Anda di halaman 1dari 6

Meningkatkan Interprofesional Kolaborasi Terhadap Keselamatan

Pasien Dengan Komunikasi SBAR : Systematic Review

Andriani Mei Astuti¹, Dewi Elizadiani Suza², Mahnum Lailan Nasution³


¹Master Students of Medical Surgical Nursing, ² Lecture Department of Pediatric Nursing, Faculty of Nursing,
³Lecture Department of Mental Science Nursing, Faculty of Nursing, Universitas Sumatera Utara,
Prof. Maas Street Kampus USU, Medan, Indonesia
andrianimei90@gmail.com

Keywords : Communication SBAR, Interprofessional Collaboration, Patient Safety.


Abstract : Patient safety telah menjadi isu penting yang berkembang secara global, prioritas terhadap
keselamatan pasien merupakan persoalan kritis yang berkembang menjadi sebuah gerakan
sistematik untuk menekan dan mencegah medication error. Metode yang digunakan dalam
penulisan ini adalah literature review dimana peneliti menganalisis beberapa jurnal yang
relevan yang diterbitkan dari database CINAHL, Proquest, Pubmed, MEDLINE, Science
Direct, dan Gale dari 2012 sampai 2018. Kata kunci yang digunakan adalah komunikasi SBAR,
interprofesional kolaborasi dan keselamatan pasien. Pencarian ini menemukan 18 artikel
terkait. Dari 18 artikel, hanya ada 16 artikel yang fokus pada komunikasi SBAR, 9 dari 16
artikel terfokus memberikan teks lengkap informasi penting tentang patient safety dan
kolaborasi interprofesional. Hasil menyatakan bahwa komunikasi antara dokter dan perawat
memegang peranan yang penting dalam menentukan derajat kesehatan pasien dan kualitas
pelayanan kesehatan. Dampak terhada pengaruh komunikasi SBAR dalam interprofesional
kolaborasi memiliki nilai signifikan, hal ini menunjukkan bahwa variabel komunikator
berpengaruh positif terhadap keselamatan pasien rawat inap di rumah sakit dan mampu
meningkatkan budaya keselamatan pasien. Kesimpulan dari studi ini menunjukkan bahwa
komunikasi SBAR mampu menjadikan teknik pendekatan kolaboratif dokter, perawat, bidan,
ahligizi, farmasi, fisioterapis, dan profesi lain yang terkait dalam tatalaksana pelayanan
kesehatan bagi pasien. Bentuk SBAR yang dimodifikasi untuk kebutuhan organisasi dapat
memainkan peran penting dalam mentransfer informasi dari satu profesi ke profesi lainnya,
sehingga hubungan interaksi dan kolaborasi antar profesi merupakan faktor penting untuk
meningkatkan kualitas pelayanan perawatan pasien, mengurangi kesalahan medis, dan
meningkatkan profesionalisme.

