Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MATERNITAS

CA VULVA

DISUSUN OLEH :

CICHA SETYANINGTIAS

P1337420616017

PROGRAM STUDI S1 TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG

JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG


I. KONSEP DASAR
A. Definisi
Kanker primer vulva mewakili 3% sampai 5% dari semua malignansi
ginekologi dan tampak hampir selalu pada wanita pascamenopause meski angka
kejadiannya pada wanita yang lebih muda meningkat. (Smeltzer, 2002:1564)
Karsinoma vulva adalah penyebab 3% sampai 4% dari semua kanker genetalia
primer pada perempuan. (Price, 2005:1299)
Kanker vulva adalah suatu keganasan pada pertumbuhan sel pada area vulva
yang menyerang wanita berusia berkisar antara 50 – 70 tahun, umum ditemukan
pada penderita golongan social ekonomi rendah (Sjamsuhidajat, 1997).
Tumor dapat ditemukan dimana-mana, di vulva dan dapat berbentuk eksofitis.
Sering tumor bertukak dengan infiltrasi ke jaringan yang jauh terutama ke vagina,
uretra, perineum, anus dan rectum. Diagnosis hanya dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan histologik. Metastasis umumnya menuju ke kelenjar limfe femoral dan
inguinal, unilateral atau bilateral, dan selanjutnya ke kelenjar iliaka ekstren dan
intern.

B. Klasifikasi
1. Kanker Vulva Epidermoid
Kanker epidermoid paling sering mengenai separuh anterior vulva dan
timbul di labia (mayor dan minor) pada 65 % pasien, dan di klitoris pada 25 %
pasien. Lebih dari sepertiga tumor terletak di garis tengah atau bilateral. Tidak
ada hubungan positif antara kekerapan metastasis dengan tampilan umum tumor
yang berbentuk eksofitik (menyerupai kembang kol), lesi ulseratif, atau tumor
merah seperti beludru. Penentu utama metastasis dan hasil berikutnya adalah
ukuran tumor. Namun derajat histology berhubungan dengan kemungkinan
metastasis jika tumor berukuran < 2 cm.
Karsinoma Epidermoid vulva derajat I yang khas tersusun atas sel – sel
lancip atau berduri sengan diferensiasi baik, banyak yang membentuk mutiara
keratin. Kadang – kadang terlihat mitosis. Sel – sel ganas menginvasi jaringan
sub epitel, leukosit dan limfosit menginfiltrasi stroma dan jaringan berbatasan
langsung dengan tumor. Kanker epidermoid derajat II dan III tersusun atas sel –
sel dengan diferensiasi semakin buruk. Karsinoma verukosa, suatu varian
kanker epidermoid secara umum menyerupai kondiloma akuminata. Penyebaran
local umum terjadi, tetapi metastasis limfatik pada pasien usia lajut jarang
terjadi.
2. Melanoma Maligna
Melanoma Maligna, meliputi 6 – 11 % dari seluruh kanker vulva,
merupakan tipe kanker vulva paling umum nomor dua. Melanoma merupakan
keganasan yang sangat agresif, biasanya berasal dari nevi berpigmen pada
vulva. Melanoma terutama menyerang wanita kulit putih pascamenopause.
Melanoma Maligna paling sering mengenai labia minor atau klitoris. Biasanya
melanoma maligna berupa lesi tunggal, meninggi, tidak ada nyeri tekan, dengan
hiperpigmentasi dan ulserasi yang mudah berdarah. Semua Melanoma Maligna
cepat menyebar melalui system vena. Juga sering terjadi kekambuhan setempat.
Pengobatan serupa dengan pengobatan serupa dengan pengobatan karsinoma sel
skuamosa.

