Juanda Nawawi
(Jurusan Ilmu Politik Pemerintahan, Universitas Hasanuddin)
Email: juanda_nawawi@yahoo.co.id
Abstract
This article aims to describe and analyze the relationship between Regional Representative
Council and Local Government in the making of local legislation of the alleviation of poverty.
The result of this research showed that the relationship between Regional Representative Coun-
cil and Local Government in the making of local legislation is the diametric relationship. The re-
lationship can be seen from the aspiration of society, public policy delivery budgets priorities
and basis of temporary budget by the local government to the parliament to be discussed and
agreed upon. Then the local government to submit a draft regulation on the budget along with
an explanation of the supporting documents to Regional Representatives Council to be discussed
and approved regulations.
Abstrak
Tulisan ini bertujuan untuk menggambarkan dan menganalisis hubungan DPRD dan pemerintah
daerah dalam pembuatan peraturan daerah tentang pengentasan kemiskinan. Hasil penelitian
dalam tulisan ini menunjukkan bahwa hubungan antara DPRD dan pemerintah daerah adalah
hubungan diametral. Hubungan dapat dilihat dari penyerapan aspirasi masyarakat, penyam-
paian kebijakan umum APBD (KUA) prioritas dan plafon anggaran sementara (PPAS) oleh
pemerintah daerah kepada DPRD untuk dibahas dan disepakati. Selanjutnya pemerintah daerah
mengajukan rancangan perda tentang APBD disertai penjelasan dari dokumen-dokumen pen-
dukungnya kepada DPRD untuk dibahas dan disetujui menjadi perda.
27
Analisis Hubungan DPRD dan Pemerintah Daerah dalam Pembuatan
Kebijakan Kemiskinan di Provinsi Sulawesi Barat (Juanda Nawawi)
pemerintahan daerah yang lebih menguta- bahwa keduanya – Pemerintah Daerah dan
makan pelaksanaan asas desentralisasi. Hal- DPRD – memiliki kedudukan yang sama dan
hal yang mendasar dalam UU. No. 32 tahun sejajar. Itulah sebabnya dalam pelaksanaan
2004 tentang pemerintahan daerah adalah fungsi-fungsi keduanya secara bersama-sama
mendorong untuk memberdayakan masyara- membuat Peraturan Daerah termasuk pem-
kat, menumbuhkan prakarsa dan kreativitas, buatan kebijakan APBD. Ini berarti keduanya
meningkatkan peran serta masyarakat, memiliki hubungan yang saling mendukung,
mengembangkan peran dan fungsi dewan bukan merupakan lawan atau pesaing satu
perwakilan rakyat daerah. sama lainnya.
Salah satu replikasi dari Undang-Undang APBD menurut Peraturan Pemerintah Rl
No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan Nomor 58 Tahun 2005 menyebutkan bahwa
daerah adalah menyangkut hubungan antara APBD direncanakan secara tertib, taat pada
lembaga legislatif dan lembaga eksekutif di peraturan perundang-undangan, efisiensi,
daerah yang peluangnya menjadi sangat ekonomis, efektif, transparan, dan ber-
dinamis. Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tanggung jawab dengan memperhatikan asas
memberikan tempat yang berbeda antara keadilan, kepatutan. dan manfaat untuk
lembaga legislatif dan lembaga eksekutif. Di masyarakat.
dalam pasal 24 ayat (1) dinyatakan setiap Namun dalam kenyataannya terdapat
daerah dipimpin oleh kepala pemerintah da- kesan yang kuat yang berkembang di tengah-
erah yang disebut kepala daerah. Pada pasal tengah masyarakat bahwa proses pembuatan
40 dinyatakan DPRD merupakan lembaga kebijakan APBD hingga ditetapkannya dalam
perwakilan rakyat daerah dan berkedudukan Peraturan Daerah tidak menggunakan prin-
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan sip-prinsip yang dianut di dalam tata kelola
daerah. Pemerintahan daerah adalah pemerintahan yang baik (good governance),
pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintahan da- tetapi lebih banyak dibuat atas dasar
erah yang dilakukan oleh lembaga kepentingan para aktor pembuat kebijakan –
pemerintahan daerah yaitu pemerintah da- aparat Pemerintah Daerah dan Anggota
erah dan dewan perwakilan rakyat daerah DPRD baik kepentingan individual, kelompok,
(DPRD). dan partai.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Akibat dari proses pembuatan kebijakan
tentang Pemerintahan Daerah memberi APBD yang demikian, menyebabkan kepenti-
penegasan bahwa fungsi Pemerintah Daerah ngan masyarakat sebagaimana dijamin dalam
sebagai badan eksekutif dan DPRD sebagai peraturan perundang-undangan menjadi ter-
badan legislatif daerah. Ketegasan berkaitan abaikan terutama sekali yang bertautan
dengan fungsi kedua lembaga ini memberi dengan upaya pengentasan kemiskinan di
manfaat bagi proses demokratisasi dalam wiiayah pemerintah daerah tersebut. Selain
penyelenggaraan pemerintahan di daerah. itu APBD dinilai tidak memiliki sinkronisasi
Ketegasan fungsi ini pula memungkinkan dengan APBD Kabupaten Kota yang ada. Dari
terjadinya "check and balances" menuju fenomena yang diungkapkan tersebut di-
tercapainya tata pemerintahan yang baik atas,maka fokus tulisan ini adalah bagaimana
(good governance), yakni pemerintahan yang hubungan pemerintah daerah dan DPRD da-
partisipatif. adil, transparan dan akuntabel. lam pembuatan peraturan daerah tentang
Dalam system pemerintahan daerah hu- APBD,Apakah aparat pemerintah daerah dan
bungan Pemerintah Daerah dan DPRD meru- anggota DPRD dalam pembuatan APBD
pakan hubungan kerja yang kedudukannya memperhatikan prinsip-prinsip Good Go-
setara dan bersifat kemitraan. Ini bermakna vernance, dan Apakah APBD yang dihasilkan
28
Government: Jurnal Ilmu Pemerintahan, Volume 8, Nomor 1, Januari 2015
secara signifikan dapat menanggulangi ke- data yang akan digunakan dalam penelitian
miskinan. ini adalah dilakukan secara deskriptif
Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan dukungan data kualitatif.
metode kualitatif dengan strategi penelitian
studi kasus. Teknik pengumpulan data adalah
wawancara, observasi, dan kajian dukumen HASIL DAN PEMBAHASAN
Informan terdiri dari aktor aparatur
pemerintah daerah dan anggota DPRD, tokoh Penelitian berkaitan dengan pembuatan
masyarakat, dan LSM yang pengambilannya kebijakan APBD masih kurang dilakukan. Sa-
dilakukan secara purposive sampling. Data di- lah satu studi yang pernah dilakukan oleh
analisis secara deskriptif. Governance and Decentralization Survey
Tujan penelitian ini adalah untuk meng- (2007), menemukan bahwa terjadi ketertu-
gambarkan dan menganalisis hubungan tupan dalam pembahasan APBD di banyak
pemerintah daerah dan DPRD dalam pembu- daerah di Indonesia. Selain ketertutupan juga
atan peraturan daerah tentang APBD, Apa- tidak ditemui adanya mekanisme yang
ratur pemerintah daerah dan anggota DPRD memungkinkan masyarakat di daerah men-
dalam pembuatan APBD dan penerapan prin- cermati, mengkritisi, atau mengevaluasi rin-
sip –prinsip Good Governance, dan APBD cian alokasi penggunaan anggaran dalam
yang dihasilkan dapat menangulangi masalah APBD. Ini berarti hanya melibatkan aparatur
kemiskinan di Provinsi Sulawesi Barat. Pemerintah Daerah dan DPRD.
Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh
METODE PENELITIAN Indonesia Corruption Watch (ICW) beker-
jasama dengan Universitas Murdoch (2008)
Dasar penelitian adalah survei. Tipe menemukan dana hibah dan dana bantuan
penelitian deskriptif, yang diharapkan dapat sosial dalam APBD kabupaten dan kota yang
memberikan gambaran umum penelitian. meningkat menjelang pilkada. Diduga kuat
Lokasi penelitian dilaksanakan di Provinsi dana tersebut untuk perluasan basis politik
Sulawesi Barat. Teknik-teknik yang dipakai kepala daerah untuk maju dalam pilkada.
dalam pengumpulan data adalah sebagai Keadaan seperti itu menurut ICW ditemukan
berikut: (a). Pada studi kepustakaan APBD dibeberapa kabupaten. seperti Kabu-
pengumpulan data dilakukan dengan paten Tabanan, kota Baubau dan APBD kota
menelusuri karya-karya ilmiah para sarjana, Bandung.
literatur-literatur, laporan-laporan, dan Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh
peraturan Perundang-undangan yang relevan Saad (2011) menemukan bahwa pembuatan
dengan masalah dalam penelitian ini. (b). kebijakan APBD kota Makassar yang seha-
Interview (wawancara), yaitu teknik yang rusnya memberikan manfaat optimum bagi
dilakukan dengan mengadakan tanya jawab masyarakat sulit dicapai. mengingat patologi
langsung kepada informan untuk aktor pemerintah daerah dan DPRD cende-
memperoleh informasi guna melengkapi data rung mementingkan diri sendiri daripada
yang belum terjaring dengan mengunakan kepentingan masyarakat. Spektrum fakta so-
pedoman wawancara. (c). Observasi langsung sial seperti konflik, dinamika kelompok, ja-
yaitu suatu teknik pengumpulan data dimana ringan, dan otoritas aktor pemerintah daerah
penulis langsung turun ke lokasi penelitian dan DPRD sangat dominan dan berpengaruh
untuk mengamati dan mengumpulkan data dalam pembuatan APBD. Lebih tegas lagi
dan informasi yang dibutuhkan yang Saad (2011), menyatakan bahwa dalam pem-
menyangkut obyek penelitian. Teknik analisa buatan APBD kota Makassar tahun 2009, para
29
Analisis Hubungan DPRD dan Pemerintah Daerah dalam Pembuatan
Kebijakan Kemiskinan di Provinsi Sulawesi Barat (Juanda Nawawi)
aktor pembuat kebijakan tidak termotivasi Selain itu besaran dan alokasi anggaran
untuk membuat keputusan-keputusan atas yang ada di dalam APBD dapat menjadi in-
dasar tujuan-tujuan masyarakat. Tetapi untuk formasi dan indikator penting dalam menge-
sebesar mungkin untuk keuntungan mereka valuasi perkembangan dan kemajuan suatu
sendi. daerah. Karena itu proses pembuatan ke-
Urgensi penelitian ini terutama terletak bijakan ini menuntut perlunya ada
dari filosofi pembuatan kebijakan APBD yang mekanisme yang jelas dan direncanakan
dalam praktiknya menjadi kewenangan ber- secara tertib, taat pada aturan-aturan per-
sama dari Pemerintah Daerah dan DPRD. Se- undangan, efisien, ekonomis, efektif trans-
bagaimana diatur dalam Undang-Undang paran, dan bertangungjawab serta memper-
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan hatikan azas keadilan, kepatutan dan manfaat
Daerah memberi penegasan bahwa fungsi untuk masyarakat.
Pemerintah Daerah sebagai badan eksekutif Dengan temuan penelitian ini diharapkan
dan DPRD sebagai badan legislatif daerah. akan memberi luaran yang bermanfaat teru-
Keduanya seharusnya dalam pembuatan ke- tama berkaitan dengan dua hal, yaitu: (1) Un-
bijakan APBD didasari atas prinsip-prinsip se- tuk penguatan kelembagaan negara, yaitu
bagaimana di atur dalam Peraturan Pemerintah Daerah dan DPRD Provinsi Sula-
Pemerintah Rl nomor 58 tahun 2005 yaitu wesi Barat. (2) Pengentasan kemiskinan men-
prinsip manfaat untuk masyarakat. jadi fokus kebijkan dalam penyusunan APBD
Hal ini menjadi penting sebab apa yang di- Provinsi Sulawesi Barat, dan (3) Publikasi
atur dalam APBD menjadi acuan bagi artikel ilmiah tingkat nasional maupun in-
pemerintah daerah untuk membangun dan ternasional.
mengelola kepentingan masyarakat daerah Pemecahan masalah-masalah pem-
dalam periode satu tahunan. Artinya kalau bangunan di daerah di dalam era otonomi
kebijakan APBD tidak didasari atas azas daerah menempatkan produk kebijakan
manfaat kepada masyarakat, maka bisa pemerintah daerah dan DPRD menjadi sangat
dipastikan dalam proses pembangunan da- strategis. Pembuatan keputusan strategis dan
erah dalam masa tertentu akan tidak dapat pendekatan pelayanan dan pemberdayaan
dinikmati oleh masyarakat. Dengan kata lain masyarakat daerah seharusnya terlihat di
yang dapat menikmati hasil-hasil pem- dalam besaran dan alokasi dari APBD yang
bangunan adalah hanya kelompok-kelompok dibuat oleh pemerintah daerah dan DPRD.
tertentu. Di mana kelompok tersebut adalah Karena itu pembuatan keputusan strategis
para aktor-aktor pembuat kebijakan APBD, untuk pemecahan masalah-masalah bangsa
yaitu aparatur Pemerintah Daerah dan partai- di daerah memerlukan temuan-temuan dari
partai yang mempunyai kursi di DPRD. pelaksanaan fungsi dari lembaga Pemerintah
Temuan dari penelitian ini akan dapat Daerah dan DPRD, termasuk salah satunya
menjadi cerminan dari para aktor yang terli- adalah proses pembuatan kebijakan APBD.
bat dalam pembuatan kebijakan APBD, Terjadinya kemitraan yang strategis antara
apakah proses yang terjadi dalam pembu- pemerintah daerah dan DPRD sebagai
atannya telah memperhatikan kepentingan- pelaksana pemerintahan di daerah akan lebih
kepentingan dari masyarakat terutama dalam memperkuat lembaga ini. bukan sebaliknya,
hal kesejahteraan masyarakat lewat upaya yaitu saling bersaing dan saling mengawasi.
pengentasan kemiskinan, sebagaimana yang Padahal didalam perundang-undangan
diatur dalam Undang-Undang dan Peraturan keduanya memiliki fungsi sejajar dan jelas
Pemerintah yang ada. dan tegas. Ketegasan fungsi ini pula
memungkinkan terjadinya "check and balan-
30
Government: Jurnal Ilmu Pemerintahan, Volume 8, Nomor 1, Januari 2015
ces" menuju tercapainya tata pemerintahan has bersama dengan kepala daerah untuk
yang baik (good governance), yakni mendapatkan persetujuan bersama, memba-
pemerintahan yang partisipatif, adil, trans- has dan menyetujui rancangan perda tentang
paran dan akuntabel. APBD bersama dengan kepala daerah.
