KEPERAWATAN MATERNITAS
CA VULVA
DISUSUN OLEH :
CICHA SETYANINGTIAS
P1337420616017
B. Klasifikasi
1. Kanker Vulva Epidermoid
Kanker epidermoid paling sering mengenai separuh anterior vulva dan
timbul di labia (mayor dan minor) pada 65 % pasien, dan di klitoris pada 25 %
pasien. Lebih dari sepertiga tumor terletak di garis tengah atau bilateral. Tidak
ada hubungan positif antara kekerapan metastasis dengan tampilan umum tumor
yang berbentuk eksofitik (menyerupai kembang kol), lesi ulseratif, atau tumor
merah seperti beludru. Penentu utama metastasis dan hasil berikutnya adalah
ukuran tumor. Namun derajat histology berhubungan dengan kemungkinan
metastasis jika tumor berukuran < 2 cm.
Karsinoma Epidermoid vulva derajat I yang khas tersusun atas sel – sel
lancip atau berduri sengan diferensiasi baik, banyak yang membentuk mutiara
keratin. Kadang – kadang terlihat mitosis. Sel – sel ganas menginvasi jaringan
sub epitel, leukosit dan limfosit menginfiltrasi stroma dan jaringan berbatasan
langsung dengan tumor. Kanker epidermoid derajat II dan III tersusun atas sel –
sel dengan diferensiasi semakin buruk. Karsinoma verukosa, suatu varian
kanker epidermoid secara umum menyerupai kondiloma akuminata. Penyebaran
local umum terjadi, tetapi metastasis limfatik pada pasien usia lajut jarang
terjadi.
2. Melanoma Maligna
Melanoma Maligna, meliputi 6 – 11 % dari seluruh kanker vulva,
merupakan tipe kanker vulva paling umum nomor dua. Melanoma merupakan
keganasan yang sangat agresif, biasanya berasal dari nevi berpigmen pada
vulva. Melanoma terutama menyerang wanita kulit putih pascamenopause.
Melanoma Maligna paling sering mengenai labia minor atau klitoris. Biasanya
melanoma maligna berupa lesi tunggal, meninggi, tidak ada nyeri tekan, dengan
hiperpigmentasi dan ulserasi yang mudah berdarah. Semua Melanoma Maligna
cepat menyebar melalui system vena. Juga sering terjadi kekambuhan setempat.
Pengobatan serupa dengan pengobatan serupa dengan pengobatan karsinoma sel
skuamosa.
Menurut sistem FIGO, kanker vulva dapat dibedakan menurut stadium yaitu:
STADIUM MANIFESTASI
0 Kanker hanya ditemukan di permukaan vulva
I Kanker ditemukan di vulva dan / atau perineum (daerah antara rektum
dan vagina). Ukuran tumor sebesar 2 cm atau kurang dan belum
menyebar ke kelenjar getah bening
IA Kanker stadium I yang telah menyusup sampai kedalaman kurang dari 1
mm
IB Kanker stadium I yang telah menyusup lebih dalam dari 1 mm
II Kanker ditemukan di vulva dan/atau perineu, dengan ukuran lebih besar
dari 2 cm tetapi belum menyebar ke kelenjar getah bening
III Kanker ditemukan di vulva dan / atau perineum serta telah menyebar ke
jaringan terdekat (misalnya uretra, vagina, anus) dan / atau telah
menyebar ke kelenjar getah bening selangkangan terdekat.
IVA Kanker telah menyebar keluar jaringan terdekat, yaitu ke uretra bagian
atas, kandung kemih, rektum atau tulang panggul, atau telah menyebar ke
kelenjar getah bening kiri dan kanan
IVB Kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di dalam panggul dan /
atau ke organ tubuh yang jauh.
D. Etiologi
Tidak diketahui secara pasti, diduga karena adanya faktor iritasi ekstern dan
kronik atau pada kasus-kasus seperti:
1. Penyakit kelamin (granuloma inguinal) yang menyebabkan vulvitis kronik.
2. Lesi-lesi kronik menimbulkan gatal, kadang-kadang multifokal dari vulva
(leukoplakia dan kraurosis).
E. Manifestasi Klinis
Kanker vulva mudah dilihat dan teraba sebagai benjolan, penebalan ataupun
luka terbuka pada atau di sekitar lubang vagina. Kadang terbentuk bercak bersisik
atau perubahan warna. Jaringan di sekitarnya mengkerut disertai gatal-gatal. Pada
akhirnya akan terjadi perdarahan dan keluar cairan yang encer.
