanggung jawab puskesmas pembantu dikoordinir oelh
kepala puskesmas dengan memberdayakan petugas puskesmas
f. Bidan di desa adalah bidan yang ditempatkan didesa sebagai
penanggungjawab poskesdes. Penempatan bidan desa ditetapkan
melalui surat keputusan kepala dinas kesehatan kabupaten/kota.
3. Eselonisasi
Puskesmas adalah unit dan pelasana teknis dinas kesehatran kabupaten/kota sesuai
dengan kedudukannya maka eselonisasi puskesmas adalah
a. Kepla puskesmas eselon IV-A dalam upaya untuk efisiensi dan
optimalisasi pelayanan di puskesmas,apabila tenaga yang akan
ditetapkan sebagai kepala puskesmas adalah menggunakan jabatan
fungsional
b. Kasubag tata usaha IV-B
c. Koodinator fungsional adalah fungsional (non eselon)
d. Penanggung jawab puskesmas pembantu adalah jabatan fungsional
C. Tata Kerja
Dalam menmyelenggarakan kegiatannya puskesmas wajib menerapkan prinsip
koordinasi dan sinkronisasi baik antar institusi dalam lingkungan kesehatan maupun
luar kesehatan termasuk masyarakat. Secara skematis tata kerja puskesmas dapat
digambarkan sebagai berikut.
A. UPAYA
Upaya kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas terdiri dari pelayanan
kesehatan masyarakat primer, upaya tersebut dikelompokkan menjadi wajib dan
pengembangan, yaitu
1. Upaya kesehatan wajib
1) Promosi kesehatan
2) Kesehatan Lingkungan
3) Kesehatan Ibu dan Anak termasuk Keluarga Berencana
4) Perbaikan Gizi Masyarakat
5) Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit
6) Pengobatan dan penanganan kegawatdaruratan
Penetapan upaya kesehatan wajib pada konsep primary health care yaitu 'basic six,
berdasarkan permasalah kesehatan masyarakat di indonesia yaitu masih tingginya
AKI
dan AKB, serta upaya percepatan pencapaian MDG's Pelayanan kefarmasian dan
laboratorium kesehatan, wajib dilaksanakan karena merupakan satu kesatuan yang
tidak
terpisahkan dan pelaksanaan upaya kesehatan di Puskesmas
Dalam upaya percepatan penurunan AKI, AKB dan Gizi Buruk serta mendekatkan
akses pelayanan kesehatan terhadap masyarakat, maka di setiap kecamatan, utamanya
daerah
pedesaan (rural) dikembangkan satu Puskesmas rawat inap Pengembangan Puskesmas
sebagai Puskesmas Rawat inap harus diperhatikan persyaratan jenis dan jumlah
tenaga, sarana dan prasarana sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
B. AZAS PENYELENGGARAAN
Azas penyelenggaraan Puskesmas adalah
a. Pertanggungjawaban wilayah Pertanggungjawaban wilayah artinya Puskesmas
bertanggungjawab terhadap pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat
yang bertempat tinggal/berada di wilayah kerjanya. Oleh karenanya
Puskesmas dalam melaksanakan tugasnya baik secara pasif maupun proaktif
menjangkau masyarakat di wilayah kerjanya. Penyelenggaraan pelayanan
kesehatan oleh Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling serta kegiatan
luar gedung (out reach activities) lainnya adalah realisasi dan
pertanggungjawaban wilayah.
b. Pemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan masyarakat berarti bahwa dalam melaksanakan setiap
kegiatannya Puskesmas harus mengikutsertakan masyarakat baik individu,
kelompok maupun masyarakat lainnya melalui kemitraan kesetaraan secara
berdampingan dan pro aktif. Diharapkan masyarakat mau dan mampu
berperan sebagai subyek dan pelaku pembangunan kesehatan
c. Keterpaduan
Penyelenggaraan setiap upaya Puskesmas secara terpadu sejak tahap
perencanaan, pelaksanaan dan penilaian baik kegiatan, dana, tenaga, serta
sumberdaya lainnya Keterpaduan yang dimaksud ada keterpaduan
i. lintas program
ii. lintas sektor
d. Rujukan
Sesuai dengan sistem kesehatan nasional, sebagai sarana pelayanan kesehatan
primer, maka tingkat kemampuan yang dimhliki oleh Puskesmas terbatas.
Oleh karenanya apabila tidak mampu melaksanakan pelayanan, maka
Puskesmas akan merujuk ke jenjang yang lebih tinggi yaitu pelayanan
sekunder. Sebagai pusat penyelenggara pelayanan kesehatan di wilayah
kerjanya maka Puskesmas akan menerima rujukan dan upaya kesehatan akan
menerima rujukan dan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat serta
pelayanan kesehatan swasta lainnya. Rujukan disini meliputi rujukan
pengetahuan, pasien dan spesimen yang bersifat dua arah. Yang dimaksud
dengan rujukan di sini adalah :
i Rujukan pelayanan kesehatan perorangan
ii Rujukan pelayanan kesehatan masyrakat
secara skematis jenjang rujukan pelaanan kesehatan adalah sebagai berikut :
SISTEM RUJUKAN
BAB V
MANAJEMEN PUSKESMAS
perlu ditunjang oleh manajemen yang baik. Manajemen Puskesmas adalah rangkaian
kegiatan yang bekerja secara sistematik untuk menghasilkan luaran yang Puskesmas yang
dan berkesinambungan.
Seluruh rangkaian kegiatan manajemen tersebut harus dilaksanakan secara terpadu dan
berkesinambungan.
A. Kepemimpinan
Pelaksaan 4 fungsi Puskesmas; yaitu (a) pusat pemberdayaan masyarakat, (b) pusat
pelayanan kesehatan masyarakat primer, (c) pusat pelayanan kesehatan perorangan primer
dan (d) pusat rujukan kesehatan, memerlukan pola kepemimpinan yang holistik, strategis,
change” ditengah dinamika sosial masyarakat yang dilayaninya. Pimpinan Puskesmas perlu
kecatamann, desa, organisasi sosial dan keagamaan, sektor usaha swasta, dll tentang perlunya
Puskesmas bersangkutan.
Kepemimpinan strategis berarti kemampuan memberikan respons yang tepat dan cepat
terhadap turbulensi perubahan lingkungan yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas, termasuk
sesuai dengan standar program yang ada, serta menggerakkan SDM Puskesmas
melaksanakan standar program tersebut dengan tehnik motivasi, komunikasi dan supervisi
yang efektif.
hubungan pribadi dan sosial dengan staf Puskesmas, aparat pemerintahan di kecamatan serta
dengan masyarakat yang dilayaninya. Menurut pengalaman empiris (penugasan di Puskesmas
selama 5 tahun dalam kebijakan masa lalu), masa lima tahun adalah waktu minimal yang
Kemamuan kepemimpinan holistic, strategis dan manajerial tersebut diberikan dalam bentuk
B. Manajemen Program
1. Perencanaan
kesehatan di wilayah kerja Puskesmas. Rencana Puskesmas dibedakan atas dua macam yaitu
Rencana Usulan Kegiatan (RUK) untuk kegiatan pada setahun mendatang dan Rencana
Pelaksanaan Kegiatan (RPK) pada tahun berjalan. Perencanaan Puskesmas disusun meliputi
upaya kesehatan wajib, upaya kesehatan pilihan dan upaya inovatif baik terkait dengan
pencapaian target maupun mutu Puskesmas. Istilah RUK dan RPK merupakan istilah umum,
Proses perencanaan Puskesmas harus disesuaikan dengan mekanisme perencanaan yang ada
baik perencanaan sektoral maupun lintas sektoral melalui Musrenbang di setiap tingkatan
administrasi.
kegiatan Puskesmas untuk tahun mendatang, sering disebut dengan istilah H+1.
berdasarkan RUK tahun yang lalu dengan dilakukan penyesuaian (adjustment) terhadap
target, sasaran dan sumberdaya. RPK disusun dalam bentuk matrik Gantt Chart dan
2. Pelaksanaan Pengendalian
terhadap kinerja penyelenggaraan rencana tahunan Puskesmas, baik rencana tahunan upaya
kesehatan wajib maupun rencana tahunan upaya kesehatan pilihan, dalam mengatasi masalah
sebagai berikut:
pengorganisasian berupa penentuan para penanggungjawab dan para pelaksana untuk setiap
kegiatan serta untuk setiap satuan wilayah kerja. Dengan perkataan lain, dilakukan
pembagian tugas seluruh program kerja dan seluruh wilayah kerja kepada seluruh petugas
penanggungjawab ini dilakukan melalui penggalangan tim pada awal tahun kegiatan.
Kedua, pengorganisasian berupa penggalangan kerjasama tim secara tuntas sektoral. Ada dua
1) Penggalangan kerjasama dua pihak yakni antara dua sektor terkait, misalnya antara
Puskesmas dengan sektor Sosial/Kesra pada waktu penyelenggaraan upaya kesehatan usia
lanjut (Usila).
2) penggalangan kerjasama banyak pihak yakni antar berbagai sektor terkait, misalnya
antara Puskesmas dengan sektor pendidikan, sektor agara, pada penyelenggaraan upaya
b. Penyelenggaraan
rencana kegiatan Puskesmas, dalam arti para penanggungjawab dan para pelaksana yang
telah ditetapka pada pengorganisasian. Untuk dapat terselenggaranya rencana tersebut perlu
1) Mengkaji ulang rencana pelaksanaan yang telah disusun terutama yang menyangkut
jadwal pelaksanaan, target pencapaian, lokasi wilayah kerja dan rincian tugas para
2) Menyusun jadwal kegiatan bulanan untuk tiap petugas seusai dengan rencana
pelaksanaan kegiatan yang telah disusun. Beban kegiatan Puskesmas harus terbagi
Dalam pelaksanaan kegiatan Puskesmas harus mengacu pada standar dan pedoman
c) Kendali mutu
kepatuhan terhadap standar dan pedoman pelayanan serta etika profesi dan
c. Pemantauan
Penyelenggaraan kegiatan harus diikuti dengan kegiatan pemantauan yang dilakukan secara
1) Melakukan telaahan penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang dicapai baik secara
hasil yang dicapai oleh Pueskesmas, dibandingkan dengan rencana dan standar
dirumuskan dalam bentuk kinerja (cakupan, mutu dan biaya) Puskesmas dan
Puskesmas.
b) Telaahan eksternal yaitu telaahan tribulanan terhadap hasil kerja yang dicapai
oleh sarana pelayanan kesehatan primer serta sektor lainnya yang terkait di wilayah
kerja Puskesmas. Telahaan eksternal ini dilakukan dalam forum Lokakarya Mini
Tribulan Puskesmas.
kinerja Puskesmas serta masalah dan hambatan yang ditemukan dari hasil telaahan
d. Penilaian
Kegiatan penilaian dilakukan pada akhir tahun anggaran dengan cara Penilaian Kinerja
mencakup
3. Pengawasan pertanggungjawaban
a) Pengawasan
Pengawasan dibedakan menjadi internal dan eksternal. Pengawasan internal dilakkan
secara melekat oleh atasan langsung, adapun pengawasan eksternal dilakukan oleh
b) Pertanggungjawaban
Pada setiap akhir tahun anggaran, Kepala Pueskesmas harus membuat laporan
pihak terkait lainnya, termasuk masyarakat melalui forum masyarakat. Apabila terjadi
C. Manajemen Kefarmasian
laporan.
manajemen Puskesmas.