Kebijakan publik adalah suatu respons dari Sebagai unsur penyelenggara pemerinta-
sistem politik terhadap demands/ claim yang han daerah, DPRD mempunyai fungsi le-
mengalir dari lingkungannya (Anderson, gislasi, anggaran, dan pengawasan. Fungsi
1984). Dan beberapa ahli lain yang konsen legeslasi dan anggaran dijabarkan dalam tu-
terhadap isu kebijakan publik yaitu Thomas. gas dan wewenang sebagai mana disebutkan
R. Dye (1978), David Easton (1953), dan di atas. Sebagai wakil rakyat DPRD mempu-
Hofferbert (2000). Dari pendapat para ahli nyai kewajiban memperjuangkan pening-
tersebut, dapat dikenali ciri-ciri kebijakan katan kesejahteraan rakyat di daerah, me-
publik, pertama adalah kebijakan yang dibuat nyerap, menampung, menghimpun, dan
oleh negara, yaitu berkenaan dengan lem- menindaklanjuti aspirasi masyarakat. Sebagai
baga eksekutif, legislatif dan yudikatif. Kedua, unsur penyelenggara pemerintahan daerah
kebijakan publik adalah kebijakan yang dan sekaligus sebagai wakil dari rakyat dalam
mengatur kehidupan seseorang atau golo- pelaksanaan fungsi-fungsi menimbulkan kon-
ngan yang sudah menjadi masalah bersama. flik kepentingan dari para aktor DPRD.
UU RI Nomor 32 Tahun 2004 dengan tegas Anggaran pendapatan dan belanja daerah
menyebutkan bahwa penyelenggaraan selanjutnya disingkat APBD adalah rencana
pemerintahan daerah adalah Pemerintah keuangan tahunan pemerintah daerah yang
Daerah dan DPRD. Pemerintah Daerah adalah dibahas dan disetujui bersama oleh
gubernur, bupati atau walikota dan pemerintah daerah dan DPRD dan ditetapkan
perangkat daerah sebagai unsur penyeleng- dengan peraturan daerah. Peraturan daerah
gara pemerintahan daerah. Kemudian DPRD adalah peraturan yang dibentuk oleh DPRD
adalah lembaga perwakilan rakyat daerah dengan persetujuan bersama kepala daerah.
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan Dalam penjelasan peraturan pemerintah
daerah. Menurut Sadu Warsistiono (2009) No. 58 tahun 2005 ditegaskan APBD merupa-
konsekuensi dari kedudukan antara kan instrumen yang akan menjamin tercip-
pemerintah daerah dan DPRD, praktik yang tanya disiplin dalam proses pengambilan
terjadi dalam hubungan pemerintah daerah keputusan terkait dengan kebijakan pendapa-
dengan DPRD cenderung berhadapan secara tan-pendapatan maupun belanja daerah. Un-
diametral. tuk menjamin agar APBD dapat disusun dan
Selanjutnya UU RI No. 32 Tahun 2004, di- dilaksanakan dengan baik dan benar, maka
satu sisi menyebutkan bahwa kepala daerah dalam peraturan ini diatur landasan adminis-
mempunyai tugas dan wewenang memimpin tratif dalam pengelolaan anggaran daerah
penyelenggaraan pemerintahan daerah ber- yang mengatur antara lain prosedur dan
dasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama teknis penanggaran yang harus diikuti secara
DPRD; mengajukan rancangan perda; tertib dan taat azas. Selain itu dalam rangka
menetapkan perda yang telah mendapat disiplin anggaran maka penyusunan anggaran
persetujuan bersama DPRD; menyusun dan baik “pendapatan” maupun “belanja” juga
mengajukan rancangan perda tentang APBD harus mengacu pada aturan atau pedoman
kepada DPRD untuk dibahas dan ditetapkan yang melandasinya apakah itu undang-un-
bersama. Di lain sisi Undang-Undang ini juga dang, peraturan pemerintah, keputusan men-
menyebutkan bahwa DPRD mempunyai tugas teri, peraturan daerah atau keputusan kepala
dan wewenang membentuk perda yang diba- daerah. Oleh karena itu dalam proses
31
Analisis Hubungan DPRD dan Pemerintah Daerah dalam Pembuatan
Kebijakan Kemiskinan di Provinsi Sulawesi Barat (Juanda Nawawi)
penyusunan APBD pemerintah daerah harus uangan daerah sebagai bahan penyusunan
mengikuti proses dan administratif yang rancangan peraturan daerah tentang APBD.
ditetapkan. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Beberapa prinsip dalam disiplin anggaran merupakan dasar pengelolaan anggaran da-
yang perlu diperhatikan dalam penyusunan lam masa satu tahun. Kepala Daerah dalam
anggaran daerah antara lain bahwa (1) pen- hal ini Gubernur dalam penyusunan rangsan-
dapatan yang direncanakan merupakan gan APBD menetapkan prioritas dan plafon
perkiraan yang terukur secara rasional yang anggaran sebagai dasar penyusunan rencana
dapat dicapai untuk setiap sumber pendapa- kerja dan anggaran satuan kerja perangkat
tan, sedangkan belanja yang dianggarkan daerah, selanjutnya kepala satuan kerja
merupakan batas tertinggi pengeluaran be- perangkat daerah menyusun rencana kerja
lanja, (2) penganggaran pengeluaran harus dan anggaran satuan kerja perangkat daerah
didukung dengan adanya kepastian terse- dengan pendekatan berdasarkan prestasi
dianya penerimaan dalam jumlah yang cukup kerja yang akan dicapai.
dan tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan Dalam UU Rl No. 32 Tahun 2004 diatur
yang belum tersedia atau tidak mencukupi prosedur pembuatan kebijakan APBD. Kepala
kredit anggarannya dalam APBD/ perubahan Daerah mengajukan rancangan perda APBD
APBD, (3) semua penerimaan dan penge- disertai penjelasan dan dokumen-dokumen
luaran daerah dalam tahun anggaran yang pendukungnya kepada DPRD untuk mem-
bersangkutan harus dimasukkan dalam APBD peroleh persetujuan bersama. Rancangan
dan dilakukan melalui rekening kas umum Perda sebagaimana dimaksud dibahas
daerah. pemerintah daerah bersama DPRD berdasar-
Penyusunan APBD diawali dengan pe- kan KUA dan PPS. Pengambilan keputusan
nyampaian kebijakan umum APBD, sejalan DPRD untuk menyetujui rancangan perda di-
dengan rencana kerja pemerintah daerah, maksud dilakukan selambat-lambatnya satu
sebagai landasan penyusunan RAPBD kepada bulan sebelum tahun anggaran dilaksanakan.
DPRD untuk dibahas dalam pembicaraan Atas dasar persetujuan DPRD, kepala daerah
pendahuluan RAPBD yang telah disepakati menyiapkan rancangan peraturan kepala
dengan DPRD. Berdasarkan kebijakan umum daerah tentang penjabaran APBD dan
APBD yang telah disepakati dengan DPRD, rancangan dokumen pelaksanaan anggaran
pemerintah daerah bersama dengan DPRD satuan kerja perangkat daerah.
membahas prioritas dan plafon anggaran se- Keberadaan peraturan daerah tidak dapat
mentara dijadikan acuan bagi setiap satuan dilepaskan kaitannya dengan otonomi daerah
kerja perangkat daerah. sebagai manifestasi kebijakan desentralisasi.
