Anda di halaman 1dari 60

TUGAS BESAR BAGUNAN AIR

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tugas Besar Teknik Irigrasi dan Bangunan Air merupakan salah satu
tugas besar dari lima tugas besar yang diwajibkan di Jurusan Sipil Fakultas
Teknik Universitas Muhammadiyah Malang. Secara umum hal-hal yang
melatarbelakangi dari diadakannya tugas besar adalah sebagai syarat untuk
melakukan Praktek Kerja Nyata. Hal tersebut dapat menjadikan motivator
bagi kita semua untuk terus belajar secara mendalam.

Jika dalam penanganan tugas-tugas besar kurang efektif maka, para


Mahasiswa akan kewalahan ketika menghadapi lapangan karena kurangnya
pengalaman dalam mengerjakan sebuah system Irigasi. Dengan adanya
tugas besar ini diharapkan terbentuk insan-insan akademis yang mampu
bersaing dalam ilmu teknik sipil sehingga dalam menapaki era globalisasi
yang makin global kita tidak akan ketinggalan teknologi dari negara lain.

1.2 Maksud Dan Tujuan

Dengan diadakannya Tugas Besar Teknik Irigasi dan Bangunan Air yang
telah dilaksanakan ini dimaksudkan agar mahasiswa memiliki gambaran
tentang berbagai hal yang berhubungan dengan perencanaan system irigasi
yang meliputi berbagai macam perencanaan bangunan Irigasi.

Sedang tujuan diadakannya Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air adalah
untuk mempelajari cara perencanaan system irigasi sesuai dengan standart
Direktorat jenderal Pengairan

RIZKI RIZALDI KURNIAWAN (201710340312255) 1


TUGAS BESAR BAGUNAN AIR

1.3 Manfaat

Tugas Besar Teknik Irigasi dan Bangunan Air bermanfaat sebagai modal
untuk menghadapi lapangan dan sebagai penunjang dalam perkuliahan.
Sehingga dengan adanya Tugas Besar ini diharapkan nantinya bila
menghadapi lapangan sudah terbiasa.

RIZKI RIZALDI KURNIAWAN (201710340312255) 2


TUGAS BESAR BAGUNAN AIR

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Analisa Hidrologi Secara Umum

Analisa hidrologi merupakan suatu analisa awal dalam menangani


penaggulangan banjir dan perencanaan sistem bendung untuk mengetahui
besarnya debit yang akan dialirkan sehingga dapat ditentukan dimensi
penampang melintang bendung. Besarnya debit yang dipakai sebagai dasar
perencanaan dalam penanggulangan banjir adalah debit rancangan yang didapat
dari penjumlahan debit hujan rencana pada periode ulang tertentu.

2.1.1. Ketersediaan Data

2.1.1.1. Data Klimatologi

Klimatologi adalah studi mengenai iklim, secara ilmiah didefinisikan


sebagai kondisi cuaca yang dirata-ratakan selama periode waktu yang panjang.
Klimatologi juga mencakup aspek oseanografi dan biogeokimia. Pengetahuan
dasar dari iklim bisa digunakan dalam peramalan cuaca menggunakan metode
analogi dalam kasus ENSO, Osilasi Madden-Julian, Osilasi Atlantik Utara, dan
sebagainya. Model iklim juga digunakan untuk mempelajari dinamika cuaca dan
sistem iklim untuk memproyeksikan iklim pada masa depan.

Klimatologi dilakukan dengan berbagai cara salah satunya yaitu


paleoklimatologi. Paleoklimatologi adalah memproyeksikan ulang iklim pada
masa lalu dengan memeriksa catatan seperti inti es dan cincin pertumbuhan
pohon (dendroklimatologi). Paleotempestologi menggunakan catatan yang sama
untuk menentukan frekuensi badai dalam jangka waktu ribuan tahun lamanya.
Studi kontemporer iklim melibatkan data meterologi yang diakumulasikan dalam
jangka waktu beberapa tahun, seperti data curah hujan, temperatur, dan
komposisi atmosfer.

RIZKI RIZALDI KURNIAWAN (201710340312255) 3


TUGAS BESAR BAGUNAN AIR

2.1.1.2. Data Hujan

Data hujan adalah jumlah air yang jatuh di permukaan tanah datar
selama periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi (mm) di atas
permukaan horizontal bila tidak terjadi evaporasi, run off dan infiltrasi. Terdapat
beberapa cara mengukur curah hujan. Curah hujan (mm) merupakan ketinggian
air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak
meresap, dan tidak mengalir. Curah hujan 1 (satu) millimeter, artinya dalam
luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air setinggi satu
millimeter atau tertampung air sebanyak satu liter. Curah hujan kumulatif (mm)
merupakan jumlah hujan yang terkumpul dalam rentang waktu kumulatif
tersebut. Dalam periode musim, rentang waktunya adalah rata-rata panjang
musim pada masing-masing Daerah Prakiraan Musim (DPM).

Sifat hujan merupakan perbandingan antara jumlah curah hujan selama


rentang waktu yang ditetapkan (satu periode musim kemarau) dengan jumlah
curah hujan normalnya (rata-rata selama 30 tahun periode 1971- 2000). Sifat
hujan dibagi menjadi 3 (tiga) katagori, yaitu :

a. Diatas Normal (AN) : jika nilai curah hujan lebih dari 115% terhadap rata-
ratanya.
b. Normal (N) : jika nilai curah hujan antara 85%--115% terhadap rata-ratanya.
c. Dibawah Normal (BN) : jika nilai curah hujan kurang dari 85% terhadap rata-
ratanya.

2.1.2. Analisa Frekuensi Debit Banjir

Frekuensi adalah besarnya kemungkinan suatu besaran debit hujan


yang disamai atau dilampaui, Perhitungan debit banjir rencana dimaksudkan
untuk mengingat adanya hubungan antara hujan dan aliran sungai dimana
besarnya aliran dalam sungai ditentukan dari besarnya hujan, intensitas hujan,
luas daerah, lama waktu hujan dan cirri-ciri daerah alirannya.

RIZKI RIZALDI KURNIAWAN (201710340312255) 4


TUGAS BESAR BAGUNAN AIR

Analisis frekuensi dilakukan untuk mencari distribusi yang sesuai dengan


data curah hujan yang digunakan. Dalam analisis ini jenis distribusi frekuensi
yang digunakan dalam perhitungan curah hujan rencana adalah Metode Log
Pearson III, Gumbel, Normal.

2.1.2.1. Metode Log Pearson III

Metode yang dianjurkan dalam pemakaian distribusi Log Pearson adalah


dengan mengkorvesikan rangkaian datanya menjadi bentuk logaritmis.

 Nilai rerata
 logx
logXr 
n
 Standar deviasi
logX  logXr 
Sd 
n 1
 Koefisien kepencengan (Cs)

n logX  logXr 
3
Cs 
n n  1n  2logX 
3

Besarnya curah hujan rancangan dengan periode ulang T tahun adalah sebagai
berikut:
Log XT = log Xr + K.Sd
K = faktor frekuensi untuk distribusi Log Pearson III yang besarnya
tergantung harga Cs dan Kala ulang T

2.1.2.2. Metode E.J Gumbel Type I


MetodeE.J. Gumbel Type I dengan persamaan sebagai berikut :

 X  Xr  K.Sx
1 n
 Xr   Xi
n 1
n n

 Xi 2
 Xr  Xii
Sx  1 1

 n 1

RIZKI RIZALDI KURNIAWAN (201710340312255) 5


TUGAS BESAR BAGUNAN AIR

YT - Yn
K
 Sn
dimana :
X = Variate yang diekstrapolasikan, yaitu besarnya curah hujan
ran¬cangan untuk periode ulang pada T tahun.
Xr = Harga rerata dari data
Sx = Standart deviasi
K = Faktor frekuensi yang merupakan fungsi dari periode ulang
(return period) dan tipe distribusi frekuensi.
YT = Reduced variate sebagai fungsi periode ulang T
= - Ln [ - Ln (T - 1)/T]
Yn = Reduced mean sebagai fungsi dari banyaknya data n
Sn = Reduced standart deviasi sebagai fungsi dari banyaknya data n
T = Kala ulang (tahun)

Dengan mensubstitusikan ketiga persamaan diatas diperoleh :

XT  X 
YT - Yn  .Sx
Sn
Jika :

 1   Sx 
  
 a   Sn 
 Sx 
b  X -  Yn
 Sn 
Persamaan diatas menjadi :

1
XT  b   ..YT
a
dimana :
XT = Debit banjir dengan kala ulang T tahun
YT = Reduced variate

RIZKI RIZALDI KURNIAWAN (201710340312255) 6


TUGAS BESAR BAGUNAN AIR

2.1.2.3. Metode Normal

Memiliki sifat khas yaitu nilai asimetrisnya (skewness) hampir sama


dengan nol (Cs = 0), dengan koefisien kurtosis Ck = 3. Perhitungan curah hujan
rancangan dengan metode Distribusi Normal dapat menggunakan persamaan
distribusi empiris sebagai berikut (Soewarno, 1995 : 116):
X = X + k.S
dengan:
X = Perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan besar peluang
tertentu atau pada periode ulang tertentu.
X = Nilai rata-rata hitung variat
S = Deviasi standar nilai variat
k = Variabel reduksi Gauss

2.2. Bangunan Bendung

Bendung adalah suatu bangunan air dengan kelengkapan yang dibangun


melintang pada sungai atau sudetan yang sengaja dibuat untuk meninggikan
taraf muka air atau untuk mendapatkan tinggi terjun, sehingga air dapat disadap
dan dialirkan secara gravitasi ke tempat yang membutuhkan dan untuk
mengendalikan aliran, angkutan sedimen, dan geometri sungai sehingga air
dapat dimanfaatkan secara aman, efektif, efisien, dan optimal.

2.2.1. Bendung Tetap (Fixed Weir, Uncontrolled Weir)

Bendung tetap atau bendung pelimpah adalah jenis bendung yang tinggi
pembendungannya tidak dapat diubah, sehingga muka air di hulu bendung tidak
dapat diatur sesuai yang dikehendaki.

Bendung tetap terbuat dari pasangan batu, dibangun melintang di sungai,


sehingga akan memberikan tinggi air minimum kepada bangunan intake untuk
keperluan irigasi, dan merupakan penghalang selama terjadi banjir dan dapat
menyebabkan genangan di udik bendung. Bendung tetap terdiri dari tubuh

RIZKI RIZALDI KURNIAWAN (201710340312255) 7


TUGAS BESAR BAGUNAN AIR

bendung dan mercu bendung. Tubuh bendung merupakan ambang tetap yang
berfungsi untuk meninggikan taraf muka air sungai. Mercu bendung berfungsi
untuk mengatur tinggi air minimum, melewatkan debit banjir, dan untuk
membatasi tinggi genangan yang akan terjadi di hulu bendung. Bendung tetap
biasanya dibangun pada hulu sungai dengan karakteristik tebing-tebing sungai
yang lebih curam dari pada bagian hilir

2.2.2. Bendung Gerak (Gated weir, Barrage)

Bendung gerak adalah jenis bendung yang tinggi pembendungannya


dapat diubah sesuai dengan yang dikehendaki. Pada bendung gerak, elevasi
muka air di hulu bendung dapat dikendalikan naik atau turun sesuai yang
dikehendaki dengan membuka atau menutup pintu air (gate). Bendung gerak
biasanya dibangun pada daerah hilir sungai atau muara. Pada daerah hilir sungai
atau muara sungai kebanyakan tebing-tebing sungai relative lebih landai atau
datar dari pada di daerah hulu. Pada saat kondisi banjir, maka elevasi muka air
sisi hulu bendung gerak yang dibangun di daerah hilir bisa diturunkan dengan
membuka pintu-pintu air (gate) sehingga air tidak meluber kemana-mana (tidak
membanjiri daerah yang luas) karena air akan mengalir lewat pintu yang telah
terbuka kea rah hilir (downstream).

