BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja,
teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang
macam hal.
sifatnya positif sehingga pada tahap akhir akan didapat keterampilan, kecakapan dan
pengetahuan baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi
belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang memuaskan dibutuhkan
proses belajar.
sebagai pedoman dan pembelajaran sesuai dengan ayat yang pertama kali diturunkan
1
2
Allah SWT telah menyuruh dan mewajibkan kepada umat Muslim untuk
membaca semua apa yang telah tersebar di muka bumi ini, dalam artian membaca
berarti kita dituntut untuk belajar dan memahami semua ciptaan yang telah di
ciptakan Allah SWT di muka bumi ini baik yang nampak oleh pandangan mata
Rasulullah SAW juga menyuruh kita untuk belajar dan menuntut ilmu tampa
batas waktu, hal ini sesuai dengan Hadits yang telah diriwayatkan oleh Bukhori
Artinya: Tuntutlah ilmu dari sejak di buaian sampai ke liang lahat. (HR.
Bukhori Muslim).
Proses belajar yang terjadi pada individu memang merupakan sesuatu yang
diri dengan lingkungan disekitarnya. Menurut Irwanto (1997: 105) belajar merupakan
“Proses perubahan dari belum mampu menjadi mampu dan terjadi dalam jangka
waktu tertentu. Dengan belajar, siswa dapat mewujudkan cita-cita yang diharapkan”.
mengetahui sampai seberapa jauh perubahan yang terjadi, perlu adanya penilaian.
Begitu juga dengan yang terjadi pada seorang siswa yang mengikuti suatu pendidikan
selalu diadakan penilaian dari hasil belajarnya. Penilaian terhadap hasil belajar
3
seorang siswa untuk mengetahui sejauh mana telah mencapai sasaran belajar inilah
menyeluruh. Banyak orang yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi yang
tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang tinggi,
karena inteligensi merupakan bekal potensial yang akan memudahkan dalam belajar
dan pada gilirannya akan menghasilkan prestasi belajar yang optimal. Menurut Binet
penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu, dan untuk menilai keadaan diri secara
siswa yang tidak dapat meraih prestasi belajar yang setara dengan kemampuan
memperoleh prestasi belajar yang relatif rendah, namun ada siswa yang walaupun
kemampuan inteligensinya relatif rendah, dapat meraih prestasi belajar yang relatif
tinggi. Itu sebabnya taraf inteligensi bukan merupakan satu-satunya faktor yang
Dalam proses belajar siswa, kedua inteligensi itu sangat diperlukan. IQ tidak
dapat berfungsi dengan baik tanpa partisipasi penghayatan emosional terhadap
mata pelajaran yang disampaikan di sekolah. Namun biasanya kedua
inteligensi itu saling melengkapi. Keseimbangan antara IQ dan EQ merupakan
kunci keberhasilan belajar siswa di sekolah. Pendidikan di sekolah bukan
hanya perlu mengembangkan rational intelligence yaitu model pemahaman
yang lazimnya dipahami siswa saja, melainkan juga perlu mengembangkan
emotional intelligence siswa.
mampu mengikuti pendidikan formal yang seharusnya sesuai dengan usia mereka.
Namun fenomena yang ada menunjukkan bahwa tidak sedikit orang dengan IQ tinggi
yang berprestasi rendah, dan ada banyak orang dengan IQ sedang yang dapat
mengungguli prestasi belajar orang dengan IQ tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa IQ
orang mungkin dianggap sebagai jawaban atas kejanggalan tersebut. Teori Daniel
Goleman (2002: 44) sesuai dengan judul bukunya, memberikan definisi baru terhadap
kata cerdas. “Walaupun EQ merupakan hal yang relatif baru dibandingkan IQ, namun
penting dengan IQ”. Dan ditambahkan lagi dalam bukunya tersebut, Goleman
kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life with
5
of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri pengendalian diri,
Internasional dan menduduki peringkat ke-2 se Provinsi Aceh yang dilihat dari hasil
ujian akhir nasional tahun 2008/2009. Pada umumnya siswa-siswi yang sekolah di
SMA tersebut memiliki Intelligence Questions (IQ) tinggi hal ini dikarenakan siswa-
siswi yang masuk ke sekolah tersebut harus mengikuti beberapa tes dan salah satu tes
yang dilakukan yaitu tes tingkat kecerdasan intelektual (IQ) serta harus memiliki
NEM tinggi.
