Meningkatkan Interprofesional Kolaborasi Terhadap Keselamatan
Pasien Dengan Komunikasi SBAR : Systematic Review
Andriani Mei Astuti¹, Dewi Elizadiani Suza², Mahnum Lailan Nasution³
¹Master Students of Medical Surgical Nursing, ² Lecture Department of Pediatric Nursing, Faculty of Nursing, ³Lecture Department of Mental Science Nursing, Faculty of Nursing, Universitas Sumatera Utara, Prof. Maas Street Kampus USU, Medan, Indonesia andrianimei90@gmail.com
Keywords : Communication SBAR, Interprofessional Collaboration, Patient Safety.
Abstract : Patient safety telah menjadi isu penting yang berkembang secara global, prioritas terhadap keselamatan pasien merupakan persoalan kritis yang berkembang menjadi sebuah gerakan sistematik untuk menekan dan mencegah medication error. Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah literature review dimana peneliti menganalisis beberapa jurnal yang relevan yang diterbitkan dari database CINAHL, Proquest, Pubmed, MEDLINE, Science Direct, dan Gale dari 2012 sampai 2018. Kata kunci yang digunakan adalah komunikasi SBAR, interprofesional kolaborasi dan keselamatan pasien. Pencarian ini menemukan 18 artikel terkait. Dari 18 artikel, hanya ada 16 artikel yang fokus pada komunikasi SBAR, 9 dari 16 artikel terfokus memberikan teks lengkap informasi penting tentang patient safety dan kolaborasi interprofesional. Hasil menyatakan bahwa komunikasi antara dokter dan perawat memegang peranan yang penting dalam menentukan derajat kesehatan pasien dan kualitas pelayanan kesehatan. Dampak terhada pengaruh komunikasi SBAR dalam interprofesional kolaborasi memiliki nilai signifikan, hal ini menunjukkan bahwa variabel komunikator berpengaruh positif terhadap keselamatan pasien rawat inap di rumah sakit dan mampu meningkatkan budaya keselamatan pasien. Kesimpulan dari studi ini menunjukkan bahwa komunikasi SBAR mampu menjadikan teknik pendekatan kolaboratif dokter, perawat, bidan, ahligizi, farmasi, fisioterapis, dan profesi lain yang terkait dalam tatalaksana pelayanan kesehatan bagi pasien. Bentuk SBAR yang dimodifikasi untuk kebutuhan organisasi dapat memainkan peran penting dalam mentransfer informasi dari satu profesi ke profesi lainnya, sehingga hubungan interaksi dan kolaborasi antar profesi merupakan faktor penting untuk meningkatkan kualitas pelayanan perawatan pasien, mengurangi kesalahan medis, dan meningkatkan profesionalisme.
seperti di Jerman melaporkan kejadian buruk
1 INTRODUCTION dalam setahun 10 % dari ijin masuk rumah sakit. Spanyol, Perancis dan Denmark Patient safety telah menjadi isu menunjukkan data dalam 2005 studi penting yang berkembang secara global di nasional kejadian buruk telah diterbitkan pelayanan kesehatan, prioritas terhadap dan mempelajari dengan kejadian serupa keselamatan pasien merupakan persoalan oleh beberapa pakar kesehatan. Statistik kritis yang berkembang menjadi sebuah menunjukkan bahwa strategi untuk gerakan sistematik untuk menekan dan mengurangi tingkat kejadian buruk di uni mencegah medication error (Smith et al., eropa sendiri akan memimpin pada 2017). National Patient Safety Agency pencegahan lebih dari 750.000 kesalahan (NPSA) pada tahun 2017 melaporkan medis per tahun, memimpin pada gilirannya terdapat 135.356 insiden kejadian medical untuk lebih dari 3.2 juta hari, rawat inap error di Inggris dan meningkat secara yang lebih sedikit dan 95 kematian per tahun signifikan menjadi 508.409 insiden di ( WHO, 2018 ). periode Januari-Maret tahun 2018, data Pelaporan data di indonesia tentang menunjukkan sekitar 44.000 - 98.000 orang kejadian tidak di harapkan (KTD) dan meninggal setiap tahun akibat kesalahan