Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

GAGAL GINJAL KRONIK


1. Definisi
Penyakit Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu proses patofisiologi dengan
etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif
dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Selanjutnya gagal ginjal
adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang
ireversibel pada suatu saat yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap
berupa dialisis atau transplantasi ginjal. Gagal Ginjal Kronik (GGK) atau
penyakit ginjal tahap akhir (ESRD) adalah gangguan fungsi ginjal yang
menahun bersifat progresif dan irreversible. Dimana kemampuan tubuh untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit gagal,
menyebabkan uremia yaitu retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah.

2. Anatomi fisiologi

Gambar 1. Anatomi ginjal


Ginjal adalah organ yang mempunyai fungsi vital dalam tubuh manusia. Fungsi
utama ginjal adalah untuk mengeluarkan bahan buangan yang tidak diperlukan
oleh tubuh dan juga mensekresi air yang berlebihan dalam darah. Ginjal
memproses hampir 200 liter darah setiap hari dan menghasilkan kurang lebih 2
liter urin. Bahan buangan adalah hasil daripada proses normal metabolisme
tubuh seperti penghadaman makanan, degradasi jaringan tubuh, dan lain-lain.
Ginjal juga memainkan peran yang penting dalam mengatur konsentrasi mineral-
mineral dalam darah seperti kalsium, natrium dan kalium. Selain itu ia
berfungsi untuk mengatur konsentrasi garam dalam darah dan keseimbangan
asam- basa darah, serta sekresi bahan buangan dan lebihan garam.
Kriteria Penyakit Ginjal Kronik antara lain:
a. Kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari 3 bulan,
berupa kelainan struktural atau fungsional, dengan atau tanpa penurunan laju
filtrasi glomerulus (LFG), dengan manifestasi :
1) Kelainan patologis
2) terdapat tanda kelainan ginjal, termasuk kelainan dalam komposisi
darah dan urin atau kelainan dalam tes pencitraan (imaging tests)
3) Laju filtrasi glomerulus (LFG) kurang dari 60 ml/menit/1,73m²
selama 3 bulan dengan atau tanpa kerusakan ginjal.
Pada keadaan tidak terdapat kerusakan ginjal lebih dari 3 bulan dan LFG
sama atau lebih dari 60 ml/menit/1,73m², tidak termasuk kriteria penyakit ginjal
kronik.
3. Klasifikasi
Klasifikasi penyakit ginjal kronik didasarkan atas dua hal yaitu atas dasar derajat
(stage) penyakit dan dasar diagnosis etiologi. Klasifikasi atas dasar derajat
penyakit dibuat atas dasar LFG yang dihitung dengan mempergunakan rumus
Kockcorft-Gault sebagai berikut:
LFG (ml/menit/1,73m²) = (140-umur)x berat badan / 72x kreatinin plasma
(mg/dl)*)*) pada perempuan dikalikan 0,8.
Klasifikasi tersebut tampak pada tabel 1
Tabel 1. Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik atas Dasar Derajat Penyakit
Derajat Penjelas LFG(ml/mnt/1,73m²)
an
1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau > 90

2 Kerusakan ginjal dengan LFG↓ ringan 60-89
3 Kerusakan ginjal dengan LFG↓ sedang 30-59
4 Kerusakan ginjal dengan LFG↓ berat 15- 29
5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis

4. Etiologi
Gagal ginjal kronik dapat disebabkan oleh penyakit sistemik diantaranya adalah
sebagai berikut:
a. Gangguan Imunologi: Glomerulonefritis, Poliarteritis Nodusa., Lupus
Eritematosus.
b. Gangguan Metabolik: Diabetes mellitus dan Amiloidosis.
c. Gangguan Pembuluh Darah Ginjal: Arterosklerosis, Nefrosklerosis.
d. Infeksi: Pielonefritis, Tuberkulosis
e. Obstruksi traktur Urinarius : Batu Ginjal, Hipertropi Prostat, dan Konstriksi
Uretra.
f. Kelainan Kongenital: Penyakit polikistik, Tidak adanya jaringan ginjal yang
bersifat kongenital ( hipoksia renalis ).
5. Manifestasi Klinis Gagal Ginjal Kronik
Ginjal yang memainkan peran sangat penting dalam mengatur keseimbangan
homeostasis tubuh, penurunan fungsi organ tersebut akan mengakibatkan
banyak kelainan dan mempengaruhi pada sistem tubuh yang lain. Antara gejala-
gejala klinis yang timbul pada GGK adalah:
a. Poliuria, terutama pada malam hari (nokturia).
b. Udem pada tungkai dan mata (karena retensi air).
c. Hipertensi.
d. Kelelahan dan lemah karena anemia atau akumulasi substansi buangan dalam
tubuh.
e. Anoreksia, nausea dan vomitus.
f. Gatal pada kulit, kulit yang pucat karena anemia.
g. Sesak nafas dan nafas yang dangkal karena akumulasi cairan di paru.
h. Neuropati perifer. Status mental yang berubah karena ensefalopati akibat
akumulasi bahan buangan atau toksikasi uremia
i. Nyeri dada karena inflamasi di sekitar jantung penderita.
j. Perdarahan karena mekanisme pembekuan darah yang tidak berfungsi.
k. Libido yang berkurangan dan gangguan seksual.
6. Pemeriksaan Penunjang
Dalam menentukan diagnosis gagal ginjal diperlukan pemeriksaan penunjang,
diantaranya :
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pemerikasaan laboratorium dilakukan untuk menetapkan adanya gagal ginjal
kronik, menetapkan ada tidaknya kegawatan, menetukan derajat gagal ginjal
kronik, menetapkan gangguan sistem dan membantu menetapkan etiologi.
Dalam menetapkan ada atau tidaknya gagal ginjal, tidak semua faal ginjal
perlu diuji. Untuk keperluan praktis yang paling lazim diuji adalah laju
filtrasi glomerulus (LFG)
b. Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)
Untuk melihat kemungkinan hipertrofi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis
(misalnya voltase rendah), aritmia, dan gangguan elektrolit (hiperkalemia,
hipokalsemi)
c. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan
parenkim ginjal, anatomi sistem pelviokalises, ureter proksimal,
kandung kemih serta prostat. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari
adanya faktor yang reversible seperti obstruksi oleh karena batu atau massa
tumor, juga untuk menilai apakah proses sudah lanjut (ginjal yang lisut).
USG ini sering dipakai karena merupakan tindakan yang non-invasif dan
tidak memerlukan persiapan khusus.
d. Foto Polos Abdomen
Sebaiknya tanpa puasa, karena dehidrasi dapat memperburuk fungsi
ginjal. Menilai bentuk dan besar ginjal dan apakah ada batu atau obstruksi
lain.
e. Pemeriksaan Pielografi Retrogad
Dilakukan bila dicurigai ada obstruksi yang reversible.
f. Pemeriksaan Foto Dada
Dapat terlihat tanda-tanda bendungan paru akibat penumpukan cairan
(fluid overload), efusi pleura, kardiomegali dan efusi perikardial.
7. Komplikasi
a. Hiperkalemia: akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik, katabolisme
dan masukan diit berlebih.
b. Perikarditis : Efusi pleura dan tamponade jantung akibat produk sampah
uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
c. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin-
angiotensin-aldosteron.
d. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah
merah.
e. Penyakit tulang serta kalsifikasi akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum
rendah, metabolisme vitamin D dan peningkatan kadar aluminium.
f. Asidosis metabolik, Osteodistropi ginjal Sepsis, Neuropati perifer,
Hiperuremia.
8. Penatalaksanaan
Pengobatan gagal ginjal kronik dapat dibagi menjadi 2 (dua) tahap, yaitu
tindakan konservatif dan dialysis atau transplantasi ginjal :
a. Terapi konservatif
Tujuan pengobatan pada tahap ini adalah untuk meredakan atau
memperlambat gangguan fungsi ginjal progresif :
1) Pengaturan diet protein, Kalium, Natrium dan Cairan
2) Pencegahan dan Pengobatan Komplikasi
a) Hipertensi
Hipertensi dapat dikontrol dengan pembatasan natrium dan cairan.
Pemberian obat antihipertensi : metildopa (aldomet), propranolol,
klonidin (catapres)
b) Hiperkalemia
Hiperkalemia dapat diobati dengan pemberian glukosa dan insulin
intravena, yang akan memasukkan K+ ke dalam sel, atau dengan
pemberian kalsium Glukonat 10%.
c) Anemia
Pengobatannya adalah pemberian hormon eritropoetin, yaitu
rekombinan eritropeitin (r-EPO) (Escbach et al, 1987), selain dengan
pemberian vitamin dan asam folat, besi dan transfusi darah.
d) Asidosis
e) Diet rendah fosfat
Diet rendah fosfat dengan pemberian gel yang dapat mengikat
fosfat di dalam usus. Gel yang dapat mengikat fosfat harus di
makan bersama dengan makanan.
f) Pengobatan Hiperurisemia
Obat pilihan hiperurisemia pada penyakit ginjal lanjut adalah
pemberian alopurinol. Obat ini mengurangi kadar asam urat
b. Dialisis dan Transplantasi
Pengobatan gagal ginjal stadium akhir adalah dengan dialysis dan
transplantasi ginjal. Dialisis dapat digunakan untuk mempertahankan
penderita dalam keadaan klinis yang optimal sampai tersedia donor ginjal.
Dialisis dilakukan apabila kadar kreatinin serum biasanya diatas
6mg/100ml pada laki-laki atau 4 ml/100 ml pada wanita, dan GFR kurang
dri 4 ml /menit.
KONSEP HEMODIALISA