2.2.3. Penentuan Lokasi Bendung

Penentuan lokasi bendung diambil dari berbagai pertimbangan-


pertimbangan yang optimum dengan memperhatikan hal-hal berikut :
1. Bagian sungai yang lurus dengan bentang terpendek (jarak antara tebing kiri-
tebing kanan).
2. Terdapat alur yang stabil di dekat lokasi bangunan pengambilan (intake
structure).
3. Air sungai yang akan disadap mencukupi meskipun pada saat musim
kemarau.
4. Sedikit sedimen yang masuk pada saat penyadapan.

RIZKI RIZALDI KURNIAWAN (201710340312255) 8


TUGAS BESAR BAGUNAN AIR

5. Dampak pembangunan bendung adalah kecil baik ke arah hulu dan hilir.
6. Stabilitas bendung bisa tercapai seiring dengan biaya yang ekonomis.

2.2.4. Data Perencanaan

1. Peta topografi, untuk menentukan tata letak bendung.


2. Data geologi teknik lokasi tapak bendung, untuk menentukan karakteristik
pondasi bendung.
3. Data hidrologi, untuk menentukan besaran debit banjir rencana.
4. Data morfologi sungai, untuk menentukan besaran angkutan sedimen.
5. Data karakteristik sungai, untuk menentukan hubungan antara besaran debit
sungai dengan elevasi muka air banjir.
6. Keadaan batas pada jaringan irigasi, untuk menentukan dimensi bendung dan
bangunan intake.

2.3. Bangunan Utama Bendung

2.3.1. Mercu Bendung

Mercu bendung yaitu bagian atas tubuh bendung dimana aliran dari hulu
dapat melimpah ke hilir. Fungsinya sebagai penentu tinggi muka air minimum di
sungai bagian hulu bendung, Sebagai pengempang sungai dan sebagai pelimpah
aliran sungai, letak mercu bendung bersama-sama tubuh bendung diusahakan
tegak lurus arah aliran yang menuju bendung terbagi rata.

Tinggi mercu bendung (p) yaitu beda ketinggian antara elevasi lantai hulu dan
elevasi mercu. Untuk penentuan tinggi mercu bendung, utamanya didasarkan pada
kebutuhan energi (head). Yang harus diperhatikan dalam menentukan tinggi mercu
bending antara lain :
1. Kebutuhan penyadapan untuk memperoleh debit dan tinggi tekan.
2. Kebutuhan tinggi energi untuk pembilasan.
3. Tinggi muka air genangan yang akan terjadi.
4. Kebutuhan pengendalian angkutan sedimen yang terjadi di bendung.

RIZKI RIZALDI KURNIAWAN (201710340312255) 9


TUGAS BESAR BAGUNAN AIR

Gambar 2.1. Macam bentuk mercu bendung


(Sumber: KP 02 halaman 50)

2.3.1.1. Mercu Bulat

Untuk bendung dengan mercu bulat memiliki harga koefisien debit yang
jauh lebih tinggi (44%) dibandingkan koefisien bendung ambang lebar. Tipe ini
banyak memberikan keuntungan karena akan mengurangi tinggi muka air hulu
selama banjir. Harga koefisien debit menjadi lebih tinggi karena lengkung stream
line dan tekanan negatif pada mercu. Untuk bendung dengan 2 jari-jari hilir akan
digunakan untuk menemukan harga koefisien debit.

Gambar 2.2. Bendung dengan mercu bulat


(sumber: KP 02 halaman 52)

Dari Gambar 2.2 tampak bahwa jari-jari mercu bendung pasangan batu
akan berkisar antara 0,3 sampai 0,7 kali H1maks dan untuk mercu bendung beton
dari 0,1 sampai 0,7 kali Hmaks. Persamaan tinggi energi-debit untuk bendung
ambang pendek dengan pengontrol segi empat adalah:

RIZKI RIZALDI KURNIAWAN (201710340312255) 10


TUGAS BESAR BAGUNAN AIR

2 2
Q = 𝐶𝑑 𝑥 3 √3 𝑥 𝑔 𝑥 𝐵𝑒 𝑥 𝐻11.5

Dimana :
Q = Debit Rencana, m3/dt
Be = Lebar efektif mercu bendung, m
Cd = Koefisien Debit
g = Gravitasi (9,81 m/s2)

H1 = Tinggi energi, m
Koefisien debit Cd adalah hasil dari :
 C0 yang merupakan fungsi H1/r. C0 mempunyai harga maksimum 1,49 jika
H1/r lebih dari 5,0 seperti diperlihatkan pada grafik 2.1.
 C1 yang merupakan fungsi p/H1 (grafik 2.2)
 C2 yang merupakan fungsi p/H1 dan kemiringan muka hulu bendung (grafik
2.3)

Grafik 2.1. Harga koefesien C0 sebagai fungsi perbandingan H1/r

RIZKI RIZALDI KURNIAWAN (201710340312255) 11


TUGAS BESAR BAGUNAN AIR

Grafik 2.2. Harga koefesien C1 sebagai fungsi perbandingan P/H1

Grafik 2.3. Harga koefesien C2 sebagai fungsi perbandingan P/H1

2.3.1.2. Mercu Ogee

Bentuk mercu type ogee ini adalah tirai luapan bawah dari bendung
ambang tajam aerasi. Sehingga mercu ini tidak akan memberikan tekanan sub
atmosfer pada permukaan mercu sewaktu bendung mengalirkan air pada debit
rencananya. Untuk bagian hulu mercu bervariasi sesuai dengan kemiringan
permukaan hilir. Salah satu alasan dalam perencanaan digunakan tipe ogee
adalah karena tanah disepanjang kolam olak, tanah berada dalam keadaan baik,
maka tipe mercu yang cocok adalah tipe mercu ogee karena memerlukan lantai

RIZKI RIZALDI KURNIAWAN (201710340312255) 12


TUGAS BESAR BAGUNAN AIR

muka untuk menahan penggerusan, digunakan tumpukan batu sepanjang kolam


olak sehingga lebih hemat.
Untuk merencanakan permukaan mercu Ogee bagian hilir, U.S. Army Corps
of Engineers telah mengembangkan persamaan berikut:

𝑌 1 𝑋
= x [ ]n
ℎ𝑑 𝐾 ℎ𝑑

Tabel 2.1. Harga-harga K dan n

Sumber: KP 02 halaman 56

Gambar 2.3. Bentuk-bentuk bendung mercu Ogee


(sumber: KP 02 halaman 57)

Persamaan antara tinggi energy dan debit untuk bending mercu Ogee adalah :

2 2
Q = 𝐶𝑑 𝑥 3 √3 𝑥 𝑔 𝑥 𝐵𝑒 𝑥 𝐻11.5

RIZKI RIZALDI KURNIAWAN (201710340312255) 13


TUGAS BESAR BAGUNAN AIR

Dimana :
Q = Debit Rencana, m3/dt
Be = Lebar efektif mercu bendung, m
Cd = Koefisien Debit
g = Gravitasi (9,81 m/s2)
H1 = Tinggi energi, m

2.3.2. Lebar Bendung

Lebar mercu bendung yaitu jarak antara dua tembok pangkal bendung
(abutment), termasuk lebar bangunan pembilas dan pilar-pilarnya. Dalam
penentuan lebar mercu bendung, yang harus diperhatikan :
1. Kemampuan melewatkan debit desain dengan tinggi jagaan yang cukup.
2. Batasan tinggi muka air genangan maksimum yang diijinkan pada debit
desain.
Oleh karena itu, lebar mercu bendung dapat diperkirakan sebagai berikut :
1. Sama lebar dengan rata-rata sungai stabil atau pada debit penuh alur (bank
full dishcharge).
2. Umumnya diambil sebesar 1,2 kali lebar sungai rata-rata pada ruas sungai
yang stabil.

2.3.3. Lebar Efektif Bendung

Karena adanya pintu bilas dan pilar, maka lebar bendung yang dapat
mengalirkan banjir secara efektif jadi berkurang, yang disebut lebar efektif (Beff).
Pengurangan lebar tersebut disebabkan oleh tiga komponen, yaitu :
1. Tebal pilar.
2. Bagian pintu bilas yang bentuk mercunya berbeda dari mercu bending.
3. Kontraksi pada dinding pengarah dan pilar.

RIZKI RIZALDI KURNIAWAN (201710340312255) 14


TUGAS BESAR BAGUNAN AIR

Dalam perhitungan lebar efektif, lebar pembilas yang sebenarnya, diambil


80% dari lebar rencana untuk mengompensasi perbedaan koefisien debit dibanding
mercu bendung yang berbentuk bulat.
Untuk model bendung pada Gambar 2.1. Lebar efektif mercu (Be)
dihubungkan dengan lebar mercu yang sebenarnya (B), yakni jarak antar pangkal-
pangkal bendung dan/atau tiang pilar, dengan persamaan sebagai berikut:

Be = B – 2 x (n x Kp+Ka) x H1
Dimana :
Be = lebar effektif bendung
B = Lebar Optimal Bendung
Kp = koefisien kontraksi pada pilar
Ka = koefisien kontraksi pada dinding
n = jumlah pilar
H1 = tinggi energi (m)

Harga-harga koefisien Ka dan Kp disajikan pada table 2.1.

Gambar 2.4. Lebar efektif mercu


(Sumber: KP 02 halaman 49)

RIZKI RIZALDI KURNIAWAN (201710340312255) 15


TUGAS BESAR BAGUNAN AIR

Tabel 2.2. Nilai Ka dan Kp


Bentuk Pilar / Pangkal Tembok Kp Ka
 Pilar berujung segi empat dan sudut-
sudut yang dibulatkan dengan jari-jari
0,02
yang hampir sama dengan 0,1 kali tebal
pilar.
 Pilar berujung bulat 0,01
 Pilar berujung runcing 0

 Pangkal tembok segi empat dengan


0,20
tembok hulu pada 90O ke arah aliran
 Pangkal tembok bulat dengan
tembok hulu pada 90O ke arah aliran di 0,10
mana 0,5 H1> r > 0,15 H1
 Pangkal tembok bulat di mana r >
0,5 H1 dan tembok hulu tidak lebih dari 0
O
45 ke arah aliran

2.3.4. Tinggi Jagaan Bendung

Tinggi Jagaan berfungsi untuk mencegah gelombang atau kenaikan muka air
yang melimpah ke tepi sungai/bendung. Pada umumnya semakin besar debit
yang diangkut, semakin besar pula tinggi jagaan yang harus disediakan.
Fb = C x V x 1/3 Hd
Atau, Fb = 0,6 + 0,037 x V x 1/3 Hd
Dimana :
Fb = Tinggi jagaan bendung, m
C = Koefesien debit (0,10)
V = Kecepatan air, m/dt
Hd = Tinggi air diatas bendung, m

2.4. Pintu Pembilas

Pintu pembilas adalah salah satu perlengkapan pokok bendung yang


terletak di dekat dan menjadi satu kesatuan dengan intake. Berfungsi untuk
menghindarkan angkutan muatan sedimen dasar dan mengurangi angkutan
muatan sedimen layang masuk ke intake.