perbandingan yang dapat dilihat dari dua orang siswa yakni Ulfa Mutia di kelas XI
IPA 2, pada saat proses pembelajaran dan ulangan nilai total yang diperolehnya
rendah yakni 1075 namun pada saat ujian semester dia memperoleh nilai tinggi
dengan total 1314. Contoh siswa kedua yaitu Rini Arianti di kelas XI IPA 2, pada saat
proses pembelajaran dan ulangan nilai total yang diperolehnya tinggi yakni 1202
namun pada saat ujian semester dia memperoleh nilai rendah dengan total 1156. Hal
ini dikarenakan banyak siswa yang memiliki kecerdasan intelektual (IQ) tinggi
Oleh karena itu, dalam kaitan pentingnya kecerdasan emosional pada diri
siswa sebagai salah satu faktor penting untuk meraih prestasi akademik, maka dalam
6
penyusunan skripsi ini penulis tertarik untuk meneliti: “Hubungan antara Kecerdasan
Emosional dengan Prestasi Belajar pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 4 Takengon
B. Identifikasi Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang ada di atas, maka perlu ditentukan
identifikasi masalah yang akan ditetili. Hal ini diperlukan supaya tidak terjadi
C. Batasan Masalah
D. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan
masalah yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam
akademik?
belajar?
E. Tujuan Penelitian
proses akademik.
F. Manfaat Penelitian
bagi guru bimbingan dan konseling dan memperkaya hasil penelitian yang
8
dan guru dalam upaya membimbing dan memotivasi siswa remaja untuk
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Kerangka Teoritis
1. Kecerdasan Emosional
a. Pengertian Emosi
Kata emosi berasal dari bahasa Latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak
menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal
Emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan
biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.
Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi
merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu.
Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang,
sehingga secara fisiologis terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang
berperilaku menangis”.
emosi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi
9
10
Seperti yang telah diuraikan di atas, bahwa semua emosi menurut Goleman
pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Jadi berbagai macam emosi itu
stimulus yang ada. Dalam The Nicomachea Ethics yang dikutif dari buku karangan
Goleman (2002: 59) yaitu pembahasan Aristoteles secara filsafat tentang kebajikan,
perasaan (efek) yang mendorong individu untuk merespon atau bertingkah laku
terhadap stimulus, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar dirinya.
11
Istilah “kecerdasan emosional” pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh
psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari University of
Ini seperti yang digambarkan oleh Abdullah bin Masfud ketika ia berkata,
yang dipukuli oleh kaumnya hingga berdarah, kemudian ia mengusap darah dari
mereka tidak mengetahui” (HR. Bukhari) Orang-orang semacam ini adalah orang-
orang yang kuat, orang-orang yang sabar, dan orang-orang yang memiliki kecerdasan
emosi tinggi.
emosional atau yang sering disebut EQ sebagai himpunan bagian dari kecerdasan
menetap, dapat berubah-ubah setiap saat. Untuk itu peranan lingkungan terutama
kecerdasan emosional.
