Anda di halaman 1dari 30

Ê Ê

   


 Ê  

 Kesehatan merupakan salah satu aspek yang menentukan kualitas hidup manusia.

Umumnya setiap orang ingin mencapai usia panjang dan tetap sehat, berguna, dan

bahagia, Harapan hidup untuk mencapai umr panjang disokong oleh kemajuan tingkat

kesehatan, social ekonomi, kemajuan ilmu kedokteran, kebersihan lingkungan, keadaan

gizi yang baik dan kemajuan di bidang pangan (Made Astawan dan Mita Wahyuni, 1988

: 2).

Peristiwa ketuaan merupakan peristiwa alami yang pasti dialami oleh orang-orang

yang beruntung dikarunia usia panjang. Batasan umur usia lanjut adalah • 60 tahun, yang

merupakan kelompok umur yang yang peka dan rentan terhadap gangguan kesehatan dan

kematian. Dewasa ini jumlah usia lanjut di Indonesia diperkirakan 19 juta jiwa atau

sekitar 8,5%dari jumlah penduduk.

Pada kelompok usia lanjut zat gizi yang bermutu baik tetap diperlukan dalam

membentuk jaringan terutama untuk mengganti jaringan yang rusak. Gizi yang seimbang

akan sangat membantu usia lanjut untuk tetap hidup sehat, segar dan bugar. Adanya

perubahan yang terjadi pada manula seperti seperti fungsi kelenjar pencernaan yang

semakin kurang efektif dan terganggunya fungsi gigi dan gusi mempengaruhi pola

konsumsi usia lanjut. Perubahan tersebut menyebabkan golongan usia lanjut lebih sering

mengkonsumsi makanan yang mudah dikunyah dan mudah dicerna tanpa memperdulikan

mutu gizi yang terkandung didalamnya. Apabila hal ini terjadi dalam jangka waktu yang

c
lama dapat menimbulkan keadaan gizi yang rawan dan menjurus pada timbulnya dua

status gizi yaitu gizi kurang dan gizi lebih (Made Astawan dan Mita Wahyuni 1987 : 75).

Keadaan gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah social ekonomi dan

juga karena gangguan penyakit. Sedangkan gizi lebih pada usia lanjut dipengaruhi

kebiasaan makan pada waktu muda menyebabkan berat badan yang berlebihan atau

kegemukan. Kegemukan merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit seperti

penyakit jantung, penyempitan pembuluh darah dan tekanan darah tinggi (Wahyudi

Nugroho, 1992 : 59).

Secara garis besar ada dua golongan penyakit pada lansia, yang pertama secara alami

dan proses menua itu sendiri atau penyakit menua dan yang kedua penyakit yang

berkaitan dengan usia lanjut. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wearn dan The Health

Surveys di Kota Uppsala, Swedia terhadap pria 50-60 tahun adalah penyakit sirkulasi

(peredaran darah) yaitu sebesar 5,9 %. Pada usia 60 tahun meningkat menjadi 5 kalinya

atau 31,3 %. Dalam golongan penyakit sirkulasi darah tersebut termasuk di dalamnya

penyakit jantung koroner dan hipertensi (Josaputra, 1987 : 23).

Dari jumlah lansia yang ada di Kota Padang yaitu 27.039 jiwa ada 585 lansia yang

hadir di Posyandu Lansia di Kota Padang, dan menurut data yang didapatkan dari Dinas

Kesehatan Kota Padang, 30 % dari yang hadir menderita hipertensi.

Khususnya di Kecamatan Nanggalo dari 692 lansia yang ada, ada 125 orang lansia

yang hadir di Posyandu Lansia dan didapat angka yang sama bahwa 30 % dari kehadiran

lansia di Posyandu Lansia pada wilayah kerja Puskesmas Nanggalo.


Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti r   

            

     ! "#


#$ 

" %   

 Bagaimana hubungan pola konsumsi lanjut usia dengan hipertensi di posyandu lansia

pada wilayah kerja Puskesmas Nanggalo tahun 2010.

&!   

&
! 

 Untuk mengetahui hubungan pola konsumsi lanjut usia dengan hipertensi di

Posyandu Lansia pada wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Padang tahun 2010.

& "!  

1.3.1.1 Diketahui pola konsumsi makanan pokok, protein hewani, protein nabati, sayuran,

dan buah pada usia lanjut yang hipertensi dan yang tidak hipertensi.

1.3.1.2 Diketahui intake natrium, kalium, dann lemak pada usia lanjut yang hipertensi

dan yang tidak hipertensi.

