Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu tuntutan reformasi yang digulirkan sejak tahun 1998 adalah
dibangunnya suatu sistem ketatanegaraan Indonesia yang berbasis secara murni
dan konsekuen pada paham “kedaulatan rakyat” dan “Negara hukum” (rechstaat).
Karena itu, dalam konteks penguatan sistem hukum yang diharapkan mampu
membawa rakyat Indonesia mencapai tujuan bernegara yang di cita-citakan, maka
perubahan atau amandemen UUD 1945 merupakan langkah strategis yang harus
dilakukan dengan seksama oleh bangsa Indonesia. Berbicara tentang sistem
hukum tentunya tidak terlepas dari persoalan politik hukum atau rechts politiek,
sebab politik hukumlah yang menentukan sistem hukum yang bagaimana yang
dikehendaki (Wiratma, 2002:140). Politik hukum adalah kebijakan dasar yang
menentukan arah, bentuk, dan isi hukum yang akan dibentuk (Wahjono, 1983:99).
Kebijakan dasar tersebut adalah Undang-Undang Dasar Negara RI tahun 1945
(UUD1945) dan Rencana Pembangunan Jangka Menegah Nasional (RPJMN
2004-2009). Dengan demikian UUD 1945 atau konstitusi Republik Indonesia
menentukan arah politik hukum Negara Kesatuan Republik Indonsia yang
berfungsi sebagai hukum dasar tertulis tertinggi untuk diopersionalisasikan bagi
pencapaian tujuan Negara. Disini saya akan membahas tentang Sistem
Ketatanegaraan Republik Indonesia, yang melingkup Amandemen UUD 1945,
Bentuk Negara Kesatuan, Bentuk Pemerintahan Republik, Sistem Pemerintahan
Presidensial, Sistem Politik Demokrasi. Berikut penjelasannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sistem ketatanegaraan?
2. Apa perubahan sistem ketatanegaraan sebelum amandemen UUD 1945?

1
3. Apa perubahan sistem ketatanegaraan sesudah amandemen UUD 1945?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian sistem ketatanegaraan
2. Mengetahui sistem ketatanegaraan sebelum amandemen UUD 1945
3. Mengetahui sistem ketatanegaraan sesudah amandemen UUD 1945

2
BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN

A. Pengertian
Pengertian Ketatanegaraan Republik Indonesia Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, tata negara adalah seperangkat prinsip dasar yang mencakup peraturan
susunan pemerintah, bentuk negara dan sebagainya yang menjadi dasar peraturan
suatu negara.
Ketatanegaraan adalah segala sesuatu mengenai tata negara. Menurut
hukumnya, tata negara adalah suatu kekuasaan sentral yang mengatur kehidupan
bernegara yang menyangkut sifat, bentuk, tugas negara dan pemerintahannya serta
hak dan kewajiban para warga terhadap pemerintah atau sebaliknya. Dan dalam
sistem ketatanegaraan republik Indonesia, memerlukan sebuah Amandemen
Undang-Undang Dasar 1945 demi berlangsungnya sistem ketatanegaraan di
Indonesia. Dan terciptanya tujuan negara republik Indonesia. Sebelum membahas
sebuah Amandemen Undang-Undang Dasar 1945, saya akan menjelaskan
pengertian dari sebuah Amandemen Undang-Undang Dasar 1945.
Amandemen Undang-Undang Dasar 1945. Amandemen diambil dari bahasa
Inggris yaitu "amendment". Amends artinya merubah, biasanya untuk masalah
hukum. The law has been amended (undang-undang itu telah di amandemen). Jadi
yang dimaksud dengan Amandemen UUD 45 pasal-pasal dari UUD 45 itu sudah
mengalami perubahan yang tertulis atau maknanya, barangkali. Kapan UUD 45
itu dimandemen.. ? Perlu diketahui ada perbedaan antara rancangan UUD yang
dibuat oleh pantia BPUPKI dengan naskah UUD 45 yang disetujui dan ditetapkan
pada tanggal 18 Agustus 1945. Jadi anggaplah dasar UUD 45 yang belum
diamandemen adalah UUD 45 yang tercantum dalam ketetapan Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Memilih Soekarno dan Hatta menjadi Presiden
dan Wakil Presiden.