12
dinamis, baik pada tingkatan konseptual maupun di dunia nyata. Selain itu, EQ tidak
kecerdasan emosional diajukan oleh Bar-On pada tahun 1992 seorang ahli psikologi
pribadi, emosi dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil
Gardner dalam bukunya yang berjudul Frame Of Mind yang dikutif oleh
Goleman (2000: 53) mengatakan “Bukan hanya satu jenis kecerdasan yang monolitik
yang penting untuk meraih sukses dalam kehidupan, melainkan ada spektrum
Kecerdasan ini dinamakan oleh Gardner sebagai kecerdasan pribadi yang oleh Daniel
untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali
emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama)
kemampuan siswa untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri
sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina
Gardner dalam definisi dasar tentang kecerdasan emosional yang dicetuskannya dan
sukses dalam bidang apapun. Orang berhasil dalam pergaulan karena mampu
berkomunikasi dengan lancar pada orang lain. Orang-orang ini populer dalam
dan disukai orang lain dapat dijadikan petunjuk positif bagaimana siswa mampu
membina hubungan dengan orang lain. Sejauh mana kepribadian siswa berkembang
utama dan prinsip-prinsip dasar dari kecerdasan emosional sebagai faktor untuk
2. Prestasi Belajar
a. Pengertian Belajar
Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari perbuatan belajar, karena belajar
merupakan suatu proses, sedangkan prestasi belajar adalah hasil dari proses
pembelajaran tersebut.
tidaknya seorang siswa dalam pendidikan tergantung pada proses belajar yang
dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman”. Senada dengan hal tersebut,
Winkel (1997: 193) berpendapat “Belajar pada manusia dapat dirumuskan sebagai
suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
Belajar tidak hanya dapat dilakukan di sekolah saja, namun dapat dilakukan
105) berpendapat “Belajar merupakan proses perubahan dari belum mampu menjadi
sudah mampu dan terjadi dalam jangka waktu tertentu”. Sedangkan menurut Hakim
pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dll”. Hal ini
berarti bahwa peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diperlihatkan
berbagai bidang. Dalam proses belajar, apabila seseorang tidak mendapatkan suatu
belum mengalami proses belajar atau dengan kata lain ia mengalami kegagalan di
Belajar dapat dikatakan berhasil jika terjadi perubahan dalam diri siswa,
namun tidak semua perubahan perilaku dapat dikatakan belajar karena
17
perubahan tingkah laku akibat belajar memiliki ciri-ciri perwujudan yang khas
antara lain:
a. Perubahan Intensional
Perubahan dalam proses belajar adalah karena pengalaman atau praktek
yang dilakukan secara sengaja dan disadari. Pada ciri ini siswa menyadari
bahwa ada perubahan dalam dirinya, seperti penambahan pengetahuan,
kebiasaan dan keterampilan.
b. Perubahan Positif dan aktif
Positif berarti perubahan tersebut baik dan bermanfaat bagi kehidupan
serta sesuai dengan harapan karena memperoleh sesuatu yang baru, yang
lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan aktif artinya perubahan tersebut
terjadi karena adanya usaha dari siswa yang bersangkutan.
c. Perubahan efektif dan fungsional
Perubahan dikatakan efektif apabila membawa pengaruh dan manfaat
tertentu bagi siswa. Sedangkan perubahan yang fungsional artinya
perubahan dalam diri siswa tersebut relatif menetap dan apabila
dibutuhkan perubahan tersebut dapat direproduksi dan dimanfaatkan lagi.
Berdasarkan dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
suatu proses usaha yang dilakukan siswa untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, secara sengaja, disadari dan perubahan tersebut
relatif menetap serta membawa pengaruh dan manfaat yang positif bagi siswa dalam
harus dihadapi.
Penilaian terhadap hasil belajar siswa untuk mengetahui sejauh mana ia telah
mencapai sasaran belajar inilah yang disebut sebagai prestasi belajar. Seperti yang
“Prestasi belajar merupakan hasil kegiatan belajar, yaitu sejauh mana peserta didik
menguasai bahan pelajaran yang diajarkan, yang diikuti oleh munculnya perasaan
puas bahwa ia telah melakukan sesuatu dengan baik”. Hal ini berarti prestasi belajar
hanya bisa diketahui jika telah dilakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa.
prestasi adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan
usaha-usaha belajar”.
Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar
merupakan hasil usaha belajar yang dicapai seorang siswa berupa suatu kecakapan
dari kegiatan belajar bidang akademik di sekolah pada jangka waktu tertentu yang
dicatat pada setiap akhir semester di dalam buku laporan yang disebut raport.