3. Karsinoma Sel Basal


Karsinoma Sel Basal adalah lesi ulseratif yang terdiri atas sel ganas
basofilik, bulat, kecil berasal dari lapisan epidermis paling dalam. Sel – sel ini
tersusun dalam kelompok yang tidak beraturan dan seringkalai menembus
jaringan penghubung yang mendasari. Kadang – kadang terlihat mitosis, tetapi
tidak ada keratinisasi,. Tidak seperti karsinoma sel skuamosa dengan
keratinisasi, metastasis karsinoma sel basal jarang dan lambat. Namun
kekambuhan setempat umum terjadi. Karsinoma sel basal mencakup 2 % - 3 %
kanker vulva, dan hamper selalu muncul pada kulit labia mayor. Pengobatan
biasanya dengan eksisi luas local karena tumor belum metastasis. Namun kira –
kira 20 % mengalami kekambuhan. Satu pengecualian terapi ini adalah tumor
tipe sel skuamose-basal yang memerlukan pengobatan serupa dengan karsinoma
sel skuamosa invasif.
4. Karsinoma Kelenjar Bartolini
Meskipun angka kesembuhan Karsinoma Kelenjar Bartolini dan
karsinoma sel skuamosa sama, untuk semua stadium, ada dua faktor yang
membuat karsinoma kelenjar bartolin lebih berbahaya. Biasanya diagnosis
kanker kelenjar Bartolin terlambat karena letaknya yang agak lebih sulit dicapai
dibanding kanker serviks, dan mungkin diduga sebagai kista bartolin.
Disamping itu, karena tumor mempunyai jalan masuk ke saluran limfa yang
mengalir ke rectum, mereka dapat metastasis langsung ke nodus limfatikus
pelvis dalam. Namun terapi karsinoma kelenjar bartolin serupa dengan
karsinoma sel skuamosa.
5. Sarkoma Vulva
Mencakup < 2 % kanker vulva. Kanker sel stroma yang paling umum
adalah leimiosarkoma dan histiositoma fibrosa. Adenokarsinoma vulva (kecuali
yang berasal dari bartolin) sangat jarang. Metastasis kanker ke vulva dapat
berasal dari tumor traktus genitalis lain atau dari ginjal atau uretra.

Adapun klasifikasi dari kanker vulva (Price, 2005) adalah :


1. Karsinoma in situ (karsinoma dengan lesi intraepitel vulva)

2. Karsinoma vulva invasif

C. Pembagian Tingkat Keganasan


Penetapan stadium/ tingkat keganasan ini dibuat hanya sekali, yakni pada
waktu diagnosis penyaki ditegakkan, dan biasanya oleh staf onkologi yang senior.
Selanjutnya dalam follow-up setelah mendapat penanganan, bukannya stadium/
tingkatan klinik yang berubah, akan tetapi respon terhadap penanganan, kualitas hidup
dalam status penampilan (performance status), kekambuhan (relapse/recurrence),
progresivitas penyakit, ketahanan hidup (survival time), bebas penyakit (disease-free
survival time) atau mati. (Sarwono, 2008: 370)

Menurut sistem FIGO, kanker vulva dapat dibedakan menurut stadium yaitu:
STADIUM MANIFESTASI
0 Kanker hanya ditemukan di permukaan vulva
I Kanker ditemukan di vulva dan / atau perineum (daerah antara rektum
dan vagina). Ukuran tumor sebesar 2 cm atau kurang dan belum
menyebar ke kelenjar getah bening
IA Kanker stadium I yang telah menyusup sampai kedalaman kurang dari 1
mm
IB Kanker stadium I yang telah menyusup lebih dalam dari 1 mm
II Kanker ditemukan di vulva dan/atau perineu, dengan ukuran lebih besar
dari 2 cm tetapi belum menyebar ke kelenjar getah bening
III Kanker ditemukan di vulva dan / atau perineum serta telah menyebar ke
jaringan terdekat (misalnya uretra, vagina, anus) dan / atau telah
menyebar ke kelenjar getah bening selangkangan terdekat.
IVA Kanker telah menyebar keluar jaringan terdekat, yaitu ke uretra bagian
atas, kandung kemih, rektum atau tulang panggul, atau telah menyebar ke
kelenjar getah bening kiri dan kanan

IVB Kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di dalam panggul dan /
atau ke organ tubuh yang jauh.

Penetapan tingkat karsinoma vulva menurut TNM (Tumor, Nodes, Meatstasis)

T1S Karsinoma pra-invasif, intra-epitelial, in situ


T1 Tumor terbatas pada vulva. Diameter terbesar < 2 cm
T2 Tumor terbatas pada vulva. Diameter terbesar > 2 cm
T3 Tumor dari setiap ukuran dengan perluasan ke urethra, dan/ vagina, dan/
perineum, dan/ anus.
T4 Tumor dari setiap ukuran, yang telah menginfiltrasi mukosa kandung
kemih, dan/ rectum, atau keduanya, termasuk bagian proksimal mukosa
urethra, dan/ ke tulang
N Kelenjar getah bening regional
N0 Tidak ada kelenjar yang teraba
N1 Kelenjar inguinal teraba, di satu/ dua belah lipat paha, tidak membesar,
mudah digerakkan (mobile) dan klinis tidak mencurigakan mengandung
anak sebar.
N2 Kelenjar inguinal teraba, di satu/ dua belah lipat paha, membesar, keras,
masih mobile dan klinis dicurigai telah mengandung anak sebar.
N3 Kelenjar inguinal membesar, keras, menjadi satu yang terfiksir / sukar
digerakkan, atau mengalami ulserasi.
M Metastasis jarak jauh
M0 Tidak ada metastasis berjarak jauh secara klinis
M1A Kelenjar panggul dalam (profundal) teraba
M2A Metastasis berjarak jauh lainnya ditemukan.