Kepala SKPD selanjutnya menyusun Peraturan daerah sebagai perangkat dan sa-
rencana kerja dan tunggakan SKPP (RKA- lah satu produk hukum daerah merupakan
SKPD) yang disusun berdasarkan prestasi ker- sesuatu yang inherent dengan sistem
ja yang akan dicapai. rencana kerja dan otonomi daerah, oleh karena esensi otonomi
anggaran ini disertai dengan prakiraan be- daerah itu sendiri adalah kemandirian dan
lanja untuk tahun berikutnya setelah tahun bukan sesuatu kebebasan sebuah satuan
anggaran yang disusun. Rencana kerja dan pemerintah yang merdeka. Kemandirian itu
anggaran ini kemudian disampaikan kepada sendiri mengandung arti bahwa daerah ber-
DPRD untuk dibahas dalam pembicaraan hak mengatur dan mengurus urusan rumah
pendahuluan RAPBD. Hasil pembahasan ini tangganya sendiri. Kewenangan mengatur
disampaikan kepada pejabat pengelola ke- sendiri disini mengandung arti bahwa daerah
berhak membuat keputusan hukum berupa
32
Government: Jurnal Ilmu Pemerintahan, Volume 8, Nomor 1, Januari 2015
peraturan perundang-undangan yang diberi sahkan diri dari Sulawesi Selatan yang dimulai
nama “peraturan daerah” (Nawawi, 2012: di wilayah Eks Afdeling Mandar sejak sebelum
70). Indonesia merdeka. Setelah era reformasi
Pada abad ke-16 di kawasan Pulau Sula- dan disahkannya Undang-Undang Nomor 22
wesi Bagian Barat berdiri tujuh kerajaan kecil Tahun 1999 kemudian menggelorakan kem-
yang terletak di pantai. Ketujuh kerajaan kecil bali perjuangan masyarakat di tiga kabu-
tersebut bersepakat membentuk federasi paten, yakni Polewali Mamasa, Majene dan
yang berikutnya dinamakan ‘Pitu Ba’bana Mamuju untuk menjadi Provinsi.
Binanga’ yang berarti ‘Tujuh Kerajaan di Tahun 2000, para Bupati dan Ketua DPRD
muara Sungai’. Kerajaan yang masuk Kabupaten Mamuju, Majene, Polewali Ma-
persekutuan ini adalah Balanipa, Binuang, masa mendukung dan menyetujui deklarasi
Sendana, Banggae, Pamboang, Mamuju dan pembentukan Provinsi Sulawesi Barat di Ta-
Tappalang. Pada abad ke-17 federasi tersebut man Makam Pahlawan Korban 40.000 jiwa di
kemudian bergabung dengan federasi tujuh Galung Lombok Polman dan dilanjutkan
kerajaan di kawasan pegunungan yang ber- dengan penyelenggaraan kongres I Sulawesi
nama ‘Pitu Ulunna Salu’ atau ‘Tujuh Kerajaan Barat. Pada Tahun 2000 dengan ditetap-
di Hulu Sungai’. Ketujuh Kerajaan tersebut kannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun
adalah Rantebulahan (Tometaken), Mambi 2002 tentang pembentukan kabupaten Ma-
(Tomakaka), Matangnga (Benteng), Tabang masa dan Kota Palopo, maka kabupaten Ma-
(Bumbunan Ada) dan Bambang (Subuan masa resmi dimekarkan menjadi kabupaten
Adat). Gabungan dua federasi itu dinamakan Polewali Mandar dan kabupaten Mamasa.
‘Pitu Ba’bana Binanga’ dan ‘Pitu Ulunna Salu’ Setahun kemudian, kabupaten Mamuju resmi
yang artinya: ‘Tujuh Kerajaan di Pantai’ dan dimekarkan menjadi kabupaten Mamuju dan
‘Tujuh Kerajaan di Pegunungan’. Mamuju Utara berdasarkan Undang-Undang
Sekitar tahun 1960, setelah Sulawesi nomor 7 Tahun 2003 tentang pembentukan
Tenggara memisahkan diri dari Provinsi induk kabupaten Luwu Timur dan kabupaten
yang bernama Sulawesi Selatan dan Tengga- Mamuju Utara.
ra, tokoh masyarakat mandar yang ada di Untuk jangka waktu yang lama, daerah ini
Makassar mencetuskan ide pembentukan sempat menjadi salah satu daerah yang pa-
Provinsi Mandar. Dengan semangat ling terisolir atau “yang terlupakan” di Sula-
“Allamungan Batu di Luyo” yang mengikat wesi Selatan. Ada beberapa faktor penyebab
mandar dalam ‘Pitu Ba’bana Binanga’ dan yang mendorong terbentuknya Provinsi Su-
‘Pitu Ulunna Salu’ dalam sebuah mukhtamar lawesi Barat antara lain: (1) Jaraknya yang
yang melahirkan “Sipamandar” (saling mem- cukup jauh dari Ibukota Provinsi Sulawesi
perkuat) untuk bekerja sama dalam mem- Selatan (Makassar), (2) Kondisi geografisnya
bangun Mandar. Ide pembentukan Provinsi yang bergunung-gunung dengan prasarana
Mandar ini dilanjutkan sampai masa orde jalan yang buruk, (3) Mayoritas penduduknya
baru. (etnis mandar, dan beberapa kelompok sub
Ide pembentukan Provinsi Mandar diubah etnik kecil lainnya) yang lebih egaliter se-
menjadi rencana pembentukan Provinsi Su- hingga sering berbeda sikap dengan ke-
lawesi Barat (Sulbar) dan ini tercetus di ru- lompok etnik mayoritas dan dominan (Bugis
mah H. A. Depu di Jln. Sawerigading No. 2 dan Makassar) yang lebih hirarkis, (4) Sejarah
Makassar, kemudian Tahun 1961 dideklarasi- mencatat daerah ini sempat menjadi
kan di Bioskop Istana Jln. Sultan Hasanuddin pangkalan utama “tentara pembelot” (Ba-
Makassar dan perjuangan tetap dilanjutkan talion 301) pimpinan kolonel Andi Selle tahun
sampai masa orde baru. Tuntutan memi-
33
Analisis Hubungan DPRD dan Pemerintah Daerah dalam Pembuatan
Kebijakan Kemiskinan di Provinsi Sulawesi Barat (Juanda Nawawi)
1950-1960 yang kecewa terhadap kebijakan APBD, mekanisme dan sarana yang
pemerintah. digunakan dalam menyerap aspirasi
Sejak tanggal 5 Oktober 2004, Provinsi masyarakat yaitu melakukan pertemuan
Sulawesi Barat secara resmi diundangkan, langsung dengan warga masyarakat dan juga
hasil pemekaran dari Provinsi Sulawesi Se- kunjungan lapangan dalam bentuk kunjungan
latan, berdasarkan Undang-Undang Nomor konstituen maupun penerimaan aspirasi
26 Tahun 2004, Provinsi Sulawesi Barat langsung dari anggota masyarakat yang da-
dengan Ibukota Provinsi berpusat di Mamuju tang dari kantor DPRD, (2) pembahasan
dan secara administrasi terdiri dari 5 Kabu- rancangan peraturan daerah tentang APBD,
paten yaitu kabupaten Mamuju, kabupaten pemerintah daerah Provinsi Sulawesi Barat
Polewali Mandar, kabupaten Majene, kabu- dengan keputusan gubernur No. 540 tahun
paten Mamuju Utara dan kabupaten Ma- 2013 tentang pembentukan tim anggaran
masa, yang terdiri dari 66 kecamatan, 602 pemerintah daerah Provinsi Sulawesi Barat
kelurahan dan desa. dengan tugas membuat rencana kerja
Salah satu asumsi mendasar diterapkan- pemerintah daerah; melakukan pembahasan
nya kebijakan otonomi daerah adalah pe- dan penetapan rencana kerja pemerintah
nguatan rakyat melalui penguatan kelemba- daerah; dan menyusun rancangan Kebijakan
gaan pemerintahan daerah yaitu pemerintah Umum Anggaran (KUA), dan rancangan Prio-
daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Dareah ritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS).