RIZKI RIZALDI KURNIAWAN (201710340312255) 16


TUGAS BESAR BAGUNAN AIR

1. Pembilas undersluice lurus


a. Mulut undersluice diletakkan di hulu mulut intake dengan arah tegak
lurus aliran menuju intake atau menyudut 45º terhadap tembok pangkal.
Lebar mulut harus lebih besar daripada 1,2 kali lebar intake.
b. Lebar pembilas total diambil 1/6-1/10 dari lebar bentang bendung,
untuk sungai-sungai yang lebarnya kurang dari 100 meter. Lebar satu
lubang maksimum 2,5 m untuk kemudahan operasi pintu, dan jumlah
lubang tidak lebih dari tiga buah.
c. Lebar pembilas sebaiknya diambil 60% dari lebar total pengambilan
termasuk pilar-pilarnya
d. Tinggi lubang undersluice diambil 1,5 m, usahakan lebih tinggi dari 1
meter tetapi tidak lebih tinggi dari 2 meter.
e. Elevasi lantai lubang direncanakan :
 Sama tinggi dengan lantai hulu bendung.
 Lebih rendah dari lantai hulu bendung.
 Lebih tinggi dari lantai hulu bendung.
2. Pintu pembilas bawah
Fungsi pintu bawah adalah untuk pembilasan sedimen yang terdapat di
bawah, di hulu dan disekitar mulut underesluice. Jenis pintu yang dipakai
umumnya yaitu pintu sorong. Untuk satu lubang pintu sorong lebar
maksimum 2,5 m sedangkan untuk pintu yang dioperasikan dengan mesin
dibuat antara 2,5-5 m.
3. Pilar pembilas
Pilar pembilas berfungsi untuk penempatan pintu-pintu, undersluice
dan perlengkapan lainnya. Lebar pilar sisi bagian luar dapat diambil sampai
dengan 2 m dan sisi bagian dalam antara 1 – 1,5 m.
4. Sponeng dan stang pintu
Sponeng berfungsi untuk menahan tekanan air pada pintu. Ukuran
sponeng bervariasi yaitu 0,25 x 0,25 m atau 0,25 x 0,3 m. Sedangkan stang
pintu berfungsi untuk mengangkat dan menurunkan pintu.

RIZKI RIZALDI KURNIAWAN (201710340312255) 17


TUGAS BESAR BAGUNAN AIR

5. Tembok baya-baya
Berfungsi untuk mencegah angkutan sedimen dasar meloncat dari hulu
bendung ke atas plat undersluice. Tinggi mercu tembok baya-baya diambil
antara 0,5 m dan 1 m di atas mercu bendung.
6. Pembilas Shunt Undersluice
Shunt undersluice adalah bangunan undersluice yang penempatannya
di luar bentang sungai dan atau di luar pangkal bendung, di bagian samping
melengkung ke dalam dan terlindung di belakang tembok pangkal.

2.5. Bangunan Pengambilan/Intake

Bangunan intake adalah suatu bangunan pada bendung yang berfungsi


sebagai penyadap aliran air sungai, mengatur pemasukan air dan sedimen, serta
menghindarkan sedimen dasar sungai dan sampah masuk ke intake. Pintu
pengambilan diletakkan 10 s/d 15 meter di hulu pintu penguras bending.
Pengambilan di sisi kanan sungai, lay out pengambilan direncanakan membentuk
sudut 45o kea rah hulu. Intake terdiri dari bermacam jenis, yaitu :

1. Intake biasa, yang umum direncanakan yaitu intake dengan pintu berlubang
satu atau lebih dan dilengkapi dengan pintu dinding banjir.
2. Intake gorong-gorong, tanpa pintu di bagian udik. Pintu diletakkan di bagian
hilir gorong-gorong.
3. Intake frontal, intake diletakkan di tembok pangkal, jauh dari bangunan
pembilas atau bending.

2.5.1. Lantai/Dasar Intake

Lantai intake dirancang datar, tanpa kemiringan. Di hilir pintu lantai dapat
berbentuk kemiringan dan dengan bentuk terjunan sekitar 0,5 m. Lantai intake
bila di awal kantong sedimen bisa berbentuk datar dan dengan kemiringan
tertentu. Ketinggian lantai intake, bila intake ditempatkan pada bangunan
pembilas dengan undersluice :

RIZKI RIZALDI KURNIAWAN (201710340312255) 18


TUGAS BESAR BAGUNAN AIR

a. Sama tinggi dengan plat lantai undersluice.


b. Sampai dengan 0,5 m di atas plat undersluice.
c. Tergantung pada keadaan tertentu.
d. 0,5 m jika sungai mengangkut lanau.
e. 1 m jika sungai mengangkut pasir dan kerikil.
f. 1,5 m jika sungai mengangkut kerikil dan bongkah.

2.5.2. Pintu Sorong

Pintu sorong dipakai dengan tinggi maksimum sampai 3 m dan lebar tidak
lebih dari 3 m. Pintu tipe ini hanya digunakan untuk bukaan kecil, karena untuk
bukaan yang lebih besar alat-alat angkatnya akan terlalu berat untuk
menangggulangi gaya gesekan pada sponeng. Untuk bukaan yang lebih besar
dapat dipakai pintu rol, yang mempunyai keuntungan tambahan karena di bagian
atas terdapat lebih sedikit gesekan, dan pintu dapat diangkat dengan kabel baja
atau rantai baja. Ada dua tipe pintu rol yang dapat dipertimbangkan, yaitu pintu
Stoney dengan roda yang tidak dipasang pada pintu, tetapi pada kerangka yang
terpisah;dan pintu rol biasa yang dipasang langsung pada pintu.
Lebar pintu intake dapat dihitung dengan rumus pengaliran sebagai
berikut:
2 2
Q = x Cd x b x a x √3 𝑥 𝑔 x h11.5
3

Dimana :
Q = Debit Rencana, m3/dt
b = Lebar efektif mercu bendung, meter
a = Tinggi bukaan pintu, meter
Cd = Koefisien Debit
g = Gravitasi (9,81 m/s2)
h1 = Tinggi air di hulu, meter

RIZKI RIZALDI KURNIAWAN (201710340312255) 19


TUGAS BESAR BAGUNAN AIR

2.6. Bangunan Peredam Energi

Bangunan peredam energi bendung adalah struktur dari bangunan di hilir


tubuh bendung yang terdiri dari beberapa tipe, bentuk dan di kanan kirinya
dibatasi oleh tembok pangkal bendung dilanjutkan dengan tembok sayap hilir
dengan bentuk tertentu. Fungsi bangunan ini adalah untuk meredam energi air
akibat pembendungan, agar air di hilir bendung tidak menimbulkan penggerusan
setempat yang membahayakan struktur.

Bangunan peredam energi bendung terdiri atas berbagai macam tipe antara lain
yaitu :
1. Vlughter
2. USBR
3. SAF
4. Schooklitch
5. MDO, MDS dan MDL, dll

Prinsip pemecahan energi pada bangunan peredam energi adalah dengan


cara menimbulkan gesekan air dengan lantai dan dinding struktur, gesekan air
dengan air, membentuk pusaran air berbalik vertikal ke atas dan ke bawah serta
pusaran arah horizontal dan menciptakan benturan aliran ke struktur serta
membuat loncatan air di dalam ruang olakan. Sementara itu, dalam memilih tipe
bangunan peredam energi sangat bergantung kepada berbagai factor, antara lain
1. Tinggi pembendungan.
2. Besarnya nilai bilangan Froude.
3. Keadaan geoteknik tanah dasar misalnya jenis batuan, lapisan, kekerasan
tekan, diameter butir.
4. Jenis angkutan sedimen yang terbawa aliran sungai.
5. Kemungkinan degradasi dasar sungai yang akan terjadi di hilir bendung.
6. Keadaan aliran yang terjadi di bangunan peredam energi seperti aliran tidak
sempurna/tenggelam, loncatan aliran yang lebih rendah atau lebih tinggi dan
sama dengan kedalaman muka air hilir (tail water).

RIZKI RIZALDI KURNIAWAN (201710340312255) 20


TUGAS BESAR BAGUNAN AIR

2.6.1. Kolam Olak

Tipe kolam olak yang akan direncana di sebelah hilir bangunan bergantung
pada energi air yang masuk, yang dinyatakan dengan bilangan Froude, dan pada
bahan konstruksi kolam olak. Berdasarkan bilangan Froude, dapat dibuat
pengelompokan-pengelompokan berikut dalam perencanaan kolam :
1. Untuk Fru ≤ 1,7 tidak diperlukan kolam olak; pada saluran tanah, bagian hilir
harus dilindungi dari bahaya erosi; saluran pasangan batu atau beton tidak
memerlukan lindungan khusus.
2. Bila 1,7 < Fru ≤ 2,5 maka kolam olak diperlukan untuk meredam energi secara
efektif. Pada umumnya kolam olak dengan ambang ujung mampu bekerja
dengan baik. Untuk penurunan muka air ΔZ < 1,5 m dapat dipakai bangunan
terjun tegak.
3. Jika 2,5 < Fru ≤ 4,5 maka akan timbul situasi yang paling sulit dalam memilih
kolam olak yang tepat. Loncatan air tidak terbentuk dengan baik dan
menimbulkan gelombang sampai jarak yang jauh di saluran. Cara
mengatasinya adalah mengusahakan agar kolam olak untuk bilangan Froude
ini mampu menimbulkan olakan (turbulensi) yang tinggi dengan blok
halangnya atau menambah intensitas pusaran dengan pemasangan blok
depan kolam. Blok ini harus berukuran besar (USBR tipe IV). Tetapi pada
prakteknya akan lebih baik untuk tidak merencanakan kolam olak jika 2,5 <
Fru < 4,5. Sebaiknya geometrinya diubah untuk memperbesar atau
memperkecil bilangan Froude dan memakai kolam dari kategori lain.
4. Kalau Fru ≥ 4,5 ini akan merupakan kolam yang paling ekonomis. karena
kolam ini pendek. Tipe ini, termasuk kolam olak USBR tipe III yang dilengkapi
dengan blok depan dan blok halang. Kolam loncat air yang sarna dengan
tangga di bagian ujungnya akan jauh lebih panjang dan mungkin harus
digunakan dengan pasangan batu.