kejadian nyaris cidera (KNC) belum pemberian obat dan kesalahan itervensi. terlaksana secara keseluruhan, khususnya Uni eropa menunjukkan secara rumah sakit swasta dan terpencil. Komite konsisten bahwa kesalahan dan terkait medis Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) kesehatan kejadian buruk yang terjadi di 8 % periode September 2006-2011 menyebutkan sampai 12%. Perawatan di rumah sakit data berdasarkan jenis kejadian sebanyak 249 laporan mengenai KTD dan 283 terkait yang memiliki berbedaan dalam kejadian KNC. Sedangkan berdasarkan unit mendokumentasikan hasil pengkajian dan terkait, keperawatan sebanyak 283 laporan, intervensi kepada pasien. Struktur pelaporan farmasi sebanyak 80 laporan, laboraturium setiap profesi yang berbeda, perspektif latar sebanyak 41 laporan, dokter sebanyak 33 belakang budaya profesi yang berbeda, stres, laporan, dan sarana prasarana sebanyak 25 kelelahan, perbedaan etnis, dan struktur laporan. Di Indonesia, sasaran keselamatan sosial di anggap sebagai faktor rumitnya pasien sudah terbentuk dan terdapat dalam pelaksanaan komunikasi antar profesi Peraturan Menteri Kesehatan Republik berbasis keselamatan pasien (Blom, Indonesia (PERMENKES RI) Nomor 11 Petersson, Hegell & Westergren, 2015). Tahun 2017 tentang keselamatan pasien. Peraturan ini menjadi tolak ukur utama The Joint Commission International operasionalisasi keselamatan pasien di (JCI), Agency for Healthcare Research and rumah sakit seluruh Indonesia, dimana saat Quality (AHRQ), Institute for Health Care ini seluruh rumah sakit di Indonesia Improvement (IHI), dan World Health berupaya membangun dan mengembangkan Organization (WHO) merekomendasikan keselamatan pasien berdasarkan pemahaman penggunaan metode SBAR (Situation, manajemen terhadap keselamatan pasien Background, Assessment, Recommendation) sesuai dengan penetapan standar nasional sebagai alat komunikasi terstruktur, ringkas akreditasi rumah sakit yaitu SKP 2 (KARS, dan logis untuk menjelaskan kondisi pasien 2012). kepada seluruh interprofesi yang terlibat dalam perawatan pasien di rumah sakit. Rumah sakit harus mengembangkan Menurut penelitian Randmaa, Martensson, dan mensosialisasikan sistem dimana semua Swenne, dan Engstrom (2018), bahwa perintah maupun hasil uji klinis yang dengan menggunakan metode SBAR dalam diterima harus diverifikasi atau dibacakan berdiskusi dan mendokumentasikan catatan ulang kepada pihak yang memberikan pemberian pelayanan kesehatan kepada perintah. Komunikasi dengan metode read pasien, dapat menunjukkan peningkatan back telah menjadi salah satu sasaran dari kerja sama dan komunikasi perawat, dokter, program patient safety yaitu komunikasi dan farmasi. SBAR. Penelitian Joffe et al. (2013) Komunikasi kolaboratif yang efektif mengatakan bahwa proses komunikasi merupakan elemen penting untuk SBAR terbukti telah menjadi alat memberikan perawatan berkualitas dan komunikasi yang efektif dalam pengaturan meningkatkan budaya keselamatan pasien, perawatan akut untuk tingkatan komunikasi sedangkan komunikasi yang tidak jelas dan yang urgen, terutama antara dokter dan tidak efektif antar interprofesional profesi perawat, namun masih sedikit yang kesehatan menjadi salah satu penyebab diketahui dari efektifitas dalam pengaturan medication error seperti kesalahan tentang hal ini. pengobatan, rencana perawatan pasien yang tidak akurat, serta penundaan dalam transfer Kesalahan komunikasi antar profesi pasien ke perawatan kritis (Leonard, kesehatan dilaporkan sebagai faktor Graham, & Bonacum, 2014). penyebab medication error, Joint Komunikasi kolaboratif dan kerja tim Commision International (JCI) menunjukkan