E. Sistem Informasi
Sistem informasi meluputi pencatatan, pelaporan dan analisa data sebagai pendukung
F. Mutu Pelayanan
Mutu pelayanan Puskesmas merupakan salah satu aspek yang sangat penting meliputi
2. Manajemen Mutu Mekanisme atau metode untuk manajemen mutu Puskesmas harus
berkesinambungan. Untuk itu perlu adanya standar pelayanan maupun prosedur
pelayanan. Berbagai metode manajemen mutu telah berkembang sangat pesat. Untuk
penerapan di Puskesmas digunakan bentuk yang sederhana dan mudah dilaksanakan oleh
Puskesmas. Metode manajemen mutu, antara lain:
a. Quality Assurance (QA)
b. Sistem pengembangan manajemen kinerja klinik ( SPMKK)
BAB VI
dibutuhkan sumberdaya manusia (SDM) yang mencukupi baik jumlah Pola Ketenagaan
Minimal harus dimiliki Puskesmas dengan tempat perawatan dan Puskesmas di daerah
Keterangan :
Jumlah Bidan di Desa (BdD) sesuai dengan jumlah desa di wilayah kerja Puskesmas
Tidak termasuk tenaga untuk Puskesmas Pembantu
Jumlah Juru sama dengan jumlah desa di wilayah kerja Puskesmas
Pola ketenagaan minimal ini dapat disesuaikan atau ditambah sejalan dengan peningkatan
beban kerja dalam penyeenggaraan upaya wajib Puskesmas atau adanya perluasan kegiatan
Puskesmas dengan upaya pilihan yang merupakan prioritas di suatu daerah. Beban kerja
Puskesmas dipengaruhi oleh jenis pelayanan/program, jumlah atau besaran keluaran (output)
program, dan keadaan geografis serta kondisi wilayah kerja Puskesmas. Guna
terselenggaranya upaya kesehatan di Puskesmas, diperlukan dukungan manajemen
Puskesmas yang efektif dan efisies. Pola kebutuhan SDM untuk penyelenggaraan manajemen
Puskesmas ada:
Pola kebutuhan SDM untu Penyelenggaraan Manajemen Puskesmas
No JENIS SDM PUSKESMAS
1 Ka Subag Tata Usaha (min. D III 1
Kes)
2 Staf Pencatatan Pelaporan (D III 1
Kes)
3 Staf Administrasi 2
(SMA/SMK/ekonomi/akutansi D
III)
4 Juru Mudi 1
5 Penjaga Puskesmas 1
JUMLAH 6
waktu
yang cukup lama “(“retensi”), Pemerintah Daerah dapat mengirimkan penduduk (putra/putri)
sesuai kebutuhan.
Kesehatan) dan Rumah sakit daerah (kabupaten/kota) harus dilakukan, agar SDM Puskesmas
dapat menyelenggarakan upaya dan manajemen Ouskesmas dengan baik dan benar sesuai
dengan petunjuk teniks, pedom an pelaksanaan dan peraturan perundang undangan yang
berlaku.
Dalam rangka pelaksanaan tugas dan pekerjaannya di Puskesmas, sesuai peraturan yang
tenaga medis dan surat kerja atau sejenisnya bagi tenaga kesehatan lainnya termsuk
PEMBIAYAAN PUSKESMAS
yang cukup. Anggaran yang dimaksud baik untuk penyelenggaraan pelayanan mapun
Pendefinisi Puskesmas adalah unti pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota. Sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku, maka sumber pembiayaan Puskesmas berasal
dari:
a. Pemerintah
i. Kabupaten/Kota
APBD II ( DAU, DAK, Dana Baagi Hasil, PAD) pemerintah kabupaten/kota
pemerintah kabupaten/kota)
ii. Provinsi
Pemerintah daerah provonsi memberikan dukungan pembiayaan melalui APBD I
pemerintah provinsi
iii. Pusat di dalam PP/2007 disebutkan bahwa pemerintah pusat dapat memberikan
dukungan pembiayaan bagi kegiatan prioritas. Pemerintah pusat memberikan
dukungan kepada pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota dalam bentuk:
1) Dana Dekonsentrasi
2) Dana Tugas Pembantuan
3) Jamkesmas
4) Bansos
Anggaran yang berasal dari Pemerintah untuk penyelenggaraan Puskesmas tidak sepenuhnya
berupa dana akan tetapi dapat pula sarana pendukung lainnya. Sebagai contoh anggaran
b. Pendapatan Puskesmas
Pendapatan Puskesmas baik berupa retribusi Puskesmas yang ditetapkan melalui Peraturan
belaku.
c. Sumber Lainnya
Sebagai sarana pelayanan kesehatan, Puskesmas dapat memberikan pelayanan bagi sleuruh
a) PT Askes yang diperintukkan sebagai imblas jasa pelayanan yang diberikan kepada
Jamsostek ini peruntukannya adalah sebagai imbal jasa pelayanan kesehatan yang
ini. Adapun penggunaan dan pengelolaannya sesuai dengan peraturan yang berlaku.
d) Masyarakat Dana yang berasal dari masyarakat tidak sepenuhnya untuk membiayai
kesehatan perorangan dibiayai oleh masyarakat sendiri melalui Sistem Jaminan Kesehatan
Nasional, kecuali untuk masyarakat miskin, sesuai dengan amanat UUD 45, adalah
Masyarakat (Jamkesmas).
B. Pengelolaan dana
Puskesmas mengacu pada peraturan yang berlaku dengan tetap memberikan keluasaan
kepada Puskesmas untuk mengelola sesuai dengan perencanaan yang telah disusun dan
keuangan atas pelaksanaan kegiatan sebagaimana ditetapkan dalam DIPA atau dokumen
menyelenggarakan tugas-tugasnya, selain perlu ditunjang oleh kemampuan teknis juga perlu
(manfaat).
Kepala Satker (Puskesmas) wajib menyelenggarakan pembukuan atas uang yang dikelolanya
dan menyelenggarakan penatausahaan atas barang yang dikuasainya, serta membuat laporan
harapan, perlu dukungan terhadap kecukupan dan ketepatan waktu penyediaan dana untuk
Puskesmas.
Puskesmas dapat dikembangkan sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) apabila
B. Pemerintah Provinsi
Peran pemerintah provinsi adalah :
1. Melakukan pembinaan dan pengawasan pelaksanaan berbagai standar dan pedoman
yang terkait dengan penyelenggaraan Puskesmas seusai dengan kondisi daerah a.l :
a. Standar sarana, prasarana dan peralatan
b. Standar kefarmasian
c. Standar ketenagaan
d. Standar pelayanan medis/pengobatan
e. Pedoman kerja Puskesmas
f. Peoman penyelenggaraan program
g. Pedoman pembinaan
2. Melaksanakan koordinasi dengan lintas sektor di tingkat provinsi
3. Melaksanakan sosialisasi
4. Melaksanakan advokasi
5. Melaksanakan tot kabupaten/kota
C. Pemerintah
Dalam pelaksanaan revitalisasi Puskesmas, maka peran dan tugas Pusat adalah:
1. Menyusun dan menetapkan berbagai standar dan pedoman yang terkait dengan
penyelenggaraan Puskesmas a.l :
a. Standar sarana, prasarana dan peralatan
b. Standar kefarmasian
c. Standar ketenagaan
d. Standar pelayanan medis/pengobatan
e. Pedoman kerja Puskesmas
f. Pedoman penyelenggaraan program
g. Pedoman pembinaan
2. Melaksanakan koordinasi dengan lintas sektor di tingkat pusat
a. Melaksanakan sosialisasi
b. Melaksanakan advokasi
c. Melaksanakan TOT Provinsi
BAB IX
PENUTUP
sangat mendasar pada Kebijakan Dasar Puskesmas. Dalam upaya mengakomodir berbagai
perkembangan yang terjadi baik di bidang kesehatan maupun sektor lain yang berdampak
pada kesehatan. Pembaharuan ini akan menegaskan peran Puskesmas dalam pencapaian
Dukungan yang mantap dari berbagai pihak, baik dukungan politis, peraturan perundangan,
maupun sumber daya termasuk sumberdaya manusia dan pembiayaannya, sangat diperlukan
Kebijakan Dasar Puskesmas ini merupakan acuan utama bagi kabupaten/kota dan propinsi
ini memerlukan komitmen yang kuat dari pemimpin daerah (Bupati/Walikota). Dengan
kelompok kerja, padahal terdapat nuansa perbedaan-perbedaan yang mendasar diantara kedua
pengertian tersebut.
James F.Stoner (1996) mendefinisikan sebuah tim sebagai dua orang atau lebih
Secara tradisional, terdapat dua tim dalam sautu organisasi; formal dan informal, akan tetapi
sekarang terdapat tim yang mempunyai karakteristik (ciri-ciri) keduanya. Stamatis (1996)
dengan jelas mendefinisikan TEAM melalui suatu akronim yang baik sekali yaitu:
T ogether
E everyolie
A chieves
M ore.
Artinya adalah: Setiap orang bila bekerja sama dapat mencapai lebih, jadi dengan bekerja
sama dalam suatu tim kerja, hasil yang akan dicapai akan lebih besar dari penjumlahan hasil-
Perbedaan-perbedaan antara kelompok kerja dengan tim kerja dikemukakan oleh Stephen P.