1.3.1.3 Diketahui hubungan pola konsumsi makanan pokok, protein hewani, protein

nabati, sayuran, dan buah lansia dengan hipertensi

1.3.1.4 Diketahui hubungan asupan natrium, asupan kalium, dan asupan lemak lansia

dengan hipertensi

D

'% (   

1.4.1 Dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi masyarakat tentang pentingnya pola

konsumsi yang baik sehingga terhindar dari penyakit degenerative

1.4.2 Dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi Ahli Madya Gizi dalam pelaksanaan

diet hipertensi

1.4.3 Sebagai pengalaman langsung bagi penulis untuk memanfaatkan dan melaksanakan

penelitian serta menambah wawasan dalam pelaksanaan penelitian lapangan

 
Ê Ê

%Ê  ) 

"
!  ! 

"

 

 Agar sehat dan dapat mempertahankan kesehatan, manusia memerlukan sejumlah zat

gizi. Untuk jumlah zat gizi yang diperoleh melalui konsumsi pangan harus mencukupi

kebutuhan tubuh untuk melakukan kegiatan, pemeliharaan tubuh dan pertumbuhan bagi

yang masih dalam taraf pertumbuhan bayi, anak-anak, remaja atau untuk aktivitas dan

pemeliharaan tubuh bagi orang dewasa dan usia lanjut (Herdiansyah dan Drajat

Martianto, 1992 : 14).

Keadaan gizi seseorang tergantung dari tingkat konsumsi makanannya. Tingkat

konsumsi ditentukan oleh kualitas hidangan. Kualitas hidangan menunjukkan adanya

semua zat gizi yang diperlukan oleh tubuh didalam susunan hidangan dan perubahan

antara satu terhadap yang lain. Kuantitas makanan menunjukkan kuantum masing-masing

zat gizi terhadap kebutuhan tubuh. Jika susunan hidangan memenuhi seluruh kebutuhan

tubuh maka tubuh akan mendapatkan kondisi kesehatan gizi yang baik. Sedangkan

jumlah zat gizi yang dikonsumsi seseorang tergantung dari pola konsumsi.

Pola konsumsi pangan adalah susunan berbagai jenis bahan pangan yang dikonsumsi

oleh masyarakat pada suatu keluarga, baik dari segi kualitas, kuantitas, maupun frekuensi

penggunaannya (Hardiansyah dan Drajat Martianto, 1992 : 10).

Œ
Anonim (1973) menjelaskan bahwa pola konsumsi dan kebiasaan makan pada

umumnya dipengaruhi oleh berbagai factor antara lain adalah pendidikan dan kesadaran

gizi, adanya pantangan atau tabu, bahan makanan yang tersedia, pertimbangan ekonomi

serta lingkungan alam (Sri Handayani, 1994 : 30).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi makanan :

a. Segi social budaya

1. Budaya pangan

Konsumsi makanan dipengaruhi oleh pandangan serta nilai-nilai yang

berlaku di masyarakat. Dalam masyarakat berbagai jenis makanan dan bahan makanan

mempunyai nilai social tertentu. Misalnya, sebagian besar masyarakat Minangkabau

lebih menyukai makanan yang banyak mengandung lemak dan bersantan kental.

2. Pola Pangan

Jumlah dan macam jenis serta banyaknya bahan makanan dalam pola

makan di suatu lingkungan tertentu, biasanya berkembang dari pangan setempat atau dari

pangan yang telah ditanam di tempat tersebut untuk jangka waktu yang panjang.

2 Pengetahuan gizi dan factor pribadi

Jika berbagai pangan yang berbeda tersedia dalam jumlah yang cukup

biasanya orang memilih pangan yang telah dikenal dan disukai. Ini mempengaruhi

jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi seseorang atau masyarakat diantaranya

adalah :

^
å‘ Banyaknya informasi yang dimiliki seseorang tentang kebutuhan

tubuh akan zat gizi selama beberapa masa dalam perjalanan

hidupnya.

å‘ Kemampuan seseorang untuk menerapkan pengetahuan gizi ke dalam

pemilihan pangan dan pengembangan cara pemanfaatan pangan yang

sesuai.

å‘ Hubungan keadaan kesehatan seseorang dengan kebutuhan akan

pangan untuk pemeliharaan kesehatan dan pengobatan penyakit.

b. Segi ekonomi

Seseorang yang berasal dari keluarga yang tingkat ekonominya rendah akan

menghadapi resiko yang besar terhadap kekurangan gizi, dibandingkan dengan seseorang

dari keluarga yang tingkat ekonominya baik.

Kemiskinan dan ketidaktahuan akan memberikan akibat langsung terhadap

sikap dan kebiasaan makan seseorang dalam memilih bahan makanan sehingga pola

konsumsi mereka cenderung banyak untuk rasa lapar dan memberikan tenaga saja.

c. Segi psikologis

Setiap manusia membutuhkan makanan untuk mempertahankan hidupnya.