3
B. Ketatanegaraan Indonesia Sebelum Amandemen UUD 1945

Negara adalah suatu organisasi yang meliputi wilayah, sejumlah rakyat, dan
mempunyai kekuasaan berdaulat. Setiap negara memiliki sistem politik (political
system) yaitu pola mekanisme atau pelaksanaan kekuasaan. Sedang kekuasaan
adalah hak dan kewenangan serta tanggung jawab untuk mengelola tugas tertentu.
Pengelolaan suatu negara inilah yang disebut dengan sistem ketatanegaraan.
Sistem ketatanegaraan dipelajari di dalam ilmu politik. Menurut Miriam
Budiardjo (1972), politik adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu negara
yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari negara itu dan
melaksanakan tujuan-tujuan tersebut. Untuk itu, di suatu negara terdapat
kebijakan-kebijakan umum (public polocies) yang menyangkut pengaturan dan
pembagian atau alokasi kekuasaan dan sumber-sumber yang ada.
Di Indonesia pengaturan sistem ketatanegaraan diatur dalam Undang-Undang
Dasar 1945, Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, dan Peraturan Daerah.
Sedangkan kewenangan kekuasaan berada di tingkat nasional sampai kelompok
masyarakat terendah yang meliputi MPR, DPR, Presiden dan Wakil Presiden,
Menteri, MA, MK, BPK, DPA, Gubernur, Bupati/ Walikota, sampai tingkat RT.
Lembaga-lembaga yang berkuasa ini berfungsi sebagai perwakilan dari suara dan
tangan rakyat, sebab Indonesia menganut sistem demokrasi. Dalam sistem
demokrasi, pemilik kekuasaan tertinggi dalam negara adalah rakyat. Kekuasaan
bahkan diidealkan penyelenggaraannya bersama-sama dengan rakyat.
Pada kurun waktu tahun 1999-2002, Undang-Undang Dasar 1945 telah
mengalami empat kali perubahan (amandemen). Perubahan (amandemen)
Undang-Undang Dasar 1945 ini, telah membawa implikasi terhadap sistem
ketatanegaraan Indonesia. Dengan berubahnya sistem ketatanegaraan Indonesia,
maka berubah pula susunan lembaga-lembaga negara yang ada.
Berikut ini akan dijelaskan sistem ketatanegaraan Indonesia sebelum dan sesudah

4
Amandemen UUD 1945.

Sebelum diamandemen, UUD 1945 mengatur kedudukan lembaga tertinggi


dan lembaga tinggi negara, serta hubungan antar lembaga-lembaga tersebut.
Undang-Undang Dasar merupakan hukum tertinggi, kemudian kedaulatan rakyat
diberikan seluruhnya kepada MPR (Lembaga Tertinggi). MPR mendistribusikan
kekuasaannya (distribution of power) kepada 5 Lembaga Tinggi yang sejajar
kedudukannya, yaitu Mahkamah Agung (MA), Presiden, Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR), Dewan Pertimbangan Agung (DPA) dan Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK).

Adapun kedudukan dan hubungan antar lembaga tertinggi dan lembaga-


lembaga tinggi negara menurut UUD 1945 sebelum diamandemen, dapat
diuraikan sebagai berikut:

a. Pembukaan UUD 1945

Bahwa sesungguhnya Kemerdekaaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh
sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai
dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan.
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada
saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia
kedepan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur.
Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh
keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka Rakyat
Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia
yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

5
dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia
itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam
suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusian yang adil dan
beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta dengan mewujudkan
suatu keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia.
Pembukaan UUD 1945 tidak dapat dirubah karena di dalam Pembukaan UUD
1945 terdapat tujuan negara dan pancasila yang menjadi dasar negara Indonesia.
Jika Pembukaan UUD 1945 ini dirubah, maka secara otomatis tujuan dan dasar
negara pun ikut berubah.