Robbins (1996) yang mendefinisikan kelompok kerja sebagai kelompok yang terutama
berinteraksi untuk membagi informasi dan mengambil keputusan untuk membantu tiap
Sedangkan tim kerja adalah kelompok yang upaya upaya individunya menghasilkan suatu
kerja kolektif yang menuntut upaya gabungan, kinerja mereka sekedar jumlah kinerja
sumbangan perseorangan dan tiap anggota kelompok karena tidak terdapat sinergi positif
yang akan menciptakan suatu tingkat keseluruhan kinerja yang lebih besar daripada jumlah
masukan masukan. Sedangkan dalam suatu tim kerja, terdapat sinergi positif melalui upaya-
Nilai-nilai atau value dalam suatu tim memegang peranan penting, nilai organisasi
menyangkut jati diri organisasi tersebut, yang merupakan ciri spesifik yang melandasi para
anggotanya untuk berperilaku. Pada dasarnya nilai (value) adalah hal-hal yang secara
Nilai-nilai tersebut jika sudah tertanam dalam jiwa kita, ia akan emmbentuk suatu keyakinan,
Nilai-nilai dasar (values) adalah pondasi sebuah identitas korporat. Nilai-nilai adalah sesuatu
yang memaknai jati diri seseorang sebagai anggota korporasi dalam keadaan seperti apapun.
Penugasan 1
kelompok
Untuk membangun suatu tim kerja, Puskesmas perlu terlebih dahulu menanamkan
nilai-nilai yang harus dianut oleh seluruh anggota organisasi/petugas Puskesmas. Ini
menjadi bagian dan peran Kepala Puskesmas sebagai seorang manajer sekaligus
pemimpin di Puskesmas.
komitmen untuk menerapkannya dalam pelaksanaan tugas sehari-hari serta mewujudkan visi
Puskesmas.
Departemen Kesehatan, guna mewujudkan visi “Masyarakat Yang Mandiri untuk Hidup
Sehat” dan mengemban misi “Membuat Rakyat Sehat”, menganut dan menjunjung tinggi
nilai-nilai:
c. Kerjasama tim
Departemen kesehatan sebagai organisasi pemerintah memiliki sumber daya manusia yang
banyak. Sember daya manusia merupakan potensi bagi terbentuknya suatu tim besar. Oleh
karena itu, dalam mengemban tugas-tugas pembangunan kesehatan, harus dibina kerja tim
yang utuh dan kompak, dengan menerapkan prisip koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan
sinergisme.
Berkaitan dengan itu, puskesmas meskipun besarnya bervariasi, merupakan suatu organisasi
yang didukung oleh SDM dengan latar belakang yang berbeda, baik dan segi pendidikan,
pengalaman, sosial, ekonomi, dan budaya. Karena itu perlu upaya untuk mempersatukan
mereka dalam suatu ikatan kerjasama tim yang solid serta memiliki integrasi tinggi.
d. Integrasi tinggi
Dalam oenyelenggaraan pembagunan kesehatan, setiap anggota (karyawan dan pimpinan)
Departemen kesehatan harus memiliki komitmen yang tinggi dalam upaya mencapai visi
dan misai yang telah ditetapkan. Setelah itu, dalam melaksanakan tugas, semua anggota
departemen kesehatan harus memiliki ketulusan hati, kejujuran, berkepribadian yang teguh,
dan bermoral tinggi.
Untuk membina organisasi agar SDMnya memiliki integrasi yang tinggi, biasanya pimpinan
organisasi dituntut untuk menteladani ciri-ciri sebagaimana yang disebutkan (tulus, jujur,
berkepribadian teguh serta bermoral tinngi) yang ditunjukkan dalam perilaku sehari-hari.
Integritas juga ditandai dengan komitmen terhadap pencapaian tujuan organisasi, yaitu
komitmen terhadap penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan puskesmas, dilaksanankan
dengan sepenuh hati dan tanggung jawab. Forum pertemuan puskesmas seperti lokakarya
mini, rapat rutin staf dapat di sarana pembinaan SDM agar memiliki integritas tinggi.
Pembentukan Badan Penyantun Puskesmas (BPP) atau yang sejenis dapat menjadi mitra
Puskesmas dlama rangka pertanggungjawaban dan pertanggunggugatan penyelenggaraan
upaya kesehatan puskesmas kepada publik.
Penugasan 2
Sampai disini, untuk memantapkan pemahaman peserta mengenai nilai-nilai SDM.
Fasilitator memberi penugasan kelompok:
3. Komunikasi
Istilah komunikasi berasal dari kata latin “communicatio” dan bersumber dari cata
communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Jadi
kalau dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan,
maka komunikasi akan terjadi bila ada kesamaan makna mengenai apa yang
dipercakapkan.
Pemancaran Medium
Penerima Kata-kata
Gagasan Suara/ganggua
Terjemahan n
1) Apa yang anda katakan. Hal ini mungkin sangat kompleks dan bisa relevan ataupun
Pemancar
tidak.
2) Cara mengatakannya. Bahasa dan nada bicara yang anda gunakan harus memberi
kesan kritis.
3) Medium. Komunikasi tatap muka cukup memadai dalam beberapa situasi pelayanan,
tetapi tidak dalam situasi lainnya. Pilih media komunikasi secara cermat agar selaras
dengan berita, entah panjang, pendek, rumit atau sederhana. Apakah diperlukan
interaksi atau tidak?
4) Pemberi informasi. Anda barangkali tidak dapat sepenuhnya menyampaikan pesn.
Anda mungkin terpengaruh oleh berbagai kepentingan atau hal-hal yang berkaitan
atau oleh isi pesan itu yang membuat anda merasa kurang enak.
5) Pendengar. Komunikasi akan dipengaruhi oleh berbagai pertimbangan seperti dengan
siapa anda berbicara, apa prioritas mereka, seberapa banyak yang telah mereka
ketahui, pola berpikir mereka.
6) Suara atau hal-hal yang mengganggu. Komunikasi akan terpengaruh bila masing-
masing kelompok menemuai keseulita untuk menyongkirkan gangguan dari orang lain
maupun suara di sekitar mereka.
7) Menangkap detai yang tidak relevan atau menyimpang dari pembicaraan.
Dalam membangun tim kerja puskesmas, komunikasi adalah penting, sebagai mana
dikemukakan oleh Synder (1988;209)”Kemampuan suatu tim untuk mencapai tujuannya
sangat tergantung pada kemampuan dan para anggotanya untuk berkomunikasi secara
efektif satu sama lain. Komunikasi interpersonal merupakan tumpuan bagi terjadinya
perencanaan, penyelesaian masalah, tindakan, refleksi serta evaluasi yang efektif”.
Sedangkan Thamhain (1990;16) menyatakan bahwa “ komunikasi yang buruk adalah
hambatan utama untuk terlaksananya tugas tim yang efektif serta tumbuhnya kinerja yang
inovatif, karena itu komunikasi yang lain, bebas kesegala arah dan menyeluruh adalah
sangat penting.”
Sehubungan dengan itu kepala puskesamas beserta staf/petugas perlu memahami dan
mampu menerapkan teknik komunikasi yang efektif yaitu:
Komunikasi harus menghasikan pengertian yang sama. Hal ini sejalan dengan tujuan
komunikasi. Diperlukan sikap tulus dari kedua pihak yang berkomunikasi.
Kesederhanaan dan kejelasan dalam berkomunikasi untuk membantu kelancaran umpan
balik oleh kedua belah pihak. Komunikasi harus menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti dan berdifat dua arh. Hindari penggunaan bahasa atau istilah-istilah
teknis/abstrak yang menyulitkan pengertian, terutama apabila berbicara dengan anggota
tim kerja dan luar sektor kesehatan.
Beri kesempatan kepada pihak penerima pesan untuk mendapatkan kejelasan terhadap
pesan yang dianggap kurang jelas.
Suatu pesan yang disampaikan harus singkat padat, lengkap mengandung semua informasi
yang perlu (comprehensive and complete), langsung (to the point) benar dan nyata (correct
and based on facts). Pesan tidak boleh mengandung informasi yang kurang atau
berlebihan.
Hargai perbedaan pada setiap individu, karena mungkin setiap orang menentukan
pendekatan yang berbeda, boleh jadi karena latar belakang pendidikan, situasi atau sifat
pribadi manusianya.
Pesan disampaikan dalam bentuk yang menarik, dalam gaya bicara ataupun penyajian.
Menunjukkan sikap dan kepercayaan diri, serta keyakinan yang dapat mempengaruhi
penerima pesan.
Menunjukkan kemampuan menjadi pendengar yang baik. Beri kesempatan kepada setiap
orang untuk menyampaikan pendapatnya, dan berusaha untuk memahami dengan
menunjukkan kesungguhan anda mendengarkan.
Penting untuk selalu disadari bahwa komunikasi adalah proses tombal balik yang
mencakup penyampaian, penerimaan pesan dan siklus umpan balik.
Pengamat :
Pilihlah beberapa orang pengamat, misalnya 3 orang pengamat.
4. Kemitraan
Kemitraan dibentuk oleh sekelompok individu atau institusi yang sepakat bekerja sama
dalam mencapai tujuan yang sama. Dalam membangun kemitraan perlu diperhatikan prinsip
dalam kemitraan, landasan kemitraan dan kunci keberhasilan kemitraan.
Prinsip dasar:
Kesetaraan (Equity). Setiap mitra dalam keterlibatannya dalam pelaksanaan upaya
kesehatan harus diberi kepercayaan penuh, dihargai dan diberikan pengakuan dalam
hal kemampuan dan nilai-nilai yang dimiliki.
Keterbukaan (Transparancy). Setiap mitra dalam keterlibatannya pelaksanaan upaya
kesehtan yakin dan setiap kesepakatan akan dilakukan dengan jujur tidak saling
merahasiakan sesuatu.
Saling menguntungkan (mutual benefit). Setiap mitra dalam keterlibatannya dalam
pelaksanaan upaya kesehtan akan mendapatkan keuntungan atau manfaat bersama dan
kemitraan tersebut (keuntungan dan manfaat tidak selalu bersifat material).
Landasan kemitraan:
Saling memahami keduduka, tugas, fungsi dan struktur masing-masing
Saling memahami kemampuan (capacity)
Saling menghubungi (linkage)
Saling mendekati (proximity)
Saling bersedia membantu dan dibantu (openess)
Saling memberi dorongan dan mendukung (support)
Saling menghargai (respect)
Kunci keberhasilan:
Adanya komitmen/kesepakatan bersama
Adanya kerjasama yang harmonis
Adanya koordinasi yang baik
Adanya kepercayaan sesama mitra
Adanya kejelasan tujuan yang akan dicapai
Adanya kejelasan peran dan fungsi dari amsing-masing mitra
Prinsip, landadan dan kunci keverhasilan kemitraan tersebut harus diterapkan baik dalam
membangun kemitraan lintas program maupun lintas sektor. Dari uraian tentang kemitraan,
jelaslah bahwa keberhasilan dalam membangun kemitraan merupakan kunci keberhasilan
membangun tim kerja puskesmas. Selanjutnya dalam membangun tim kerja puskesmas,
perhatikan juga tentang ciri-ciri tim yang efekti.