RIZKI RIZALDI KURNIAWAN (201710340312255) 21


TUGAS BESAR BAGUNAN AIR

2.6.2. Kolam Loncat Air

Gambar 2.5. Metode perencanaan kolam loncat air


(Sumber: KP 02 halaman 67)

Gambar 2.5 memberikan penjelasan mengenai metode perencanaan. Dari


grafik q versus H1 dan tinggi jatuh 2, kecepatan (v1) awal loncatan dapat
ditemukan dari:
V1 = √2 𝑥 𝑔 𝑥 (0,5 𝑥 𝐻1 𝑥 𝑍)

𝑄
V1 =
𝑌1 𝑥 𝐵𝑒

Dimana :
Q = Debit rancangan, m3/dt
Be = lebar efektif mercu bending, m
Y1 = kedalaman air diawal loncatan, m
V1 = kecepatan awal loncatan, m/dt
g = percepatan gravitasi, 9,81 m/dt2
h1 = tinggi energy diatas ambang, m
z = tinggi jatuh, m

RIZKI RIZALDI KURNIAWAN (201710340312255) 22


TUGAS BESAR BAGUNAN AIR

Dengan q = v1 x y1, dan rumus untuk kedalaman konjugasi dalam loncat air
adalah:
𝑌2
= ½ x (√1 + 8 𝑥 𝐹𝑟 2 − 1)
𝑌1

𝑉1
Dimana : Fr =
√𝑔.𝑌1

Dimana :
Y2 = kedalaman air diatas ambang ujung, m
Y1 = kedalaman air diawal loncatan, m
Fr = bilangan froude
g = percepatan gravitasi, 9,81 m/dt2
V1 = kecepatan awal loncatan, m/dt

Panjang kolam loncat air di belakang Potongan U (Gambar 2.5) biasanya


kurang dari panjang bebas loncatan tersebut adanya ambang ujung (end sill).
Ambang yang berfungsi untuk memantapkan aliran ini umumnya ditempatkan
pada jarak
Lj = 5 x (n + Y2)
Dimana :
Lj = panjang kolam loncat, m
n = tinggi ambang ujung, m
Syarat panjang kolam loncat adalah harus lebih panjang dari pada panjang
loncatan air sehingga loncatan masih atau tetap berada pada kolam loncat.
Persamaan yang digunakan untuk menentukan panjang loncatan adalah sebagai
berikut:
Lj = 5 x (Y2 – Y1)
Dimana :
Lj = panjang loncatan air, m
Y2 = kedalaman air diatas ambang ujung, m
Y1 = kedalaman air diawal loncatan, m

RIZKI RIZALDI KURNIAWAN (201710340312255) 23


TUGAS BESAR BAGUNAN AIR

2.6.3. Perlindungan Bagian Hilir

Untuk mencegah terjadinya penggerusan saluran di sebelah hilir bangunan


peredam energi, saluran sebaiknya dilindungi dengan pasangan batu kosong atau
rip-rap. Panjang lindungan harus dibuat sebagai berikut :
1. tidak kurang dari 4 kali kedalaman normal maksimum di saluran hilir,
2. tidak lebih pendek dari peralihan tanah yang terletak antara bangunan dan
saluran,
3. tidak kurang dari 1,50 m.

Gambar 2.6. Potongan memanjang peredam energi


dengan perlindungan hilir rip-rap
(Sumber: KP 04 halaman 168)

Jika dipakai pasangan batu kosong, maka diameter batu yang akan dipakai
uttuk pasangan ini dapat ditentukan dengan menggunakan Gambar 2.3. Gambar
ini dapat dimasukkan dengan kecepatan rata-rata di atas ambang kolam. Jika
kolam olak tidak diperlukan karena Fru ≤ 1,7, maka Gambar 2.3 harus
menggunakan kecepatan benturan (impact velocity) Vu :

Vu = √2 𝑥 𝑔 𝑥 ∆𝑧

Gambar 2.3 memberikan ukuran d40 campuran pasangan batu kosong. Ini
berarti bahwa 60% dari pasangan batu tersebut harus terdiri campuran dari batu-
batu yang berukuran sama, atau lebih besar.

RIZKI RIZALDI KURNIAWAN (201710340312255) 24


TUGAS BESAR BAGUNAN AIR

2.6.4. Perencanaan Filter

Semua pasangan batu kosong harus ditempatkan pada filter untuk


mencegah hilangnya bahan dasar yang halus. Filter terdiri dari lapisan-lapisan
bahan khusus seperti ditunjukkan pada Gambar 2.6, atau dapat juga dibuat dari
ijuk atau kain sintetis.

Gambar 2.7. Filter diantara batu kosong dan tanah asli


(Sumber: KP 04 halaman 169)

2.7. Analisis Stabilitas Bendung

2.7.1. Gaya-gaya yang Bekerja

Gaya-gaya yang bekerja pada bangunan bendung dan memiliki nilai


penting dalam perencanaan adalah sebagai berikut:
1. Tekanan air, dalam dan luar
2. Tekanan lumpur
3. Gaya gempa
4. Berat bangunan
5. Reaksi pondasi

2.7.1.1. Tekanan Air

Gaya tekan air dapat dibagi menjadi gaya hidrostatik dan gaya
hidrodinamik. Tekanan hidrostatik adalah fungsi kedalaman di bawah
permukaan air. Tekanan air akan selalu bekerja tegak lurus terhadap muka

RIZKI RIZALDI KURNIAWAN (201710340312255) 25


TUGAS BESAR BAGUNAN AIR

bangunan. Oleh sebab itu agar perhitungannya lebih mudah, gaya horisontal dan
vertikal dikerjakan secara terpisah. Tekanan air dinamik jarang diperhitungkan
untuk stabilitas bangunan bendung dengan tinggi energi rendah.
Gaya tekan ke atas untuk bangunan pada permukaan tanah dasar
(subgrade) lebih rumit. Gaya angkat pada pondasi itu dapat ditemukan dengan
membuat jaringan aliran (flownet), atau dengan asumsi-asumsi yang digunakan
oleh Lane untuk teori angka rembesan (weighted creep theory).

Gambar 2.8. Jaringan aliran dibawah dam pasangan batu pada pasir
(Sumber: Kp 02 halaman 139)

Dalam teori angka rembesan Lane, diandaikan bahwa bidang horisontal


memiliki daya tahan terhadap aliran (rembesan) 3 kali lebih lemah dibandingkan
dengan bidang vertikal. Ini dapat dipakai untuk menghitung gaya tekan ke atas
di bawah bendung dengan cara membagi beda tinggi energi pada bendung sesuai
dengan panjang relatif di sepanjang pondasi.
Dalam bentuk rumus, ini berarti bahwa gaya angkat pada titik x di
sepanjang dasar bendung dapat dirumuskan sebagai berikut:

𝐿𝑥
Px = Hx − x ΔH
𝐿
Dimana :
Px = gaya angkat pada x, kg/m2
L = panjang total bidang kontak bendung dan bawah tanah, m

RIZKI RIZALDI KURNIAWAN (201710340312255) 26


TUGAS BESAR BAGUNAN AIR

Lx = jarak sepanjang bidang kontak dari hulu samai x, m


ΔH = beda tinggi energy, m
Hx = tinggi energy di hulu bendung, m

2.7.1.2. Tekanan Lumpur

Tekanan lumpur dapat bekerja terhadap muka hulu bendung ataupun


terhadap pintu. Untuk sudut gesekan dalam, yang bisa diandaikan 30 o untuk
kebanyakan hal, menghasilkan persamaan berikut :
Ps = 1,67 x h2
Dimana :
Ps = tekanan lumpur pada 2/3 kedalaman atas lumpur yang bekerja
secara horizontal
h = tinggi lumpur setiggi mercu bendung, m
2.7.1.3. Gaya Gempa

Harga-harga gaya gempa diberikan dalam bagian Parameter Bangunan.


Harga-harga tersebut didasarkan pada peta Indonesia yang menujukkan
berbagai daerah dan risiko. Faktor minimum yang akan dipertimbangkanaadalah
0,1 g perapatan gravitasi sebagai harga percepatan. Faktor ini hendaknya
dipertimbangkan dengan cara mengalikannya dengan massa bangunan sebagai
gaya horisontal menuju ke arah yang paling tidak aman, yakni arah hilir.
Koefesien gempa dapat dihitung dengan rumus :

Ad = n x [ac x z]m

𝑎𝑑
E =
𝑔

Dimana :
ad = percepatan gempa rencana, cm/dt2
n = koefesien jenis tanah
m = koefesien jenis tanah

RIZKI RIZALDI KURNIAWAN (201710340312255) 27


TUGAS BESAR BAGUNAN AIR

ac = percepatan kejut dasar, cm/dt2


z = factor yang bergantung pada letak geografis
g = percepatan gravitasi, 9,81 m/dt2
E = koefesien gempa

Tabel 2.3. Koefesien jenis tanah

Sumber: KP 06 halaman 28
2.7.1.4. Berat Bangunan

Berat bangunan bergantung kepada bahan yang dipakai untuk membuat


bangunan itu. Untuk tujuan-tujuan perencanaan pendahuluan, boleh dipakai
harga-harga berat volume di bawah ini.
pasangan batu 22 kN/m3 (≈ 2.200 kgf/m3)
beton tumbuk 23 kN/m3 (≈ 2.300 kgf/m3)
beton bertulang 24 kN/m3 (≈ 2.400 kgf/m3)

Berat volume beton tumbuk bergantung kepada berat volume agregat


serta ukuran maksimum kerikil yang digunakan. Untuk ukuran maksimum
agregat 150 mm dengan berat volume 2,65, berat volumenya lebih dari 24
kN/m3 (≈ 2.400 kgf/m3).
2.7.1.5. Reaksi Pondasi

Reaksi pondasi boleh diandaikan berbentuk trapesium dan tersebar secara


linier. Tekanan vertikal pondasi pada ujung bangunan ditentukan dengan rumus:
L ∑MT − ∑MG
e = –
2 ∑V

∑V 6𝑥e
P = x (1 ± )
L L

RIZKI RIZALDI KURNIAWAN (201710340312255) 28


TUGAS BESAR BAGUNAN AIR

Dimana :
P = reaksi pondasi/tegangan, ton/m2
e = eksentrisitas, m
L = panjang pondasi, m
V = total gaya/reaksi vertikal, ton
MG = momen guling, ton.m
MT = momen tahan, ton.m

2.7.2. Kebutuhan Stabilitas

Ada tiga penyebab runtuhnya bangunan gravitasi, antara lain yaitu:


1. gelincir (sliding)
a. sepanjang sendi horisontal atau hampir horisontal di atas pondasi.
b. sepanjang pondasi, atau
c. sepanjang kampuh horisontal atau hampir horisontal dalam pondasi.
2. guling (overturning)
a. di dalam bendung
b. pada dasar (base), atau
c. pada bidang di bawah dasar.
3. erosi bawah tanah (piping).
2.7.2.1. Ketahanan Terhadap Gelincir/Geser

Tangen θ, sudut antara garis vertikal dan resultante semua gaya, termasuk
gaya angkat, yang bekerja pada bendung di atas semua bidang horisontal, harus
kurang dari koefisien gesekan yang diizinkan pada bidang tersebut.
∑V 𝑥 f
Sf =
∑H

Dimana :
Sf = faktor keamanan
V = total gaya/reaksi vertikal, ton
H = total gaya/reaksi horisontal, ton
f = faktor gesekan = tan θ°

RIZKI RIZALDI KURNIAWAN (201710340312255) 29


TUGAS BESAR BAGUNAN AIR

Untuk bangunan-bangunan kecil, seperti bangunan-bangunan yang


dibicarakan di sini, di mana berkurangnya umur bangunan, kerusakan besar dan
terjadinya bencana besar belum dipertimbangkan, harga-harga faktor keamanan
(Sf) yang dapat diterima adalah: 1,50 untuk kondisi pembebanan normal dan
1,20 untuk kondisi pembebanan ekstrem/gempa.
Untuk bangunan-bangunan yang terbuat dari beton, harga yang aman
untuk faktor gelincir yang hanya didasarkan pada gesekan saja ternyata
terlampaui, maka bangunan bisa dianggap aman jika faktor keamanan dari
rumus itu yang mencakup geser sama dengan atau lebih besar dari harga-harga
faktor keamanan yang sudah ditentukan.
c 𝑥 𝐴 + ∑V 𝑥 tg Ø
Sf =
∑H