Untuk meraih prestasi belajar yang baik, banyak sekali faktor yang perlu
diperhatikan, karena di dalam dunia pendidikan tidak sedikit siswa yang mengalami
kegagalan. Kadang ada siswa yang memiliki dorongan yang kuat untuk berprestasi
19
dan kesempatan untuk meningkatkan prestasi, tapi dalam kenyataannya prestasi yang
Untuk meraih prestasi belajar yang baik banyak sekali faktor-faktor yang
Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dan prestasi belajar
dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal:
1) Faktor internal
Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua
kelompok, yaitu:
a) Faktor fisiologis
Dalam hal ini, faktor fisiologis yang dimaksud adalah faktor yang
berhubungan dengan kesehatan dan pancaindera.
1) Kesehatan badan
Untuk dapat menempuh studi yang baik siswa perlu memperhatikan
dan memelihara kesehatan tubuhnya. Keadaan fisik yang lemah dapat
menjadi penghalang bagi siswa dalam menyelesaikan program
studinya. Dalam upaya memelihara kesehatan fisiknya, siswa perlu
memperhatikan pola makan dan pola tidur, untuk memperlancar
metabolisme dalam tubuhnya. Selain itu, juga untuk memelihara
kesehatan bahkan juga dapat meningkatkan ketangkasan fisik
dibutuhkan olahraga yang teratur.
2) Pancaindera
Berfungsinya pancaindera merupakan syarat dapatnya belajar itu
berlangsung dengan baik. Dalam sistem pendidikan dewasa ini di
antara pancaindera itu yang paling memegang peranan dalam belajar
adalah mata dan telinga. Hal ini penting, karena sebagian besar hal-hal
yang dipelajari oleh manusia dipelajari melalui penglihatan dan
pendengaran. Dengan demikian, seorang anak yang memiliki cacat
fisik atau bahkan cacat mental akan menghambat dirinya didalam
menangkap pelajaran, sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi
prestasi belajarnya di sekolah.
b) Faktor psikologis
Ada banyak faktor psikologis yang dapat mempengaruhi prestasi belajar
siswa, antara lain adalah:
1) Inteligensi
Pada umumnya, prestasi belajar yang ditampilkan siswa mempunyai
kaitan yang erat dengan tingkat kecerdasan yang dimiliki siswa.
hakekat inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan
20
Dalam dunia pendidikan, menilai merupakan salah satu kegiatan yang tidak
dapat ditinggalkan. Menilai merupakan salah satu proses belajar dan mengajar. Di
dicatat dalam sebuah buku laporan yang disebut raport. Dalam raport dapat diketahui
sejauh mana prestasi belajar seorang siswa, apakah siswa tersebut berhasil atau gagal
dalam suatu mata pelajaran. Didukung oleh pendapat Suryabrata (1998: 296) bahwa
“Raport merupakan perumusan terakhir yang diberikan oleh guru mengenai kemajuan
Raport biasanya mengambil nilai dari angka 1 sampai dengan 10, terutama
pada siswa SD sampai SMA, tetapi dalam kenyataan nilai terendah dalam raport yaitu
4 dan nilai tertinggi 9. Nilai-nilai di bawah 5 berarti tidak baik atau buruk, sedangkan
sebagai pengukur keberhasilan (fungsi formatif), yaitu nilai-nilai raport pada akhir
masa semester I.
B. Kerangka Konseptual
penelitian). Dari teori yang telah dikemukakan terlebih dahulu dalam kerangka
teoritis, kerangka konseptual ini berfokus kepada masalah yang akan dibawa yaitu
antara variabel kecerdasan emosional pada siswa kelas XI (X) dan variabel Prestasi
1. Kecerdasan Emosional
berfikir, berbuat dan bertindak agar berhasil dalam mengatasi tuntutan dan tekanan
2. Prestasi Belajar
mengikuti suatu kegiatan yang di ukur oleh nilai. Seseorang yang mendapatkan
prestasi rendah memiliki nilai nominal yang rendah pula. Namun dalam kategori lain
seseorang yang berhasil mencapai suatu tujuan bisa juga disebut suatu prestasi.