Ciri-ciri tim Efektif
Robbins (1996) mengemukakan bahwa suatu tim tidak otomatis menjadi produktif dan
mampu menigkatkan produktivitasnya berdasarkan penelitian karakteristik dasar dan efektif
adalah sebagai berikut:
a. Kejelasan tujuan
Suatu tim yang berkinerja tinggi memiliki pemahaman terhadap tujuan yang akan
dicapai, dan meyakini bahwa mewujudkan tujuan sangat bermanfaat atau merupakan
hal yang penting.
Agar tujuan tim tercpai perlu juga meningkatkan kekompkan tim, dalam hal ini J.F Stoner
(1996) menegmukakan terdpat 4 cara meningkatkan kekompakan tim, yaitu :
1. Memperkenalkan persaingan.
Terjadinya konflik dengan individu lain diluar tim, kelompk lain atau tim lain
dapat meningkatkan kekompakan suatu tim.
2. Meningkatkan keterkaitan antar pribadi
Orang cenderung bergabung dengan tim yang anggota mereka kenal atau kagumi.
Karenanya dalam suatu tim dapat dimulai dengan merekrut individu-indivisu
yang menganut nilai penting yang relative sama
3. Meningkatkan interaksi
Walaupun umumnya kita jarang dapat selalu lenyukai semua orang yang
bekerjasama dengan kita, tetapi meningkatknya interaksi dapat memperbaiki
persahabatan dan komunikasi. Anggota tim diupayakan dapat saling bertemu
bukan saja pada pertemuan formal, tetapi dalam pertemuan yang lain seperti
kegiatan rekreatif dan olahraga.
4. Mencitaptakan sarana bersama dan rasa kebersamaan pada anggota tim
Sasaran tim hendaknya diupayakan menjadi sasaran semua anggota tim, demikian
juga rasa kebersamaan perlu diciptakan dalam suatu tim untuk peningkatan
efektivitas tim kerja.
Georgia Shea dan Guzzo mengemukakan efektivitas suatu kelompk merupakan
dari tiga variabel, yaitu :
Interdependensi tugas yaitu sejauh mana pekerjaan tim menuntut para anggotanya
untuk saling berinteraksi interpendensi tugas tingkat tinggi meningkatkan rasa potensi
tim.
Rasa potensi yaitu keyakinan bersama kelompok bahwa tim dapat menjadi efektif.
Interdependensi hash adalah suatu tingkat dimana konsekuensi kerja kelompok/ tim
dirasakan oleh semua anggota tim.
PERENCANAAN PUSKESMAS
a. Data Umum
1) Peta wilayah kerja Puskesmas serta fasilitas pelayanan (format 1). Data
wilayah mencakup luas wilayah, jumlah desa dusun RT/RW, jarak desa
dengan puskesmas, waktu tempuh ke puskesmas. Data ini dapat diperoleh
dikantor kelurahan/desa/kecamatan.
2) Data sumber daya. Data ini mencakup sumberdaya Puskesmas termasuk
Puskesmas pembantu dan bidan desa, yang mencakup:
3) Data peran serta masyarakat (format 3) mencakup jumlah posyandu, kader,
dukun bayi dan tokoh masyarakat
4) Data penduduk dan sasaran program (format 4). Data ini mencakup jumlah
penduduk seluruhnya berdasarkan jenis kelamin, kelompk umur sesuai sasaran
program, sosio ekonomi, pekerjaan, pendidikan, kelurga miskin. Data ini dapat
diperoleh dikantor kelurahan/desa, kantor kecamatan dan data estimasi sasaran
di Dinas Kesehatan kabupaten/kota.
5) Data sekolah (format 5). Data ini mencakup jenis sekolah yang ada, jumlah
siswa klasifikasi sekolah, UKS, jumlah dokter kecil, jumlah guru UKS, dll.
6) Data kesehatan lingkungan wilayah puskesmas (format 6). Data ini mencakup
lingkungan rumah sehat, tempat pembuatan makanan/minuman, tempat
umum, tempat pembuangan sampah, sarana air bersih, jamban keluarga dan
sistem pembuangan air limbah.
b. Data khusus (hasil penilaian kinerja Puskesmas)
1) Data khusus status kesehatan yang terdiri dari data kematian (format 7),
kunjungan kesakitan (format 8), pola penyakit yaitu 10 penyakit terbesar yang
ditemukan (format 9).
2) Kejadian luar biasa (format 10) dapat dilihat pada laporan W1 (Simpsus)
3) Cakupan program pelayanan kesehatan 1 tahun terakhir ditiap desa/kelurahan
(format 11)
4) Hasil survei yang dilakukan sendiri puskesmas atau pihak lain (format 12)
3. Sumber Data
Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan proses kegiatan merubah data menjadi informasi yang dapat
digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan, termasuk untuk dasar
penyusunan perencanaan puskesmas. Kegiatan pengolahan data meliputi:
Kegiatan untuk meneliti kelengkapan alat dan kebenaran data yang dikumpulkan
(cleaning and editing)
Kegiatan penghitungan khususnya untuk mendapatkan nilai keadaan dan
pencapaian hasil kegiatan puskesmas (calculating).
Kegiatan memasukkan data kedalam tabel yang akan menjadi suatu informasi
yang berguna dalam pengambilan keputusan (tabulating)
4. Analisa Data
Data yang sudah diproleh kemudian dikoreksi untuk menjamin keakuratan dan kualitas
data. Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisa. Analisa yang digunakan dengan
analisa deskriptif. Semua data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel, grafik ataupun
bentuk pie. Dan hasil analisa data tersebut kemudian dapat diketahui rencana kebutuhan
masing-masing puskesmas. Analisa data dilakukan oleh tim pusksesmas. Hasil analisis
data, baik data umum maupun data khusus harus menghasilkan suatu rumusan atau
kesimpulan, yang nantinya akan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
menyusun Rencana Usulan Kegiatan (RUK) dan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK).
Rumusan atau kesimpulan hasil analisis data adalah sebagai berikut:
Berdasarkan data wilayah dan fasilitas kesehatan
a. Perlu/tidak peningkatan akses pelayana
b. Perlu/tidak peningkatan jumlah fasilitas pelayanan
c. Ada/tidak potensi untuk upaya kesehatan pengembangan
Berdasrkan data ketenagaan (format 2a)
a. Ada/tidak tenaga yang harus ditingkatkan kualitasnya? Tenaga apa
b. Ada/tidak tenaga yang harus ditingkatkan kua tenaga apa? Misalnya
karena tidak mungkin menambah tenaga
Bersarkan data keasaan obat dan bahan habis pakai (format 2b)
a. Apa saja obat yang banyak digunakan?
b. Apa saja obat yang banyak tersisa?
c. Ada/tidak potensi terjadinya pengobatan tidak rasional (masih perkiraan,
tidak perlu perhatian)
Berdasarkan data keadaan peralatan kesehatan (format 2c)
a. Alat apa yang perlu perbaikan?
b. Alat apa yang perlu penambahan?
c. Apakah kendala peralatan kesehatan puskesmas saat ini potensial
mengganggu kelancaran pelayanan di puskesmas? Apakah masih bisa
diatasi?
Berdasarkan data pembiayaan kesehatan di puskesmas (format 2d)
a. Biaya sudah/belum memadai untuk operasional puskesmas?
b. Ada/tidak potensi sumber biaya lain yang dapat digali oleh puskesmas?
Berdasarkan data sarana prasarana kesehatan di puskesmas (format 2e)
a. Jenis sarana kesehatan apa yang kondisinya mengganggu kelancaran
pelayanan puskesmas?
b. Jenis sarana penunjang apa yng kondisinya menganggu kelancaran
pelayanan penunjang di puskesmas?
Berdasarkan data peran serta masyarakat (format 3)
a. Bagaimana gambaran sasaran program menuntut kelompok umur/usia?
b. Adakah potensi upaya kesehatan pengembangan untuk kelompok keluarga
miskin dan sasaran program tersebut?
Berdasarkan data penduduk dan sasaran prograam (format 4)
a. Bagaimana gambaran sasaran program menurut kelompk usia/umur?
b. Adakah potensi upaya kesehatan pengembangan untuk kelompok keluarga
miskin dan sasaran program teresebut?
Berdasarkan data sekolah (format 5)
a. bagaimana persentase sekolah UKS
b. bagaimana persentase kader UKS di setiap jenjang sekolah
c. bagaimana persentase guru UKS di setiap jenjang sekolah
d. program apa yang potensial untuk pengembangan UKS
Berdasarkan data kesehatan lingkungan (format 6)
a. bagaimana urutan persentase dan yang paling rendah ke yang paling tinggi
b. apa persentase yang paling rendah dan terjadi di banyak lokasi
Berdasarkan data kematian (format 7)
a. apa penyebab kematian terbanyak
b. apa penyebab kematian perempuan terbanyak
c. apa penyebab kematian bayi/balita/usia sekolah/ usia lansia terbanyak
Berdasarkan data kunjunagan (format 8)
a. persentase kunjungan baru dan lansia
b. jumlah kunjungan dari kelurahan/ desa terjauh/transportasi sulit
c. apakah potensial untuk meningkatkan akses pelayanan
Berdasarkan data sepuluh penyakit terbanyak (format 9)
a. apa penyakit terbanyak pada laki-laki
b. apa penyakit terbanyak pada perempuan
c. apakah potensial untuk upaya kesehatan pengembangan
Berdasarkan data kejadian luar biasa (format 10)
a. jenis KLB apa dengan jumlah kasus terbanyak?
b. jenis KLB apa dengan lokasi paling luas?
c. jenis KLB apa yang paling banyak menimbulkan kematian?
Berdasarkan cakupan program pelayanan kesehatan (format 11)
a. Upaya kesehatan wajib apa yang pencapaiannya masih rendah?
b. Upaya kesehatan pengembangan apa yang telah dilaksanakan?
c. Upaya kesehatan apa yang pencapaiannya masih rendah?
Kerjakan Latihan 1.
Menganalissis Data
Petunjuk Latihan:
1. Peserta bekerja dalam kelompok Puskesmas
2. Dalam kelompok, melakukan kegiatan sbb:
Identifikasi target puskesmas yang telah ditetapkan oleh dinas kesehatan kab/kota,
untuk program apa dan berapa
Identifikasi target yang harus ditentukan oleh puskesmas: untuk program apa dan
hitunglah target tersebut berdasarkan SPM yang ditetapkan
Identifikasi target yang harus ditentukan berdasarkan oerkiraan secara matematis:
untuk program apa? Dan berapa perkiraan targetnya?