adalah elemen penting untuk memberikan data sebanyak 60% dari semua kejadian perawatan berkualitas dan keselamatan kesalahan medis tersebut berhubungan pasien (Stewart, 2016). Sehingga dengan komunikasi (Vinu & Kane, 2016). berdasarkan pemaparan permasalahan Komunikasi dianggap efektif bila tepat diatas, peneliti memahami pentingnya waktu, akurat, lengkap, tidak ambigu, dan komunikasi SBAR dalam interprofesional mudah diterima oleh penerima informasi kolaborasi terhadap keselamatan pasien di yang bertujuan mengurangi kesalahan- rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk kesalahan dan meningkatkan keselamatan mengetahui pengaruh komunikasi SBAR pasien (Komisi Akreditasi Rumah Sakit, dalam interprofesional kolaborasi terhadap 2012). keselamatan pasien. Tantangan komunikasi di antara penyedia layanan kesehatan memiliki keterbatasan pada perbedaan dalam sistem pelaporan, seperti peran dokter dan perawat 2 METHODS 3 RESULT Metode yang digunakan dalam Hasil literatur review didapatkan penulisan ini adalah literature review bahwa efektifitas komunikasi SBAR, dari dimana penulis menganalisis beberapa jurnal sembilan jurnal menyebutkan bahwa yang relevan yang diterbitkan dari database komunikasi SBAR dapat meningkatkan CINAHL, Proquest, Pubmed, MEDLINE, keselamatan pasien dan kolaborasi antar Science Direct, dan Gale. Kata kunci yang profesi. Penelitian Meester et al. (2013) digunakan adalah komunikasi SBAR, menyatakan bahwa komunikasi antara interprofesional kolaborasi dan keselamatan dokter dan perawat memegang peranan yang pasien. Data diekstraksi dari artikel yang penting dalam menentukan derajat kesehatan berkualitas kemudian dikelompokkan, pasien dan kualitas pelayanan kesehatan dibahas dan ditarik kesimpulan. Pencarian yang mereka berikan. Semakin baik ini menemukan 18 artikel terkait. Dari 18 komunikasi yang terjadi diantara kedua artikel, hanya ada 16 artikel yang fokus pada profesi tersebut maka semakin baik pula komunikasi SBAR, Sembilan dari 16 artikel hasil perawatan kesehatan yang diberikan terfokus memberikan teks lengkap informasi kepada pasien. penting tentang patient safety dan kolaborasi interprofesional. Beberapa design Literature review dalam hal ini berasal yang digunakan dalam penelitian ini adalah dari berbagai negara, hal ini dikarenakan kuantitatif, kualitatif, dan Mixed Method. untuk melihat dampak komunikasi SBAR di berbagai kultur budaya penelitian yang Gambar 1. Aliran proses pemilihan artikel berasal dari Inggris, India, Republic of China, USA, Iran, Yunani, Hongkong, Qatar, dan Indonesia. Studi difokuskan pada 18 relevant articles published from pengaruh komunikasi SBAR dalam the database CINAHL, Proquest, interprofesional kolaborasi penanganan Pubmed, MEDLINE, Science pasien terhadap keselamatan pasien, Direct, and Gale from 2012 to 2018. sehingga diharapkan dapat menurunkan Clinical Key; 2 qualitative journals angka kejadian medication error. Hasil yang didapatkan terkait metode SBAR, rumah sakit harus dapat menciptakan standart n=2 bahasa yang sama untuk melakukan komunikasi kunci informasi perawatan Incomplete pasien. Komunikasi SBAR digunakan untuk text memandu pertukaran informasi antara Does not perawat dan dokter dalam memberikan match the pelayanan kesehatan berkesinambungan, journal title. serta mencegah adanya kesenjangan komunikasi di antara dua profesi tersebut (McCrory, Aboumatar, Custer, Yang, & Hunt, 2012). 