Sikap manusia terhadap makanan banyak dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman dan

respom-respon yang diperlihatkan orang lain terhadap makanan sejak masa kanak-kanak.

Pengalaman diperoleh ada yang dirasakan menyenangkan atau sebaliknya sehingga sikap

individu dapat mempunyai sikap suka atau tidak suka terhadap makanan.

è
"
"*    

  Pertumbuhan dan perkembangan manusia terdiri dari serangkaian proses

perubahan yang rumit dan panjang, dimulai dari pembuahan sel telur dan berlanjut

sampai berakhirnya kehidupan. Secara garis besar, perkembangan manusia terdiri

beberapa tahap yaitu meliputi kehidupan sebelum lahir, sewaktu bayi, masa kanak-kanak,

remaja, dewasa, dan masa usia lanjut.

Manusia tidak lepas dari hukum alam yang salah satunya yaitu proses

penuaan. Peristiwa penuaan merupakan peristiwa alami, yang pasti akan dialami oleh

orang-orang yang beruntung dikaruniai usia panjang. Harapan untuk mencapai umur

panjang disokong oleh kemajuan tingkat kesehatan, social ekonomi, kemajuan ilmu

kedokteran, kebersihan lingkungan, keadaan gizi yang baik dan kemajuan teknologi

pangan.

Batasan usia lanjut yang ditetapkan oleh WHO adalah 50 tahun ke atas. Untuk

Negara maju dengan ekonomi kesehatan dan gizi yang baik batasannya adalah 55 tahun

ke atas, sedangkan untuk Indonesia Made Astawan dan Mita Wahyuni menggunakan

batasan usia 55 tahun karena sesuai dengan umur pensiun bagi kebanyakan Pegawai

Negeri. MR. S S. Palenkahu dan DR. R.E.M Suling mengelompokkan usia lanjut jadi 3

bagian yaitu :

å‘ Kelompok Klimakterium (perubahan) pada usia 40 ± 50 tahun

å‘ Kelompok sense (gejala penyakit usia) 50 ± 60 tahun

å‘ Kelompok Senilitas (keadaan tua) 60 - 80 tahun

Ô
"
&    

  Asupan gizi yang tepat berperan dalam menciptakan kesehatan lanjut usia

yang optimal. Kecukupan gizi akan terpenuhi jika para lanjut usia memperlihatkan pola

makan dan bergizi seimbang.

! "


+            &,  

-    .

    -""## .   -


/0# .

%  

Pagi 1,5 gelas nasi/pengganti 1 gelas nasi/pengganti

1 butir telur 1 butir telur

100 gr sayuran 100 gr sayuran

1 gelas susu nonfat (skim) 1 gelas susu nonfat (skim)

10.00 WIB Snack/buah Snack/buah

Siang 1,5 gelas nasi 1 gelas nasi

50 gr daging/ikan/unggas 50 gr daging/ikan/unggas

25 gr tempe/pengganti 25 gr tempe/pengganti

150 gr sayuran 150 gr sayuran

1 potong buah 1 potong buah

17.00 WIB Snack/buah Snack/buah

½
Malam 1,5 gelas nasi 1 gelas nasi

50 gr daging/ikan/unggas 50 gr daging/ikan/unggas

50 gr tahu/pengganti 50 gr tahu/pengganti

150 gr sayuran 150 gr sayuran

1 potong buah 1 potong buah

Sumber : Menu Sehat Untuk Usia Lanjut (Puspa Swara, 2001)

Dari tabel diatas dapat kita terjemahkan bahwa frekuensi pola konsumsi usia

lanjut adalah sebagai berikut :

! " "

1    

2 *3 1- .

Makanan Pokok/ karbohidrat 3

Protein Hewani 3

Protein Nabati 2

Sayuran 3

Buah 2

Modifikasi menu dapat dilakukan terhadap jenis olahan pangan tetapi tetap harus

memperhatikan keterbatasan-keterbatasan para lansia berkaitan dengan kemunduran

biologis.

c
"
'  4 *3   

 †at Gizi adalah zat atau unsure kimia di dalam makanan yang sangat

diperlukan oleh tubuh untuk melakukan kegiatan metabolisme secara normal. Apabila

kebutuhan gizi seseorang tidak dipenuhi dan jika hal ini dibiarkan berlangsung lama

maka orang tersebut akan menderita kekurangan gizi.

Konsumsi karbohidrat di sesuaikan dengan kebutuhan tubuh, apabila

konsumsi melebihi dari yang dibutuhkan maka energi akan disimpan dalam tubuh berupa

timbunan-timbunan lemak, sehingga tubuh menjadi kegemukan.