D. Etiologi
Tidak diketahui secara pasti, diduga karena adanya faktor iritasi ekstern dan
kronik atau pada kasus-kasus seperti:
1. Penyakit kelamin (granuloma inguinal) yang menyebabkan vulvitis kronik.
2. Lesi-lesi kronik menimbulkan gatal, kadang-kadang multifokal dari vulva
(leukoplakia dan kraurosis).

Faktor resiko terjadinya kanker vulva:


1. Usia
Sekitar 50% penderita karsinoma skuamosa adalah wanita berusia 60 tahun
keatas.
Sebagian besar kasus kanker vagina ditemukan pada wanita yang berusia 50-70
tahun.
2. DES (dietilstilbestrol)
DES adalah suatu obat hormonal yang banyak digunakan pada tahun 1940-1970
untuk mencegah keguguran pada wanita hamil.
Sebanyak 1 diantar 1000 wanita yang ibunya mengkonsumsi DES, menderita
adenokarsinoma sel bersih pada vagina maupun serviks. Resiko tertinggi terjadi
jika ibu mengkonsumsi DES pada usia kehamilan 16 minggu.
3. Adenosis vagina
Dalam keadaan normal vagina dilapisi oleh sel gepeng yang disebut sel
skuamosa.
Pada sekitar 40% wanita yang telah mengalami menstruasi, pada vagina bisa
ditemukan daerah-daerah tertentu yang dilapisi oleh sel-sel yang serupa dengan
sel-sel yang ditemukan di dalam kelenjar rahim bagian bawah dan lapisan rahim.
Keadaan ini disebut adenosis.
Hal tersebut terjadi pada hampir semua wanita yang terpapar oleh DES selama
perkembangan janin.
4. Infeksi HPV (human papiloma virus)
HPV adalah virus penyebab kutil kelamin yang ditularkan melalui hubungan
seksual.
5. Hubungan seksual pertama pada usia dini
6. Berganti-ganti pasangan
7. Melakukan hubungan seksual dengan seseorang yang sering berganti-ganti
pasangan
8. Kanker serviks
9. Iritasi vagina
10. Merokok.

E. Manifestasi Klinis
Kanker vulva mudah dilihat dan teraba sebagai benjolan, penebalan ataupun
luka terbuka pada atau di sekitar lubang vagina. Kadang terbentuk bercak bersisik
atau perubahan warna. Jaringan di sekitarnya mengkerut disertai gatal-gatal. Pada
akhirnya akan terjadi perdarahan dan keluar cairan yang encer.
Gejala lain dari kanker vulva adalah :

1. Pruritus lama (gejala utama kanker vulva)


2. Perdarahan
3. Rabas berbau busuk
4. Nyeri juga terkadang dapat timbul
5. Terdapat lesi awal yang tampak sebagai dermatitis kronis kemudian dapat ditemukan
pertumbuhan benjolan yang terus tumbuh dan menjadi keras, mengalami ulserasi
seperti bunga kol (Smeltzer,2002).
Bagian yang paling sering terkena karsinoma adalah labia, dimana labia mayora tiga
kali lebih sering terkena daripada labia minora dan klitoris. Gambaran keseluruhan lesi
kanker vulva adalah datar atau timbul dan berbentuk makulopapular atau verukosa. Lesi
dapat hiperpigmentasi (coklat), merah atau putih. (Price, 2005).

F. Patofisiologi (terlampir)
G. Pathways (terlampir )

H. Komplikasi
Kemungkinan komplikasi yang mncul, antara lain adalah (Smeltzer, 2002):
1. Infeksi luka dan sepsis
2. Trombosis vena profunda
3. Hemoragi

I. Pemeriksaan Penunjang
1. Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Pada
pemeriksaan panggul akan teraba adanya benjolan. Pemeriksaan lainnya yang
biasa dilakukan:
- Kolposkopi (pemeriksaan dinding vagina dengan bantuan kaca pembesar)
- Biopsi (pemeriksaan mikroskopik terhadap contoh jaringan vagina). Dari
hasil biopsi terdapat sel – sel ganas pada sel skuamosa di daerah vulva.
Biopsi harus dilakukan pad semua lesi vulva yang menetap, yang mengalami
ulserasi atau yang tidak sembuh dengan cepat setelah terapi yang sesuai. Lesi
mulai tumbuh pada permukaan kulit dan dapat dengan mudah dikenali
sebagai ulkus kecil yang menjadi iritasi atau gatal atau meningkat ukurannya.
(Smeltzer,2002: 1565)
2. Staging
Staging merupakan proses penentuan penyebaran kanker, yang penting
dilakukan untuk menentukan jenis pengobatan dan prognosis penyakit. Penilaian
penyebaran kanker vagina melibatkan beberapa pemeriksaan berikut Pemeriksaan
fisik menyeluruh, Pielogram intravena, Barium enema, Rontgen dada, Sistoskopi,
Proktoskopi, CT scan, dan Skening tulang.

