PENDAHULUAN
Istilah oksidasi mula-mula dipakai untuk menyatakan “suatu reaksi antar zat-zat
dengan oksigen”. Gas oksigen sangat reaktif, sehingga kebanyakan zat-zat bereaksi
dengannya. Contoh ; logam magnesium, nonlogam belerang dan senyawa metilalkohol
semuanya bereaksi dengan oksigen :
2Mg(s) + O2(g) 2MgO(s)
S(s) + O2(g) SO2(g)
2CH3OH(l) + 3O2(g) 2CO2(g) + 4H2O(l).
Dalam reaksi di atas, gas oksigen merupakan zat yang menyebabkan zat lain teroksidasi,
maka gas oksigen dikatakan sebagai agen pengoksidasi (Oksidator).
Reduksi mula-mula berarti pemisahan oksigen. Contohnya ; reaksi yang dipakai
untuk memperoleh logam-logam seperti nikel, tungsten, dan kalsium dari bijihnya.
NiO(s) + C(s) Ni(s) + CO(g)
WO3(s) + 3H2(g) W(s) + 3H2O(g)
5CaO(s) + 2Al(l) 3Ca(g) + Ca2Al2O5(s).
Zat-zat yang menyebabkan tereduksinya zat lain, seperti yang dilakukan oleh (C, H 2 dan
Al) disebut agen pereduksi (Reduktor).
Sekarang reaksi oksidasi-reduksi mempunyai arti yang lebih luas, yang meliputi
reaksi-reaksi yang tidak melibatkan oksigen. Marilah kita fokuskan perhatian kita pada
pembentukan senyawa natrium klorida (NaCl), yang merupakan senyawa ionik yang
tersusun dari ion Na+ dan ion Cl-. Dalam reaksi pembentukan senyawa NaCl, dua atom
natrium (Na) melepaskan dua elektron dan sebuah molekul klor (Cl 2) menerima dua
elektron. Kita bisa memandang dua proses ini sebagai dua tahap yang terpisah, yaitu :
Tahap 1 : 2Na 2Na+ + 2e
Tahap 2 : Cl2 + 2e 2Cl-
Masing-masing tahap itu dinamakan setengah reaksi. Penjumlahan kedua setengah reaksi
di atas memberikan reaksi total (reaksi keseluruhan).
2Na + Cl2 2Na+ + 2Cl-
Akhirnya 2Na+ dan 2Cl- bergabung membentuk 2NaCl, sehingga persamaan kimianya
menjadi :
2Na+ + 2Cl- 2NaCl
Dalam reaksi pembentukan NaCl, setengah reaksi yang menunjukkan pelepasan elektron
disebut reaksi oksidasi, dan setengah reaksi penerimaan elektron disebut reaksi reduksi.
Sehingga pada reaksi pembentukan NaCl, dimana natrium (Na) teroksidasi (melepaskan
elektron) dan klor (Cl2) tereduksi (menerima elektron). Jadi Na bertindak sebagai reduktor,
karena dia melepaskan elektron sehingga menyebabkan klor (Cl2) tereduksi, sedangkan
klor (Cl2) bertindak sebagai oksidator, karena dia menarik elektron sehingga natrium (Na)
teroksidasi.
Harus diingat bahwa tingkat oksidasi dalam suatu reaksi redoks harus sama dengan
tingkat reduksi, yaitu jumlah elektron yang dilepaskan oleh reduktor harus sama dengan
jumlah elektron yang diterima oleh oksidator.
Definisi oksidasi dan reduksi akibat transfer elektron sangat tepat digunakan untuk
reaksi pembentukan senyawa ionik. Namun, definisi ini kurang tepat diterapkan pada
reaksi pembentukan senyawa kovalen, seperti dalam reaksi pembentukan HCl.
H2 + Cl2 2HCl
Senyawa HCl bukanlah senyawa ionik, mereka tersusu dari molekul-molekul. Jadi kita
tidak mungkin menjelaskan pembentukan HCl dalam istilah transfer elektron. Untuk
menjelaskan reaksi-reaksi semacam ini, kimiawan memperkenalkan konsep “Bilangan
Oksidasi” (Biloks), untuk membantu mengawasi elektron-elektron dalam suatu senyawa.
Bilangan oksidasi (keadaan oksidasi) menunjukkan jumlah muatan yang akan dimiliki
oleh suatu atom dalam suatu molekul / senyawa jika elektron ditransfer secara lengkap.
Sekarang kita dapat mendefinisikan kembali reaksi redoks sebagai berikut :
Suatu unsur dikatakan teroksidasi, jika bilangan oksidasi (biloks)-nya bertambah dalam
suatu reaksi; dan jika bilangan oksidasi dari unsur-unsur menurun dalam reaksi, maka dia
dikatakan tereduksi.
Contoh soal :
Tentukan biloks N dalam senyawa NO2, NH4+, dan HNO2