seperti di Jerman melaporkan kejadian buruk


1 INTRODUCTION
dalam setahun 10 % dari ijin masuk rumah
sakit. Spanyol, Perancis dan Denmark
Patient safety telah menjadi isu menunjukkan data dalam 2005 studi
penting yang berkembang secara global di nasional kejadian buruk telah diterbitkan
pelayanan kesehatan, prioritas terhadap dan mempelajari dengan kejadian serupa
keselamatan pasien merupakan persoalan oleh beberapa pakar kesehatan. Statistik
kritis yang berkembang menjadi sebuah menunjukkan bahwa strategi untuk
gerakan sistematik untuk menekan dan mengurangi tingkat kejadian buruk di uni
mencegah medication error (Smith et al., eropa sendiri akan memimpin pada
2017). National Patient Safety Agency pencegahan lebih dari 750.000 kesalahan
(NPSA) pada tahun 2017 melaporkan medis per tahun, memimpin pada gilirannya
terdapat 135.356 insiden kejadian medical untuk lebih dari 3.2 juta hari, rawat inap
error di Inggris dan meningkat secara yang lebih sedikit dan 95 kematian per tahun
signifikan menjadi 508.409 insiden di ( WHO, 2018 ).
periode Januari-Maret tahun 2018, data Pelaporan data di indonesia tentang
menunjukkan sekitar 44.000 - 98.000 orang kejadian tidak di harapkan (KTD) dan
meninggal setiap tahun akibat kesalahan kejadian nyaris cidera (KNC) belum
pemberian obat dan kesalahan itervensi. terlaksana secara keseluruhan, khususnya
Uni eropa menunjukkan secara rumah sakit swasta dan terpencil. Komite
konsisten bahwa kesalahan dan terkait medis Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS)
kesehatan kejadian buruk yang terjadi di 8 % periode September 2006-2011 menyebutkan
sampai 12%. Perawatan di rumah sakit data berdasarkan jenis kejadian sebanyak
249 laporan mengenai KTD dan 283 terkait yang memiliki berbedaan dalam
kejadian KNC. Sedangkan berdasarkan unit mendokumentasikan hasil pengkajian dan
terkait, keperawatan sebanyak 283 laporan, intervensi kepada pasien. Struktur pelaporan
farmasi sebanyak 80 laporan, laboraturium setiap profesi yang berbeda, perspektif latar
sebanyak 41 laporan, dokter sebanyak 33 belakang budaya profesi yang berbeda, stres,
laporan, dan sarana prasarana sebanyak 25 kelelahan, perbedaan etnis, dan struktur
laporan. Di Indonesia, sasaran keselamatan sosial di anggap sebagai faktor rumitnya
pasien sudah terbentuk dan terdapat dalam pelaksanaan komunikasi antar profesi
Peraturan Menteri Kesehatan Republik berbasis keselamatan pasien (Blom,
Indonesia (PERMENKES RI) Nomor 11 Petersson, Hegell & Westergren, 2015).
Tahun 2017 tentang keselamatan pasien.
Peraturan ini menjadi tolak ukur utama The Joint Commission International
operasionalisasi keselamatan pasien di (JCI), Agency for Healthcare Research and
rumah sakit seluruh Indonesia, dimana saat Quality (AHRQ), Institute for Health Care
ini seluruh rumah sakit di Indonesia Improvement (IHI), dan World Health
berupaya membangun dan mengembangkan Organization (WHO) merekomendasikan
keselamatan pasien berdasarkan pemahaman penggunaan metode SBAR (Situation,
manajemen terhadap keselamatan pasien Background, Assessment, Recommendation)
sesuai dengan penetapan standar nasional sebagai alat komunikasi terstruktur, ringkas
akreditasi rumah sakit yaitu SKP 2 (KARS, dan logis untuk menjelaskan kondisi pasien
2012). kepada seluruh interprofesi yang terlibat
dalam perawatan pasien di rumah sakit.
Rumah sakit harus mengembangkan Menurut penelitian Randmaa, Martensson,
dan mensosialisasikan sistem dimana semua Swenne, dan Engstrom (2018), bahwa
perintah maupun hasil uji klinis yang dengan menggunakan metode SBAR dalam
diterima harus diverifikasi atau dibacakan berdiskusi dan mendokumentasikan catatan
ulang kepada pihak yang memberikan pemberian pelayanan kesehatan kepada
perintah. Komunikasi dengan metode read pasien, dapat menunjukkan peningkatan
back telah menjadi salah satu sasaran dari kerja sama dan komunikasi perawat, dokter,