J. Penatalaksanaan
Terdapat 3 jenis pengobatan untuk penderita kanker vulva, yaitu

1. Pembedahan
a) Eksisi lokal radikal : dilakukan pengangkatan kanker dan sejumlah besar
jaringan normal di sekitar kanker, mungkin juga disertai dengan pengangkatan
kelenjar getah bening
b) Bedah laser : menggunakan sinar laser untuk mengangkat sel-sel kanker
c) Vulvektomi skinning : dilakukan pengangkatan kulit vulva yang mengandung
kanker
d) Vulvektomi simplek : dilakukan pengangkatan seluruh vulva
e) Vulvektomi parsial : dilakukan pengangkatan sebagian vulva
f) Vulvektomi radikal : dilakukan pengangkatan seluruh vulva dan kelenjar getah
bening di sekitarnya.
g) Eksenterasi panggul : jika kanker telah menyebar keluar vulva dan organ
wanita lainnya, maka dilakukan pengangkatan organ yang terkena (misalnya
kolon, rektum atau kandung kemih) bersamaan dengan pengangkatan leher
rahim, rahim dan vagina. Untuk membuat vulva atau vagina buatan setelah
pembedahan, dilakukan pencangkokan kulit dari bagian tubuh lainnya dan
bedah plastik.
2. Terapi penyinaran
Pada terapi penyinaran digunakan sinar X atau sinar berenergi tinggi lainnya
utnuk membunuh sel-sel kanker dan memperkecil ukuran tumor.
Pada radiasi eksternal digunakan suatu mesin sebagai sumber penyinaran;
sedangkan pada radiasi internal, ke dalam tubuh penderita dimasukkan suatu
kapsul atau tabung plastik yang mengandung bahan radioaktif.
3. Kemoterapi
Pada kemoterapi digunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker. Obat
tersedia dalam bentuk tablet/kapsul atau suntikan (melalui pembuluh darah atau
otot). Kemoterapi merupakan pengobatan sistemik karena obat masuk ke dalam
aliran darah sehingga sampai ke seluruh tubuh dan bisa membunuh sel-sel kanker
di seluruh tubuh.
 Penatalaksanaan menurut stadium kanker vulva yaitu :
Pengobatan kanker vulva tergantung kepada stadium dan jenis penyakit
serta usia dan keadaan umum penderita.
1. Kanker vulva stadium 0
a. Eksisi lokal luas atau bedah laser, atau kombinasi keduanya
b. Vulvektomi skinning
c. Salep yang mengandung obat kemoterapi
2. Kanker vulva stadium I
a. Eksisi lokal luas
b. Eksisi lokal radikal ditambah pengangkatan seluruh kelenjar getah
bening selangkangan dan paha bagian atas terdekat pada sisi yang
sama dengan kanker.
c. Vulvektomi radikal dan pengangkatan kelenjar getah bening
selangkangan pada salah satu atau kedua sisi tubuh.
d. Terapi penyinaran saja.
3. Kanker vulva stadium II
a. Vulvektomi radikal dan pengangkatan kelenjar getah bening
selangkangan kiri dan kanan. Jika sel kanker ditemukan di dalam
kelenjar getah bening, maka dilakukan setelah pembedahan dilakukan
penyinaran yang diarahkan ke panggul
b. Terapi penyinaran saja (pada penderita tertentu).
4. Kanker vulva stadium III
a. Vulvektomi radikal dan pengangkatan kelenjar getah bening
selangkangan dan kelenjar getah bening paha bagian atas kiri dan
kanan. Jika di dalam kelenjar getah bening ditemukan sel-sel kanker
atau jika sel-sel kanker hanya ditemukan di dalam vulva dan
tumornya besar tetapi belum menyebar, setelah pembedahan
dilakukan terapi penyinaran pada panggul dan lipat paha.
b. Terapi radiasi dan kemoterapi diikuti oleh vulvektomi radikal dan
pengangkatan kelenjar getah bening kiri dan kanan.
c. Terapi penyinaran (pada penderita tertentu) dengan atau tanpa
kemoterapi.
5. Kanker vulva stadium IV
a. Vulvektomi radikal dan pengangkatan kolon bagian bawah, rektum
atau kandung kemih ( tergantung kepada lokasi penyebaran kanker)
disertai pengangkatan rahim, leher rahim dan vagina (eksenterasi
panggul)
b. Vulvektomi radikal diikuti dengan terapi penyinaran
c. Terapi penyinaran diikuti dengan vulvektomi radikal
d. Terapi penyinaran (pada penderita tertentu) dengan atau tanpa
kemoterapi dan mungkin juga diikuti oleh pembedahan.
6. Kanker vulva yang berulang (kambuh kembali)
a. Eksisi lokal luas dengan atau tanpa terapi penyinaran
b. Vulvektomi radikal dan pengangkatan kolon, rektum atau kandung
kemih (tergantung kepada lokasi penyebaran kanker) disertai dengan
pengangkatan rahim, leher rahim dan vagina (eksenterasi panggul)
c. Terapi penyinaran ditambah dengan kemoterapi dengan atau tanpa
pembedahan
d. Terapi penyinaran untuk kekambuhan lokal atau untuk mengurangi
gejala nyeri, mual atau kelainan fungsi tubuh.