Gejala lain dari kanker vulva adalah :
F. Patofisiologi (terlampir)
G. Pathways (terlampir )
H. Komplikasi
Kemungkinan komplikasi yang mncul, antara lain adalah (Smeltzer, 2002):
1. Infeksi luka dan sepsis
2. Trombosis vena profunda
3. Hemoragi
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Pada
pemeriksaan panggul akan teraba adanya benjolan. Pemeriksaan lainnya yang
biasa dilakukan:
- Kolposkopi (pemeriksaan dinding vagina dengan bantuan kaca pembesar)
- Biopsi (pemeriksaan mikroskopik terhadap contoh jaringan vagina). Dari
hasil biopsi terdapat sel – sel ganas pada sel skuamosa di daerah vulva.
Biopsi harus dilakukan pad semua lesi vulva yang menetap, yang mengalami
ulserasi atau yang tidak sembuh dengan cepat setelah terapi yang sesuai. Lesi
mulai tumbuh pada permukaan kulit dan dapat dengan mudah dikenali
sebagai ulkus kecil yang menjadi iritasi atau gatal atau meningkat ukurannya.
(Smeltzer,2002: 1565)
2. Staging
Staging merupakan proses penentuan penyebaran kanker, yang penting
dilakukan untuk menentukan jenis pengobatan dan prognosis penyakit. Penilaian
penyebaran kanker vagina melibatkan beberapa pemeriksaan berikut Pemeriksaan
fisik menyeluruh, Pielogram intravena, Barium enema, Rontgen dada, Sistoskopi,
Proktoskopi, CT scan, dan Skening tulang.
J. Penatalaksanaan
Terdapat 3 jenis pengobatan untuk penderita kanker vulva, yaitu
1. Pembedahan
a) Eksisi lokal radikal : dilakukan pengangkatan kanker dan sejumlah besar
jaringan normal di sekitar kanker, mungkin juga disertai dengan pengangkatan
kelenjar getah bening
b) Bedah laser : menggunakan sinar laser untuk mengangkat sel-sel kanker
c) Vulvektomi skinning : dilakukan pengangkatan kulit vulva yang mengandung
kanker
d) Vulvektomi simplek : dilakukan pengangkatan seluruh vulva
e) Vulvektomi parsial : dilakukan pengangkatan sebagian vulva
f) Vulvektomi radikal : dilakukan pengangkatan seluruh vulva dan kelenjar getah
bening di sekitarnya.
g) Eksenterasi panggul : jika kanker telah menyebar keluar vulva dan organ
wanita lainnya, maka dilakukan pengangkatan organ yang terkena (misalnya
kolon, rektum atau kandung kemih) bersamaan dengan pengangkatan leher
rahim, rahim dan vagina. Untuk membuat vulva atau vagina buatan setelah
pembedahan, dilakukan pencangkokan kulit dari bagian tubuh lainnya dan
bedah plastik.
2. Terapi penyinaran
Pada terapi penyinaran digunakan sinar X atau sinar berenergi tinggi lainnya
utnuk membunuh sel-sel kanker dan memperkecil ukuran tumor.
Pada radiasi eksternal digunakan suatu mesin sebagai sumber penyinaran;
sedangkan pada radiasi internal, ke dalam tubuh penderita dimasukkan suatu
kapsul atau tabung plastik yang mengandung bahan radioaktif.
3. Kemoterapi
Pada kemoterapi digunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker. Obat
tersedia dalam bentuk tablet/kapsul atau suntikan (melalui pembuluh darah atau
otot). Kemoterapi merupakan pengobatan sistemik karena obat masuk ke dalam
aliran darah sehingga sampai ke seluruh tubuh dan bisa membunuh sel-sel kanker
di seluruh tubuh.
Penatalaksanaan menurut stadium kanker vulva yaitu :
Pengobatan kanker vulva tergantung kepada stadium dan jenis penyakit
serta usia dan keadaan umum penderita.
1. Kanker vulva stadium 0
a. Eksisi lokal luas atau bedah laser, atau kombinasi keduanya
b. Vulvektomi skinning
c. Salep yang mengandung obat kemoterapi
2. Kanker vulva stadium I
a. Eksisi lokal luas
b. Eksisi lokal radikal ditambah pengangkatan seluruh kelenjar getah
bening selangkangan dan paha bagian atas terdekat pada sisi yang
sama dengan kanker.
c. Vulvektomi radikal dan pengangkatan kelenjar getah bening
selangkangan pada salah satu atau kedua sisi tubuh.
d. Terapi penyinaran saja.