Dimana :
V = total gaya/reaksi vertikal, ton
H = total gaya/reaksi horisontal, ton
c = kekuatan geser bahan, ton/m2
A = luas dasar yang dipertimbangkan, m2

Harga-harga faktor keamanan jika geser juga dicakup, sama dengan harga-
harga yang hanya mencakup gesekan saja, yakni 1,50 untuk kondisi normal dan
1,20 untuk kondisi ekstrem. Untuk beton, c (satuan kekuatan geser) boleh
diambil 1.100 kN/m2.
2.7.2.2. Ketahanan Terhadap Guling

Agar bangunan aman terhadap guling, maka resultante semua gaya yang
bekerja pada bagian bangunan di atas bidang horisontal, termasuk gaya angkat,
harus memotong bidang ini pada teras. Tidak boleh ada tarikan pada bidang
irisan mana pun. Besarnya tegangan dalam bangunan dan pondasi harus tetap
dipertahankan pada harga-harga maksimal yang dianjurkan.
∑MT
Sf =
∑MG

RIZKI RIZALDI KURNIAWAN (201710340312255) 30


TUGAS BESAR BAGUNAN AIR

Dimana :
MG = momen guling, ton.m
MT = momen tahan, ton.m
2.7.2.3. Ketahanan Terhadap Piping

Bahaya terjadinya erosi bawah tanah dapat dianjurkan dicek dengan jalan
membuat jaringan aliran/flownet. Dalam hal ini ditemui kesulitan berupa
keterbatasan waktu pengerjaan dan tidak tersedianya perangkat lunak untuk
menganalisa jaringan aliran, maka perhitungan dengan beberapa metode
empiris dapat diterapkan, seperti:
1. Metode Bligh
2. Metode Lane
3. Metode Koshia

Metode Lane, disebut metode angka rembesan Lane (weighted creep ratio
method), adalah yang dianjurkan untuk mengecek bangunan-bangunan utama
untuk mengetahui adanya erosi bawah tanah. Metode ini memberikan hasil yang
aman dan mudah dipakai. Untuk bangunan-bangunan yang relative kecil,
metode-metode lain mungkin dapat memberikan hasil-hasil yang lebih baik,
tetapi penggunaannya lebih sulit.
Di sepanjang jalur perkolasi, kemiringan yang lebih curam dari 450
dianggap vertikal dan yang kurang dari 450. Oleh karena itu, rumusnya adalah:

1
Σ𝐿𝑣 + Σ𝐿𝐻
3
CL =
𝐻
Dimana :
CL = angka rembesan lane
Lv = jumlah panjang vertikal, m
LH = jumlah panjang horisontal, m
H = beda tinggi muka air, m

RIZKI RIZALDI KURNIAWAN (201710340312255) 31


TUGAS BESAR BAGUNAN AIR

Tabel 2.4. Harga-harga minimum angka rembesan Lane dan Bligh

Angka-angka rembesan pada babel 2.4 di atas sebaiknya dipakai:


1. 100% jika tidak dipakai pembuang, tidak dibuat jaringan aliran dan tidak
dilakukan penyelidikan dengan model;
2. 80% kalau ada pembuangan air, tapi tidak ada penyelidikan maupun jaringan
aliran;
3. 70% bila semua bagian tercakup.

RIZKI RIZALDI KURNIAWAN (201710340312255) 32


TUGAS BESAR BAGUNAN AIR

BAB III
DESAIN DAN PERENCANAAN

1. ANALISA DEBIT BANJIR RENCANA


Perhitungan Debit rancangan 100 tahun
Diketahui Debit Banjir di sungai :

No. Tahun Debit banjir ( m 3 /dt ) No. Tahun Debit banjir ( m 3 /dt )

1 2007 267.53 6 2012 347.07


2 2008 333.00 7 2013 333.00
3 2009 353.63 8 2014 135.60
4 2010 367.93 9 2015 146.63
5 2011 370.33 10 2016 167.43

Metode Perhitungan Debit Banjir Rancangan yang digunakan :

Distribusi Gumbel

1. Menghitung standart deviasi

No. Tahun Debit banjir ( m 3 /dt ) (X-Xrt) (X-Xrt) 2

1 2007 267.53 -14.68 215.60


2 2008 333.00 50.78 2578.95
3 2009 353.63 71.42 5100.34
4 2010 367.93 85.72 7347.35
5 2011 370.33 88.12 7764.55
6 2012 347.07 64.85 4205.52
7 2013 333.00 50.78 2578.95
8 2014 135.60 -146.62 21496.45
9 2015 146.63 -135.58 18382.84
10 2016 167.43 -114.78 13175.21
Jumlah 2822.17 82845.75
Rata-rata (Xr) 282.22
Standart Deviasi (Sd) 95.94

Ʃ(𝑋𝑖−𝑋𝑟)2
Sd= √ 𝑛−1
= 95,94

RIZKI RIZALDI KURNIAWAN (201710340312255) 33


TUGAS BESAR BAGUNAN AIR

2. Menghitung nilai faktor frekuensi (K)

Jumlah data dalam perhitungan Debit Banjir Rancangan Q100 th adalah 10 tahun,
sehingga nilai Yn dan Sn adalah sebagai berikut :
Jumlah data (n) = 10
Harga rata- rata reduce variate (Yn) = 0,4952
Reduced standard deviation (Sn) = 0,9496
Reduced variated (Yt) = 4,6001 (periode 100 th)

𝑌𝑡−𝑌𝑛
Maka nilai K = 𝑆𝑛
4,6001−0,4952
= 0,9496

= 4,3227

3. Menghitung Debit Rancangan Q100 th

Tabel 1.2 Perhitungan Debit Banjir Rancangan 100 Tahun

Periode Ulang (Tahun) K Xr S XT

100 4,3227 282,22 95,94 696,95

XT = Xr + (K.S) = 282,22+ (4,3227 × 95,94)

= 696,95

Karena debit rancangan terlalu besar , Maka Debit Rancangan Q100 yang
digunakan = 450,0 m3/dt

RIZKI RIZALDI KURNIAWAN (201710340312255) 34


TUGAS BESAR BAGUNAN AIR

2. PERENCANAAN TINGGI BENDUNG


 Diketahui data:
 Hasil hitung Q100 = 450,0 m3/det
 Elevasi dasar sungai = +100
 Elevasi dasar intake = +101
 Elevasi crest bending = +104,5
Elevasi mercu bendung (P) = elevasi muka air di hilir intake + z + h
Untuk mengetahui z menggunakan rumus :

Q =  x a x b x √2 x g x z
Q = 3 m3/dt (debit di saluran primer)
 = 0,80 (koefisien debit)
a = 0,9 m + 0,30 m= 1,20 m yang dipakai 1,5 m (tinggi pintu)
b = 2 m (lebar pintu)
Q =  x a x b x √2 x g x z
3 = 0,80 x 1,5 x 2 x √2 x 9,81 x z
3 = 2,4 x 4,42 x z1/2
3 = 10,63 x z1/2
3
z = (10,63)2

z = 0,08 m
kontrol :

Q =  x a x b x √2 x g x z
3 = 0,80 x 1,50 x 2 x √2 x 9,81 x 0,08
3  3,00(m3/det)

Elevasi muka air bendung = Elevasi muka air dihilir intake + z


= + 104,5 + 0,08 m
= + 104,58
- Elevasi mercu bendung = Elevasi muka air dihilir intake + z + .h
= + 104,5+ 0,08 m + 0,20 m
= + 104,78
Jadi, Tinggi Bendung (P)
P = Elevasi Mercu Bendung – Elevasi Dasar Sungai
P = 104,78 – 100

RIZKI RIZALDI KURNIAWAN (201710340312255) 35


TUGAS BESAR BAGUNAN AIR

P = 4,78 m

3. PERENCANAAN LEBAR PINTU PEMBILAS, PILAR PENGARAH DAN LEBAR


EFEKTIF BENDUNG
Perhitungan lebar pintu pembilas
- Lebar sungai = 50 m

- Lebar bendung max = 1,2 x Lebar sungai

= 1 x 50 m

= 50 m

Lebar bendung yang dipakai = lebar sungai (50m) hal ini bertujuan agar konstruksi
bendung lebih ekonomis.
𝟏
- Lebar pembilas = 𝟏𝟎 x lebar bendung
1
= 10 x 50 = 50 m

Direncanakan :
Pintu pembilas yang direncanakan = 2 dengan lebar 2 m

Pilar yang dibutuhkan = 3 pilar pemisah

Lebar pilar pemisah = 0,5 m

- Lebar mercu bendung (B)

B = Lb – pilar pengarah – pilar pembagi

= 50 – 0,5 – (2 x 0,5)
= 48,5 m

- Lebar efektif (Be)


Be = B – 2 (n x kp + ka) x He

= 48,5 – 2 (2 x 0,01 + 0,1) x He

Be = 48,5 – 0,24 He

RIZKI RIZALDI KURNIAWAN (201710340312255) 36


TUGAS BESAR BAGUNAN AIR

Debit air diatas ambang  tinggi muka air (H)  He

𝟐 𝟐
Q = 𝟑 x Cd x√𝟑 𝐱 𝐠 x Be x He 3/2

Q = Q100 = 450 m3/det

Cd = asumsi = 1,3

2 2
450 = x 1,3 x√ x 9,81 x (48,5 – 0,24 He)x H13/2
3 3

450 = 2,22 x (48,5 – 0,24 He) x He 3/2


Dengan cara trial and error He  1,0 m = 107,14 m3/det

2,0 m = 301,52 m3/det


2,63 m = 450,69 m3/det

Dengan cara Goal-Seek maka didapat nilai He ialah 2,63 m

Kontrol :

2 2
450,0 = x 1,3 x√ x 9,81 x (48,5 – 0,24 x 2,63) x 2,633/2
3 3

450,0  450,69 (m3/det)

Maka He yang di gunakan = 2,63 m


Be = 48,5 – 0,24 He

= 48,5 – (0,24 x 2,63)


= 47,87m

Perhitungan Hd

V2
He = Hd +
2g

RIZKI RIZALDI KURNIAWAN (201710340312255) 37


TUGAS BESAR BAGUNAN AIR

Q 450 450 450


V= = = V= = 1,28 m/dt
A 𝐵𝑒(𝑃+𝐻𝑑) 47,87(4,78+𝐻𝑑) 47,87(4,78+2.55)
450
( )2
47,87(4,78+𝐻𝑑)
2,63 = Hd +
2 x 9,81

Dengan cara trial and error Hd  1,0 m = 1,217 m

2,55 m = 2,633 m

maka Hd yang digunakan = 2,55 m

- Kontrol
Cd = C0 x C1 x C2
- Misal dengan data Ogee IV
R = 0,45 Hd
R = 0,45 x 2,55
R = 1,14 m

- C0 = 𝐻𝑒⁄𝑟 = 2,63⁄1,14 = 2,30 dari grafik didapat 1,36

1,36

2,30

Gambar 3.1 Harga-harga koefisien C0 (Kp 02 Hal 53)

RIZKI RIZALDI KURNIAWAN (201710340312255) 38


TUGAS BESAR BAGUNAN AIR

- C1 = 𝑃⁄𝐻𝑒 = 4,78⁄2,63 = 1,48 dari grafik didapat 0,99

0,99

1,48

Gambar 3.2 Harga-harga koefisien C1 (Kp 02 Hal 54)