program patient safety yaitu komunikasi dan farmasi.
SBAR. Penelitian Joffe et al. (2013) Komunikasi kolaboratif yang efektif
mengatakan bahwa proses komunikasi merupakan elemen penting untuk
SBAR terbukti telah menjadi alat memberikan perawatan berkualitas dan
komunikasi yang efektif dalam pengaturan meningkatkan budaya keselamatan pasien,
perawatan akut untuk tingkatan komunikasi sedangkan komunikasi yang tidak jelas dan
yang urgen, terutama antara dokter dan tidak efektif antar interprofesional profesi
perawat, namun masih sedikit yang kesehatan menjadi salah satu penyebab
diketahui dari efektifitas dalam pengaturan medication error seperti kesalahan
tentang hal ini. pengobatan, rencana perawatan pasien yang
tidak akurat, serta penundaan dalam transfer
Kesalahan komunikasi antar profesi pasien ke perawatan kritis (Leonard,
kesehatan dilaporkan sebagai faktor Graham, & Bonacum, 2014).
penyebab medication error, Joint Komunikasi kolaboratif dan kerja tim
Commision International (JCI) menunjukkan adalah elemen penting untuk memberikan
data sebanyak 60% dari semua kejadian perawatan berkualitas dan keselamatan
kesalahan medis tersebut berhubungan pasien (Stewart, 2016). Sehingga
dengan komunikasi (Vinu & Kane, 2016). berdasarkan pemaparan permasalahan
Komunikasi dianggap efektif bila tepat diatas, peneliti memahami pentingnya
waktu, akurat, lengkap, tidak ambigu, dan komunikasi SBAR dalam interprofesional
mudah diterima oleh penerima informasi kolaborasi terhadap keselamatan pasien di
yang bertujuan mengurangi kesalahan- rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk
kesalahan dan meningkatkan keselamatan mengetahui pengaruh komunikasi SBAR
pasien (Komisi Akreditasi Rumah Sakit, dalam interprofesional kolaborasi terhadap
2012). keselamatan pasien.
Tantangan komunikasi di antara
penyedia layanan kesehatan memiliki
keterbatasan pada perbedaan dalam sistem
pelaporan, seperti peran dokter dan perawat
2 METHODS 3 RESULT
Metode yang digunakan dalam Hasil literatur review didapatkan
penulisan ini adalah literature review bahwa efektifitas komunikasi SBAR, dari
dimana penulis menganalisis beberapa jurnal sembilan jurnal menyebutkan bahwa
yang relevan yang diterbitkan dari database komunikasi SBAR dapat meningkatkan
CINAHL, Proquest, Pubmed, MEDLINE, keselamatan pasien dan kolaborasi antar
Science Direct, dan Gale. Kata kunci yang profesi. Penelitian Meester et al. (2013)
digunakan adalah komunikasi SBAR, menyatakan bahwa komunikasi antara
interprofesional kolaborasi dan keselamatan dokter dan perawat memegang peranan yang
pasien. Data diekstraksi dari artikel yang penting dalam menentukan derajat kesehatan
berkualitas kemudian dikelompokkan, pasien dan kualitas pelayanan kesehatan
dibahas dan ditarik kesimpulan. Pencarian yang mereka berikan. Semakin baik
ini menemukan 18 artikel terkait. Dari 18 komunikasi yang terjadi diantara kedua
artikel, hanya ada 16 artikel yang fokus pada profesi tersebut maka semakin baik pula
komunikasi SBAR, Sembilan dari 16 artikel hasil perawatan kesehatan yang diberikan
terfokus memberikan teks lengkap informasi kepada pasien.
penting tentang patient safety dan
kolaborasi interprofesional. Beberapa design Literature review dalam hal ini berasal
yang digunakan dalam penelitian ini adalah dari berbagai negara, hal ini dikarenakan
kuantitatif, kualitatif, dan Mixed Method. untuk melihat dampak komunikasi SBAR di
berbagai kultur budaya penelitian yang
Gambar 1. Aliran proses pemilihan artikel berasal dari Inggris, India, Republic of
China, USA, Iran, Yunani, Hongkong,
Qatar, dan Indonesia. Studi difokuskan pada
18 relevant articles published from pengaruh komunikasi SBAR dalam
the database CINAHL, Proquest, interprofesional kolaborasi penanganan
Pubmed, MEDLINE, Science pasien terhadap keselamatan pasien,
Direct, and Gale from 2012 to 2018. sehingga diharapkan dapat menurunkan
Clinical Key; 2 qualitative journals angka kejadian medication error. Hasil yang