b. MPR

Sebelum perubahan UUD 1945, kedudukan MPR berdasarkan UUD 1945


merupakan lembaga tertinggi negara dan sebagai pemegang dan pelaksana
sepenuhnya kedaulatan rakyat. MPR diberi kekuasaan tak terbatas (Super Power).
karena “kekuasaan ada di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR”
dan MPR adalah “penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia” yang berwenang
menetapkan UUD, GBHN, mengangkat presiden dan wakil presiden.

c. MA

Mahkamah Agung (disingkat MA) adalah lembaga tinggi negara dalam sistem
ketatanegaraan Indonesia yang merupakan pemegang kekuasaan kehakiman
bersama-sama dengan Mahkamah Konstitusi dan bebas dari pengaruh cabang-
cabang kekuasaan lainnya. Mahkamah Agung membawahi badan peradilan dalam

6
lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan
militer, lingkungan peradilan tata usaha negara.

d. BPK

Badan Pemeriksa Keuangan (disingkat BPK) adalah lembaga tinggi negara


dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang memiliki wewenang memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Menurut UUD 1945, BPK
merupakan lembaga yang bebas dan mandiri. Anggota BPK dipilih oleh Dewan
Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan
Daerah, dan diresmikan oleh Presiden.
Pasal 23 ayat (5) UUD Tahun 1945 menetapkan bahwa untuk memeriksa
tanggung jawab tentang Keuangan Negara diadakan suatu Badan Pemeriksa
Keuangan yang peraturannya ditetapkan dengan Undang-Undang. Hasil
pemeriksaan itu disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

e. DPR

Tugas dan wewenang DPR sebelum amandemen UUD 1945 adalah


memberikan persetujuan atas RUU [pasal 20 (1)], mengajukan rancangan
Undang-Undang [pasal 21 (1)], Memberikan persetujuan atas PERPU [pasal 22
(2)], dan Memberikan persetujuan atas Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
[pasal 23 (1)].
UUD 1945 tidak menyebutkan dengan jelas bahwa DPR memiliki fungsi
legislasi, fungsi anggaran dan pengawasan.

f. Presiden

 Presiden memegang posisi sentral dan dominan sebagai mandataris MPR,

7
meskipun kedudukannya tidak “neben” akan tetapi “untergeordnet”.
 Presiden menjalankan kekuasaan pemerintahan negara tertinggi
(consentration of power and responsiblity upon the president).
 Presiden selain memegang kekuasaan eksekutif (executive power), juga
memegang kekuasaan legislative (legislative power) dan kekuasaan
yudikatif (judicative power).
 Presiden mempunyai hak prerogatif yang sangat besar.
 Tidak ada aturan mengenai batasan periode seseorang dapat menjabat
sebagai presiden serta mekanisme pemberhentian presiden dalam masa
jabatannya.

C. Ketatanegaraan Indonesia Sesudah Amandemen UUD 1945


Salah satu tuntutan Reformasi 1998 adalah dilakukannya perubahan
(amandemen) terhadap UUD 1945. Latar belakang tuntutan perubahan UUD 1945
antara lain karena pada masa Orde Baru, kekuasaan tertinggi di tangan MPR (dan
pada kenyataannya bukan di tangan rakyat), kekuasaan yang sangat besar pada
Presiden, adanya pasal-pasal yang terlalu “luwes” (sehingga dapat menimbulkan
mulitafsir), serta kenyataan rumusan UUD 1945 tentang semangat penyelenggara
negara yang belum cukup didukung ketentuan konstitusi.
Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu adalah menyempurnakan aturan dasar
seperti tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi
negara demokrasi dan negara hukum, serta hal-hal lain yang sesuai dengan
perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa. Perubahan UUD 1945 dengan
kesepakatan diantaranya tidak mengubah Pembukaan UUD 1945, tetap
mempertahankan susunan kenegaraan (staat structuur) kesatuan atau selanjutnya
lebih dikenal sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), serta
mempertegas sistem pemerintahan presidensiil.
Sistem ketatanegaraan Indonesia sesudah Amandemen UUD 1945, dapat
dijelaskan sebagai berikut: Undang-Undang Dasar merupakan hukum tertinggi

