Kelompok 10
Anggota Kelompok :
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2015
Hubungan Struktur dan Aktivitas Senyawa Analgetika Non-
Narkotika (Golongan Salicylates)
Farmakokinetika
NSAID dikelompokkan ke dalam beberapa golongan kimiawi, beberapa diantaranya
adalah turunan asam propionate, turunan asam pirolealkanat, turunan asam
fenilalkanoat, turunan indo, turunan pirazolon, turunan asam fenilasetat, fenamat,
oxicam dan calon-obat asam naftilasetat. Keberagaman kimiawi ini memunculkan
berbagai karakteristik yang luas. Meskipun terdapat banyak perbedaan dalam kinetik
NSAID, semuanya memiliki kesamaan dalam beberapa sifat umum. Kebanyakan
NSAID berinteraksi baik dengan makanan, namun tidak secara substansial mengubah
bioavailabilitas mereka. Kebanyakan NSAID sangat mudah dimetabolisme oleh
enzim P450 di hati. Meskipun ekskresi melalui ginjal merupakan jalur eliminasi
terakhir, namun hampir semua NSAID mengalami ekskresi dan reabsorpsi bilier yang
bervariasi (sirkulasi enterohepatik). Kebanyakan NSAID sangat terikat pada protein
(~98%) biasanya pada albumin (Katzung, 2007). Semua NSAID dapat ditemukan
dalam cairan synovial setelah pemberian dosis berulang. Obat dengan waktu paruh
yang pendek tetap berada dalam sendi untuk waktu yang lebih lama dari yang
diperkirakan dari waktu paruh, sementara obat dengan waktu paruh yang lebih
panjang tidak ditemukan dalam cairan sinovial (Katzung, 2007).
Farmakodinamika
Aktivitas anti-inflamasi NSAID diperantai terutama melalui inhibisi biosintesis
prostaglandin. Berbagai macam NSAID memiliki kemungkinan mekanisme kerja
tambahan, termasuk inhibisi kemotaksis, penurunan produksi interleukin-1,
penurunan produksi radikal bebas dan superoksida, dan gangguan dengan kejadian
intrasel yang diperantai kalsium. Aspirin secara ireversibel mengasetilasi dan
menyekat siklooksigenasi trombosit, sementara kebanyakan NSAID yang tidak
selektif-COX merupakan penghambat reversibel (Katzung, 2007).
Selektivitas COX-1 dengan COX-2 bervariasi dan tidak komplek pada obat-
obat lama, tapi penghambat COX-2 yang sangat selektif. Aspirin yang merupakan
golongan salisilat yang memiliki efek lebih efektif dalam menghambat COX-1.
NSAID menurunkan sensitivitas pembuluh darah terhadap bradikinin dan histamin,
mempengaruhi produksi limfokin dari limfosit T, dan memulihkan vasodilatasi akibat
peradangan. Semua NSAID terbaru, pada derajat yang berbeda, bersifat analgesik,
anti-inflamasi, dan anti-piratik, dan semuanya (kecuali agen selektif-COX-2 dan
salisilat non-terasetilasi) menghambat agregasi trombosit. Smua NSAID dapat
menimbulkan iritasi lambung daripada aspirin. Nefrotoksisitas, menurut pengalama,
telah diamati terjadi akibat penggunaan semua obat NSAID, dan hepatotoksisitas juga
disebabkan oleh NSAID. Nefrotoksisitas sebagian disebabkan oleh gangguan
autoregulasi aliran darah ginjal yang dimodulasi oleh prostaglandin (Katzung, 2007).
Farmakologi Klinis
Semua NSAID termasuk aspirin memiliki efektifitas yang sama kecuali beberapa
obat yaitu tolmetin tidak efektif untuk pengobatan gout dan aspirin kurang efektif
dibandingkan dengan NSAID lainnya (misalnya, indometasin) untuk spondilitas
ankilosa. Oleh karena itu, NSAID cenderung dibedakan atas dasar toksisitas dan
efektifitas biayanya. Beberapa penelitian menyatakan bahwa indomethacin, tolmetin
dan meclofenamate merupakan NSAID yang toksisitasnya paling besar, sedangkan
toksisitas salisilat, aspirin dan ibuprofen adalah yang paling kecil. Penghambat COX-
2 selektif tidak diikut sertakan dalam analisis ini (Katzung, 2007).
4) Memasukkan gugus hidroksil atau gugus yang lain pada cincin aromatik
atau mengubah gugus-gugus fungsional. Contoh : flufenisal, diflunisal
dan meseklazon
Modifikasi struktur asam salisilat dengan memasukkan gugus hidroksil atau
gugus yang lain pada cincin aromatik atau mengubah gugus-gugus fungsional
menghasilkan sintesis obat yang lebih baik daripada aspirin dengan potensi
meningkat, durasi yang lebih lama dan memiliki efek minimal pada sekresi lambung
melahirkan flufenisal yang pada dasarnya memiliki bagian hidrofobik di C5. Pada
manusia, flufensial menunjukkan peningkatan potensi dan durasi dua kali lipat
daripada aspirin. Dosis : 150 sampai 300 mg setiap 3 atau 4 jam.
Flufenisal
(Ashutosh Kar, 2006).
Hubungan antara struktur dan aktivitas turunan asam salisilat :
1. Senyawa yang aktif sebagai antiradang adalah anion salisilat. Gugus
karboksilat penting untuk aktivitas dan letak gugus hidroksil harus berdekatan
dengannya.
2. Turunan halogen, seperti asam 5-klorsalisilat, dapat meningkatkan aktivitas
tetapi menimbulkan toksisitas lebih besar.
Halogen
Gugus
amino
2-hydroxy-4-aminobenzoic acid
5. Adanya gugus aril yang bersifat hidrofob pada posisi 5 dapat meningkatkan
aktivitas.
Gugus
aril
Flufenisal
Adanya gugus aril yang bersifat hidrofob pada posisi 5 dapat meningkatkan
aktivitas. Pada turunan asam salisilat di atas yaitu flufenisal berpotensi
meningkatkan aktivitas, durasi yang lebih lama dan memiliki efek minimal
pada sekresi lambung karena pada dasarnya memiliki bagian hidrofobik di C5.
Gugus
diflluorofenil
7. Efek iritasi lambung dari aspirin dihubungkan dengan gugus karboksilat.
Esterifikasi gugus karboksil akan menurunkan efek iritasi tersebut. Karbetil
salisilat adalah ester karbonat dari etil salisilat, ester ini akan menimbulkan
iritasi lambung dan tidak berasa.
Karbetil Salisilat
Katzung, B.G. 2007. Farmakologi Dasar & Kllinis. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Katzung, B.G. 1997. Farmakologi Dasar & Kllinis. Edisi IV. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Kar, Ashutosh. 2006. Medicinal Chemistry Fourth Edition. New Delhi : New Age
International Publisher.
Moffat, antonym C., M.David Osselton, dan Brian Widdop. 2005. Clarke`s Analysis
of Drugs. and Poisons. 3rd editions. The Pharmaceutical Press. London.
Siswandono dan Soekardjo, B. 2008. Kimia Medisinal Edisi 2. Surabaya : Airlangga
University Press.