(DPRD). Penguatan ini dimaksudkan untuk Pemerintah daerah menyampaikan
membuka peluang pembuatan kebijakan rancangan Kebijakan Umum Anggaran (KUA)
publik di daerah yang menjadi kewenangan dan rancangan prioritas plafon anggaran
daerah. kepada DPRD untuk dibahas. Rancangan Ke-
Hubungan pemerintah daerah dan DPRD bijakan Umum Anggaran (KUA) dan
sebagai lembaga pemerintahan daerah dalam rancangan prioritas plafon anggaran tetap
pembuatan peraturan daerah tentang APBD mengacu pada arah kebijakan umum dan
dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu: (1) program pembangunan daerah RPJMD Sula-
penyerapan aspirasi masyarakat, mekanisme wesi Barat 2012-2016.
atau sarana yang digunakan dalam menyerap Pihak DPRD Provinsi Sulawesi Barat se-
aspirasi masyarakat dalam pembuatan perda bagai lembaga Perwakilan Rakyat Daerah dan
tentang APBD, pihak pemerintah daerah selaku unsur penyelenggara pemerintahan
provinsi Sulawesi Barat menggunakan daerah, dilihat dari mekanisme pembahasan
mekanisme pertemuan warga masyarakat rancangan peraturan daerah tentang APBD
termasuk mencari input masalah kemiskinan, 2013-2014 yang diajukan pemerintah daerah
selain pertemuan langsung antara aparat ke DPRD, diterima oleh sekretariat DPRD, dan
pemerintah daerah dengan warga masyara- sekretariat DPRD menyampaikan rancangan
kat, juga pencarian input melalui cara-cara kebijakan umum anggaran dan prioritas pla-
konvensional semacam Musbangdes/ Rakor- fon anggaran sementara kepada Badan Ang-
bang dan peninjauan lapangan dalam rangka garan yang dibentuk berdasarkan keputusan
proses penyusunan rancangan peraturan DPRD Provinsi Sulawesi Barat No: 10 tahun
daerah tentang APBD. Pihak DPRD sebagai 2012. Badan Anggaran merupakan alat
lembaga legislatif daerah dan selalu unsur kelengkapan DPRD mempunyai tugas mem-
penyelenggara pemerintahan daerah berikan saran dan pendapat berupa pokok-
mempunyai tugas menyerap aspirasi pokok pikiran DPRD kepda pemerintah da-
masyarakat sebagai bahan dalam pembaha- erah dalam mempersiapkan rancangan APBD.
san pembuatan peraturan daerah tentang Selambat-lambatnya 5 bulan sebelum
34
Government: Jurnal Ilmu Pemerintahan, Volume 8, Nomor 1, Januari 2015
ditetapkan, melakukan pembahasan bersama mor 58 tahun 2005 tentang pengelolaan ke-
dengan tim anggaran pemerintah daerah ter- uangan daerah, menetapkan bahwa keuang-
hadap rancangan Kebijakan Umum Anggaran an daerah direncanakan secara tertib, efektif,
(KUA) dan rancangan prioritas plafon ang- transparan dan bertanggung jawab dengan
garan yang disampaikan oleh pemerintah memperhatikan asas keadilan, kepatutan,
daerah, (3) penetapan rancangan peraturan dan manfaat untuk masyarakat. Perencanaan
daerah tentang APBD. Rancangan peraturan keuangan daerah dilaksanakan dalam satu
daerah yang inisiatif berasal dari pemerintah sistem yang terintegrasi yang diwujudkan da-
daerah diusulkan oleh tim anggaran lam APBD.
pemerintah daerah Provinsi Sulawesi Barat APBD merupakan satu kesatuan yang
kepada DPRD. Sebelum disahkan menjadi terdiri dari: pendapatan daerah, belanja da-
peraturan daerah tentang APBD tahun 2013 erah dan pembiayaan daerah. Penyusunan
oleh pemerintah daerah dan DPRD dalam APBD Provinsi Sulawesi Barat oleh aparatur
rapat paripurna, baik dari pihak pemerintah pemerintah daerah atau DPRD berpedoman
daerah maupun DPRD menyampaikan pokok- kepada Rencana Kerja Pemerintah Daerah
pokok pikiran yaitu: (a) anggaran belanja da- (RKPD). RKPD merupakan penjabaran dari
erah dibatasi dengan maksimum sama RPJMD Sulawesi Barat 2012-2016 untuk
dengan anggaran belanja tahun sebelumnya, jangka waktu satu tahun yang memuat
(b) belanja daerah diprioritaskan untuk men- rancangan ekonomi daerah, prioritas pemba-
danai belanja yang bersifat mengikat dan be- ngunan dan kewajiban daerah, rencana kerja
lanja bersifat wajib untuk menjamin kelang- yang terukur dan pendanaannya, baik yang
sungan pemenuhan pelayanan dasar dilaksanakan langsung oleh pemerintah da-
masyarakat di Provinsi Sulawesi Barat. erah provinsi maupun ditempuh dengan
Hubungan pemerintah daerah dan DPRD mendorong partisipasi masyarakat. RKPD
dalam pembuatan peraturan daerah tentang Provinsi Sulawesi Barat disusun untuk men-
APBD adalah hubungan kelembagaan. Un- jamin keterkaitan dan konsistensi antara
dang-Undang No. 32 Tahun 2004 menyebut- perencanaan, penganggaran, pelaksanaan,
kan pemerintah daerah adalah gubernur, bu- dan pengawasan,
pati atau walikota dan perangkat daerah se- Dalam penyusunan RKPD Provinsi Sulawesi
bagai unsur penyelenggara pemerintahan Barat tahun 2013, prinsip-prinsip serta
daerah. Kemudian DPRD sebagai lembaga mekanisme penyusunan telah diupayakan
perwakilan rakyat daerah dan sebagai unsur untuk dipedomani oleh aparatur pemerintah
penyelenggara pemerintahan daerah. daerah yang tergabung dalam Tim Anggaran
Konsekuensi dari kedudukan antara Pemerintah Daerah (TPAD) yaitu: (1) melibat-
pemerintah daerah dan DPRD, paraktek yang kan seoptimal mungkin partisipasi masyara-
terjadi dalam hubungan pemerintah daerah kat dalam menyerap aspirasi masyarakat,
dan DPRD cenderung berhadapan secara di- baik melalui forum seminar, lokakarya, mau-
ametral. Sebagai unsur penyelenggara pun forum diskusi, (2) berorientasi pada
pemerintahan daerah perda dibuat oleh pemecahan masalah dan peka terhadap
pemerintah daerah bersama-sama dengan perkembangan keadaan masyarakat, (3)
DPRD, artinya prakarsa atau inisiatif perda berorientasi pada perkembangan kinerja, (4)
APBD Provinsi Sulawesi Barat berasal dari berorientasi pada lima kebijakan untuk pem-
pemerintah daerah. bangunan Provinsi Sulawesi Barat yaitu: (a)
Asas umum dan struktur Anggaran Penda- meningkatkan kualitas sumber daya manusia,
patan dan Belanja Daerah (APBD) dalam per- aparatur, (b) meningkatkan kuantitas dan
aturan pemerintah Republik Indonesia No- kualitas sarana dan prasarana serta pertum-
35
Analisis Hubungan DPRD dan Pemerintah Daerah dalam Pembuatan
Kebijakan Kemiskinan di Provinsi Sulawesi Barat (Juanda Nawawi)
buhan ekonomi, (c) meningkatkan kualitas pemerintah dengan kebijakan umum APBD
SDA dibidang pendidikan, (d) memperkuat adalah landasan filosofis untuk merumuskan
SDA di bidang kesehatan, (e) pemanfaatan kebijakan dan sasaran program atau kegiatan
sumber daya alam yang berkelanjutan. dalam satu tahun anggaran untuk di-
Penyusunan rencana kerja pemerintah pedomani seluruh satuan kerja perangkat
daerah sebanyak 32 satuan kerja pemerintah daerah dalam menyusun rencana kerja
daerah (SKPD) dan 234 program kerja yang kegiatan dan anggaran dalam rangka
berpedoman pada RPJMD Provinsi Sulawesi penyusunan rancangan APBD dan rancangan
Barat 2012-2016 bersifat komprehensif ber- perubahan APBD.