16 articles related to topic above Penggunaan SBAR secara konsisten juga membantu dalam meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit serta mampu meningkatkan kepercayaan pasien (Blom, Petersson, Hagell, & n=3 Westergren, 2015). Pengaruh secara parsial Not related to dari variabel komunikator terhadap SBAR keselamatan pasien memiliki nilai communication signifikan, hal ini menunjukkan bahwa and variabel komunikator berpengaruh positif interprofessional terhadap keselamatan pasien rawat inap di collaboration. rumah sakit dan mampu meningkatkan budaya keselamatan pasien. Hasil penelitian terhadap variabel komunikator keselamatan 9 relevant articles pasien menunjukkan 75,6% staff sangat related to topic setuju selalu menggunakan teknik komunikasi SBAR, 21,8% setuju dan 2,6% pasien dan keselamatan pasien. Komunikasi staff kurang setuju selalu menggunakan SBAR terdiri dari S (Situation): sebuah teknik komunikasi SBAR (Shahid & pernyataan singkat dari masalah yang terjadi Thomas, 2018). pada saat itu, B (Background): pernyataan dari informasi yang melatarbelakangi situasi yang terjadi, A (Assessment): pernyataan 4 DISCUSSION penilaian terhadap sebuah masalah, R (Recommendation): pernyataan tentang World Health Organization (WHO) tindakan meminta saran untuk melakukan (2017) menyatakan bahwa, pelaksanaan tindakan mengatasi masalah (Clochesy, pelayanan kesehatan secara komprehensif Dolansky, Hickman & Gittner, 2015). harus di diskusikan secara bersama dengan Penelitian Stewart, et al. (2016) rinci dan diketahui oleh berbagai pihak menunjukkan hasil bahwa pada komponen pelayanan kesehatan terkait. Penelitian komunikasi situation (S) sebagian besar Shahid dan Thomas (2018) mengatakan dalam kategori efektif sebanyak 82,0%, pada bahwa komunikasi menjadi kunci utama komponen komunikasi background (B) dalam kolaborasi interprofesi, sebagaimana sebagian besar dalam kategori tidak efektif disebutkan dalam hasil penelitian bahwa sebanyak 78,0%, pada komponen adanya pengaruh secara parsial dari variabel komunikasi assessment (A) sebagian besar komunikator terhadap keselamatan pasien dalam kategori tidak efektif sebanyak 64,0% dengan nilai signifikan. Hasil penelitian ini dan pada kategori komponen komunikasi menunjukkan hasil signifikan terhadap recommendation (R) sebagian besar dalam variabel komunikator keselamatan pasien kategori tidak efektif sebanyak 64,0%. yaitu 75,6% sangat setuju selalu Komunikasi dianggap efektif bila menggunakan teknik komunikasi SBAR, tepat waktu, akurat, lengkap, tidak ambigu, 21,8% setuju dan 2,6% kurang setuju untuk dan mudah diterima oleh penerima informasi selalu menggunakan teknik komunikasi yang bertujuan mengurangi kesalahan- SBAR. kesalahan dan meningkatkan keselamatan pasien (Komisi Akreditasi Rumah Sakit, Komunikasi SBAR terdiri dari S 2012). Sebagaimana diketahui bahwa dalam (Situation): sebuah pernyataan singkat dari penyampaian pesan dapat terjadi beberapa masalah yang terjadi pada saat itu, B hambatan, salah satunya ucapan yang tidak (Background): pernyataan dari informasi jelas san didukung juga kompetensi dokter, yang melatar belakangi situasi yang terjadi, perawat dan tim medis lainnya yang tidak A (Assessment) pernyataan penilaian sama. Penggunaan istilah-istilah medis terhadap sebuah masalah, R disetiap profesi memiliki makna berbeda dan (Recommendation) pernyataan tentang bisa saja tidak di pahami oleh profesi tindakan meminta saran untuk melakukan lainnya, sehingga dapat menyebabkan tindakan mengatasi masalah (Clochesy, kekeliruan dalam menjalankan intervensi Dolansky, Hickman dan Gittner, 2015). asuhan pelayanan kesehatan kepada pasien Kesinambungan perawatan pasien dicapai dan dapat berpengaruh terhadap keselamatan dengan transfer informasi klinis pasien pasien (Randmaa, Martensson, Swenne, dan secara rinci, jelas dan ringkas dari satu Engstrom, 