didapatkan terkait metode SBAR, rumah
sakit harus dapat menciptakan standart
n=2 bahasa yang sama untuk melakukan
komunikasi kunci informasi perawatan
 Incomplete pasien. Komunikasi SBAR digunakan untuk
text memandu pertukaran informasi antara
 Does not perawat dan dokter dalam memberikan
match the pelayanan kesehatan berkesinambungan,
journal title. serta mencegah adanya kesenjangan
komunikasi di antara dua profesi tersebut
(McCrory, Aboumatar, Custer, Yang, &
Hunt, 2012).
16 articles related to
topic above Penggunaan SBAR secara
konsisten juga membantu dalam
meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit
serta mampu meningkatkan kepercayaan
pasien (Blom, Petersson, Hagell, &
n=3 Westergren, 2015). Pengaruh secara parsial
Not related to dari variabel komunikator terhadap
SBAR keselamatan pasien memiliki nilai
communication signifikan, hal ini menunjukkan bahwa
and variabel komunikator berpengaruh positif
interprofessional terhadap keselamatan pasien rawat inap di
collaboration. rumah sakit dan mampu meningkatkan
budaya keselamatan pasien. Hasil penelitian
terhadap variabel komunikator keselamatan
9 relevant articles pasien menunjukkan 75,6% staff sangat
related to topic setuju selalu menggunakan teknik
komunikasi SBAR, 21,8% setuju dan 2,6% pasien dan keselamatan pasien. Komunikasi
staff kurang setuju selalu menggunakan SBAR terdiri dari S (Situation): sebuah
teknik komunikasi SBAR (Shahid & pernyataan singkat dari masalah yang terjadi
Thomas, 2018). pada saat itu, B (Background): pernyataan
dari informasi yang melatarbelakangi situasi
yang terjadi, A (Assessment): pernyataan
4 DISCUSSION penilaian terhadap sebuah masalah, R
(Recommendation): pernyataan tentang
World Health Organization (WHO) tindakan meminta saran untuk melakukan
(2017) menyatakan bahwa, pelaksanaan tindakan mengatasi masalah (Clochesy,
pelayanan kesehatan secara komprehensif Dolansky, Hickman & Gittner, 2015).
harus di diskusikan secara bersama dengan Penelitian Stewart, et al. (2016)
rinci dan diketahui oleh berbagai pihak menunjukkan hasil bahwa pada komponen
pelayanan kesehatan terkait. Penelitian komunikasi situation (S) sebagian besar
Shahid dan Thomas (2018) mengatakan dalam kategori efektif sebanyak 82,0%, pada
bahwa komunikasi menjadi kunci utama komponen komunikasi background (B)
dalam kolaborasi interprofesi, sebagaimana sebagian besar dalam kategori tidak efektif
disebutkan dalam hasil penelitian bahwa sebanyak 78,0%, pada komponen
adanya pengaruh secara parsial dari variabel komunikasi assessment (A) sebagian besar
komunikator terhadap keselamatan pasien dalam kategori tidak efektif sebanyak 64,0%
dengan nilai signifikan. Hasil penelitian ini dan pada kategori komponen komunikasi
menunjukkan hasil signifikan terhadap recommendation (R) sebagian besar dalam
variabel komunikator keselamatan pasien kategori tidak efektif sebanyak 64,0%.
yaitu 75,6% sangat setuju selalu Komunikasi dianggap efektif bila
menggunakan teknik komunikasi SBAR, tepat waktu, akurat, lengkap, tidak ambigu,
21,8% setuju dan 2,6% kurang setuju untuk dan mudah diterima oleh penerima informasi
selalu menggunakan teknik komunikasi yang bertujuan mengurangi kesalahan-
SBAR. kesalahan dan meningkatkan keselamatan
pasien (Komisi Akreditasi Rumah Sakit,
Komunikasi SBAR terdiri dari S 2012). Sebagaimana diketahui bahwa dalam
(Situation): sebuah pernyataan singkat dari penyampaian pesan dapat terjadi beberapa
masalah yang terjadi pada saat itu, B hambatan, salah satunya ucapan yang tidak
(Background): pernyataan dari informasi jelas san didukung juga kompetensi dokter,
yang melatar belakangi situasi yang terjadi, perawat dan tim medis lainnya yang tidak
A (Assessment) pernyataan penilaian sama. Penggunaan istilah-istilah medis
terhadap sebuah masalah, R disetiap profesi memiliki makna berbeda dan
(Recommendation) pernyataan tentang bisa saja tidak di pahami oleh profesi