- C 2 = 𝑃⁄𝐻𝑒 = 4,79⁄2,63 = 1,80 dari grafik didapat 0,995

0,993

1,48

Gambar 3.3 Harga-harga koefisien C2 (Kp 02 Hal 54)


- Kontrol
Cd = C0 x C1 x C2

1,30 = 1,36 x 0,99 x 0,993

1,30  1,33 (Mendekati Cd asumsi) » OK

RIZKI RIZALDI KURNIAWAN (201710340312255) 39


TUGAS BESAR BAGUNAN AIR

4. PERHITUNGAN MERCU BENDUNG

Mengacu Pada KP 02 tentangT ipe-Tipe Ogee maka dilakukan penghitungan


sebagai berikut :

(Dipilih Ogee II)


Untuk Ogee II
Diketahui :
Hd = 2,090 ms
He = 2,212 m
P = 2,54 m

Lengkung Hulu
R1 = 0,68 Hd X1 = 0,139 Hd
= 0,68 . 2,090 = 0,139 . 2,090
= 1,421 m = 0,290 m
R2 = 0,21 Hd X2 = 0,237 Hd
= 0,21 . 2,090 = 0,237 . 2,090
= 0,438 m = 0,495 m

Lengkung Hilir
X1,836 = 1,939 x Hd0,836 x Y
= 1,939 . 2,090 0,836 . Y Maka (X,Y) = (2,25 ; 1,24)
1 1,836
Y = .X Tabel Perhitungan untuk lengkung hilir Ogee II
3,59
Y = 0,28 X1,836

Titik Gradien (Y’= 1)


x y
Y’ = 1,836 . 0,28 . X0,836
0.5 0.08
1 = 0,51 X0,836
0.8 0.19
1 1/0,836
1.1 0.33
X =( )
0,51 1.4 0.52
X = 2,24 m 1.7 0.74
Y = 0,28 X1,836 2 1.00
Y = 0,28 . 2,241,836 2.25 1.24
Y = 1,24 m

 Perhitungan tinggi jagaan bendung (Fb)


Fb = C x V x 1/3 Hd
= 0,1 x 1,57 x 1/3 (2,09)
= 0,109 m

RIZKI RIZALDI KURNIAWAN (201710340312255) 40


TUGAS BESAR BAGUNAN AIR

5. PERHITUNGAN DIMENSI INTAKE


 Desain Hidrolik Pintu Air pada Intake

Debit yang mengalir pada saluran primer, Q = 3 m3 /dt


Direncanakan :
 V rencana 1 – 2 m/dt, diambil V = 1 m/dt
 5 slide gate/pintu sorong, b = 1,5 m
 Tinggi pintu, h = 1,5 m

RIZKI RIZALDI KURNIAWAN (201710340312255) 41


TUGAS BESAR BAGUNAN AIR

6. PERHITUNGAN PEREDAM ENERGI

Direncanakan tinggi jatuh air, Δz = 1,50 m


Kecepatan awal loncatan, V1
Z = Δz + P = 1,50 m + 2,54 m = 4,04 m
V1 = √2 𝑥 𝑔 𝑥 (0,5 𝑥 𝐻𝑑 𝑥 𝑍)

= √2 𝑥 9,81 𝑥 (0,5 𝑥 2,56 𝑥 4,04)


= 10,07 m/dt
Tinggi awal air setelah loncatan, Y1
𝑄
V1 =𝑌
1 𝑥 𝐵𝑒
300,00
Y1 = 10,07 𝑥 95,38

Y1 = 0,31 m

Bilangan Froude, Fr
𝑉1
Fr =
√𝑔.𝑌1
10,07
=
√9,81 𝑥 0,31

= 5,77 > 4,5 (Peredam energi USBR Type III)


Tinggi muka air diakhir loncatan, Y2
𝑌2
= ½ x (√1 + 8 𝑥 𝐹𝑟 2 − 1)
𝑌1
𝑌2
= ½ x (√1 + 8 𝑥 5.772 − 1 )
0,31

Y2 = 2,38 m

Panjang loncatan air, Lj


Lj = 5 x (Y2 – Y1)
= 5 x (2,38 – 0,31)
= 10,35 m

RIZKI RIZALDI KURNIAWAN (201710340312255) 42


TUGAS BESAR BAGUNAN AIR

Kedalaman kritis dihilir bendung


𝑄100𝑡ℎ 300,00
q = = = 3,14 m3/dt/m
𝐵𝑒 95,338

3 𝑞2 3 3,142
hc = √ 𝑔 = √ 9,81 = 1,00 m

Panjang blok muka


Y1 = 0,31 m

Tinggi blok muka


Y1 = 0,31 m
Tinggi ambang ujung
Y1 x (18 + Fr) 0,31 x (18 + 5,77)
n = = = 0,41 m
18 18

Panjang peredam energi


Lj = 5 x (n + Y2)
= 5 x (0,41 + 2,38)
= 13,9 m (diambil 14 m)
Jarak blok muka ke blok halang
0.82 x Y2
= 0.82 x 2,38
= 1,95 m

RIZKI RIZALDI KURNIAWAN (201710340312255) 43


TUGAS BESAR BAGUNAN AIR

7. PERHITUNGAN PERLINDUNGAN BAGIAN HILIR

Lb = 0,67 x C x (Ha x q)0.5 x f

L2 = Lb − L1

Dimana,
L2 = Panjang rip-rap, m
L1 = panjang loncatan air, m = 10.35 m
Lb = Panjang perlindungan, m
C = Koefesien (tabel 3.3) =5
q = banjir desain per lebar satuan, m3/dt/m = 3,14 m3/dt/m
f = faktor aman (1,0 untuk bendung tetap)
Ha = beda elevasi mercu bendung − lantai hilir, m = 4,04 m

Perhitungan :
Lb = 0,67 x 5 x (4,04 x 3,14)0.5 x 1,0 = 11,93 m

L2 = 11.93 – 10,35 = 1,58 m ( dibulatkan menjadi 1,6 m)

Tinggi jagaan peredam energi, Fb


Fb = 0,10 x (V + Y2)
= 0,10 x (10,07 + 2,38)
= 1,24 m (diambil 1,3 m)

RIZKI RIZALDI KURNIAWAN (201710340312255) 44


TUGAS BESAR BAGUNAN AIR

8. PERHITUNGAN STABILITAS BENDUNG


8.1. Keadaan Muka Air Normal
1. Gaya vertikal akibat uplift, ΔH = 4,0 m
Contoh perhitungan titik 2 :
𝐿𝑥
Px = Hx − x ΔH
𝐿
1,00
= 4,00 − x 4,00
47,50
= 4,92 m

Tabel 8.1. Nilai tekanan uplift


TITIK GARIS JARAK (M) LX HX PX
A 0.00 0.00 4.00 4.00
B A-B 1.00 1.00 5.00 4.92
C B-C 1.00 2.00 5.00 4.83
D C-D 1.00 3.00 4.00 3.75
E D-E 10.00 13.00 4.00 2.92
F E-F 1.50 14.50 5.50 4.29
G F-G 1.50 16.00 5.50 4.17
H G-H 1.50 17.50 4.00 2.54
I H-I 1.50 19.00 4.00 2.42
J I-J 1.50 20.50 2.50 0.79
K J-K 1.50 22.00 2.50 0.67
L K-L 1.50 23.50 4.00 2.04
M L-M 1.50 25.00 4.00 1.92
N M-N 2.50 27.50 6.50 4.21
O N-O 1.50 29.00 6.50 4.08
P O-P 1.00 30.00 5.50 3.00
Q P-Q 14.00 44.00 5.50 1.83
R Q-R 1.00 45.00 6.50 2.75
S R-S 1.50 46.50 6.50 2.63
T S-T 1.00 47.50 5.50 1.54

RIZKI RIZALDI KURNIAWAN (201710340312255) 45


TUGAS BESAR BAGUNAN AIR

Tabel 8.2. Gaya dan momen vertikal akibat uplift


NOTASI LEBAR TINGGI BERAT RASIO GAYA LENGAN MOMEN (TM)
(M) (M) JENIS (TON) MOMEN (M)
(T/M3)
U1 1.00 3.82 1 1 3.82 33.5 127.97
U2 10.00 1.18 1 1 11.80 30.5 359.90
U3 10.00 3.23 1 0.5 16.15 28 452.20
U4 1.50 3.17 1 1 4.76 22.25 105.80
U5 1.50 2 1 1 3.00 20.75 62.25
U6 1.50 1.73 1 1 2.60 19.25 49.95
U7 1.50 2.45 1 1 3.68 17.75 65.23
U8 1.50 3.59 1 1 5.39 16.25 87.51
U9 14.00 2.57 1 0.5 17.99 12 215.88
U10 14.00 1.22 1 1 17.08 8.5 145.18
U11 1.50 2.09 1 1 3.14 0.75 2.35
JUMLAH -89.39 -1674.22

2. Gaya vertikal akibat berat konstruksi

Tabel 8.3. Gaya dan momen vertikal akibat konstruksi


NOTASI LEBAR TINGGI BJ RASIO GAYA LENGAN MOMEN (TM)
(M) (M) (T/M3) (TON) MOMEN (M)
C1 1.00 1 2.4 1 2.40 33.50 82.80
C2 10.00 1 2.4 1 24.00 28.50 924.00
C3 1.50 1.5 2.4 1 5.40 22.25 128.25
C4 2.00 1 2.4 1 4.80 21.50 112.80
C5 0.80 2.77 2.4 0.5 2.66 22.40 61.69
C6 1.20 3 2.4 1 8.64 21.11 192.76
C7 1.50 0.7 2.4 0.5 1.26 19.62 26.61
C8 1.50 1.05 2.4 1 3.78 19.25 78.44
C9 1.50 0.8 2.4 0.5 1.44 18.26 28.45
C10 1.50 1.5 2.4 1 5.40 17.97 105.14
C11 1.50 1.43 2.4 0.5 2.57 17.03 47.70
C12 1.50 2.5 2.4 1 9.00 16.25 159.75
C13 1.50 1.5 2.4 1 5.40 7.75 49.95
C14 14.00 1 2.4 1 33.60 0.75 495.60
C15 1.50 1.3 2.4 0.5 2.34 0.60 4.91
C16 1.20 1.3 2.4 1 3.74 0.15 5.05
JUMLAH 116.44 2503.91

RIZKI RIZALDI KURNIAWAN (201710340312255) 46


TUGAS BESAR BAGUNAN AIR

3. Gaya vertikal akibat berat air diatas mercu bendung


Tabel 8.4. Gaya dan momen vertikal akibat tekanan air
BERAT MOMEN
LEBAR TINGGI GAYA LENGAN
NOTASI JENIS RASIO TAHAN
(M) (M) (TON) MOMEN (M)
(T/M3) (TM)
W1 12.00 2.54 1.00 1.00 30.48 28.50 868.68
W2 0.80 2.54 1.00 0.50 1.02 22.40 22.76
JUMLAH 31.50 891.44

4. Gaya horizontal akibat tekanan air


Tabel 8.5. Gaya dan momen horizontal akibat tekanan air
NOTASI LEB TING BERAT RASIO GAYA LENGAN MOMEN
AR GI JENIS (TON) MOMEN (M) GULING (TM)
(M) (M) (T/M3)
PW1 4.00 4.00 1.00 0.50 8.00 3.50 28.00
PW2 2.00 2.00 1.00 0.50 2.00 1.50 3.00
PW3 3.50 3.50 1.00 0.50 -6.13 0.00 0.00
JUMLAH 3.88 31.00