2018). profesi ke profesi lainnya. Kegagalan Kolaborasi perawat-dokter yang komunikasi dalam pengaturan perawatan positif telah terbukti mengarah pada hasil kesehatan dapat menyebabkan kesalahan pasien yang lebih baik dan meningkatkan medis yang serius dan dapat menyebabkan kepuasan kerja penyedia layanan. kerugian yang akan dialami oleh pasien dan Berdasarkah penelitian Anna, et al. (2017) rumah sakit. Tantangan komunikasi di mengatakan responden perempuan 78,0% antara penyedia layanan kesehatan adalah memiliki sikap yang baik untuk kolaborasi pada perbedaan dalam pelatihan dan dibandingkan dengan 30,2% laki-laki (p ekspektasi pelaporan setiap profesi yang <0,001). Secara keseluruhan, 68.7% berbeda. perawat dan 31,3% dokter memiliki sikap Institute for Healthcare yang baik terhadap perawatan kolaboratif, Improvement (IHI) (2017), menyatakan Responden perempuan memiliki skor sikap bahwa komunikasi SBAR dapat menjadi rata-rata lebih tinggi secara signifikan kerangka kerja untuk komunikasi efektif 52,35 ± 6,30 dibandingkan dengan pria antar anggota tim kesehatan terkait kondisi dengan skor rata-rata 45,60 ± 7,18 (p faktor penting untuk meningkatkan kualitas <0,001). pelayanan perawatan pasien, mengurangi kesalahan medis, dan meningkatkan Pengaruh pemahaman suatu profesionalisme. komunikasi tidak hanya dalam bentuk lisan, akan tetapi juga didokumentasikan dalam REFERENCES catatan perkembangan pasien terintegrasi, Anna, K. et al. (2017). Collaboration and hal ini berupa suatu catatan terintegrasi patient safety at an emergency interprofesi pasien rawat inap selama di department – a qualitative case study. rumah sakit. Sejak pasien masuk rawat inap sampai Journal of Health Organization and dengan pasien keluar dari rumah sakit, mencakup Management Vol. 32 No.1,2018. keluhan pasien, hasil pemeriksaan, rencana https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubme penatalaksanaan, instruksi, analisis dan evaluasi d/29508665 tatalaksana yang diberikan kepada pasien termasuk hasil kolaborasi terhadap pelayanan pasien. The Boaro, N., Fancott, C., Baker, R., Velji, K. Joint Commission International (JCI) (2017) & Andreoli, A. (2017). Using SBAR to menyatakan perbedaan teknik komunikasi improve communication in secara lisan dan telepon juga berpengaruh interprofessional rehabilitation teams. terhadap patient safety, tim medis khususnya Journal of Interprofesisonal Care, perawat yang menerima perintah lisan dan telepon selalu mencatat perintah secara January, 24(1) : Pg. 111-114. lengkap hasil pemeriksaan pasien (write 10.3109/13561820902881601 back), kemudian membacakan kembali Blom, L., Petersson, P., Hagell, P., & (read back) dan setelah itu mengkonfirmasi Westergren, A. (2015). The Situation, ulang (repeat back). Background, Assessment and Recommendation (SBAR) Model for Semua pemberi layanan kesehatan dan Communication between Health Care pihak manajemen sudah dapat melakukan Professionals: A Clinical Intervention evaluasi terhadap pelaksanaan teknik Pilot Study. International Journal of komunikasi SBAR yang telah dilakukan, Caring Sciences. Volume 8. Issue 3. memotivasi untuk melaksanakan teknik Page 530. komunikasi SBAR pada saat interaksi dan komunikasi dengan dokter, perawat dan tim Chaharsoughi, N., Ahrari, S., Alikhah, S. lainnya. Membuat program pelatihan (2014). A randomized trial comparison mengenai penatalaksanaan keselamatan the effect of teaching of SBAR pasien berbasis komunikasi efektif dan technique with role play and lecturing SBAR. on communication skill of nurses. Journal of Caring Sciences, 3(2), 141- 147. doi: 10.5681/jcs.2014.015. 