Identifikasi target yang bisa ditentukan berdasarkan hasil terbaik yang pernah
dicapai puskesmas: untuk program apa? Berapa hasil terbaik yang pernah dicapai?
Dan berapa target sekarang?
Kerjakan Latihan 2.
Menentukan Target Puskesmas.
Petunjuk Latihan:
1. Peserta bekerja dalam kelompok Puskesmas
2. Dalam kelompok, melakukan kegiatan sbb:
Identifikasi target puskesmas yang telah ditetapkan oleh dinas kesehatan
kab/kota, untuk program apa dan berapa.
Identifikasi target yang harus ditentukan oleh puskesmas
Untuk program apa
Hitunglah target tersebut berdasarkan SPM yang ditetapkan
Hitunglah target tersebut berdasarkan SPM yang ditetapkan
Identifikasi target yang bisa ditentukan berdasarkan hasil terbaik yang pernah dicapai
Puskesmas
- Untuk program apa
- Berapa hasil terbaik yang pernah dicapai
- Berapa target sekarang
Untuk mengisi tabel tersebut, dapat diambil dan Format 11, Cakupan Program Pelayanan
Kesehatan No. A Upaya Kesehatan Wajib.
Target disi berdasarkan hasH penentuan target Puskesmas.
Pencapaian disi dan kolom jumlah pencapaian, yang merupakan kelurahan/desa. Kesenjangan
antara pencapaian dan target, merupakan masalah. Kemungkinan teridentifikasi beberapa
masalah.
Kerjakan Latihan 3.
Menentukan Identifikasi Masalah
Petunjuk Latihan
1. Peserta bekerja dalam kelompok (tim) Puskesmas
2. Kegiatan dalam kelompok
o Siapkan tabel identifikasi masalah seperti pada contoh di halaman 172 modul ini.
o Siapkan format 11 Cakupan PelayananKesehatan btk A. Upaya Kesehatan waijib
yang telah disi dengan data Puskesmas.
o Isi kolom program dengan jenis program dan UpayaKesehatan Wajib
o Isi kolom target, dengan hasil pemantauan target Puskesmas untuk setiap program
o Isi kolom pencapaian dari kolom jumlah pencapaian yang merupakan rekapitutasi
pencapaian diseluruh kelurahan/desa.
o Isi kolom kesenjangan dengan membandingkan antara target dan pencapaian.
Program yang memiliki kesenjangan (negatif atau kurang dan target) merupakan
masalah.
o Identifikasi masalah-masatah tersebut, kemungkinan ada beberapa masalah.
Tuliskan semua masalah
Kerjakan Latihan 4.
Menentukan Urutan Prioritas
Petunjuk Latihan
1. Peserta bekerja dalam kelompok dalam kelompok (tim) Puskesmas
2. Kegiatan dalam kelompok
o Buatlah nomor untuk setiap masalah yang terindetifikasi (misal masalah 1 :
Program…dst)
o Tentukan metode penentuan prioritas masalah yang dipilih oleh tim. (misalnya
metode kriteria USG
o Buatlah matriksnya. (lihat contoh matriks pada halaman 174). Buatlah kolom
masalah, Sejumlah masalah yang teridentifikasi
o Isilah nilai setiap kriteria dan setiap masalah dengan cara:
- Setiap anggota ketompok diminta untuk memberi nilai untuk kriteria (U) dan masalah 1,
kemudian dibuat reratanya. Nilai Rerata diisi pada masalah 1. Lakukan hal yang sama
untuk nilai kriteria (K) untuk masalah lainnya (masalah 2 dstnya)
- Untuk mengisi nilai kriteria (S), lakukan juga hal yang sama
- Demikian juga untuk nilai kriteria (G)
- Isi nilai total setiap masalah dengan perkalian nilai\ kriteria (U) x (S) x (G).
- Tuliskan urutan prioritas dari total nilai yang terbesar sampai yang terkecil
- Urutan prioritas masalah adalah:
(1)………………………………..
(2)………………………………..
(3)………………………………..
3. Merumuskan masalah
Perumusan masalah mencakup , Apa masalahnya, siapa yang terkena masalah,
Besarnya masalah, Dimana terjadinya dan Bilamana masatah itu terjadi (4W, 1H), What,
Who, When, Where, dan How Much. Contoh Rumusan Masalah.
Masih tingginya angka kematian balita akibat diare yaitu sebesar 20% di desa A, wilayah
Puskesmas), pada tahun 2006
Kerjakan Latihan 5
Merumuskan Masalah
Petunjuk Latihan
1. Peserta bekerja dalam kelompok (tim) Puskesmas
2. Kegiatan dalam kelompok
Masalah yang menjadi prioritas, dilakukan pengkajian
- Apa masalah tersebut?
- Siapa yang terkena?
- Berapa besar masalah tersebut (dalam jumlah nominal) dalam persen/dalam luas wilayah
yang terkena dsb)
- Dimana lokasi terjadinya?
- Bilamana kurun-waktu tertentu (musim tertentu dil)
Buatlah datam rumusan pernyataan masalah (problem Statement) meliputi : 4W, 1 H
tersebut.
POHON MASALAH
ANALISIS SEBAB AKIBAT
KEGIATAN:………………….
Catatan :
Untuk mengidentifikasi penyebab masalah, baik menggunakan kemungkinan
penyebab masalah dapat ditelusuri dari:
a. Input (sumber daya): manusial tenaga, jenis dan jumlah akan diagram Ishikawa
maupun pohon masalah, obat/ sarana/ fasilitas, prosedur kerja, dana dan lain-lain
b. Proses (pelaksanaan kegiatan) frekuensi, penggunaan metodel prosedur, kepatuhan
terhadap standar pelayanan, supervisi/ pembinaan dl
c. Lingkungan : kebijakan, political will dll
Petunjuk Latihan
1. Peserta bekerja dalam kelompok (tim) Puskesmas
2. Kegiatan dalam kelompok:
Menentukan metode yang akan digunakan
Tuliskan masalah prioritas yang akan ditelusuri akan penyebabnya
Ikuti langkah-langkah dan metode yang dipilih pada halaman 176 dan 177, modul ini
Dalam mengisi tulang ikan pada Diagram Ishikawa atau kotak-kotak pada diagram
pohon masalah, harus melibatkan semua naggota tim. Penentuannya harus
berdasarkan data! fakta. Ingat dan gunakan analisis data pada latihan 1,
Buat kesimpulan akar penyebab masalah yaitu……
RUK, sebagai program hash analisis masalah. Untuk setiap prioritas masalah harus dapat
ditentukan pemecahan masalah terpilih. Pemecahan masalah terpilih akan menjadi bahan
penyusunan.
Kerjakan Latihan 7
Menetapkan Cara Pemecahan Masalah
Petunjuk Latihan
1. Peserta bekerja dalam kelompok (tim) Puskesmas
2. Kegiatan dalam kelompok
Review hasil prioritas masalah dan akar penyebab dari setiap masalah prioritas
tersebut.
Buat tabel cara pemecahan masalah (contoh tabel pada halaman 179)
Lakukan brainstorming, agar setiap anggota kelompok berpartisipasi
menyampaikan usulan alternatif pemecahan masalah.
Buat kesepakatan tentang pemecahan masalah yang terpilih, atau
penentuannya dilakukan dengan menggunakan metode matriks USG/ MCUA,
dll.
Tuliskan hasilnya pada kotak Pemecahan Masalah Terpilih. Hasil ini akan
menjadi bahan penyusunan RUK.
3. Rekapitulasi rencana usulan kegiatan dan sumberdaya yang hasil analisa masalah
dibutuhkan kedalam format RUK Puskesmas.
RUK disusun dalam bentuk matriks, dengan memperhatikan berbagai kebijakan yang
berlaku, baik kesepakatan global, nasional, maupun daerah sesuai dengan masalah yang ada
sebagai hasil dan kajian data dan informasi yang tersedia di Puskesmas
1. RUK Upaya Kesehatan Wajitb
a) Menyusun rencana usufan kegiatan upaya kesehatan wajib kedalam matriks.
b) Mengajukan rencana usulan kegiatan upaya kesehatan wajib.
Catatan:
Kegiatan disi dengan kegiatan dari paket program yang diusulkan dalam upaya
mencapai tujuan program
Tujuan disi dengan tujuan dari setiap kegiatan program
Sasaran adalah jumlah populasi atau area diwilayah kerja yang akan dicakup
Target adalah jumlah bagian dari sasaran/ area yang akan diberikan pelayanan
oleh Puskesmas dihitung berdasarkan faktor koreksi kondisi geografis, jumlah
sumber daya dan target pasar serta pencapaian tahun lalu
Besar biaya mengacu pada peraturan daerah yang ada
Sumber pembiayaan dapat berasal dari pemerintah, swasta, masyarakat atau
pendapatan fungsional Puskesmas.
Telah disebutkan bahwa upaya pengembangan dapat dipilih dari daftar upaya
kesehatan Puskesmas yang telah ada atau dapat berupasehatan yang
dikembangkan sesuai dengan kesehatan yang terjadi diwilayah kerja Puskesmas
diantaranya bisa berasal dan hasil analisis Puskesmas, seperti hasil analisis
berdasarkan 1, 3, 5, 9 dan 11.
Apabila Puskesmas mempunyal kemampuan, identifikasi masalah dilakukan
bersama sama masyarakat (kesehatan kecamatan/Badan penyantun Puskesmas
melalui pengumpulan data secara langsung di lapangan (Survei mawas diri).
Tetapi apabila kemampuan itu tidak dimiliki oleh Puskesmas, maka identifikasi
dilakukan melalui kesepakatan kelompok oleh petugas Puskesmas dengan
melibatkan konsil kesehatan kecamatan/ badan penyantun Puskesmas.
Dari hasil identifikasi ini kemungkinan akan muncul usulan Puskesmas yang
sangat beragam. Dengan pertimbangan kondisi sumberdaya yang ada, baik tenaga,
sarana maupun biaya, maka perlu dibuat penyusunan prioritas Apabila Puskesmas
belum mampu menyelenggarakan upaya kesehatan pengembangan tersebut tetapi
telah menjadi kebutuhan masyarakat setempat maka dinas kesehatan
kabupaten/kota yang wajb menyelenggarakannya.
b) Menyusun RUK Upaya Kesehatan Pengembangan kedalam matriks
Pada dasarnya pengisian matriks sama dengan pengisian matriks R.U.K. Upaya
Kesehatan Wajib.
Kerjakan Latihan 8.