tindakan meminta saran untuk melakukan lainnya, sehingga dapat menyebabkan
tindakan mengatasi masalah (Clochesy, kekeliruan dalam menjalankan intervensi
Dolansky, Hickman dan Gittner, 2015). asuhan pelayanan kesehatan kepada pasien
Kesinambungan perawatan pasien dicapai dan dapat berpengaruh terhadap keselamatan
dengan transfer informasi klinis pasien pasien (Randmaa, Martensson, Swenne, dan
secara rinci, jelas dan ringkas dari satu Engstrom, 2018).
profesi ke profesi lainnya. Kegagalan Kolaborasi perawat-dokter yang
komunikasi dalam pengaturan perawatan positif telah terbukti mengarah pada hasil
kesehatan dapat menyebabkan kesalahan pasien yang lebih baik dan meningkatkan
medis yang serius dan dapat menyebabkan kepuasan kerja penyedia layanan.
kerugian yang akan dialami oleh pasien dan Berdasarkah penelitian Anna, et al. (2017)
rumah sakit. Tantangan komunikasi di mengatakan responden perempuan 78,0%
antara penyedia layanan kesehatan adalah memiliki sikap yang baik untuk kolaborasi
pada perbedaan dalam pelatihan dan dibandingkan dengan 30,2% laki-laki (p
ekspektasi pelaporan setiap profesi yang <0,001). Secara keseluruhan, 68.7%
berbeda. perawat dan 31,3% dokter memiliki sikap
Institute for Healthcare yang baik terhadap perawatan kolaboratif,
Improvement (IHI) (2017), menyatakan Responden perempuan memiliki skor sikap
bahwa komunikasi SBAR dapat menjadi rata-rata lebih tinggi secara signifikan
kerangka kerja untuk komunikasi efektif 52,35 ± 6,30 dibandingkan dengan pria
antar anggota tim kesehatan terkait kondisi
dengan skor rata-rata 45,60 ± 7,18 (p faktor penting untuk meningkatkan kualitas
<0,001). pelayanan perawatan pasien, mengurangi
kesalahan medis, dan meningkatkan
Pengaruh pemahaman suatu profesionalisme.
komunikasi tidak hanya dalam bentuk lisan,
akan tetapi juga didokumentasikan dalam REFERENCES
catatan perkembangan pasien terintegrasi,
Anna, K. et al. (2017). Collaboration and
hal ini berupa suatu catatan terintegrasi
patient safety at an emergency
interprofesi pasien rawat inap selama di
department – a qualitative case study.
rumah sakit. Sejak pasien masuk rawat inap sampai
Journal of Health Organization and
dengan pasien keluar dari rumah sakit, mencakup
Management Vol. 32 No.1,2018.
keluhan pasien, hasil pemeriksaan, rencana
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubme
penatalaksanaan, instruksi, analisis dan evaluasi
d/29508665
tatalaksana yang diberikan kepada pasien termasuk
hasil kolaborasi terhadap pelayanan pasien. The Boaro, N., Fancott, C., Baker, R., Velji, K.
Joint Commission International (JCI) (2017) & Andreoli, A. (2017). Using SBAR to
menyatakan perbedaan teknik komunikasi improve communication in
secara lisan dan telepon juga berpengaruh
interprofessional rehabilitation teams.
terhadap patient safety, tim medis khususnya
Journal of Interprofesisonal Care,
perawat yang menerima perintah lisan dan
telepon selalu mencatat perintah secara January, 24(1) : Pg. 111-114.
lengkap hasil pemeriksaan pasien (write 10.3109/13561820902881601
back), kemudian membacakan kembali
Blom, L., Petersson, P., Hagell, P., &
(read back) dan setelah itu mengkonfirmasi
Westergren, A. (2015). The Situation,
ulang (repeat back).
Background, Assessment and
Recommendation (SBAR) Model for
Semua pemberi layanan kesehatan dan
Communication between Health Care
pihak manajemen sudah dapat melakukan
Professionals: A Clinical Intervention
evaluasi terhadap pelaksanaan teknik
Pilot Study. International Journal of
komunikasi SBAR yang telah dilakukan,
Caring Sciences. Volume 8. Issue 3.
memotivasi untuk melaksanakan teknik
Page 530.
komunikasi SBAR pada saat interaksi dan
komunikasi dengan dokter, perawat dan tim Chaharsoughi, N., Ahrari, S., Alikhah, S.
lainnya. Membuat program pelatihan (2014). A randomized trial comparison
mengenai penatalaksanaan keselamatan the effect of teaching of SBAR