dasarkan urusan pemerintahan yaitu urusan Berdasarkan fakta yang diperoleh melalui
wajib dan urusan pilihan membutuhkan ang- hasil wawancara dengan aktor dari aparatur
garan yang dapat dialokasikan ke dalam APBD pemerintah daerah dan anggota DPRD.
tahun 2013-2014. Penyusunan anggaran tiap- Penyusunan APBD tahun anggaran 2013
tiap SKPD sebagai rencana kerja pemerintah pemerintah daerah tetap berpedoman pada
daerah tetap memperhatikan prinsip peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32
penyusunan APBD. Berdasarkan fakta tahun 2012 tentang pedoman penyusunan
menunjukkan bahwa penyusunan anggaran APBD tahun anggaran 2013. Prinsip penyusu-
setiap perangkat daerah (SKPD) mengacu nan APBD mengacu pada: (1) kebutuhan
pada peraturan Menteri Dalam Negeri No. 37 penyelenggaraan pemerintahan daerah
tahun 2012 tentang pedoman penyusunan provinsi berdasarkan urusan pemerintahan
anggaran pendapatan dan belanja daerah dan kewenangan dari pemerintah kepada
tahun danggaran 2013 yaitu: (1) sesuai pemerintah daerah provinsi, (2) mengikuti
dengan kebutuhan penyelenggaraan tahapan dan jadwal waktu penyusunan APBD
pemerintahan berdasarkan kewenangan tahun anggaran 2013 sesuai yang telah
SKPD, (2) transparansi anggaran SKPD untuk ditetapkan dalam peraturan perundang-un-
memudahkan masyarakat mengetahui dan dangan, (3) keterbukaan informasi anggaran
dapat mengakses informasi seluas-luasnya SKPD melalui website untuk memudahkan
tentang anggaran setiap SKPD dan anggota masyarakat mengakses informasi
penggunaannya, (3) melibatkan partisipasi tentang APBD, (4) mendorong tingkat
masayarakat dalam bentuk memperoleh in- partisipasi masyarakat, (5) memperhatikan
put-input dari masyarakat dari berbagai fo- asas keadilan dan kepatutan dalam
rum untuk penyusunan SKPD. Kondisi ini penggunaan anggaran, (6) mengupayakan
menggambarkan bahwa penyusunan APBD penyusunan APBD tidak bertentangan
yang dilakukan oleh aparatur pemerintah dengan kepentingan umum dan peraturan
daerah Provinsi Sulawesi Barat memper- yang lebih tinggi.
hatikan beberapa prinsip-prinsip Good Go- Penyusunan dan penetapan APBD.
vernance. Pemerintah daerah Provinsi Sulawesi Barat
Pedoman penyusunan APBD Provinsi Su- menyampaikan kebijakan umum APBD se-
lawesi Barat tahun anggaran 2013 dalam pe- jalan dengan rencana kerja pemerintah da-
raturan Menteri Dalam Negeri Republik Indo- erah Provinsi Sulawesi Barat, sebagai lan-
nesia Nomor 37 tahun 2012 tentang pe- dasan penyusunan RAPBD kepada DPRD un-
doman penyusunan APBD adalah pokok- tuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan
pokok kebijakan yang mencakup sinkronisasi RAPBD. Berdasarkan kebijakan umum APBD
kebijakan pemerintah dengan pemerintah yang telah disepakati dengan DPRD,
daerah, prinsip dan kebijakan umum APBD, pemerintah daerah bersama dengan DPRD
dan perubahan APBD. Sinkronisasi kebijakan membahas prioritas dan Plafon Anggaran
36
Government: Jurnal Ilmu Pemerintahan, Volume 8, Nomor 1, Januari 2015
Sementara (PPAS) untuk dijadikan acuan bagi mendapat perhatian para aktor. Dengan kata
setiap satuan kerja perangkat daerah. Pem- lain prinsip efisiensi dan efektivitas dalam
bahasan kebijakan umum anggaran pendapa- good governance belum diterapkan dengan
tan dan belanja daerah (KUA) dan prioritas baik oleh aparatur pemerintah daerah dan
Plafon Anggaran Sementara (PPAS) kedua angota DPRD yang terlibat dalam penyusu-
aktor yaitu aparatur pemerintah daerah dan nan, pembahasan dan penetapan APBD.
anggota DPRD yang terlibat dalam pembaha- Anggaran pendapatan belanja daerah
san APBD tetap memperhatikan partisipasi Provinsi Sulawesi Barat disusun sesuai
masyarakat melalui masukan anggota dengan kebutuhan penyelenggaraan
masyarakat terhadap alokasi anggaran pem- pemerintahan dan kemampuan pendapatan
bangunan untuk peningkatan kesejahteraan daerah. Penyusunan APBD berpedoman pada
masyarakat, transparansi anggaran yang di- Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) da-
akses oleh anggota masyarakat, dan akunta- lam rangka mewujudkan pelayanan kepada
bilitas penggunaan anggaran. Kepala SKPD masyarakat untuk tercapainya tujuan
selanjutnya menyusun rencana kerja dan bernegara. APBD mempunyai otorisasi,
anggaran SKPD (RKA-SKPD) yang disusun ber- perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi,
dasarkan prestasi kerja yang dicapai. Rencana dan stabilisasi. Dalam menyusun APBD,
kerja dan anggaran disertai dengan perkiraan penganggaran pengeluaran harus didukung
belanja untuk tahun berikutnya. Rencana dengan adanya kepastian penerimaan dalam
kerja dan anggaran SKPD disampaikan kepada jumlah yang cukup. Dengan demikian,
DPRD untuk dibahas dalam pembicaraan penganggaran untuk setiap pengeluaran
pendahuluan RAPBD. Hasil pembahasan an- APBD hars didukung dengan alasan hukum
tara DPRD dan pemerintah daerah disam- yang melandasinya (PP No. 58 tahun 2005).