Untuk mencegah aterosklerosis maka dianjurkan untuk mengkonsumsi asam

lemak tidak jenuh. Selain itu konsumsi lemak tetap harus dibatasi mengingat aktivitas

tubuh yang sudah berkurang untuk usia lanjut dianjurkan untuk mengkonsumsi lemak

tidak lebih dari 30 % sehari (Made Astawan dan Mita Wahyuni, 1987 : 17)

2.1.4.3 Protein

Fungsi protein yang utama adalah membentuk jaringan baru dan

mempertahankan yang telah ada. Kebutuhan protein usia lanjut tidak jauh berbeda dari

kebutuhan orang dewasa yang lebih muda (Dirjen Binkesmas, 1990 : 15). Dianjurkan

untuk mengkonsumsi protein yang berkualitas tinggi yang umumnya berasal dari hewani,

karena protein hewani mengandung asam amino dalam jumlah cukup untuk membentuk

jaringan tubuh manusia (†ulkarnain Agus, 1984 : 11).

cc
2.1.4.4 Vitamin

Walaupun vitamin dibutuhkan dalam jumlah yang sangat sedikit, kekurangan

vitamin akan sangat buruk bagi kesehatan tubuh.

Macam vitamin yang dibutuhkan tubuh sangat beragam tetapi secara garis

besar berdasarkan kelarutannya dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu vitamin

larut air (vitamin B dan C) dan vitamin larut lemak (vitamin A, D, E, K) (Made Astawan

dan Mita Wahyuni, 1987 : 21). Vitamin sebagai anti oksidan (A, C, dan E) berperan

dalam memperlambat penuaan dan mengurangi radikal bebas yang dapat menyebabkan

kanker (Dirjen Binkesmas, 1990 : 17).

Kebutuhan gizi para usia lanjut sedikit lebih rendah dibandingkan kebutuhan

gizi usia dewasa. Kondisi ini merupakan konsekuensi terjadinya penurunan tingkat

aktifitas dan metabolisme basal tubuh para lansia. Angka kecukupan gizi yang dianjurkan

merupakan patokan bagi lansia yang sehat. Angka kecukupan untuk lansia pria dan

wanita sedikit berbeda karena adanya perbedaan dalam ukuran dan komposisi tubuh.

Kebutuhan unsur gizi tertentu pada lansia mengalami peningkatan, ini

disebabkan oleh terjadinya proses degradasi (perusakan) yang berlangsung sangat cepat.

Misalnya, sebagian besar lansia wanita membutuhkan asupan mineral kalsium sedikit

lebih tinggi. Tujuannya untuk memperlambat proses kerusakan tulang. Di Indonesia telah

direkomendasikan AKG untuk usia lanjut sehat.

c
! " &

 4 *3  -  5# .

+    ÊÊ5"   ÊÊ0'

Energi 2200 kal 1850 kal

Protein 55 gr 48 gr

Vitamin A 600 RE 500 RE

Vitamin B1 1,0 mg 1,0 mg

Vitamin B2 1,2 gr 1,0 gr

Vitamin B3 10 mg 8 mg

Vitamin B12 1,0 ȝg 1,0 ȝg

Asam Folat 170 ȝg 150 ȝg

Vitamin C 60 mg 60 mg

Kalsium 500 mg 500 mg

Fosfor 500 mg 450 mg

Besi 13 mg 14 mg

cD
2.1.4.5 Mineral

Jenis mineral yang erat kaitannya dengan penyakit hipertensi antara lain :

å‘ Natrium

Garam adalah zat tambahan nomor dua sesudah gula yang terbanyak

digunakan dan disalah gunakan. Apabila mengkonsumsi garam lebih banyak

dari yang dapat diolah oleh ginjal maka kelebihan garam akan tertimbun

bagaikan sampah (Dielhl, 1999 : 79).

Menurut para ahli WHO Expert Committee ON Prevention of

Cardiovaskular Disease sebaiknya mengkonsumsi garam tidak lebih dari 6

gram sehari yang setara dengan 2400 mg perhari (Elvina Karyadi, 2002 : 12-

13).

Pada golongan manula, kecukupan natrium yang dianjurkan adalah

1,2-1,3 gr atau dengan 2,8-7,8 gr garam dapur perhari. Pembatasan asupan

garam akan bermanfaat terhadap penurunan tekanan darah, terutama bagi

mereka yang sensitive terhadap natrium. nMagee, E (1996) mengungkapkan

bahwa orang yang berisiko terhadap kondisi ini adalah mereka yang

menderita ginjal kronis, memiliki orang tua yang hipersensitif terhadap

natrium, dan berumur lebih dari 50 tahun.