Menyusun RUK
Petunjuk Latihan
1. Peserta bekerja dalam kelompok (tim) Puskesmas
2. Kegiatan dalam kelompok:
Pelajari format RUK (matriks RUK)
Susunlah RUK Upaya Kesehatan Wajb menggunakan matriks tersebut. Gunakan hasil
analis data dan informasi Puskesmas, serta hasil langkah-langkah pemecahan masalah
Identifikasi Upaya Kesehatan Pengembangan yang akan dilaksanakan di Puskesmas
saudara. asil alisis data format 1,3,5,9 dan 11, dapat membantu dalam menentukan
Upaya Pengembangan, atau berdasar hasil SMD dll
Susunlah RUK Upaya Kesehatan menggunakan matriks (contoh matriks pada
halaman 184)
Gabunglah RUK Upaya kesehatan Wajib dan Upaya Kesehatan Pengembangan seba
Rencana Tahunan Puskesmas
Catatan:
No 7 dan seterusnya diisi dengan jenis upaya kesehatan pengembangan yang diusulkan
2) Proses
a) inventerisasi kegiatan puskesmas termasuk kegiatan lapangan/daerah binaan
b) Analisis beban kerja tiap petugas
c) Pembagian tugas baru termasuk pembagian tanggung jawab daerah binaan
d) Penyusunan rencana kegiatan (Plan Of Action) Puskesmas tahunan berdasarkan
Rencana Pelaksanaan Kegiatan Puskesmas (RPKP)
3) Keluaran
a) Rencana Kegiatan (Plan Of Action POA) Puskesmas tahunan
b) Kesepakatan bersama untuk pelaksanaan kegiatan sesuai dengan POA
c) Matriks pembagian tugas dan daerah binaan
4) Tempat
Diupayakan agar lokakarya mini diselenggarakan di puskesmas, apabila apa
memungkinkan dapat menggunakan tempat lain yang lokasinya berdekatan
dengan puskesmas. Ruang yang dipakai hendaknya cukup untuk menampung
semua peserta.
5) Acara
Pada dasamya susunan acara Lokakarya Mini bulanan bersifat dinamis, dapat disusun
sesuai dengan kebutuhan, ketersediaan waktu dan kondisi Puskesmas setempat.
b. Pelaksanaan
Kepala Puskesmas/ Pimpinan rapat membuka dan menyampaikan tujuan serta agenda
lokakarya mini bulanan pertama ini
kondusif diantara semuastaf puskesmas. Metode yang dapat di gunakan oleh setiap
orang diantara nya adalah : Brainstorming ,yaitu minta setiap orang secara bergiliran
menyampaikan apa pendapat/perasaannya selama pelaksanaan kegiatan tahunan yang
lalu apakah sudah merasa puas? Atau metode Buzgroup yaitu minta berpasangan dua
orang dulu saling bercerita perasaan/pengalaman yang paling terkesan selama
pelaksanaan kegiatan tahun lalu,kemudian bergabung empat-empat orang,kemudian
berdelapan sampai terdengar suasana riuh.
Penjelasan tentang RPK oleh kepala puskesmas/pimpinan rapat
Beri waktu untuk tanya jawab
Penjelasan apabila ada program baru untuk tahun yang sedang berjalan.
Berdasarkan RPK,disusun POA puskesmas satu tahun tersebut,menggunakan format
- Bagi habis seluruh program kerja dan kegiatan serta wilayah kerja kepada
dan lokakarya mini bulanan yang pertama. Lokakarya bulanan rutin ini
rapat kerja seperti biasanya. Focus utama lokakarya mini bulanan rutin
berikut :
1) Masukan
a) Laporan hasil kegiatan bulan lalu
b) Informasi tentang hasil rapat di kabupaten /kota
c) Informasi hasil rapat di kecamatan
d) Informasi tentang kebijakan,program dan konsep baru
2) Proses
a) Analisis hambatan dan masalah,antara lain dengan
menggunakan PWS
b) Analisis sebab masalah,khusus untuk mutu dikaitkan dengan
kepatuhan terhadap standar pelayanan
c) Merumuskan alternative pemecahan masalah
3) Keluaran
a) Kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan
b) Rencana kerja bulanan yang baru
c. Penyelenggaraan lokakarya mini bulanan rutin
1) Pengarah : Kepala Puskesmas
2) Peserta
Seluruh petugas Puskesmas,termasuk petugas Puskesmas Pembantu
3) Waktu
Waktu pelaksanaan Lokakarya mini bulanan di sesuaikan dengan
tercapai tujuan.
4) Tempat
Di upayakan agar Lokakarya mini dapat di selenggarakan di
5) Acara
Seperti halnya susunan acara lokakarya mini bulanan pertama, susunan
a. Persiapan meliputi :
Penentuan dan pembertahuan tentang waktu
(Hari,tanggal,jam)
Penyiapan tempat,berbentuk tapal kuda/huruf “U”
Penyiapan peralatan : papan tulis,kertas flipchart,dan
spidol
Membuat visualisasi hasil kegiatan bulan
lalu,bandingkan dengan target bulanan. Sebaiknya
dengan penanggung jawab membuat visualisasi PWS,
atau bentuk lain yang akan memudahkan peserta rapat
memahaminya
Formulir penyusunan rencana kerja bulanan
Notulen hasil rapat di kecamatan atau dinas kesehatan
yang harus di informasikan dan ditindak lanjuti.
b. Pelaksanaan
Kepala Puskesmas/pimpinan rapat membuka
,menyampaikan tujuan dan agenda rapat.
Pada 5-10 menit pertama lakukan dialog terbuka untuk
semua anggota rapat untuk memotivasi dan
menumbuhkan suasana akrab dan harmonis.
Kepala Puskesmas/Pimpinan rapat menyampaikan
tentang hasil rapat sebelumnya di kecamatan dan dinas
kesehatan,peserta apabila ada,program baru yang perlu
di informasikan kepada peserta rapat. Beri waktu untuk
Tanya atau klarifikasi. Buat kesimpulan apabila ada hal-
hal yang perlu ditindak lanjuti
Melakukan inventarisasi kegiatan bulan lalu. Pimpinan
rapat memfasilitasi penyampaian kegiatan bulan lalu
oleh asing-masing penanggung jawab program. Pada
intinya penyampaian tentang pencapaian target buln
tersebut menggunakan formulir target cakupan,trend
pencapian (dengan menggunakan grafik PWS). Beri
kesempatan Tanya jawab atau klarifikasi,sesuai dengan
waktu yang tersedia.
Melakukan analisis masalah dan pemecahan. Pimpinan
rapat memfasilitasi para penanggung jawab dan
pelaksana program untuk mengidentifikasi
masalah,penyebab,dan cara mengatasinya. Dapat di
gunaka formulir analisis masalah,penyebab masalah dan
cara pemecahannya.
Hasil analisis masalah tersebut, dapat di gunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun rencana
kerja bulan yang akan datang (yang dihadapi)
Melakukan penyusunan kegiatan dan pembagian tugas
bulan yang akan datang.
Rencana kegiatan berdasarkan :
PENUGASAN 1
DISKUSI KELOMPOK
PETUNJUK DISKUSI :
1. Tugas dibagi menjadi menjadi 3 kelompok (kelompok 1,2,dan 3)
2. Tugas kelompok :
- Kelompok 1,mendiskusikan Ruang Lingkup dan tujuan lokakarya mini
- Kelompok 2,mendiskusikan tujuan,tahapan kegiatan serta penyelenggaraan
lokakarya mini bulanan
- Kelompok 3,mendiskusikan tujuan,tahapan kegiatan serta penyelenggaraan
lokakarya mini tribulan lintas sector
3. Masing-masing kelompok untuk merumuskan hasil diskusi nya dikertas
transparan atau membuat power poin untuk persentasi
4. Waktu diskusi kelompok : 30 menit
5. Waktu Persentasi setiap kelompok mempresentasikan hasilnya selama 20
menit untuk tanggapan hasil kelompok lainnya. Jadi waktu persentasi total
setiap kelompok menghabiskan waktu 30 menit.
6. Fasilitator memberikan masukan 5 menit pada setiap kelompok
7. Pembulatan fasilitator 15 menit.
Waktu keseluruhan untuk diskusi dan persentasi serta pembulatan fasilitator : 140
menit.
dan rutin
PENUGASAN 2
PERTAMA
PETUNJUK :
3. Skenario
Setiap orang dalam kelompok mempelajari dengan seksama penyelenggaraan
lokakarya mini bulanan rutin pada halaman 8 terutama butir acara. Ikuti
PENUGASAN 3
RUTIN
PETUNJUK :
3. Skenario
Setiap orang dalam kelompok mempelajari dengan seksama penyelenggaraan
lokakarya mini bulanan rutin pada halaman 8 terutama butir acara. Ikuti
berikutnya.
b. Tujuan Khusus
1. Dibahas dan dipecahkan secara bersama (Lintas Sektor masalah dan hambatan
yang di hadapi)
2. Dirumuskan mekanisme/rencana kerja lintas sektoral yang baru untuk tribulan
yang akan datang
pelaksana setiap kegiatan serta untuk suatu wilayah kerja. Seluruh program kerja
dan wilayah kerja kecamatan dilakukan pemabgian habis kepada seluruh sektor
merupakan tindak lanjut dan lokakarya penggalangan kerjasama lintas sektor yang
1) Masukan
a) Laporan kegiatan pelaksanaan program kesehatan dan dukungan sektor
terkait
b) Intervensi masa hambatan dan masing-masing sektor dalam
c) Pelaksanaan program kesehatan
d) Pemberian informasi baru
2) Proses
a) Analisis hambatan dan masa pelaksanaan program kesehatan
b) Analisis hambatan dan masa dukungan dan masing-masing sektor
c) Merumuskan cara menyelesaikan masalah
d) Menyusun rencana kerja dan menyepakati kegiatan untuk tribulan baru
2) Peserta
Lokakarya mini tribulan lintas sektor di pimpin oleh camat,adapun peserta
3) Waktu
Lokakarya mini tribulan lintas sektor yang pertama di selenggarakan pada
4) Tempat
Tempat penyelenggaraan lokakarya mini tribulan lintas sektor adalah
5) Acara
Lokakarya ini di selenggarakan dalam waktu kurang lebih 4 jam. Secara
umum jadwal acara lokakarya mini tribulan yang pertama aadalah sebagai
berikut :
Pembukaan oleh camat
Kemungkinan puskesmas harus mempersiaokan bahan sabutan
camat
Dinamika kelompok
Pada lokakarya mini tribulan yang pertama perlu di lakukan
Contoh Matriks
Camat memimpin untuk mencapai kesepakatan tentang rencana kerja tribulan tersebut
serta kesepakatan untuk melaksanakannya. Kemudian menutup acara lokakarya mini
triibulan lintas sektor
Catatan
Petugas puskesmas mencatat semua hasil lokakarya mini sejak awa sampai selesai rapat
tersebut
yang pertama
2) Peserta
Pada prinsipnya peserta lokakarya mini tribulan adalah sama,baik pada lokakarya
3) Waktu
Setelah di selenggarakan lokakarya mini tribulan yang pertama ,selanjutnya secara
4) Tempat
Lokakarya mini tribulan di koordinasi oleh camat karena itu tempat sebaiknya di
5) Acara
Pembukaan oleh camat. Kemungkinan puskesmas harus mempersiapkan
bahan sambutan camat.