Tabel 8.6 Gaya dan momen horizontal akibat gempa


NOTASI LEBAR TINGGI KOEF BJ RASIO GAYA LENGAN MOMEN
(M) (M) (T/M3) (TON) MOMEN (TM)
(M)
KW1 1.00 1 0.18 2.4 1 0.43 33.50 14.90
KW2 10.00 1 0.18 2.4 1 4.32 28.50 166.32
KW3 1.50 1.5 0.18 2.4 1 0.97 22.25 23.09
KW4 2.00 1 0.18 2.4 1 0.86 21.50 20.30
KW5 0.80 2.77 0.18 2.4 0.5 0.48 22.40 11.10
KW6 1.20 3 0.18 2.4 1 1.56 21.11 34.70
KW7 1.50 0.7 0.18 2.4 0.5 0.23 19.62 4.79
KW8 1.50 1.05 0.18 2.4 1 0.68 19.25 14.12
KW9 1.50 0.8 0.18 2.4 0.5 0.26 18.26 5.12
KW10 1.50 1.5 0.18 2.4 1 0.97 17.97 18.92
KW11 1.50 1.43 0.18 2.4 0.5 0.46 17.03 8.59
KW12 1.50 2.5 0.18 2.4 1 1.62 16.25 28.76
KW13 1.50 1.5 0.18 2.4 1 0.97 7.75 8.99
KW14 14.00 1 0.18 2.4 1 6.05 0.75 89.21
KW15 1.50 1.3 0.18 2.4 0.5 0.42 0.60 0.88
KW16 1.20 1.3 0.18 2.4 1 0.67 0.15 0.91
JUMLAH 20.96 450.70

RIZKI RIZALDI KURNIAWAN (201710340312255) 47


TUGAS BESAR BAGUNAN AIR

5. Gaya horizontal akibat tekanan tanah dan lumpur


Sudut geser tanah, Ø = 34o
Berat jenis tanah (γsat) = 2 t/m3
Berat jenis lumpur (γs) = 1,8 t/m3
∅ 34
Ka = tan2 x (45 − ) = tan2 x (45 − ) = 0,28
2 2
∅ 34
Kp = tan2 x (45 + ) = tan2 x (45 + ) = 3,53
2 2

Tabel 8.7. Gaya dan momen horizontal akibat tekanan tanah dan lumpur
NOTASI KA/KP LEBAR TINGGI BERAT RASIO GAYA LENGAN MOMEN
(M) (M) JENIS (TON) MOMEN GULING
(T/M3) (M) (TM)
PA1 0.28 3.00 3.00 0.95 0.50 1.20 2.50 2.99
PA2 0.28 2.50 2.50 0.95 0.50 0.83 2.00 1.66
PA3 0.28 3.50 3.50 0.95 0.50 1.63 2.00 3.26
PA4 0.28 3.50 3.50 0.95 0.50 1.63 2.50 4.07
PA5 0.28 1.50 1.50 0.95 0.50 0.30 1.50 0.45
PP1 3.53 3.80 3.80 0.95 0.50 -24.21 1.50 -36.32
PP2 3.53 1.00 1.00 0.95 0.50 -1.68 1.00 -1.68
PP3 3.53 1.00 1.00 0.95 0.50 -1.68 1.00 -1.68
PP4 3.53 1.00 1.00 0.95 0.50 -1.68 1.50 -2.52
PP5 3.53 1.00 1.00 0.95 0.50 -1.68 1.50 -2.52
PS - 4.00 4.00 1.67 26.72 3.00 80.16
JUMLAH 1.39 47.89

RIZKI RIZALDI KURNIAWAN (201710340312255) 48


TUGAS BESAR BAGUNAN AIR

8.1.1. Rekapitulasi Nilai Gaya

Tabel 8.8. Rekapitulasi gaya-gaya tanpa gempa


GAYA/TEKANAN V (TON) MT (TON M') H (TON) MG (TON . M')
AKIBAT UPLIFT -89.39 -1674.22
AKIBAT BERAT KONSTRUKSI 116.44 2503.91
AKIBAT BERAT AIR 31.50 891.44
TEKANAN AIR 3.88 31.00
TEKANAN TANAH DAN LUMPUR 1.39 47.89
JUMLAH 58.55 1721.12 5.26 78.89

Tabel 8.9. Rekapitulasi gaya-gaya dengan gempa

GAYA/TEKANAN V (TON) MT (TON H (TON) MG (TON . M')


M')
AKIBAT UPLIFT -89.39 -1674.22
AKIBAT BERAT KONSTRUKSI 116.44 2503.91
AKIBAT BERAT AIR 31.50 891.44
AKIBAT BEBAN GEMPA 20.96 450.70
TEKANAN AIR 3.88 31.00
TEKANAN TANAH DAN LUMPUR 1.39 47.89
JUMLAH 58.55 1721.12 26.22 529.60

RIZKI RIZALDI KURNIAWAN (201710340312255) 49


TUGAS BESAR BAGUNAN AIR

8.1.2. Kontrol Stabilitas

Perhitungan Tanpa Gempa

Terhadap guling
∑MT 1721,12
Sf = = = 21,89 ≥ 1,2 (OKE)
∑MG 78,89

Terhadap geser
∑V 𝑥 f 58,55 𝑥 0,8
Sf = = = 8,90 ≥ 1,2 (OKE)
∑H 5,26

1. Eksentrisitas; L = 34 m
L ∑MT − ∑MG L
e = – ≤
2 ∑V 6
34 1721,12 − 78,89 34
= – ≤
2 58,55 6
= -11,04 m ≤ 5,67 m (OKE)

2. Tegangan Terhadap Bawah Pondasi

∑V 6𝑥e 58,55 6 𝑥−11,04


σ1 = x (1 + )= x (1 + )= 0,77 t/m2 (OKE)
L L 34 34

∑V 6𝑥e 58,55 6 𝑥−11,04


σ2 = x (1 − )= x (1 - ) = 2,67 t/m2 (OKE)
L L 34 34

RIZKI RIZALDI KURNIAWAN (201710340312255) 50


TUGAS BESAR BAGUNAN AIR

4.7.2 Perhitungan Dengan Gempa


Kontrol Stabilitas

3. Terhadap guling
∑MT 1721,12
Sf = = = 3,24 ≥ 1,20 (OKE)
∑MG 529,60

4. Terhadap geser
∑V 𝑥 f 58,55 𝑥 0,8
Sf = = = 1,78 ≥ 1,20 (OKE)
∑H 26,22

5. Eksentrisitas; L = 34 m
L ∑MT − ∑MG L
e = – ≤
2 ∑V 6
34 1721,12 − 529,60 34
= – ≤
2 58,55 6
= -3,35 m ≤ 5,67 m (OKE)

6. Tegangan Terhadap Bawah Pondasi

∑V 6𝑥e 58,55 6 𝑥−3,35)


σ1 = x (1 + )= x (1 + )= 2,13 t/m2 (OKE)
L L 34 34

∑V 6𝑥e 58,55 6 𝑥−3,35)


σ2 = x (1 − )= x (1 - )= 1,31 t/m2 (OKE)
L L 34 34

RIZKI RIZALDI KURNIAWAN (201710340312255) 51


TUGAS BESAR BAGUNAN AIR

8.2. Keadaan Muka Air Banjir


Gaya vertikal akibat uplift, ΔH = 5,5 m
Tabel 8.10. Nilai tekanan uplift keadaan banjir
TITIK GARIS JARAK (M) LX HX PX
A 0.00 0.00 5.50 5.50
B A-B 1.00 1.00 6.50 6.39
C B-C 1.00 2.00 6.50 6.27
D C-D 1.00 3.00 5.50 5.16
E D-E 10.00 13.00 5.50 4.01
F E-F 1.50 14.50 7.00 5.34
G F-G 1.50 16.00 7.00 5.17
H G-H 1.50 17.50 5.50 3.49
I H-I 1.50 19.00 5.50 3.32
J I-J 1.50 20.50 4.00 1.65
K J-K 1.50 22.00 4.00 1.48
L K-L 1.50 23.50 5.50 2.81
M L-M 1.50 25.00 5.50 2.64
N M-N 2.50 27.50 8.00 4.85
O N-O 1.50 29.00 8.00 4.68
P O-P 1.00 30.00 7.00 3.56
Q P-Q 14.00 44.00 7.00 1.96
R Q-R 1.00 45.00 8.00 2.84
S R-S 1.50 46.50 8.00 2.67
T S-T 1.00 47.50 7.00 1.56

Tabel 8.11. Gaya dan momen vertikal akibat uplift keadaan banjir
NOTASI LEBAR TINGGI BERAT JENIS RASIO GAYA (TON) LENGAN MOMEN
(M) (M) (T/M3) MOMEN (TM)
(M)
U1 1.00 6.24 1 1 6.24 33.5 209.04
U2 10.00 1.64 1 1 16.40 30.5 500.20
U3 10.00 5.06 1 0.5 25.30 28 708.40
U4 1.50 4.89 1 1 7.34 22.25 163.20
U5 1.50 3.59 1 1 5.39 20.75 111.74
U6 1.50 3.19 1 1 4.79 19.25 92.11
U7 1.50 3.8 1 1 5.70 17.75 101.18
U8 1.50 4.73 1 1 7.10 16.25 115.29

RIZKI RIZALDI KURNIAWAN (201710340312255) 52


TUGAS BESAR BAGUNAN AIR

U9 14.00 2.48 1 0.5 17.36 12 208.32


U10 14.00 1.36 1 1 19.04 8.5 161.84
U11 1.50 2.12 1 1 3.18 0.75 2.39
JUMLAH -117.82 -2373.71

Tabel 8.12. Gaya dan momen vertikal akibat konstruksi

LENGAN
LEBAR TINGGI GAYA
NOTASI BJ (T/M3) RASIO MOMEN MOMEN
(M) (M) (TON)
(M) (TM)
C1 1.00 1 2.4 1 2.40 33.50 82.80
C2 10.00 1 2.4 1 24.00 28.50 924.00
C3 1.50 1.5 2.4 1 5.40 22.25 128.25
C4 2.00 1 2.4 1 4.80 21.50 112.80
C5 0.80 2.77 2.4 0.5 2.66 22.40 61.69
C6 1.20 3 2.4 1 8.64 21.11 192.76
C7 1.50 0.7 2.4 0.5 1.26 19.62 26.61
C8 1.50 1.05 2.4 1 3.78 19.25 78.44
C9 1.50 0.8 2.4 0.5 1.44 18.26 28.45
C10 1.50 1.5 2.4 1 5.40 17.97 105.14
C11 1.50 1.43 2.4 0.5 2.57 17.03 47.70
C12 1.50 2.5 2.4 1 9.00 16.25 159.75
C13 1.50 1.5 2.4 1 5.40 7.75 49.95
C14 14.00 1 2.4 1 33.60 0.75 495.60
C15 1.50 1.3 2.4 0.5 2.34 0.60 4.91
C16 1.20 1.3 2.4 1 3.74 0.15 5.05
JUMLAH 116.44 2503.91