paikan kepada pejabat pengelola keuangan Anggaran pendapatan belanja daerah
daerah sebagai bahan penyusunan rancangan Provinsi Sulawesi Barat merupakan satu
peraturan daerah tentang APBD. Proses se- kesatuan yang terdiri dari: pendapatan da-
lanjutnya pemerintah daerah Provinsi Sula- erah, belanja daerah, dan pembiayaan da-
wesi Barat mengajukan rancangan perda ten- erah. Pendapatan daerah meliputi semua
tang APBD disertai penjelasan dari dokumen- penerimaan uang melalui Rekening Kas
dokumen pendukungnya kepada DPRD untuk Umum Daerah (RKUD) yang menambah ekui-
dibahas dan disetujui. APBD yang disetujui tas dana lancar, yang merupakan hak daerah
DPRD trinci sampai dengan unit organisasi, dalam satu tahun anggaran yang tidak perlu
fungsi, program, kegiatan, dan jenis belanja dibayar kembali oleh daerah. Pendapatan
SKPD. daerah terdiri atas: Pendapatan Asli Daerah
APBD Provinsi Sulawesi Barat yang dibuat (PAD), dana perimbangan, dan lain-lain pen-
dan disetujui bersama antara pemerintah dapatan daerah yang sah; dana perimbangan
daerah dan DPRD, memperlihatkan suatu yang meliputi: dana bagi hasil, dana alokasi
kondisi tentang penyusunan dan penetapan umum dan dana alokasi khusus; lain-lain
APBD oleh para aktor baik dari pihak aparatur pendapatan daerah yang sah merupakan se-
pemerintah daerah maupun anggota DPRD. luruh pendapatan daerah yang sah, dan
Pada satu sisi memperhatikan penerapan be- merupakan seluruh pendapatan daerah
berapa prinsip good governance, dan pada selain PAD dan dana perimbangan yang meli-
sisi lain kurang cermat dan teliti dalam perhi- puti hibah, dana darurat, dan lain-lain penda-
tungan dan alokasi anggaran menyebabkan patan yang diterapkan pemerintah.
terjadinya defisit APBD tahun 2013. Dilihat Belanja daerah meliputi semua penge-
dari tingkat efisiensi dan efektivitas kurang luaran dari Rekening Kas Umum Daerah
37
Analisis Hubungan DPRD dan Pemerintah Daerah dalam Pembuatan
Kebijakan Kemiskinan di Provinsi Sulawesi Barat (Juanda Nawawi)
(RKUD) yang mengurangi ekuitas dana lancar pada Maert 2007 menjadi 141,3 ribu jiwa
yang merupakan kewajiban daerah dalam (13,58) pada Maret 2010. Namun pada peri-
satu tahun anggaran yang tidak akan di- ode Maret 2010 hingga Maret 2011 menga-
peroleh pembayarannya kembali oleh da- lami kenaikan sebesar 23,5 ribu jiwa (0,31%),
erah. Belanja daerah dipergunakan dalam pada Maret 2012 jumlah penduduk miskin di
rangka pelaksanaan urusan pemerintahan Provinsi Sulawesi Barat 160,5 ribu jiwa
yang menjadi kewenangan pemerintah da- (13,89%) dan pada tahun 2013 sampai 2014
erah provinsi, kabupaten di Sulawesi Barat data tentang jumlah penduduk miskin berpe-
yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pili- doman pada tahun 2012 (Badan Pusat Statis-
han yang ditetapkan dengan ketentuan per- tik Provinsi Sulawesi Barat).
undang-undangan. Dalam kurun waktu 2012-2016 kebijakan
Penyelenggaraan urusan wajib dipriori- belanja daerah dalam APBD Provinsi Sulawesi
taskan untuk melindungi dan meningkatkan Barat diperuntukkan kepada belanja publik
kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya yang langsung menyentuh kepada masyara-
memenuhi kewajiban daerah yang di- kat kecil termasuk masyarakat yang berada
wujudkan dalam bentuk peningkatan pela- dalam garis kemiskinan. Belanja langsung
yanan daerah, pendidikan, kesehatan, fasili- yang merupakan kewajiban pemerintah da-
tas sosial, dan fasilitas umum yang layak serta erah dan kebijakan alokasi belanja tidak lang-
mengembangkan sistem jaminan sosial. Uru- sung diarahkan pada: (1) peningkatan pela-
san wajib selain melindungi dan meningkat- yanan pada masyarakat secara efektif dan
kan kualitas kehidupan masyarakat pada sisi efisien melalui peningkatan motivasi, disiplin,
lain juga diprioritaskan untuk mengentaskan etos kerja dan mobilitas aparatur pemerintah
kemiskinan. Kemiskinan masalah kompleks daerah, (2) mendukung organisasi ke-
yang dipengaruhi oleh faktor yang saling masyarakatan dalam rangka menunjang tu-
berkaitan, antara lain tingkat pendapatan, gas-tugas pemerintah, (3) memfasilitasi
kesehatan, pendidikan, akses terhadap ba- pemerintah kebupaten dalam rangka
rang dan jasa, lokasi geografis dan kondisi pemenuhan dan peningkatan kemampuan
lingkungan. keuangan daerah, (4) penanganan masalah
Kebijakan belanja daerah Provinsi Sulawesi kemiskinan.
Barat yang tergambar dalam APBD Untuk Provinsi Sulawesi Barat pengaloka-
diupayakan dengan pengaturan pola pembel- sian belanja daerah yang terdiri dari belanja
anjaan yang proporsional, efisien, dan efektif tidak langsung yang meliputi belanja pegawai
dengan berprinsip pada: (1) pro pertum- 45,18% dibandingkan dengan belanja ban-
buhan, (2) pro penanggulangan kemiskinan, tuan sosial untuk penanggulangan kemiski-
(3) pro pembukaan lapangan kerja untuk nan 0,33%, belanja bantuan sosial kepada
mengatasi tingkat pengangguran, (4) pro kelompok masyarakat 21,9%. Kondisi ini
pembangunan manusia, (5) pro pelestarian menggambarkan belanja daerah baik belanja
lingkungan. Ini dilakukan dengan pendekatan langsung maupun belanja tidak langsung
anggaran berbasis kinerja, kerangka yang ada dalam APBD untuk penanggulangan
penganggaran jangka menengah (KPJM) dan kemiskinan masih relatif kecil, dalam arti
anggaran terpadu. Dalam keterkaitannya kontribusi APBD belum signifikan dapat
dengan masalah kemiskinan di Provinsi Sula- mengatasi masalah kemiskinan di Provinsi
wesi Barat, jumlah persentase penduduk Sulawesi Barat. Namun pada sisi lain berbagai
miskin pada Maret 2007 sampai Maret 2010 upaya pemerintah daerah provinsi dan kabu-
terus menunjukkan penurunan dari tahun ke paten di Sulawesi Barat untuk mengatasi ma-
tahun, yaitu dari 189,9 ribu jiwa (19,03%) salah kemiskinan termasuk pemberdayaan
38
Government: Jurnal Ilmu Pemerintahan, Volume 8, Nomor 1, Januari 2015
masyarakat desa yang dikenal dengan “Pro- Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
gram Bangun Mandar” yaitu pembangunan disingkat APBD adalah anggaran keuangan
desa mandiri berbasis masyarakat. Program tahunan yang dibahas dan disetujui bersama
Bangun Mandar adalah program pemerintah oleh pemerintah daerah dan DPRD dan
daerah Provinsi Sulawesi Barat dalam rangka ditetapkan dengan peraturan daerah.