3. Kanker vulva stadium II
a. Vulvektomi radikal dan pengangkatan kelenjar getah bening
selangkangan kiri dan kanan. Jika sel kanker ditemukan di dalam
kelenjar getah bening, maka dilakukan setelah pembedahan dilakukan
penyinaran yang diarahkan ke panggul
b. Terapi penyinaran saja (pada penderita tertentu).
4. Kanker vulva stadium III
a. Vulvektomi radikal dan pengangkatan kelenjar getah bening
selangkangan dan kelenjar getah bening paha bagian atas kiri dan
kanan. Jika di dalam kelenjar getah bening ditemukan sel-sel kanker
atau jika sel-sel kanker hanya ditemukan di dalam vulva dan
tumornya besar tetapi belum menyebar, setelah pembedahan
dilakukan terapi penyinaran pada panggul dan lipat paha.
b. Terapi radiasi dan kemoterapi diikuti oleh vulvektomi radikal dan
pengangkatan kelenjar getah bening kiri dan kanan.
c. Terapi penyinaran (pada penderita tertentu) dengan atau tanpa
kemoterapi.
5. Kanker vulva stadium IV
a. Vulvektomi radikal dan pengangkatan kolon bagian bawah, rektum
atau kandung kemih ( tergantung kepada lokasi penyebaran kanker)
disertai pengangkatan rahim, leher rahim dan vagina (eksenterasi
panggul)
b. Vulvektomi radikal diikuti dengan terapi penyinaran
c. Terapi penyinaran diikuti dengan vulvektomi radikal
d. Terapi penyinaran (pada penderita tertentu) dengan atau tanpa
kemoterapi dan mungkin juga diikuti oleh pembedahan.
6. Kanker vulva yang berulang (kambuh kembali)
a. Eksisi lokal luas dengan atau tanpa terapi penyinaran
b. Vulvektomi radikal dan pengangkatan kolon, rektum atau kandung
kemih (tergantung kepada lokasi penyebaran kanker) disertai dengan
pengangkatan rahim, leher rahim dan vagina (eksenterasi panggul)
c. Terapi penyinaran ditambah dengan kemoterapi dengan atau tanpa
pembedahan
d. Terapi penyinaran untuk kekambuhan lokal atau untuk mengurangi
gejala nyeri, mual atau kelainan fungsi tubuh.
Terapi
a. Karsinoma in situ: eksisi local atau vulvektomi sederhana, penanganan
dengan terapi laser dan salep 5-FU dapat digunakan.
b. Tumor invasive (stadium I-III): vulvektomi radikal dengan ikut
mengambil klitoris, labia, otot-otot superficial dan fascia, dilakukan
ekstirpasi kelenjar limfe bilateral dengan reseksi en bloc semua jaringan
lemak.
c. Pada stadium IV umumnya tidak dilakukan pembedahan, terapi paliatif
lebih banyak digunakan dengan penyinaran megavolt (radioterapi).
6. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan kesadaran klien, BB atau TB, tekanan darah, nadi, pernafasan dan
suhu.
b. Head To Toe
1) Rambut
Warna rambut, jenis rambut, baunya, apakah ada luka lesi/lecet.
2) Mata
Kaji sklera klien apakah ikterik atau tidak, kaji konjungtiva apakah pucat atau
tidak, apakah palpebra terdapat oedema atau tidak, bagaimana fungsi
penglihatan klien apakah klien menggunakan alat bantu penglihatan atau tidak.
3) Telinga
Apakah terdapat kesimetrisan bentuk antara telinga kanan dan kiri, apakah
terdapat serumen atau tidak.
4) Hidung
Apakah klien bernafas dengan cuping hidung atau tidak, apakah terdapat
serumen atau tidak.
5) Mulut dan gigi
Bagaimana keadaan mukosa bibir klien, apakah lembab atau kering. Bagaimana
keadaan gigi dan gusi apakah ada peradangan dan pendarahan, apakah ada
karies gigi atau tidak, keadaan lidah klien bersih atau tidak, apakah keadaan
mulut klien berbau atau tidak.
6) Leher
Apakah klien mengalami pembengkakan tyroid.