 Terapi
a. Karsinoma in situ: eksisi local atau vulvektomi sederhana, penanganan
dengan terapi laser dan salep 5-FU dapat digunakan.
b. Tumor invasive (stadium I-III): vulvektomi radikal dengan ikut
mengambil klitoris, labia, otot-otot superficial dan fascia, dilakukan
ekstirpasi kelenjar limfe bilateral dengan reseksi en bloc semua jaringan
lemak.
c. Pada stadium IV umumnya tidak dilakukan pembedahan, terapi paliatif
lebih banyak digunakan dengan penyinaran megavolt (radioterapi).

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
1. Identitas pasien dan penanggung jawab berisi tentang : Nama, Umur, Pendidikan,
Pekerjaan, Suku, Agama, Alamat, No. Medical Record, , Umur, Pendidikan, Pekerjaan
, Suku, Agama, Alamat, Tanggal Pengkajian
2. Keluhan utama :
Pasien biasanya datang dengan keluhan adanya pertumbuhan massa pada vulva dan
pruritus.
3. Riwayat penyakit sekarang :
Biasanya klien pada stadium awal tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru
pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan .
4. Riwayat penyakit sebelumnya :
Riwayat operasi kandungan, serta adanya tumor. Riwayat keluarga yang menderita
kanker.
5. Pola fungsi kesehatan Gordon

a. Pemeliharaan dan persepsi kesehatan


Kanker vulva dapat diakibatkan oleh penyakit menular seksual atau dapat
disebabkan oleh berganti-ganti pasangan serta melakukan hubungan seksual
terlalu dini
b. Pola istirahat dan tidur.
Pola istirahat dan tidur pasien dapat terganggu akibat dari nyeri akibat
progresivitas dari kanker vulva ataupun karena gangguan pada pola tidur juga
dapat terjadi akibat dari depresi yang dialami oleh wanita.
c. Pola eliminasi
Dapat terjadi disuria serta hematuria.
d. Pola nutrisi dan metabolik
Asupan nutrisi pada wanita dengan kanker vulva harus lebih banyak karena dapat
terjadi mual dan muntah. Kaji jenis makanan yang biasa dimakan oleh wanita
serta pantau berat badan karena wanita dengan kanker vulva juga biasanya
mengalami penurunan nafsu makan.
e. Pola kognitif – perseptual
Pada wanita dengan kanker vulva biasanya tidak terjadi gangguan pada pada
panca indra meliputi penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, pengecap.
f. Pola persepsi dan konsep diri
Pasien kadang merasa malu terhadap orang sekitar karena mempunyai penyakit
kanker vulva, akibat dari persepsi yang salah dari masyarakat. Dimana salah satu
etiologi dari kanker vulva adalah akibat dari sering berganti – ganti pasangan
seksual.
g. Pola aktivitas dan latihan.
Kaji apakah penyakit serta kehamilan pasien mempengaruhi pola aktivitas dan
latihan. Dengan skor kemampuan perawatan diri (0= mandiri, 1= alat bantu, 2=
dibantu orang lain, 3= dibantu orang lain dan alat, 4= tergantung total).
Pasien wajar jika mengalami perasaan sedikit lemas akibat dari asupan nutrisi
yang berkurang. Wanita yang disertai dengan kanker vulva ibu akan merasa sangat
lemah terutama pada bagian ekstremitas bawah dan tidak dapat melakukan
aktivitasnya dengan baik akibat dari progresivitas kanker vulva sehingga harus
beristirahat total.
h. Pola seksualitas dan reproduksi
Kaji apakah terdapat perubahan pola seksulitas dan reproduksi pasien selama
pasien menderita penyakit ini. Pada pola seksualitas pasien akan terganggu akibat
dari rasa nyeri yang selalu dirasakan pada saat melakukan hubungan seksual
(dispareuni) serta adanya perdarahan setelah berhubungan. Serta keluar cairan
encer (keputihan) yang berbau busuk dari vagina.
i. Pola manajemen koping stress
Kaji bagaimana pasien mengatasi masalah-masalahnya. Bagaimana manajemen
koping pasien. Apakah pasien dapat menerima kondisinya setelah sakit. Wanita
dengan kanker vulva biasanya mengalami gangguan dalam manajemen koping
stres yang diakibatkan dari cemas yang berlebihan terhadap risiko terjadinya
keselamatan dirinya sendiri.
j. Pola peran - hubungan
Bagaimana pola peran hubungan pasien dengan keluarga atau lingkungan
sekitarnya. Apakah penyakit ini dapat mempengaruhi pola peran dan
hubungannya. Wanita dengan kanker vulva harus mendapatkan dukungan dari
suami serta orang – orang terdekatnya karena itu akan mempengaruhi kondisi
kesehatannya. Biasanya koping keluarga akan melemah ketika dalam anggota
keluarganya ada yang menderita penyakit kanker vulva.
k. Pola keyakinan dan nilai
Kaji apakah penyakit pasien mempengaruhi pola keyakinan dan nilai yang
diyakini.