penanggulangan kemiskinan. Struktur organi- Penyusunan APBD diawali dengan penyam-
sasi program Bangun Mandar mulai dari ting- paian kebijakan umum APBD sejalan dengan
kat provinsi sampai ke tingkat desa/ ke- rencana kerja pemrintah daerah, sebagai lan-
lurahan dari pemerintah (pemerintah dasan penyusunan RAPBD kepada DPRD
provinsi/SKPD, pemerintah kabupaten, untuk dibahas dalam pembicaraan penda-
kecamatan, desa/lurah dituntut mampu ber- huluan RAPBD yang telah disepakati dengan
peran sebagai katalisator pembangunan DPRD. Berdasarkan kebijakan umum APBD
mendorong terjadinya proses transformasi yang telah disepakati dengan DPRD memba-
sosial untuk memberi kontribusi terhadap has prioritas dan flatpon anggaran yang
penanggulangan kemiskinan di Provinsi Sula- dijadikan acuan bagi setiap satuan kerja
wesi Barat. perangkat daerah. Pembuatan APBD selan-
Bentuk kegiatan program Bangun Mandar jutnya dapat dilihat dari beberapa dimensi
yang dananya bersumber dari APBD yang di- yaitu: (1) penyusunan APBD, (2) pembahasan
serahkan kepada Satuan Kerja Pemerintah APBD antara pemerintah daerah dan DPRD,
Daerah (SKPD) provinsi dan kabupaten seper- (3) penetapan peraturan daerah tentang
ti pelatihan peningkatan kegiatan ekonomi APBD.
warga masyarakat dan pengembangan ko-
moditas unggulan di setiap desa pada wilayah KESIMPULAN
sasaran Bangun Mandar dalam bentuk
pelatihan kepada masyarakat desa yang ada Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004
pada enam kabupaten yaitu: Kabupaten tentang pemerintahan daerah menyebutkan
Mamuju, Mamuju Tengah, Mamasa, Polewali bahwa penyelenggara pemerintahan daerah
Mandar, Majene, dan Mamuju Utara. adalah pemerintah daerah dan DPRD. Kedua
Pergeseran paradigma penyelenggaraan lembaga pemerintahan daerah adalah unsur
pemerintahan dari sistem sentralisasi ke penyelenggara pemerintahan daerah. Hubu-
sistem desentralisasi dengan lahirnya Un- ngan pemerintah daerah dan DPRD Provinsi
dang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Sulawesi Barat dalam pembuatan peraturan
kemudian direvisi menjadi Undang-Undang daerah tentang APBD tahun anggaran 2013,
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Penmerinta- dalam praktek yang terjadi hubungan kedua
han Daerah dimana kedua lembaga lembaga pemerintahan cenderung berhada-
pemerintahan dapat melaksanakan fungsinya pan secara diametral sesuai kedudukan, tu-
masing-masing, pemerintah daerah sebagai gas, dan wewenang. Pemerintah daerah dan
eksekutif daerah dan DPRD sebagai legislatif DPRD bersama-sama membahas dan me-
daerah. Dalam Undang-Undang Nomor 32 nyetujui rancangan perda. Rancangan perda
Tahun 2004 dinyatakan bahwa pemerintahan tentang APBD prakarsa dan inisiatif berasal
daerah adalah penyelenggaraan urusan dari pemerintah daerah, dan rancangan
pemerintahan oleh pemerintah daerah dan perda bersama-sama dengan DPRD memba-
DPRD menurut asas otonomi dan tugas pem- has dan menyetujui rancangan perda menjadi
bantuan dengan prinsip otonomi seluas-luas- peraturan daerah Nomor 5 tahun 2013 ten-
nya dalam sistem dan prinsip-prinsip negara tang Perda APBD.
kesatuan Republik Indonesia.
39
Analisis Hubungan DPRD dan Pemerintah Daerah dalam Pembuatan
Kebijakan Kemiskinan di Provinsi Sulawesi Barat (Juanda Nawawi)
APBD Provinsi Sulawesi Barat tahun ang- dalam seminar Nasional “Expose Po-
garan 2013 merupakan satu kesatuan yang tensi dan Peluang Bisnis di Provinsi
terdiri dari pendapatan daerah, belanja da- Riau” di selengarakan perhimpunan
erah, pembiayaan daerah. APBD dapat dilihat Mahasiswa pasca sarjana Riau Ban-
dari asas-asas dan struktur APBD, pedoman dung 19 Oktober 2002.
penyusunan APBD, penyusunan dan peneta- Dye, T. R. (1972). Understanding Public Policy.
pan APBD dalam struktur APBD, perencanaan NJ: Prentice hall Inc.
keuangan daerah dilakukan secara tertib,
ekonomis, dan taat pada peraturan perunda- Easton, D. (1965). Framework for Political
ngan dan aparatur pemerintah daerah dan Analysis. NJ: Prentice Hall, Inc.
anggota DPRD yang terlibat dalam penyusu- Hofferbert, R. L. (2000). The Study of Public
nan dan pembahasan APBD berpedoman Policy. New York: The Boobs - Merrill
pada peraturan Menteri Dalam Negeri No. 37 Inc.
Tahun 2012 tentang pedoman penyusunan
APBD dan tetap memperhatikan beberapa Saad, M. (2011). Analisis Pembuatan Ke-
prinsip good governance yaitu partisipasi bijakan Anggaran Pendapatan dan
masyarakat, transparansi dan akuntabilitas. Belanja Daerah (APBD) Kota Ma-
APBD Provinsi Sulawesi Barat tahun ang- kassar. Disertasi Universitas Hasa-
garan 2013 yang ditetapkan dengan Pera- nuddin Makassar
turan Daerah Nomor 5 Tahun 2013 tentang Warstiono, S. (2009). Manajemen Pelayanan
Perda yg meliputi pendapatan daerah, be- Publik Suatu Analisis. Bandung:
lanja daerah, dan pembiayan daerah. Remaja Rosdakarya.
Pemerintah daerah dan DPRD dalam
Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004
penyusunan, pembahasan dan penetapan
tentang Pemerintahan Daerah.
APBD kurang peka terhadap penanggulangan
kemiskinan dalam arti APBD tidak pro aktif Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 2003
(masyarakat miskin). Hal ini terlihat dari pos- Tentang Keuangan Negara.
tur anggaran khususnya belanja daerah dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 58 Tahun
pembiayaan daerah relatif masih kecil kurang 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan
signifikan dalam penanggulangan kemiskinan. Daerah.
Pada sisi lain ada upaya pemerintah daerah
untuk penanggulangan masalah kemiskinan Peraturan Pemerintah RI Nomor 54 Tahun
dengan anggaran yang bersumber dari APBD 2005 tentang Pinjaman Daerah.
relatif masih terbatas pada masing-masing Peraturan pemerintah RI Nomor 55 Tahun
SKPD yaitu “dengan program bangun Man- 2005 Tentang Dana Perimbangan.
dar” yang berbasis pada masyarakat desa.
Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005
Tentang Sistem Informasi Keuangan
DAFTAR PUSTAKA
Daerah.
Anderson, J. E. (1979). Public Policy Making. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005
New York: Holt, Rinehard and Wins- Tentang Hibah Kepada Daerah.
ton Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005
Astawa, P. I. G. (2002). Problematika Pera- Tentang Pengelolaaan Keuangan Da-
turan Daerah antara Tantangan dan erah.
dalam Peluang Berinvestasi di Era
Otonomi Daerah. Makalah disajikan
40
Government: Jurnal Ilmu Pemerintahan, Volume 8, Nomor 1, Januari 2015
41
Analisis Hubungan DPRD dan Pemerintah Daerah dalam Pembuatan
Kebijakan Kemiskinan di Provinsi Sulawesi Barat (Juanda Nawawi)
42