Penyampaian laporan kegiatan masing-masing sektor berdasarkan rencana
tribulan yang lalu
Kepala Puskesmas memfasilitasi identifikasi masalah hambatan yang di
hadapi masing-masing sektor. Kemudian dilakukan analisis masalah dan
hambatan tersebut
Kepala puskesmas dan camat memfasilitasi pemecahan masalah yang harus di
lakukan
Kepala puskesmas dan camat memfasilitasi penyusun rencana tribulan
berikutnya
Kerjakan penugasan 4. Bermain peran/role
PENUGASAN 4
PETUNJUK :
3. Skenario
Setiap orang dalam kelompok mempelajari dengan seksama penyelenggaraan
lokakarya mini bulanan rutin pada halaman 8 terutama butir acara.Ikuti langkah-
Waktu 60 menit
4. Setelah selesai role playing. Fasilitator menggali semua peserta role playing
tentang perasaannya selama melakukan role playing,pengalamannya serta
hambatan yang di rasakan. Waktu 10 menit
5. Setelah selesai menggali semua peserta role playing,kemudian fasilitator
memberikan kesempatan kepada 6 orang observer utuk menyampaikan hasil
observasi kepada floor. Waktu 10 menit
6. Komentator umum fasilitator tentang jalannya role playing 10 menit
Waktu keseluruhan dalam acara role playing : 90 Menit
LAMPIRAN-LAMPIRAN
12.15-13.15 Istirahat
12.15-13.15 Istirahat
10.00-10.15 Istirahat
12.15-13.00 Istirahat
cra membandingkan hasil yang di capai dengan target atau rencana yang telah di
pengambilan keputusan.
dalam beberapa literatr juga dikenal dengan kata “Prestasi” dan “Unjuk Kerja”.
Menurut Bernardin dan Russel (1993) bahwa yang dimaksud dengan ‘Performance is
during a specified time periode” (catatan tentang hasil-hasil yang di peroleh dan
fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu.
Kinerja merupakan kondisi yang harus di ketahui dan di informasikan kepada pihak-
pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil atau instansi di hubungkan
Penilaian kinerja Puskesmas adalah suatu upaya untuk melakukan penilaian terhadap
Setiap data yang di peroleh dengan cara apapun, tidak akan bermanfaat dan
terbaca sebelum diolah dan disajikan, karena data yang diperoleh dari suatu
pengumpulan data terutama dari sumber primer, sifatnya masih kasar dan mentah.
Data yang sudah diolah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai perlu disajikan
dalam bentuk-bentuk yang mudah dimengerti. Data yang telah diolah sesuai
penyajian data dapat berupah narasi , tabel, dan grafik. Semua bentuk penyajian
data harus dapat berbicara sendiri ( orang tidak bertanya dan ragu tentang data
yang disajikan) dan mudah dimengerti oleh orang lain. Bentuk-bentuk penyajian
informasi.
tentang prosedur atau hasil suatu pelayanan. Data disajikan dalam bentuk rangkain
kalimat untuk menjelaskan kumpulan data yang diperoleh. Penyajian data bentuk ini
kurang memberikan gambaran yang tepat tentang informasi yang dimaksudkan dan
Suatu tabel terdiri dari judul, kepala tabel (stub box head), badan tabel, dan
kelengkapan lainnya seperti catatan kaki, sumber data, nomor tabel, key dan
sebagainya. Penyajian data dalam bentuk tabel lebih mampu memberikan gambaran
frekuensi dan tabel silang. Tabel distribusi frekuensi hanya melibatkan satu variable,
(disebut juga tabel bivariate) melibatkan dua variabel yang disilangkan (variabel
pertama pada “stub” dan variabel lainnya pada “ box head” ). Selain meyajikan nilai
Misalnya tingkat kepuasan pasien yaitu puas, atau kurang puas, tidak puas. Berbagai
hal yang perlu diperhatikan dalam tabel silang ini antara lain :
Tabel silang harus sesederhana mungkin, artinya lebih baik membuat lebih
dari satu tabel dari pada satu tabel silang yang rumit.
Tabel silang harus jelas sehingga mudah dimengerti. Judul harus ada pada
pembaca mengerti apa yang disajikan dan tidak terjadi apa yang disebut tabel
mati yang tidak berbicara apa-apa. Judul tabel harus mengungkapkan tentang
“ apa, dimana, dan kapan” judul ditempatkan dibagian atas tabel. Berikut ini
dikemukakan contoh tabel distribusi frekuensi ( tabel 5.1 dan tabel 5.2 ) serta
Setiap data yang di peroleh dengan cara apapun, tidak akan bermanfaat dan
terbaca sebelum diolah dan disajikan, karena data yang diperoleh dari suatu
pengumpulan data terutama dari sumber primer, sifatnya masih kasar dan mentah.
Data yang sudah diolah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai perlu disajikan
dalam bentuk-bentuk yang mudah dimengerti. Data yang telah diolah sesuai
penyajian data dapat berupah narasi , tabel, dan grafik. Semua bentuk penyajian
data harus dapat berbicara sendiri ( orang tidak bertanya dan ragu tentang data
yang disajikan) dan mudah dimengerti oleh orang lain. Bentuk-bentuk penyajian
informasi.
tentang prosedur atau hasil suatu pelayanan. Data disajikan dalam bentuk rangkain
kalimat untuk menjelaskan kumpulan data yang diperoleh. Penyajian data bentuk ini
kurang memberikan gambaran yang tepat tentang informasi yang dimaksudkan dan
Suatu tabel terdiri dari judul, kepala tabel (stub box head), badan tabel, dan
kelengkapan lainnya seperti catatan kaki, sumber data, nomor tabel, key dan
sebagainya. Penyajian data dalam bentuk tabel lebih mampu memberikan gambaran
frekuensi dan tabel silang. Tabel distribusi frekuensi hanya melibatkan satu variable,
(disebut juga tabel bivariate) melibatkan dua variabel yang disilangkan (variabel
pertama pada “stub” dan variabel lainnya pada “ box head” ). Selain meyajikan nilai
Misalnya tingkat kepuasan pasien yaitu puas, atau kurang puas, tidak puas. Berbagai hal
Tabel silang harus sesederhana mungkin, artinya lebih baik membuat lebih
dari satu tabel dari pada satu tabel silang yang rumit.
Tabel silang harus jelas sehingga mudah dimengerti. Judul harus ada pada
pembaca mengerti apa yang disajikan dan tidak terjadi apa yang disebut tabel
mati yang tidak berbicara apa-apa. Judul tabel harus mengungkapkan tentang
“ apa, dimana, dan kapan” judul ditempatkan dibagian atas tabel. Berikut ini
dikemukakan contoh tabel distribusi frekuensi ( tabel 5.1 dan tabel 5.2 ) serta
Penyajian data dalam bentuk grafik (diagram) meliputi grafik garis (run chart),
untuk membandingkan karakteristik dari populasi lebih dari satu. Jenis grafik
lainnya berupa diagram bingka (peta), diagram gambar (picto gram), control chart,
dan sebagainya.
mengenai gambaran situasi yang telah terjadi melalui gambaran agregat dari data
lanjut.
Histogram dan frekuensi poligon berguna untuk melihat bentuk distribusi dari
Grafik garis (line diagram) atau run chart, yaitu suatu penyajian data yang berguna
untuk melihat variasi atau kecenderungan (trend) dari suatu keadaan, sedangkan
control chart adalah suatu penyajian data untuk melihat adanya variasi khusus
Syarat grafik yang baik meliputi prinsip kesederhanaan dan tidak meragukan
(self explanation). Judul harus jelas, ringkas. dan lengkap, yaitu menggambarkan
"apa, di mana, dan kapan". Judul ditempatkan di bagian bawah grafik. Selain itu,
Beberapa contoh penyajian data dengan grafik diantaranya berupa grafik batang,
grafik garis, grafik diagram pencar, diagram Pareto serta peta kendali. Masing-
Terdapat beberapa bentuk penyajian data dengan menggunakan grafik batang (bar
diagram) misalnya grafik batang yang dibuat secara vertical, namun grafik batang
dapat pula dibuat secara horizontal. Penampilan grafik batang dapat dalam bentuk
grafik tunggal ( single Bar ) lebih dari satu batang (multiple bar) maupun grafik
batang bertingkat (sub divided bar). Gambar 5.1 mengilustrasikan salah satu bentuk
Untuk melukis tingkat kepuasan pasien tiap tahun, kunjungan pasien tiap bulan, atau
Dalam satu grafik garis dapat disajikan lebih dari satu garis apabila jenis data yang
disajikan terdiri atas dua atau lebih. Gambar 5.2 contoh grafik garis rata-rata tingkat
kepuasan pasien dalam persen yang diukur setiap tahun selama 5 tahun terakhir
Grafik lingkaran (pie diagram) atau disebut juga dengan diagram pastel umumnya
digunakan untuk menggambarkan data atribut. Secara manual, caranya adalah dengan
mengubah frekuensi data menjadi persen terlebih dahulu. persentase diubah menjadi
derajat dengan mengalikan persen dengan 360. Akan tetapi, dengan menggunakan
software misalnya SPSS, kita cukup dengan memasukkan data untuk selanjutnya
grafik dapat disajikan dengan mengklik sesuai petunjuk. Gambar 5.3 mengilustrasikan
contoh grafik lingkaran dari daya tanggap petugas berdasarkan persepsi pasien.
lainnya tanpa ruang antara menggunakan kelas interval. Penyajian data dengan
menggunakan histogram bertujuan untuk melihat normal atau tidaknya distribusi nilai
yang ada. Contoh histogram dapat dilihat pada gambar 5.4 berikut ini
Diagram pencar (scatter diagram) disebut juga diagram tebar dibuat jika kumpulan
data terdiri dari dua variabel dengan nilai kuantitatif dan diagramnya dibuat dengan
system sumbu koordinat, dan diagramnya dibuat dengan system sumbu koordinat.
diagram pencar didapat dari menghubungkan titik-titik pada sumbu absis dan ordinat,
sehingga diperoleh titik koordinat. dari titik-titik koordinat ini jika dihubungkan akan
Bila garis ini berupa garis yang lurus, maka disebut korelasi linear atau korelasi
sederhana. Akan tetapi jika garis tersebut bergerak dari arah kiri bawah kea rah kanan
atas disebut korelasi positif dan sebaliknya jika garis tersebut bergerak dari arah kiri
bawah kearah kanan, disebut korelasi negative. Bila garis tersebut horizontal, maka
Jika perubahan pada absis diikuti perubahan yang sama pada ordinat dari suatu
diagram pencar, maka semua titik koordinat akan terletak pada suatu garis lurus.