5 CONCLUSION Studi ini menunjukkan bahwa dengan Cunningham, N., Weiland, T., Dijk, J., pendekatan komunikasi SBAR dapat Paddle, P., & Shilkofski, N. (2012). membantu kolaboratif antara dokter, Telephone referrals by junior doctors: a perawat, bidan, ahligizi, farmasi, randomised controlled trial assessing fisioterapis, dan profesi lain yang terkait the impact of SBAR in a simulated dalam tatalaksana pelayanan kesehatan bagi pasien. setting. Postgrad Medical Journal; 7 Bentuk SBAR yang dimodifikasi untuk (1) 619–626. doi: kebutuhan organisasi dapat memainkan 10.1136/postgradmedj-2011-130719 peran penting dalam mentransfer informasi dari satu profesi ke profesi lainnya. SBAR Hanneke, M. Sanne, L. Wagtendonk, P. dapat memainkan peran penting dalam Cordula, W. (2014). Patient safety in komunikasi antara profesi mengenai status elderly hip fracture patients: design of perkembangan pasien melalui catatan a randomised controlled trial. Merten et perkembangan pasien terintegrasi. Secara al. BMC Health Services Research. teknis, keselamatan pasien sangat 12(1):1-12 bergantung dari tindakan yang dilakukan oleh tim medis, sehingga hubungan interaksi dan kolaborasi antar profesi merupakan Institute for Healthcare Improvement. and Recommendation) improves (2017). SBAR: Situation-Background- communication in neonatology. SAMJ: Assessment-Recommendation South African Medical Journal. 2014;104(12):850–2. Joint Commission International. (2017). JCI Accreditation Standards for Renz, S. M., Boltz, M. P., Wagner, L. M., hospitals.6th Edition. Capezuti, E. A., & Lawrence, T. E. (2013). Examining the feasibility and Joffe E., James P., Turley., Kevin, O., Todd, utility of an SBAR protocol in R., Craig, W., Elmer, V. (2013). longterm care : A Randomized Trial”. Evaluation of a problem - specific Journal of Interprofessional Care, SBAR tool to improve after - hours 5(1): 111–114. nurse - physician phone doi.org/10.10162Fj.gerinurse.2013;04- communication: A randomized trial. 10. The Joint Commission Journal on Quality and Patient Safety Volume 39 Roberts, N. K., Williams, R. G, Schwind, C. Number 11. 6(1):495-501. J., Sutyak, J. A., McDowell, C., Griffen, D., Wetter, N. 2014. The impact of brief team communication, leadership and team behavior training Komite Akreditasi Rumah Sakit. (2018). on ad hoc team performance in trauma Standar Nasional Akreditasi Rumah care settings. The American Journal of Sakit Edisi 1.Jakarta. Surgery, 207(2), 170-178. Komite Keselamatan Rumah Sakit (KKP- doi:10.1016/j.amjsurg.2013.06.016 RS) PERSI. (2017). Pedoman pelaporan insiden keselamatan pasien World Health Organization. (2017). World (IKP). Jakarta. Health Statistics 2017: Monitoring health for the SDGs. Geneva, Meester, K. D., Verspuyb, M., Monsieurs, Switzerland: WHO. K. G. M., & Bogaert, P. V. (2013). SBAR improves nurse physician communication and reduces unexpected death: A pre and post intervension study. Resuscitation, 84, pg. 1192– 1196. doi: 10.1016.
Onishi, M., Komi, & K., Kanda. (2013).
Physicians perceptions of physician- nurse collaboration in Japan: effects of collaborative experience. J Interprof Care. 2013.May;27(3):231 doi:10.3109/13561820.2012.736095. Accessed 27 August 2018. Randmaa M., Swenne, CL., Mårtensson, G, Högberg, H., & Engström, M. (2018). Implementing situation-background- assessment-recommendation in an anaesthetic clinic and subsequent information retention among receivers: a prospective interventional study of postoperative handovers. European Journal ofAnaesthesiology (EJA). 2018;33(3):172–8 Raymond, M., & Harrison, MC. (2014). The structured communication tool SBAR (Situation, Background, Assessment