å‘ Kalium

Kalium berfungsi untuk menjaga keseimbangan garam natrium serta

membantu mengontrol tekanan darah yang normal. Kebutuhan kalium

minimal orang dewasa untuk mencapai kesehatan yang optimum sekitar 2000


miligram (2 gram) perhari, dengan kemampuan tubuh menyerap asupan

kalium sekitar 90 % (Wardlaw : 1992).

Diit tiinggi kalium yang berasal dari sayur dan buah mungkin dapat

melindungi individu dari hipertensi. Rasio kalium dan natrium dalam diet

mungkin berperan dalam mencegah dan mengendalikan hipertensi. Bila

buah-buahan dan sayur-sayuran segar ditingkatkan kensumsinya dan

mengurangi mengkonsumsi makanan yang diproses maka rasio antara kalium

dengan natrium menyebabkan penurunan tekanan darah. (Alison Hull, 1993 :

26).

å‘ Kalsium

Asupan kalsium yang memadai dapat mencegah naiknya tekanan

darah sebagai efek dari keberadaan natrium. Menurut WKNPG (1998),

kebutuhan kalsium untuk lanjut usia yang sehat sekitar 500 miligram perhari.

Bertambahnya usia menyebabkan kemampuan tubuh menyerap kalsium

semakin menurun.

"
' 5) 

 Pada manusia usia lanjut, adanya serat sangat diperlukan. Serat

memungkinkan proses buang air besar menjadi teratur dan dapat mencegah berbagai

penyakit seperti penyakit jantung koroner, kencing manis, divertikular, dan kegemukan

(Made Astawan dan Mita Wahyuni, 1987 : 12).


"
0        

 Pertambahan usia akan menimbulkan beberapa perubahan, baik secara fisik

maupun mental. Perubahan ini akan mempengaruhi kondisi seseorang dari aspek

psikologis, fisiologis, dan sosio ekonomi. Perubahan-perubahan tersebut akan

mengakibatkan terjadinya kemunduran biologis. Kemunduran ini tentunya akan

berpengaruh terhadap penurunan fungsi beberapa organ tubuh.

Proses menjadi tua yang terjadi pada seseorang merupakan suatu prose

salami secara fisiologis dan biologis yang sangat wajar terdapat pada seluruh organ dan

sel dalam tubuh kita.

Keadaan fisiologi yang semakin melemah serta daya tahan tubuh para lansia

cenderung menurun terhadap gangguan dari luar, akan mempermudah serangan penyakit

bila tidak disertai tindakan-tindakan pencegahan dalam kesehatan. Hampir seluruh sistem

dalam tubuhnya dapat mengalami gangguan antara lain :

å‘ Gangguan pernafasan

Penyakit sistem pernafasan ini ditimbul dipengaruhi oleh factor daya

tahan tubuh dan gaya elastisitas jaringan paru-paru daripada pengaruh

factor tinggi.

å‘ Gangguan pencernaan

Fungsi kelenjar pencernaan yang semakin kurang efektif pada usia

lanjut mengakibatkan para lanjut usia lebih sering hanya mengkonsumsi

bahan makanan dan tidak mempedulikan mutu makanan. Dengan keadaan

c^
itu menimbulkan status gizi yang paling buruk yaitu gizi lebih dan gizi

kurang (Made Astawan dan Mita Wahyuni, 1987 : 76).

å‘ Gangguan sirkulasi darah

Usia lanjut pada seseorang membawa dampak perubahan pada alat-alat

penting dalam tubuh, termasuk perubahan pada pembuluh darah

dimana terjadi penumpukan lemak pada bagian dalamnya yang dapat

menimbulkan tekanan darah tinggi (Takasihaeng, 2000 : xiii).

"
5  6      

Penyakit-penyakit yang diderita oleh lansia adalah sebagai berikut :

1.‘ Penyakit pada sistem pernafasan

2.‘ Penyakit kardiovaskular dan pembuluh darah

3.‘ Penyakit pencernaan makanan

4.‘ Penyakit sistem urogenital

5.‘ Penyakit gangguan metabolisme

6.‘ Penyakit persendian dan tulang

7.‘ Penyakit yang disebabkan oleh keganasan

Sifat penyakit pada lansia dimulai secara perlahan-lahan, seringkali tanpa

tanda-tanda ataupun keluhannya ringan dan baru diketahui sesudah keadaannya parah dan

dapat pula lansia mengalami beberapa penyakit secara bersamaan. Sifat penyakit para

lansia biasanya progresif sampai penderitanya mengalami kematian. Di negara-negara

maju penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan penyebab kematian yang utama.

Di Indonesia prevalensi penyakit hipertensi cukup tinggi, pada lansia yaitu sekitar 50 %

di usia 65 tahun (Elvina Karyadi, 2002 : 9).


"
7 

"
7
!    