Keadaan seperti ini disebut korelasi sempurna. Akan tetapi, bila titik-titik tersebut
tersebut tidak saling berhubungan. Gambar 5.5 berikut ini mengilustrasikan contoh
yang jumlahnya sedikit memberi efek yang besar. Dalam pemecahan masalah mutu
Secara manual cara membuat diagram paretto dapat dikemukakan dengan contoh berikut:
Diketahui masalah mutu pelayanan kesehatan adalah tingkat kepuasan pasien dalam
pencarian data yang mungkin menjadi penyebab masalah. Semua penyebab masalah
responden
Setelah itu, dibuat lembar data diagram Pareto berupaa jumlah total, total kumulatil,
persentase dari jumlah total, dan persentase kumulatif. Semuanya itu kemudian diurutkan
berdasarkan jumlah kejadian dari yang besar ke yang kecil. item Iain-lain (jika ada)
ditempatkan pada nomor garis terakhir. tanpa memperhatikan besar kecilnya jumlah, karena
Iain-lain itu adalah kumpulan item yang ada. untuk lebih jelasnya, lihat Tabel 56.
Tahap berikutnya adalah menggambarkan diagram Pareto dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
2. Sumbu vertikal sebelah kiri dimulai dari angka 0 sampai angka total keseluruhan
3. Sumbu vertikal sebelah kanan dimulai dari angka 0% sampai 100%. Angka ini
6. Tarik garis dari titik puncak sebelah kanan dari setiap item data kumulatif dan
hubungkan dengan sisi puncak balok yang paling kiri (penyebab masalah yang
seperti program SPSS, maka grafik Pareto akan lebih mudah dibuat. Gambar 5.6
berikut ini mengilustrasikan contoh grafik Pareto (data dari 96 responden) yang
Dalam hukum pareto dikemukakan, jika 80% dari seluruh penyebab masalah
terselesaikan, maka hal itu dapat dikategorikan cukup baik. Untuk menentukan penyebab-
penyebab tersebut, tarik garis lurus dari angka 80% kearah kiri sampai menyentuh garis
dari titik puncak kearah data komulatif, kemudian tarik gari ssecara vertikal kearah bawah
sampai menyentuh balok pada sumbu horizontal. Penyebab masalah yang termasuk ke
dalam 80% tersebut. ( secara berurutan mulai dari garis besar , merupakan penyebab
diperkenalkan oleh Walter A. Shewhart pada tahun 1924. Grafik ini mirip dengan
grafik garis, tetapi terdapat garis yang merupakan batas kendali atas (upper control
Peta Kontrol digunakan untuk mengetahui apakah suatu proses atau kejadian berada dalam
kendali statistic apabila data dari variabel-variabel tersebut berada di antara batas kendali atas
dan batas kendali bawah. Hal ini disebut dengan kondisi stabil atau dalam kendali.
Sebaliknya jika data dari variabel-variabel yang dimaksud berada di luar batas kendali atas
dan bawah, maka disebut tidak stabil atau diluar kendali. Gambar 5.7 mengilustrasikan
contoh salah satu bentuk peta control tentang tingkat kepuasan pasien kepada masing-masing
Kumpulan data yang di peroleh dari suatu pengumpulan data akan tampak
polanya setelah kumpulan data tersebut diolah dan disajikan. Hasil analisis data
atau kerangka pemikiran yang ada. Data yang sudah diolah dapat dianalisis secara
1. Analisis Univariat
a. Analisis persentase
Salah satu cara analisis yang sederhana yang dapat dilakukan pada penyajian data
proporsi dengan angka dasar (konstanta) 100. Bila ingin menganahsis ha pada
baris (membandingkan hal dalam baris), maka dibuat persentase terhadap kolom
masing-masing. Sebaliknya, bila ingin menganalisis hal pada kolom, maka dibuat
Analisis rata-rata (rata-rata hitung) adalah suatu ukuran nilai tengah yang
selanjutnya dibagi dengan banyaknya pengamatan yang ada. Nilai rata-rata hitung
adalah dengan menjumlahkan semua nilai yang ada dibagi dengan jumlah
responden.
c. Median
Median adalah nilai pengamatan yang ada di tengah, setelah data disusun
berurutan mulai dari nilai terendah atau sebaliknya. Jadi, nilai median adalah
posisi tempat dari suatu distribusi. Nilai median lebih stabil karena tidak
dipengaruhi oleh nilai pengamatan yang ekstrem. Akan tetapi, nilai median tidak
mempertimbangkan nilai-nilai sebagian besar pengamatan, sehingga secara umum
kelompok.
d. Modus
Modus atau mode adalah nilai yang sering muncul.Nilai modus ditunjukkan oleh
e. Proporsi
variabel dalam populasinya. Apabiln angka dasar (konstanta) yang dipakai adalah
f. Rate
Rate adalah perbandingan antara jumlah suatu kejadian terhadap jumlah penduduk
kunjungan (visit rate) yaitu jumlah kunjungan selama satu tahun dibagi dengan
Rasio adalah perbandingan dua angka yang tidak saling tergantung yang
Contoh:
adalah jumlah laki-laki yang puas dibagi dengan jumlah perempuan yang puas
2. Alisis bivariat
Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan untuk menjelaskan hubungan dan
besarnya hubungan atau pengaruh antara satu variabel independen dan variabel
merupakan variabel kategori yang lebih dari dua kategori, maka dibuat suatu
dummy variable, di mana salah satu kategori dari variabel dianggap sebagai
reference group. Analisis bivariat dapat juga digunakan untuk melihat ada atau
yang sering digunakan antara lain berguna untuk mulihat hubungan mutu
kesehatan terbadap tingkat kepuasan pasien menggunakan uji statistik Chi Square,
moment atau uji regresi sederhana, jika datanya adalah data numerik-numerik.
Selain itu, dapat pula digunakan berbagai uji statistik lainnya sesuai keperluan
seperti uji T, atau uji Anova jika datanya adalah kategorik-numerik, uji
beberapa uji statistik yang bisa digunakan untuk analisis multivariat, salah satunya
adalah uji Regresi Cox. Pemilihan kandidat menggunakan Regresi Cox dapat
menggunakan Regresi Cox dengan Time Dependen Covariat. Jika tidak terdapat
Cox). Dalam penjaminan mutu pelayanan kesehatan, uji ini misalnya, dapat
kepuasan Pasien.
Uji statistik lainnya yang dapat digunakan adalah regresi logistik menggunakan
variabel dependen kategorik yang bersifat dikotomus. Jika hanya satu variabel
independen dan satu variabel dependen yang bersifat dikotomus, maka digunakan
Jika terdapat beberapa variabel independen dengan satu variabel dependen yang
bersifat dikotomus, maka digunaknn uji regresi logistik ganda. Selain itu. dapat
pula digunakan uji statistik linear ganda yang bertujuan untuk mendapatkan model
Kerjasama Tim
Dalam Penjaminan
Mutu
Daftar Isi
Pendahuluan
Dalam pelayanan kesehatan modern dan bermutu dikenal adanya cara kerja secara
tim. Ada pendapal yang mengatakan tim sama dangan kelompok. Dalam buku ini
dikemukakan bahwa tim tidak sama dengan kelompok karena di dalam kelompok
hanya terbatas pada interaksi satu sama lain dalam mencapai tujuan bersama,
sedangkan dalam tim upaya untuk pencapaian tujuan jauh lebih luas dari itu.
Dalam penjaminan mutu pelayanan kesehatan, tim yang diharapkan adalah tim
yang dinamis. dan jika diibaratkan dengan yang lain, tim yang dimaksud tidak
ubahnya seperti tim sepak bola yang antara satu dengan lainnya saling bekerja
sama untuk memasukkan bola kegawang lawan guna mencapai tujuan bersama.
Sehubungan dengan itu, dalam penjaminan mutu pelayanan, tim harus mampu
mombangun rasa kebersamaan dan setiap anggota tim harus mampu menerima
rasa keberagaman dari anggota tim, saling menghargai dan dilandasi oleh
keterbukaan.
6.1 BATASAN
kesehatan terkait erat dengan pemecahan masalah pelayanan yang ada. Oleh
karena itu, prinsip yang dianut dalam penjaminan mulu adalah mendorong
organisasi.
dari semua anggota tim yang terlibat. Dengan demikian, diperlukan tim yang
dinamis. yaitu tim yang memiliki kinerja tinggi, tim yang dapat memanfaatkan
segala energy yang ada untuk menghasilkan sesuatu untuk meningkatkan mutu
pelayanan.
Tim adalah sekelompok orang yang bertindak bersama sebagai suatu kesatuan
yang utuh mempunyai ketergantungan satu sama lain, saling mempercayai saling
suatu tujuan sedangkan kelompok adalah sekumpulan orang disuatu tempat tanpa
dalam kajian mutu pelayanan kesehatan, keberadaan tim harus diarahkan menjadi tim
mengembangkan kapasitas tim untuk mencapai hasil yang diharapkan oleh anggota
organisasi, hampir semua keputusan penting di putuskan dalam tim. Belajar sendiri
pada suatu tingkat tertentu kurang relevan untuk organisasi. Keterampilan yang
berkembang dalam tim akan menjadi dorongan bagi anggota tim pembelajaran
yang dimiliki. Menurut ahli yang dimuat dalam pelatihan learning organization
(Pusdiklat Kesehatan, Depkes RI 2001), ada 3 dimensi dalam tim pembelajaran, yaitu:
3. Kesediaan anggota tim untuk berperan dalam tim-tim lain sehingga saling menunjang dan
saling melengkapi.
untuk mewujudkan hasil yang didambakan. Melalui kemitraan akan tumbuh rasa
kebersamaan yang kuat di mana masing-masing individu akan proaktif
Tim mutu yang dibentuk, baik di puskesmas maupun di rumah sakit, selain
memlliki kemampuan teknis medis sesuai dengan bidang yang dilaksanakan juga