SMA
merupakan hal yang wajar apabila para siswa sering khawatir akan mengalami
kegagalan atau ketidak berhasilan dalam meraih prestasi belajar atau bahkan takut
tinggal kelas.
Banyak usaha yang dilakukan oleh para siswa untuk meraih prestasi belajar
agar menjadi yang terbaik seperti mengikuti bimbingan belajar. Usaha semacam itu
jelas positif, namun masih ada faktor lain yang tidak kalah pentingnya dalam
mengetahui dan menanggapi perasaan mereka sendiri dengan baik dan mampu
akan berhasil dalam kehidupan dan memiliki motivasi untuk berprestasi. Sedangkan
individu yang tidak dapat menahan kendali atas kehidupan emosionalnya akan
dan sosial yakni pada diri sendiri dan mempunyai minat; tahu pola perilaku yang
diharapkan orang lain dan bagaimana mengendalikan dorongan hati untuk berbuat
nakal; mampu menunggu, mengikuti petunjuk dan mengacu pada guru untuk mencari
Hampir semua siswa yang prestasi sekolahnya buruk, menurut laporan tersebut, tidak
memiliki satu atau lebih unsur-unsur kecerdasan emosional ini (tanpa memperdulikan
kertidakmampuan belajar).
Anak yang ketika berumur empat tahun mampu menunda dorongan hatinya,
setelah lulus sekolah menengah atas, secara akademis lebih kompeten, lebih mampu
menyusun gagasan secara nalar, seta memiliki gairah belajar yang lebih tinggi.
26
Mereka memiliki skor yang secara signifikan lebih tinggi pada tes SAT dibanding
Individu yang memiliki tingkat kecerdasan emosional yang lebih baik, dapat
menjadi lebih terampil dalam menenangkan dirinya dengan cepat, jarang tertular
penyakit, lebih terampil dalam memusatkan perhatian, lebih baik dalam berhubungan
dengan orang lain, lebih cakap dalam memahami orang lain dan untuk kerja akademis
seharusnya dimiliki oleh siswa yang memiliki kebutuhan untuk meraih prestasi
C. Hipotesis
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Lokasi Penelitian
Provinsi Aceh.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan April tahun 2010 semester II Tahun Ajaran
Tabel 1
Rincian Waktu Penelitian
27
28
1. Populasi
terdiri atas objek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-
siswi kelas XI jurusan IPA SMA Negeri 4 Takengon Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional yang berjumlah 201 orang. Yang dilihat dari absensi siswa yang
Tabel 2
Jumlah Populasi
XI IPA 1 40 orang
XI IPA 2 40 orang
XI IPA 3 40 orang
XI IPA 4 41 orang
XI IPA 5 40 orang
2. Sampel
Menurut Sugiono (2008: 118) “Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti
tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena
29
keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang
subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya
merupakan penelitian populasi. Tetapi jika jumlah subjeknya besar, dapat diambil
populasi yaitu 201x25% = 50,25 maka sampel yang digunakan adalah 50 orang
Tabel 3
Jumlah Sampel
Kelas 25 % Sampel
XI IPA 1 10,00 10
XI IPA 2 10,00 10
XI IPA 3 10,00 10
XI IPA 4 10,25 10
XI IPA 5 10,00 10
Jumlah 50,25 50
Sesuai dengan tabel di atas, maka untuk pengambilan subjek dari populasi
dalam penelitian ini peneliti menggunakan atau memakai teknik random sampling.
C. Variabel Penelitian
30
1. Variabel bebas (X) yaitu kecerdasan emosional pada siswa kelas XI.
Hubungan.
2. Variabel terikat (Y) yaitu Prestasi belajar pada siswa kelas XI.
Indikator Variabel (Y) yaitu nilai rata-rata dari seluruh mata pelajaran
D. Instrumen Penelitian
menggunakan metode Skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat dan persepsi seorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.