 Tekanan darah adalah desakan terhadap dinding arteri ketika darah tersebut

dipompa dari jantung ke jaringan. Tekanan darah berubah-ubah dan dipengaruhi oleh

berbagai keadaan. Tekanan darah akan meningkat dalam keadaan gembira, cemas atau

sewaktu melakukan aktivitas fisik. Setelah situasi ini berlalu tekanan darah akan kembali

menjadi normal. Apabila tekanan darah tetap tinggi maka disebut sebagai hipertensi atau

tekanan darah tinggi (Alison Hull, 1993 : 18-19).

Tekanan darah arteri dapat mencapai puncaknya saat otot jantung berkontraksi

dan puncak tekanan ini disebut dengan tekanan sistolik Diantara dua denyutan jantung

berelaksasi dan tekanan darah arteri agak berkurang. Tekanan selama fase relaksasi

disebut tekanan diastolik (Peter Semple, 1991 : 5).

Pada usia lanjut tekanan sistolik sama dengan 140 mmHg dan tekanan

diastolic lebih rendah yaitu 90 mmHg (Moerdowo, 1984 : 5).

"
7 "(  

 Hipertensi adalah tekanan darah yang melebihi batas normal, biasanya diberi

batasan sebagai tekanan darh arteri di atas 140/90 mmHg, walaupun sejumlah ahli

menetapkan tingkat sistolik 160 mmHg, fungsinya juga tergantung pada usia (David

Ovedoff, 2002 : 1049).

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah selalu melebihi batas-

batas normal yaitu lebih atau sama dengan 140/90 mmHg (Elvina Karyadi, 2002 :15).


! " '

 ( !    8 9   


/!    

  )   

Optimal <120 dan <80

Normal <130 dan <85

Normal tinggi 130 ± 139 dan 85 - 89

Hipertensi :

å‘ Derajat I 140 ± 159 dan 90 ± 99

å‘ Derajat II 160 ± 179 dan 100 ± 109

å‘ Derajat III • 180 dan • 110

Sumber : National High Blood Pressure Education Program, 1997

"
7 &*    

 Adapun gejala umum yang dirasakan adalah sebagai berikut :

å‘ Sakit kepala yang timbul pada pagi hari atau pada waktu bangun tidur

å‘ Kemerahan pada wajah

å‘ Cepat letih, lesu

å‘ Impotensi

å‘ Pada hipertensi esensial gejala seringkali tidak spesifik atau berkaitan dengan

komplikasi, banyak penderita yang sama sekali tidak menunjukkan gejala

å‘ Kelemahan otot

å‘ Gangguan penglihatan


å‘ dll

Pada hipertensi hebat gejala seperti sakit kepala disertai mual, muntah, sesak

nafas, gelisah, dan pandangan kabur terjadi karena adanya kerusakan pada ginjal,

jantung, otak dan hati (Elvina Karyadi, 2002 : 14).

2.1.7.4 Penyebab hipertensi

Berdasarkan penyebab hipertensi dapat dikelompokkan dalam 2 kategori dasar

yaitu :

1.‘ Hipertensi primer (esensial)

Hipertensi primer merupakan penyakit yang belum diketahui

penyebabnya dan sekitar 90 % kasus hipertensi termasuk dalam jenis ini.

Faktor yang diduga sebagai penyebab hipertensi primer ini adalah keturunan,

umur, stress psikologis, jenis kelamin.

2.‘ Hipertensi sekunder (non esensial)

Hipertensi sekunder adalah hipertensi akibat kelainan dasar kedua

selain hipertensi esensial. Hipertensi ini merupakan hipertensi yang diketahui

penyebabnya. Misalnya penyakit ginjal, penyakit endokrin dan penyakit

pembuluh darah. Hanya 10 % yang mengalami hipertensi ini dan sangat

diperlukan alat khusus untuk mendiagnosanya.


"
/           

  Kesehatan pada mereka yang berusia lanjut dipengaruhi oleh beberapa faktor,

antara lain usia orang tersebut. Pada usia lanjut, biasanya tubuh seseorang mengalami

perubahan-perubahan. Pembentukan protein tubuh serta penyerapan mineral penting

tubuh menurun. Hal ini mengakibatkan pembentukan hormon dan enzim mengalami

perubahan, sehingga penyerapan zat makanan berkurang serta terjadi hormon penting

seperti insulin yang mengatur metabolisme karbohidrat. Adapun makanan-makanan yang

berperan terhadap timbulnya hipertensi adalah :

1)‘ Konsumsi lemak yang berlebihan

Hipertensi meningkat sejalan dengan kenaikan pemasukan lemak. Pada

saat yang sama pemasukan lemak yang tinggi disertai dengan kadar kolesterol

yang tinggi dalam darah dapat menyebabkan pengendapan lemak dalam

pembuluh darah yang pada akhirnya menimbulkan hipertensi.

Penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa seseorang yang

mempunyai total asupan lemak jenuh yang tinggi mempunyai tekanan darah

yang tinggi, sebaliknya seseorang dengan asupan lemak jenuh rendah

mempunyai tekanan darah rendah (Marvyn, 1995 : 41).

Makanan yang mengandung lemak jenuh adalah daging dan susu.

Kedua produk ini dapat meningkatkan kolesterol darah dan lambat laun akan

mengakibatkan penyimpatan pembuluh darah.

c
2)‘ Konsumsi natrium yang berlebihan

Di dalam garam terdapat unsur natrium, konsumsi natrium yang

berlebihan dapat memicu timbulnya penyakit tekanan darah tinggi. Begitu pula

sebaliknya, jika asupan natrium berkurang maka tekanan darah ikut berkurang.

Menurut Alison Hull ada kaitan antara asupan natrim yang berlebihan dengan

tekanan darah tinggi pada beberapa individu.

3)‘ Konsumsi alcohol yang berlebihan

Alkohol yang dikonsumsi secara berlebihan dapat meningkatkan

tekanan darah. Resiko kenaikan tekanan darah akan naik sebesar 90 % pada

peminum alcohol yang melebihi tiga kali sehari.

"
:         

 Pengaturan diet bagi pasien hipertensi perlu diperhatikan. Adapun cara

penanggulangan hipertensi dalam garis besarnya adalah sebagai berikut :

a.‘ Membatasi asupan kalori, karena lanjut usia mengalami penurunan seiring

bertambahnya usia. Penurunan ini berhubungan dengan rendahnya aktivitas

fisik dan metabolisme basal tubuh.

b.‘ Membatasi asupan makanan yang banyak mengandung lemak dan kolesterol

untuk mencegah terjadinya komplikasi berlanjut seperti aterosklerosis dan

penyakit jantung koroner.

c.‘ Membatasi asupan garam (natrium klorida) karena konsumsi garam yang

berlebihan dapat memicu timbulnya penyakit tekanan darah tinggi.


d.‘ Mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung kalium yang tinggi

untuk memelihara keseimbangan garam dan cairan serta membantu

mengontrol tekanan darah yang normal.

e.‘ Mengkonsumsi sumber makanan sumber kalsium untuk mempertahankan

tekanan darah yang normal.

f.‘ Mengkonsumsi serat dapat mempertahankan tekanan darah, disamping itu

asupan serat yang dapat menetralisir kenaikan kadar lemak darah.

" "  

          
Pola konsumsi :
 ;
å‘ Frekuensi makanan pokok
å‘ 1   
å‘ Frekuensi protein hewani
å‘ 1 
å‘ 9 
Frekuensi protein nabati
Hipertensi
å‘ 1   
å‘ Frekuensi sayuran
1  
å‘ Frekuensi buah
å‘
å‘ 1
å‘ Asupan lemak 
å‘   
å‘ Asupan natrium
  
å‘ Asupan kalium
å‘
å‘   

D
" & 

 <    

1. Pola konsumsi Ada hubungan frekuensi makanan pokok lansia dengan

makanan pokok hipertensi

2. Pola konsumsi Ada hubungan frekuensi protein hewani lansia dengan

protein hewani hipertensi

3. Pola konsumsi Ada hubungan frekuensi protein nabati dengan hipertensi

protein nabati

4. Pola konsumsi Ada hubungan pola konsumsi sayuran dengan hipertensi

sayuran

5. Pola konsumsi Ada hubungan pola konsumsi buah-buahan dengan

buah-buahan hipertensi

6. Asupan lemak Ada hubungan asupan lemak dengan hipertensi

7. Asupan natrium Ada hubungan asupan natrium dengan hipertensi

8. Asupan Kalium Ada hubungan asupan kalium dengan hipertensi


" '(8  

  <   (     )  


 
1. Pola konsumsi Frekuensi Baik • 3x FFQ semi Ordinal
makanan pokok konsumsi sehari Quantitatif
makanan Kurang <
pokok yang 3x sehari
dikonsumsi
berdasarkan
criteria
tertentu
2. Pola konsumsi Frekuensi Baik • 3x FFQ semi Ordinal
protein hewani konsumsi sehari Quantitatif
protein Kurang <
hewani 3x sehari
yang
dikonsumsi
berdasarkan
criteria
tertentu
3. Pola konsumsi Frekuensi Baik • 2x FFQ semi Ordinal
protein nabati konsumsi sehari Quantitatif
protein Kurang <
nabati yang 2x sehari
dikonsumsi
berdasarkan
criteria
tertentu
4. Pola konsumsi Frekuensi Baik • 3x FFQ semi Ordinal
sayuran konsumsi sehari Quantitatif
sayuran Kurang <
yang 3x sehari
dikonsumsi
berdasarkan
criteria
tertentu