RIZKI RIZALDI KURNIAWAN (201710340312255) 53


TUGAS BESAR BAGUNAN AIR

Tabel 8.13. Gaya dan momen vertikal akibat tekanan air


MOMEN
LEBAR TINGGI BERAT GAYA LENGAN
NOTASI TAHAN
(M) (M) JENIS (T/M3) (TON) MOMEN (M)
(TM)
W1 12.00 5.50 1.00 66.00 40.00 2640.00
W2 0.80 5.50 1.00 4.40 39.20 172.48
W3 2.14 0.94 1.00 2.01 36.48 73.38
W4 1.75 0.94 1.00 1.65 36.48 60.01
W5 2.53 0.94 1.00 2.38 34.83 82.83
W6 1.58 0.94 1.00 1.49 33.49 49.74
W7 0.78 0.94 1.00 0.73 33.49 24.55
W8 12.45 0.94 1.00 11.70 33.08 387.14
W9 7.14 3.05 1.00 21.78 1.50 32.67
W10 2.38 1.30 1.00 3.09 1.50 4.64
W11 3.58 2.70 1.00 9.67 10.00 96.66
W12 1.20 1.30 1.00 1.56 0.77 1.20
JUMLAH 126.45 3625.30

Tabel 8.14. Gaya dan momen horizontal akibat tekanan air


BERAT LENGAN MOMEN
LEBAR TINGGI GAYA
NOTASI JENIS RASIO MOMEN GULING
(M) (M) (TON)
(T/M3) (M) (TM)
PW1 4.00 4.00 1.00 1.00 16.00 3.50 56.00
PW2 4.50 4.50 1.00 0.50 10.13 1.50 15.19
PW3 2.00 2.00 1.00 0.50 2.00 0.00 0.00
PW 4 3.80 3.80 1.00 0.50 -7.22 0.00 0.00
PW 5 4.61 4.61 1.00 0.50 -10.63 3.50 37.19
JUMLAH 10.28 108.38

RIZKI RIZALDI KURNIAWAN (201710340312255) 54


TUGAS BESAR BAGUNAN AIR

Tabel 8.15 Gaya dan momen horizontal akibat gempa

LENGAN
LEBAR TINGGI BJ GAYA
NOTASI KOEF RASIO MOMEN MOMEN
(M) (M) (T/M3) (TON)
(M) (TM)
KW1 1.00 1 0.18 2.4 1 0.43 33.50 14.90
KW2 10.00 1 0.18 2.4 1 4.32 28.50 166.32
KW3 1.50 1.5 0.18 2.4 1 0.97 22.25 23.09
KW4 2.00 1 0.18 2.4 1 0.86 21.50 20.30
KW5 0.80 2.77 0.18 2.4 0.5 0.48 22.40 11.10
KW6 1.20 3 0.18 2.4 1 1.56 21.11 34.70
KW7 1.50 0.7 0.18 2.4 0.5 0.23 19.62 4.79
KW8 1.50 1.05 0.18 2.4 1 0.68 19.25 14.12
KW9 1.50 0.8 0.18 2.4 0.5 0.26 18.26 5.12
KW10 1.50 1.5 0.18 2.4 1 0.97 17.97 18.92
KW11 1.50 1.43 0.18 2.4 0.5 0.46 17.03 8.59
KW12 1.50 2.5 0.18 2.4 1 1.62 16.25 28.76
KW13 1.50 1.5 0.18 2.4 1 0.97 7.75 8.99
KW14 14.00 1 0.18 2.4 1 6.05 0.75 89.21
KW15 1.50 1.3 0.18 2.4 0.5 0.42 0.60 0.88
KW16 1.20 1.3 0.18 2.4 1 0.67 0.15 0.91
JUMLAH 20.96 450.70

Sudut geser tanah, Ø = 34o


Berat jenis tanah (γsat) = 2 t/m3
Berat jenis lumpur (γs) = 1,8 t/m3
∅ 34
Ka = tan2 x (45 − ) = tan2 x (45 − ) = 0,28
2 2
∅ 34
Kp = tan2 x (45 + ) = tan2 x (45 + ) = 3,53
2 2

RIZKI RIZALDI KURNIAWAN (201710340312255) 55


TUGAS BESAR BAGUNAN AIR

Tabel 8.16. Gaya dan momen horizontal akibat tekanan tanah dan lumpur

BERAT LENGAN MOMEN


LEBAR TINGGI GAYA
NOTASI KA/KP JENIS RASIO MOMEN GULING
(M) (M) (TON)
(T/M3) (M) (TM)
PA1 0.28 3.00 3.00 0.95 0.50 1.20 2.50 2.99
PA2 0.28 2.50 2.50 0.95 0.50 0.83 2.00 1.66
PA3 0.28 3.50 3.50 0.95 0.50 1.63 2.00 3.26
PA4 0.28 3.50 3.50 0.95 0.50 1.63 2.50 4.07
PA5 0.28 1.50 1.50 0.95 0.50 0.30 1.50 0.45
PP1 3.53 3.80 3.80 0.95 0.50 -24.21 1.50 -36.32
PP2 3.53 1.00 1.00 0.95 0.50 -1.68 1.00 -1.68
PP3 3.53 1.00 1.00 0.95 0.50 -1.68 1.00 -1.68
PP4 3.53 1.00 1.00 0.95 0.50 -1.68 1.50 -2.52
PP5 3.53 1.00 1.00 0.95 0.50 -1.68 1.50 -2.52
PS - 4.00 4.00 1.67 26.72 3.00 80.16
JUMLAH 1.39 47.89

Tabel 8.17. Rekapitulasi gaya-gaya tanpa gempa


MT (TON MG (TON
GAYA/TEKANAN V (TON) M') H (TON) . M')
AKIBAT UPLIFT -117.82 -2373.71
AKIBAT BERAT KONSTRUKSI 116.44 2503.91
AKIBAT BERAT AIR 126.45 2859.90
TEKANAN AIR 10.28 108.38
TEKANAN TANAH DAN LUMPUR 1.39 47.89
JUMLAH 125.07 2990.10 11.67 156.27

Tabel 8.18. Rekapitulasi gaya-gaya dengan gempa


MT (TON MG (TON
GAYA/TEKANAN V (TON) M') H (TON) . M')
AKIBAT UPLIFT -117.82 -2373.71
AKIBAT BERAT KONSTRUKSI 116.44 2503.91
AKIBAT BERAT AIR 126.45 2859.90
AKIBAT BEBAN GEMPA 20.96 450.70
TEKANAN AIR 10.28 108.38
TEKANAN TANAH DAN LUMPUR 1.39 47.89
JUMLAH 125.07 2990.10 32.62 606.97

RIZKI RIZALDI KURNIAWAN (201710340312255) 56


TUGAS BESAR BAGUNAN AIR

Perhitungan Tanpa Gempa

Terhadap guling
∑MT 2990,10
Sf = = = 19,13 ≥ 1,2 (OKE)
∑MG 156,27

Terhadap geser
∑V 𝑥 f 125,07 𝑥 0,8
Sf = = = 8,57 ≥ 1,2 (OKE)
∑H 11,67

7. Eksentrisitas; L = 34 m
L ∑MT − ∑MG L
e = – ≤
2 ∑V 6
34 2990,10 − 156,27 34
= – ≤
2 125,07 6
= -6,65 m ≤ 5,67 m (OKE)

8. Tegangan Terhadap Bawah Pondasi

∑V 6𝑥e 125,07 6 𝑥−6,65


σ1 = x (1 + )= x (1 + )= 3,50 t/m2 (OKE)
L L 34 34

∑V 6𝑥e 125,07 6 𝑥−6,65


σ2 = x (1 − )= x (1 - )= 3,85 t/m2 (OKE)
L L 34 34

RIZKI RIZALDI KURNIAWAN (201710340312255) 57


TUGAS BESAR BAGUNAN AIR

4.7.2 Perhitungan Dengan Gempa


Kontrol Stabilitas

9. Terhadap guling
∑MT 2990,10
Sf = = = 4,92 ≥ 1,20 (OKE)
∑MG 606,90

10. Terhadap geser


∑V 𝑥 f 125,07 𝑥 0,8
Sf = = = 3,06 ≥ 1,20 (OKE)
∑H 32,62

11. Eksentrisitas; L = 34 m
L ∑MT − ∑MG L
e = – ≤
2 ∑V 6
34 2990,10 − 606,9 34
= – ≤
2 125,07 6
= -2,05 m ≤ 5,67 m (OKE)

12. Tegangan Terhadap Bawah Pondasi

∑V 6𝑥e 125,07 6 𝑥−2,05)


σ1 = x (1 + )= x (1 + )= 2,34 t/m2 (OKE)
L L 34 34

∑V 6𝑥e 125,07 6 𝑥−2,05)


σ2 = x (1 − )= x (1 - )= 1,31 t/m2 (OKE)
L L 34 34

RIZKI RIZALDI KURNIAWAN (201710340312255) 58


TUGAS BESAR BAGUNAN AIR

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari hasil Tugas Besar Perencanaan Bendung dan Bangunan Air ini maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :

a. Debit banjir rancangan sebesar 696,95 m³/dt

b. Tnggi mercu bendung sebesar 2,54 m dengan tinggi muka air 2,21 m

c. Lebar bendung sebesar 96 m dengan pintu pembilas berjumlah 5 lebar 1,5 m dan lebar pilar 0,5 m

d. spesifikasi intake yaitu lebar pintu 2 m dengan tinggi bukaan 1,41 m

e. spesifikasi mercu menggunakan TYPE OGEE II

f. tipe kolam olak menggunakan USBR III karena di dapat Fr = 5,77

g. serta dilakukan kontrol stabilitas bendung terhadap guling, geser, daya dukung tanah dan terhadap erosi
bawah pondasi, dalam berbagi kondisi baik normal serta banjir di dapatkan hasil aman sesuai spesifikasi
kontrol dari KP 02

5.2 Saran
Dari hasil Tugas Besar Perencanaan Bendung dan Bangunan Air diharapkan agar:

a. Bisa menjadi nilai tambah bagi mahasiswa Teknik Sipil dilingkungan Universitas Muhammadiyah Malang.
b. Bisa menjadi pertimbangan untuk menyediakan masalah-masalah yang berkaitan dengan Mata Kuliah
Bangunan air
c. Bisa menjadi motivasi bagi mahasiswa untuk bisa berkarya kedepannya.
d. Hasil tugas besar ini nantinya bisa menjadi pegangan dan referensi pada saat mengarungi dunia kerja
kelak.

RIZKI RIZALDI KURNIAWAN (201710340312255) 59


TUGAS BESAR BAGUNAN AIR

BAB VI
Daftar Pustaka

Kriteria Perencanaan (KP) Jaringan Irigasi – 01, Bagian Perencanaan Jaringan Irigasi. Direktorat Jenderal
Pengairan, Departemen Pekerjaan Umum.

Kriteria Perencanaan (KP) Jaringan Irigasi – 03, Bagian Saluran. Direktorat Jenderal Pengairan, Departemen
Pekerjaan Umum.

Kriteria Perencanaan (KP) Jaringan Irigasi – 04, Bagian Bangunan. Direktorat Jenderal Pengairan, Departemen
Pekerjaan Umum.

Standar Perencanaan Irigasi, Bagian Gambar Perencanaan. Direktorat Jenderal Pengairan, Departemen
Pekerjaan Umum.

RIZKI RIZALDI KURNIAWAN (201710340312255) 60

Anda mungkin juga menyukai