pasien berbasis komunikasi efektif dan technique with role play and lecturing
SBAR. on communication skill of nurses.
Journal of Caring Sciences, 3(2), 141-
147. doi: 10.5681/jcs.2014.015.
5 CONCLUSION
Studi ini menunjukkan bahwa dengan
Cunningham, N., Weiland, T., Dijk, J.,
pendekatan komunikasi SBAR dapat
Paddle, P., & Shilkofski, N. (2012).
membantu kolaboratif antara dokter,
Telephone referrals by junior doctors: a
perawat, bidan, ahligizi, farmasi,
randomised controlled trial assessing
fisioterapis, dan profesi lain yang terkait
the impact of SBAR in a simulated
dalam tatalaksana pelayanan kesehatan bagi pasien.
setting. Postgrad Medical Journal; 7
Bentuk SBAR yang dimodifikasi untuk
(1) 619–626. doi:
kebutuhan organisasi dapat memainkan
10.1136/postgradmedj-2011-130719
peran penting dalam mentransfer informasi
dari satu profesi ke profesi lainnya. SBAR Hanneke, M. Sanne, L. Wagtendonk, P.
dapat memainkan peran penting dalam Cordula, W. (2014). Patient safety in
komunikasi antara profesi mengenai status elderly hip fracture patients: design of
perkembangan pasien melalui catatan a randomised controlled trial. Merten et
perkembangan pasien terintegrasi. Secara al. BMC Health Services Research.
teknis, keselamatan pasien sangat 12(1):1-12
bergantung dari tindakan yang dilakukan
oleh tim medis, sehingga hubungan interaksi
dan kolaborasi antar profesi merupakan
Institute for Healthcare Improvement. and Recommendation) improves
(2017). SBAR: Situation-Background- communication in neonatology. SAMJ:
Assessment-Recommendation South African Medical Journal.
2014;104(12):850–2.
Joint Commission International. (2017). JCI
Accreditation Standards for Renz, S. M., Boltz, M. P., Wagner, L. M.,
hospitals.6th Edition. Capezuti, E. A., & Lawrence, T. E.
(2013). Examining the feasibility and
Joffe E., James P., Turley., Kevin, O., Todd, utility of an SBAR protocol in
R., Craig, W., Elmer, V. (2013). longterm care : A Randomized Trial”.
Evaluation of a problem - specific Journal of Interprofessional Care,
SBAR tool to improve after - hours 5(1): 111–114.
nurse - physician phone doi.org/10.10162Fj.gerinurse.2013;04-
communication: A randomized trial. 10.
The Joint Commission Journal on
Quality and Patient Safety Volume 39 Roberts, N. K., Williams, R. G, Schwind, C.
Number 11. 6(1):495-501. J., Sutyak, J. A., McDowell, C.,
Griffen, D., Wetter, N. 2014. The
impact of brief team communication,
leadership and team behavior training
Komite Akreditasi Rumah Sakit. (2018). on ad hoc team performance in trauma
Standar Nasional Akreditasi Rumah care settings. The American Journal of
Sakit Edisi 1.Jakarta. Surgery, 207(2), 170-178.
Komite Keselamatan Rumah Sakit (KKP- doi:10.1016/j.amjsurg.2013.06.016
RS) PERSI. (2017). Pedoman
pelaporan insiden keselamatan pasien World Health Organization. (2017). World
(IKP). Jakarta. Health Statistics 2017: Monitoring
health for the SDGs. Geneva,
Meester, K. D., Verspuyb, M., Monsieurs, Switzerland: WHO.
K. G. M., & Bogaert, P. V. (2013).
SBAR improves nurse physician
communication and reduces
unexpected death: A pre and post
intervension study. Resuscitation, 84,
pg. 1192– 1196. doi: 10.1016.

Onishi, M., Komi, & K., Kanda. (2013).


Physicians perceptions of physician-
nurse collaboration in Japan: effects
of collaborative experience. J
Interprof Care. 2013.May;27(3):231
doi:10.3109/13561820.2012.736095.
Accessed 27 August 2018.
Randmaa M., Swenne, CL., Mårtensson, G,
Högberg, H., & Engström, M. (2018).
Implementing situation-background-
assessment-recommendation in an
anaesthetic clinic and subsequent
information retention among
receivers: a prospective interventional
study of postoperative handovers.
European Journal ofAnaesthesiology
(EJA). 2018;33(3):172–8
Raymond, M., & Harrison, MC. (2014). The
structured communication tool SBAR
(Situation, Background, Assessment

Anda mungkin juga menyukai