Dalam penelitian fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti
metode dokumentasi.
dengan teorinya Danil Goleman, yaitu: 1) mengenali emosi diri, 2) mengelola emosi
diri, 3) memotivasi diri sendiri, 4) mengenali emosi orang lain (empati), dan 5)
Membina hubungan yang baik dengan orang lain. (Goleman, 2002: 57) yang berguna
31
untuk mengukur sejauh mana kecerdasan emosional dipahami siswa kelas XI SMA
Negeri 4 Takengon Rintisan Sekolah Bertarap Internasional. Penyusunan alat ukur ini
untuk lebih jelasnya dijabarkan dalam bentuk Blue Print pada tabel berikut ini:
Tabel 4
Blue Prin Skala Kecerdasan Emosional (X)
No Indikator Faktor Nomor Item Jumlah
1. Mengenali a. Mengenali dan 1,2,3,4,5 5
Emosi Diri memahami emosi diri
Sendiri
b. Memahami penyebab 6,7,8,9,10 5
timbulnya emosi
2. Mengelola a. Mengendalikan Emosi 11,12,13,14,15 5
b. Mengekspresikan emosi 16,17,18,19,20 5
Emosi
dengan tepat
3. Memotivasi a. Optimis 21,22,23,24,25 5
diri sendiri
b. Dorongan berprestasi 26,27,28,29,30 5
4. Mengenali a. Peka terhadap perasaan 31,32,33,34,35 5
Emosi Orang orang lain
b. Mendengarkan masalah 36,37,38,39,40 5
lain
orang lain
5. Membina a. Dapat bekerja sama 41,42,43,44,45 5
b. Dapat berkomunikasi 46,47,48,49,50 5
Hubungan
T O TA L 50
Dalam memperoleh data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
berbentuk persetujuan atau penolakan yang dimulai dari sangat setuju (A),
Setuju (B), Tidak setuju (C), dan Sangat tidak setuju (D).
32
Untuk memudahkan dalam mencari nilai korelasi, setiap option yang di jawab
2. Metode Dokumentasi
Adapun teknik pengumpulan data terhadap prestasi belajar ini adalah dengan
mengambil data yang sudah tersedia, yaitu nilai IP (indeks prestasi) pada semester
dua sebagai subyek penelitian yang merupakan hasil penilaian oleh pihak akademis.
Data dari prestasi belajar ini dikumpulkan dengan cara melihat hasil rapor semester II
dari seluruh subyek penelitian. Mata pelajaran kelas II yaitu Biologi, Pendidikan
Agama, PKn, Bahasa dan Sastra Indonesia, Sejarah Nasional dan Sejarah Umum,
Bahasa Inggris, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Matematika, Fisika, Kimia, TIK,
dan Kesenian.
Penilaian prestasi belajar tersebut merupakan hasil evaluasi dari suatu proses
belajar formal yang dinyatakan dalam bentuk kuantitatif (angka) yang terdiri antara 1
sampai 10. Hasil ini dapat dilihat dari nilai rata-rata raport siswa yang diberikan oleh
pihak guru dalam setiap masa akhir tertentu (6 bulan) untuk sekolah lanjutan.
Adapun teknik analisa data yang digunakan dalam penulisan ini menggunakan
menyeluruh dari masalah yang sedang dibahas. Hasil pengolahan data dianalisa
Untuk menentukan nilai korelasi product moment (r) data yang diperoleh
dapat digunakan rumus r Pearson diambil dari buku Sugiono (2008: 257) sebagai
berikut:
n XY X Y
rxy
n X 2
X
2
n Y 2
Y
2
Keterangan:
N = Banyaknya sampel
rendahnya hubungan itu, maka dapat digunakan pedoman menurut Sugiono (2008:
Tabel 5
Pedoman untuk Memberikan Interpretasi
Koefisien Korelasi
34
F. Pengujian Hipotesis
itu berlaku untuk seluruh populasi yang berjumlah 201 orang maka perlu diuji
signifikasi korelasi product moment yaitu: diambil dari buku Sugiono (2008: 257)
yaitu:
r n2
t
1 r2
kesalahan 95% uji dua pihak dan dk = n – 2. Jika t hitung > t tabel maka Ha diterima