6. Pemeriksaan fisik

a. Pemeriksaan kesadaran klien, BB atau TB, tekanan darah, nadi, pernafasan dan
suhu.
b. Head To Toe
1) Rambut
Warna rambut, jenis rambut, baunya, apakah ada luka lesi/lecet.
2) Mata
Kaji sklera klien apakah ikterik atau tidak, kaji konjungtiva apakah pucat atau
tidak, apakah palpebra terdapat oedema atau tidak, bagaimana fungsi
penglihatan klien apakah klien menggunakan alat bantu penglihatan atau tidak.
3) Telinga
Apakah terdapat kesimetrisan bentuk antara telinga kanan dan kiri, apakah
terdapat serumen atau tidak.
4) Hidung
Apakah klien bernafas dengan cuping hidung atau tidak, apakah terdapat
serumen atau tidak.
5) Mulut dan gigi
Bagaimana keadaan mukosa bibir klien, apakah lembab atau kering. Bagaimana
keadaan gigi dan gusi apakah ada peradangan dan pendarahan, apakah ada
karies gigi atau tidak, keadaan lidah klien bersih atau tidak, apakah keadaan
mulut klien berbau atau tidak.
6) Leher
Apakah klien mengalami pembengkakan tyroid.
7) Thorax dan paru – paru
I : apakah pengembangan dada klien simetris antara kiri dan kanan, apakah
terdapat luka memar atau lecet, Kaji frekuensi pernafasan klien.
P : Apakah teraba adanya massa atau tidak pada dada, apakah teraba
pembengkakan pada dada atau tidak, apakah getaran dinding dada simetris
atau tidak antara kiri dan kanan.
P : Bunyi Paru
A : Suara nafas
8) Jantung
I : apakah terlihat ictus cordis atau tidak.
P : Hitung frekuensi jantung, apakah teraba ictus cordis pada
ICS5 Midclavikula sinistra.
P : bunyi perkusi jantung
A : apakah ada suara tambahan atau tidak pada jantung klien
9) Abdomen
I : kesimetrisan perut, warna kulit perut,distensi perut, apakah ada lesi dan
lecet atau tidak.
A : bising usus
10) Ekstremitas
apakah ada luka lesi atau memar, apakah ada oedema atau tidak
11) Genitalia: Apakah terdapat hernia, pembesaran kelejar limfe, bagaimana bentuk
penis dan scrotum, apakah terpasang keteter atau tidak, pada anus apakah
terdapat hemoroid, pendarahan pistula maupun tumor, pada klien vesikollitiasis
biasanya dilakukan pemeriksaan rectal toucer untuk mengetahuan pembesaran
prostat dan konsistensinya.
12) Intergumen
Warna kulit, keadaan kulit apakah kulit kering atau lembab, dan apakah turgor
kulit <2 detik atau >2 detik.

B. Diagnosa Keperawatan

a. Preoperasi
1) Nyeri kronis b/d ageninjuri biologi
2) Cemas b/d diagnosis dan rencana pembedahan
b. Post operasi
1) Nyeri akut b/d agen injuri fisik
2) Resiko infeksi b/d tindakan invasif dan pembedahan
3) Deficit perawatan diri b.d imobilitas (nyeri paska pembedahan)
4) Resiko kurang volume cairan b/d dampak penggunaan obat anestesi
terhadap penurunan cardiac output, perdarahan intra operasi.