1. Definisi
Hemodialisa adalah proses pembersihan darah oleh akumulasi sampah buangan.
Hemodialisa digunakan bagi pasien dengan tahap akhir gagal ginjal atau pasien
berpenyakit akut yang membutuhkan dialysis waktu singkat. Hemodialisis
adalah cara terpilih pada pasien yang mempunyai laju katabolisme tinggi dan
secara hemodinamik stabil.
2. Tujuan
Tujuan Hemodialisis adalah untuk mengambil zat-zat nitrogen yang toksik
dari dalam tubuh dan mengeluarkan air yang berlebihan. Pada hemodilisis, aliran
darah yang penuh dengan toksin dan limbah nitrogen dialihkan dari tubuh pasien
ke dialiser tempat darah tersebut dibersihkan dan dikembalikan lagi kedalam
tubuh pasien.
3. Indikasi
Pasien yang memerlukan hemodialisa adalah pasien GGK dan GGA untuk
sementara sampai fungsi ginjalnya pulih. Pasien-pasien tersebut dinyatakan
memerlukan hemodialisa apabila terdapat indikasi :
a. BUN > 100 mg/dl (BUN = 2,14 x nilai ureum )
b. Ureum > 200 mg%
c. Kreatinin > 100 mg %
d. Hiperkalemia > 17 mg/liter
e. Asidosis metabolik dengan pH darah < 72
f. Sindrom kelebihan air
g. Intoksikasi obat jenis barbiturat
4. Proses hemodialisa
Secara keseluruhan sistem hemodialisa terdiri dari 3 elemen dasar ,yaitu sistem
sirkulasi darah diluar tubuh (ekstrakorporeal), dialiser, dan sistem sirkulasi
dialisat.
a. Sistem Sirkulasi Darah Ekstrakorporeal
Selama hemodialisa darah pasien mengalir dari tubuh kedalam dialiser
melalui akses arteri, kemudian kembali ke tubuh melalui selang vena
dan akses vena. Sistem sirkulasi darah di luar tubuh ini disebut sistem
sirkulasi darah extra corporal
b. Dialiser
Dialiser adalah suatu alat berupa tabung atau lempeng, terdiri dari
kompartemen darah dan kompartemen dialisat yang dibatasi oleh membran
semipermieabel. Di dalam dialiser ini terjadi proses pencucian darah melalui
proses difusi dan ultrafiltrasi, sehingga dihasilkan darah melalui yang sudah”
bersih” dari zat-zat yang tidak dikehendaki.
c. Sistem Sirkulasi Dialisat
Dialisat adalah cairan yang digunakan dalam proses diálisis.
Dialisat dialirkan ke dalam kompartemen pada dialiser dengan kecepatan
tinggi. (1,5 x 500 ml/ mnt).
5. Prinsip Hemodialisa
a. Akses Vaskuler :
Seluruh dialysis membutuhkan akses ke sirkulasi darah pasien. Kronik
biasanya memiliki akses permanent seperti fistula atau graf sementara. Akut
memiliki akses temporer seperti vascoth.
b. Membran semi permeable
Hal ini ditetapkan dengan dialiser aktual dibutuhkan untuk mengadakan
kontak diantara darah dan dialisat sehingga dialisis dapat terjadi.
c. Difusi
Dalam dialisat yang konvesional, prinsip mayor yang menyebabkan
pemindahan zat terlarut adalah difusi substansi. Berpindah dari area yang
konsentrasi tinggi ke area dengan konsentrasi rendah. Gradien konsentrasi
tercipta antara darah dan dialisat yang menyebabkan pemindahan zat pelarut
yang diinginkan. Mencegah kehilangan zat yang dibutuhkan.
d. Konveksi
Saat cairan dipindahkan selama hemodialisis, cairan yang dipindahkan akan
mengambil bersama dengan zat terlarut yang tercampur dalam cairan
tersebut.
e. Ultrafiltrasi
Proses dimana cairan dipindahkan saat dialisis dikenali sebagai ultrafiltrasi
artinya adalah pergerakan dari cairan akibat beberapa bentuk tekanan. Tiga
tipe dari tekanan dapat terjadi pada membran :
1) Tekanan positif merupakan tekanan hidrostatik yang terjadi akibat
cairan dalam membran. Pada dialisis hal ini dipengaruhi oleh tekanan
dialiser dan resisten vena terhadap darah yang mengalir balik ke fistula
tekanan positif “mendorong” cairan menyeberangi membran.
2) Tekanan negatif merupakan tekanan yang dihasilkan dari luar
membran oleh pompa pada sisi dialisat dari membran tekanan negatif
“menarik” cairan keluar darah.
3) Tekanan osmotic merupakan tekanan yang dihasilkan dalam larutan
yang berhubungan dengan konsentrasi zat terlarut dalam larutan
tersebut. Larutan dengan kadar zat terlarut yang tinggi akan menarik
cairan dari larutan lain dengan konsentrasi yang rendah yang
menyebabkan membrane permeable terhadap air.
DAFTAR PUSTAKA

1. Brunner & Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi
8. Jakarta :EGC
2. Taha, Mohammad. 2014. Penyakit Gagal Ginjal Kronik.
http//respiratory.usu.ac.id
3. Handayani. 2014. Gagal Ginjal Kronis. http//eprints.ung.ac.id

Anda mungkin juga menyukai