7) Thorax dan paru – paru
I : apakah pengembangan dada klien simetris antara kiri dan kanan, apakah
terdapat luka memar atau lecet, Kaji frekuensi pernafasan klien.
P : Apakah teraba adanya massa atau tidak pada dada, apakah teraba
pembengkakan pada dada atau tidak, apakah getaran dinding dada simetris
atau tidak antara kiri dan kanan.
P : Bunyi Paru
A : Suara nafas
8) Jantung
I : apakah terlihat ictus cordis atau tidak.
P : Hitung frekuensi jantung, apakah teraba ictus cordis pada
ICS5 Midclavikula sinistra.
P : bunyi perkusi jantung
A : apakah ada suara tambahan atau tidak pada jantung klien
9) Abdomen
I : kesimetrisan perut, warna kulit perut,distensi perut, apakah ada lesi dan
lecet atau tidak.
A : bising usus
10) Ekstremitas
apakah ada luka lesi atau memar, apakah ada oedema atau tidak
11) Genitalia: Apakah terdapat hernia, pembesaran kelejar limfe, bagaimana bentuk
penis dan scrotum, apakah terpasang keteter atau tidak, pada anus apakah
terdapat hemoroid, pendarahan pistula maupun tumor, pada klien vesikollitiasis
biasanya dilakukan pemeriksaan rectal toucer untuk mengetahuan pembesaran
prostat dan konsistensinya.
12) Intergumen
Warna kulit, keadaan kulit apakah kulit kering atau lembab, dan apakah turgor
kulit <2 detik atau >2 detik.
B. Diagnosa Keperawatan
a. Preoperasi
1) Nyeri kronis b/d ageninjuri biologi
2) Cemas b/d diagnosis dan rencana pembedahan
b. Post operasi
1) Nyeri akut b/d agen injuri fisik
2) Resiko infeksi b/d tindakan invasif dan pembedahan
3) Deficit perawatan diri b.d imobilitas (nyeri paska pembedahan)
4) Resiko kurang volume cairan b/d dampak penggunaan obat anestesi
terhadap penurunan cardiac output, perdarahan intra operasi.
Rencana Keperawatan
a. Pre operasi
RENCANA KEPERAWATAN
Post operasi
RENCANA KEPERAWATAN
NO DIANGOSA TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d agen injuri Setelah dilakukan Pain Management
fisik asuhan keperawatan 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
selama 3x24 jam komprehensif termasuk lokasi,
diharapkan nyeri pasien karakteristik, durasi, frekuensi,
berkurang kualitas dan faktor presipitasi
NOC : 2. Observasi reaksi nonverbal dari
1. Pain Level, ketidaknyamanan
2. Pain control, 3. Gunakan teknik komunikasi
3. Comfort level terapeutik untuk mengetahui
Kriteria Hasil : pengalaman nyeri pasien
1. Mampu mengontrol 4. Kaji kultur yang mempengaruhi
nyeri (tahu penyebab respon nyeri
nyeri, mampu 5. Evaluasi pengalaman nyeri masa
menggunakan tehnik lampau
nonfarmakologi 6. Evaluasi bersama pasien dan tim
untuk mengurangi kesehatan lain tentang
nyeri, mencari ketidakefektifan kontrol nyeri masa
bantuan) lampau
2. Melaporkan bahwa 7. Bantu pasien dan keluarga untuk
nyeri berkurang mencari dan menemukan dukungan
dengan menggunakan 8. Kontrol lingkungan yang dapat
manajemen nyeri mempengaruhi nyeri seperti suhu
3. Mampu mengenali ruangan, pencahayaan dan
nyeri (skala, kebisingan
intensitas, frekuensi 9. Kurangi faktor presipitasi nyeri
dan tanda nyeri) 10. Pilih dan lakukan penanganan
4. Menyatakan rasa nyeri (farmakologi, non farmakologi
nyaman setelah nyeri dan inter personal)
berkurang 11. Kaji tipe dan sumber nyeri
5. Tanda vital dalam untuk menentukan intervensi
rentang normal 12. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
13. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
14. Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
15. Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil
DAFTAR PUSTAKA
Price, Sylvia. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit, Edisi 6, Volume 2.
Jakarta: EGC.
Smeltzer. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2. Jakarta: EGC
Loeni, Rapani. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kanker Vulva (online).
(http://www.rafani.co.cc/2009/07/asuhan-keperawatan-pada-pasien-dengan.html).
Diakses pada tanggal 6 Oktober 2013