Rencana Keperawatan
a. Pre operasi
RENCANA KEPERAWATAN

NO DIANGOSA TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)


KEPERAWATAN
1. Nyeri kronis b.d Setelah dilakukan asuhan Pain Management
agen injuri biologi keperawatan selama 3x24 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
jam diharapkan nyeri komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
pasien berkurang durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
NOC : presipitasi
1. Pain Level 2. Observasi reaksi nonverbal dari
2. Pain control ketidaknyamanan
3. Comfort level 3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
Kriteria Hasil : mengetahui pengalaman nyeri pasien
1. Mampu mengontrol 4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
nyeri (tahu penyebab 5. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
nyeri, mampu 6. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan
menggunakan tehnik lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri
nonfarmakologi masa lampau
untuk mengurangi 7. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
nyeri, mencari menemukan dukungan
bantuan) 8. Kontrol lingkungan yang dapat
2. Melaporkan bahwa mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
nyeri berkurang pencahayaan dan kebisingan
dengan menggunakan 9. Kurangi faktor presipitasi nyeri
manajemen nyeri 10. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
3. Mampu mengenali (farmakologi, non farmakologi dan inter
nyeri (skala, personal)
intensitas, frekuensi 11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
dan tanda nyeri) menentukan intervensi
4. Menyatakan rasa 12. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
nyaman setelah nyeri 13. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
berkurang 14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
5. Tanda vital dalam 15. Tingkatkan istirahat
rentang normal 16. Kolaborasikan dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil

2. Kecemasan b.d Setelah dilakukan asuhan NIC :


diagnosis dan keperawatan selama 3x Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
pembedahan 24 jam diharapakan 1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
cemasi terkontrol 2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
NOC : pelaku pasien
1. Anxiety control 3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang
2. Coping dirasakan selama prosedur
Kriteria Hasil : 4. Temani pasien untuk memberikan keamanan
 Klien mampu dan mengurangi takut
mengidentifikasi dan 5. Berikan informasi faktual mengenai
mengungkapkan diagnosis, tindakan prognosis
gejala cemas 6. Dorong keluarga untuk menemani anak
 Mengidentifikasi, 7. Lakukan back / neck rub
mengungkapkan dan 8. Dengarkan dengan penuh perhatian
menunjukkan tehnik 9. Identifikasi tingkat kecemasan
untuk mengontol 10. Bantu pasien mengenal situasi yang
cemas menimbulkan kecemasan
 Vital sign dalam batas 11. Dorong pasien untuk mengungkapkan
normal perasaan, ketakutan, persepsi
 Postur tubuh, ekspresi 12. Instruksikan pasien menggunakan teknik
wajah, bahasa tubuh relaksasi
dan tingkat aktivitas 13. Barikan obat untuk mengurangi kecemasan
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan

Post operasi
RENCANA KEPERAWATAN
NO DIANGOSA TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d agen injuri Setelah dilakukan Pain Management
fisik asuhan keperawatan 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
selama 3x24 jam komprehensif termasuk lokasi,
diharapkan nyeri pasien karakteristik, durasi, frekuensi,
berkurang kualitas dan faktor presipitasi
NOC : 2. Observasi reaksi nonverbal dari
1. Pain Level, ketidaknyamanan
2. Pain control, 3. Gunakan teknik komunikasi
3. Comfort level terapeutik untuk mengetahui
Kriteria Hasil : pengalaman nyeri pasien
1. Mampu mengontrol 4. Kaji kultur yang mempengaruhi
nyeri (tahu penyebab respon nyeri
nyeri, mampu 5. Evaluasi pengalaman nyeri masa
menggunakan tehnik lampau
nonfarmakologi 6. Evaluasi bersama pasien dan tim
untuk mengurangi kesehatan lain tentang
nyeri, mencari ketidakefektifan kontrol nyeri masa
bantuan) lampau
2. Melaporkan bahwa 7. Bantu pasien dan keluarga untuk
nyeri berkurang mencari dan menemukan dukungan
dengan menggunakan 8. Kontrol lingkungan yang dapat
manajemen nyeri mempengaruhi nyeri seperti suhu
3. Mampu mengenali ruangan, pencahayaan dan
nyeri (skala, kebisingan
intensitas, frekuensi 9. Kurangi faktor presipitasi nyeri
dan tanda nyeri) 10. Pilih dan lakukan penanganan
4. Menyatakan rasa nyeri (farmakologi, non farmakologi
nyaman setelah nyeri dan inter personal)
berkurang 11. Kaji tipe dan sumber nyeri
5. Tanda vital dalam untuk menentukan intervensi
rentang normal 12. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
13. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
14. Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
15. Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil

2. Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan Infection Control (Kontrol infeksi)


penurunan pertahanan asuhan keperawatan 1. Bersihkan lingkungan setelah
primer selama 3x 24 jam dipakai pasien lain
diharapakan infeksi 2. Pertahankan teknik isolasi
terkontrol 3. Batasi pengunjung bila perlu
NOC : 4. Instruksikan pada pengunjung untuk
1. Immune Status mencuci tangan saat berkunjung dan
2. Knowledge : setelah berkunjung meninggalkan
Infection control pasien
3. Risk control 5. Gunakan sabun antimikrobia untuk
Kriteria Hasil : cuci tangan
1. Klien bebas dari 6. Cuci tangan setiap sebelum dan
tanda dan gejala sesudah tindakan kperawtan
infeksi 7. Gunakan baju, sarung tangan
2. Mendeskripsikan sebagai alat pelindung
proses penularan 8. Pertahankan lingkungan aseptik
penyakit, factor yang selama pemasangan alat
mempengaruhi 9. Ganti letak IV perifer dan line
penularan serta central dan dressing sesuai dengan
penatalaksanaannya, petunjuk umum
3. Menunjukkan 10. Gunakan kateter intermiten untuk
kemampuan untuk menurunkan infeksi kandung
mencegah timbulnya kencing
infeksi 11. Tingktkan intake nutrisi
4. Jumlah leukosit 12. Berikan terapi antibiotik bila perlu
dalam batas normal
5. Menunjukkan Infection Protection (proteksi
perilaku hidup sehat terhadap infeksi)
1. Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
2. Monitor hitung granulosit, WBC
3. Monitor kerentanan terhadap infeksi
4. Batasi pengunjung
5. Saring pengunjung terhadap
penyakit menular
6. Partahankan teknik aspesis pada
pasien yang beresiko
7. Pertahankan teknik isolasi k/p
8. Berikan perawatan kuliat pada area
epidema
9. Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase
10. Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
11. Dorong masukkan nutrisi yang
cukup
12. Dorong masukan cairan
13. Dorong istirahat
14. Instruksikan pasien untuk minum
antibiotik sesuai resep
15. Ajarkan pasien dan keluarga tanda
dan gejala infeksi
16. Ajarkan cara menghindari infeksi
17. Laporkan kecurigaan infeksi
18. Laporkan kultur positif
3. Deficit personal hyegene Setelah dilakukan Personal hyegene managemen
b.d imobilitas (nyeri asuhan keperawatan 1. Kaji keterbatasan pasien dalam
pembedahan) selama 3x24 jam perawatan diri
diharapakan pasien 2. Berikan kenyamanan pada pasien
menunjukkan kebersihan dengan membersihkan tubuh pasien
diri (oral,tubuh,genital)
NOC : 3. Ajarkan kepada pasien pentingnya
1. Kowlwdge : disease menjaga kebersihan diri
process 4. Ajarkan kepada keluarga pasien
2. Kowledge : health dalam menjaga kebersihan pasien
Behavior
Kriteria Hasil :
1. Pasien bebas dari bau
2. Pasien tampak
menunjukkan
kebersihan
3. Pasien nyaman
4. Resiko kurang volume Setelah dilakukan 1. Pantau: tanda vital setiap 5 menit..
cairan b/d dampak asuhan keperawatan 2. Masukan dan haluaran durante
penggunaan obat anestesi selama 3x24 jam operasi.
terhadap penurunan cardiac diharapakan pasien 3. Berikan cairan pengganti sesuai
output, perdarahan intra mendemontasikan tidak dengan haluaran dari urine,
operasi. adanya komplikasi. penguapan, perdarahan serta
Kriteria evaluasi: Tidak kebutuhan cairan maintenance.
ada dehidrasi, tidak ada 4. Kaji refill time.
perdarahan, vital sign 5. Kolaborasi pemberian cairan
dalam batas normal, elektrolit pengganti bila terjadi
masukan dan haluaran perdarahan > 500 cc.
seimbang.

DAFTAR PUSTAKA

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan.


Diagnosa Medis &NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.

Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo

Price, Sylvia. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit, Edisi 6, Volume 2.
Jakarta: EGC.

Smeltzer. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2. Jakarta: EGC

Loeni, Rapani. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kanker Vulva (online).
(http://www.rafani.co.cc/2009/07/asuhan-keperawatan-pada-pasien-dengan.html).
Diakses pada tanggal 6 Oktober 2013

Anda mungkin juga menyukai