5. Pola konsumsi Frekuensi Baik • 2x FFQ semi Ordinal
buah-buahan konsumsi sehari Quantitatif
buah- Kurang <
buahan 2x sehari
yang
dikonsumsi
berdasarkan
criteria
tertentu
6. Pola konsumsi Frekuensi Tidak FFQ semi Ordinal
lemak konsumsi sesuai Quantitatif
lemak yang kebutuhan
dikonsumsi (lebih) •
berdasarkan 25%
criteria AKG
tertentu sesuai
kebutuhan
(normal)
< 25%
energy
AKG
7. Pola konsumsi Asupan Tidak FFQ semi Ordinal
natrium natrium sesuai Quantitatif
dalam satu kebutuhan
hari (lebih) •
1300 mg
Na sesuai
kebutuhan
(normal)
< 1300
mg Na
8. Pola konsumsi Asupan Sesuai FFQ semi Ordinal
kalium kalium kebutuhan Quantitatif
dalam satu (tinggi) •
hari 2000 mg
Tidak
sesuai
kebutuhan
(rendah)
< 2000mg

^
9. Tekanan darah Desakan Hipertensi Sekunder Rasio
terhadap • 140/90
dinding mmHg
arteri ketika non
darah hipertensi
dipompa < 140/90
dari jantung mmHg
ke jaringan



Ê Ê

%!88 8* ! 

&
+  

  Jenis penelitian adalah analitik yaitu melihat hubungan pola konsumsi lansia

dengan penyakit hipertensi di Poyandu Lansia pada wilayah kerja Puskesmas Nanggalo

Padang tahun 2010 dengan desain penelitian case control.

& "!      

Penelitian dilakukan di posyandu lansia pada wilayah kerja Puskesmas

Nanggalo Padang pada bulan Juli sampai Agustus 2010.

& &  ) 

& &
 

Populasi penelitian ini adalah para lansia yang berkunjung ke posyandu lansia

wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Padang pada waktu penelitian dilakukan. Lansia di

Kecamatan Nanggalo berjumlah 692 orang, dan rata-rata yang hadir adalah 25 orang

perposyandu. Jadi populasi dari penelitian ini adalah semua lansia yang hadir di

posyandu lansia yang berjumlah 125 orang (dari 5 posyandu yang ada di Kecamatan

Nanggalo).

& & ") 

Sampel penelitian ada dua kelompok yaitu kelompok hipertensi (case) dan

kelompok tidak hipertensi (control). Pada waktu penelitian dilakukan jumlah lansia yang


hipertensi ada 30 orang lansia. Pengambilan sampel diambil secara total sampling. Dan

untuk kelompok tidak hipertensi diambil secara purposive sampling dengan jumlah yang

sama antara kelompok case dan control.

Adapun criteria dari sampel adalah :

å‘ Lancar berkomunikasi

å‘ Bersedia dijadikan sampel

å‘ Penderita hipertensi

å‘ Lansia non hipertensi (tidak hipertensi)

å‘ Usia 50 tahun ke atas

& '+ =    

  Jenis data :

å‘ Data Primer

Data primer yang diambil adalah berupa pola konsumsi lansia yang

hipertensi dan non hipertensi. Data pola konsumsi diperoleh melalui

wawancara langsung dengan menggunakan FFQ semi kuantitatif.

å‘ Data Sekunder

Meliputi data identitas responden, tekanan darah dan gambaran lokasi

penelitian. Data ini diperoleh dari Puskesmas Nanggalo dan Posyandu

Lansia Nanggalo Padang.


& 0=       

& 0
=    

  Pengolahan data dilakukan dengan cara sebagai berikut :

å‘ Editing yaitu perbaikan data yang salah. Penyuntingan data dilakukan dilapangan

yang dikerjakan oleh peneliti

å‘ Coding yaitu memberikan kode, tanda atau symbol untuk setiap data

å‘ Entry data yaitu memasukkan data ke computer dengan menggunakan program

SPSS 15

å‘ Cleaning data

Pembersihan data yang dilakukan, bertujuan untuk menghindari terjadinya

kesalahan dalam analisis data

& 0 "   

å‘ Univariat

Yaitu analisa untuk melihat frekuensi jenis kelamin dan pola

konsumsi.

å‘ Bivariat

Yaitu analisa yang dilakukan untuk melihat hubungan pola konsumsi

lanjut usia dengan hipertensi dengan menggunakan program SPSS 15 dan

diuji dengan uji Chi-Square dan Odd Ratio.

D

Anda mungkin juga menyukai