8
dimana kedaulatan berada di tangan rakyat dan dijalankan sepenuhnya menurut
UUD. UUD memberikan pembagian kekuasaan (separation of power) kepada 6
lembaga negara dengan kedudukan yang sama dan sejajar, yaitu Presiden, Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan
Perwakilan Daerah (DPD), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Mahkamah
Agung (MA), dan Mahkamah Konstitusi (MK).

a. MPR

 Lembaga tinggi negara sejajar kedudukannya dengan lembaga tinggi


Negara lainnya seperti Presiden, DPR, DPD, MA, MK, BPK.
 Menghilangkan supremasi kewenang
 Menghilangkan kewenangannya menetapkan GBHN
 Menghilangkan kewenangannya mengangkat Presiden
 Tetap berwenang menetapkan dan mengubah UUD.
 Susunan keanggotaanya berubah, yaitu terdiri dari anggota Dewan
Perwakilan

Rakyat dan angota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih secara


langsung melalui pemilu.

b. DPR

 Posisi dan kewenangannya diperkuat.


 Mempunyai kekuasan membentuk UU (sebelumnya ada di tangan
presiden, sedangkan DPR hanya memberikan persetujuan saja) sementara
pemerintah berhak mengajukan RUU.
 Proses dan mekanisme membentuk UU antara DPR dan Pemerintah
 Mempertegas fungsi DPR, yaitu: fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan

9
fungsi pengawasan sebagai mekanisme kontrol antar lembaga negara.

c. DPD

 Lembaga negara baru sebagai langkah akomodasi bagi keterwakilan


kepentingan daerah dalam badan perwakilan tingkat nasional setelah
ditiadakannya utusan daerah dan utusan golongan yang diangkat sebagai
anggota MPR.
 Keberadaanya dimaksudkan untuk memperkuat kesatuan Negara Republik
Indonesia.
 Dipilih secara langsung oleh masyarakat di daerah melalui pemilu.
 Mempunyai kewenangan mengajukan dan ikut membahas RUU yang
berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, RUU lain
yang berkait dengan kepentingan daerah.

d. BPK

 Anggota BPK dipilih DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD


 Berwenang mengawasi dan memeriksa pengelolaan keuangan negara
(APBN) dan daerah (APBD) serta menyampaikan hasil pemeriksaan
kepada DPR dan DPD dan ditindaklanjuti oleh aparat penegak hokum
 Berkedudukan di ibukota negara dan memiliki perwakilan di setiap
provinsi.
 Mengintegrasi peran BPKP sebagai instansi pengawas internal departemen
yang bersangkutan ke dalam BPK.

e. Presiden

 Membatasi beberapa kekuasaan presiden dengan memperbaiki tata cara

10
pemilihan dan pemberhentian presiden dalam masa jabatannya serta
memperkuat sistem pemerintahan presidensial.
 Kekuasaan legislatif sepenuhnya diserahkan kepada DPR.
 Membatasi masa jabatan presiden maksimum menjadi dua periode saja.
 Kewenangan pengangkatan duta dan menerima duta harus memperhatikan
pertimbangan DPR.
 Kewenangan pemberian grasi, amnesti dan abolisi harus memperhatikan
pertimbangan DPR.
 Memperbaiki syarat dan mekanisme pengangkatan calon presiden dan
wakil presiden menjadi dipilih secara langsung oleh rakyat melui pemilu,
juga mengenai pemberhentian jabatan presiden dalam masa jabatannya.

f. Mahkamah Agung

 Lembaga negara yang melakukan kekuasaan kehakiman, yaitu kekuasaan


yang menyelenggarakan peradilan untuk menegakkan hukum dan keadilan
[Pasal 24 ayat (1)].
 Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peaturan perundang-
undangan di bawah Undang-undang dan wewenang lain yang diberikan
Undang-undang.
 Di bawahnya terdapat badan-badan peradilan dalam lingkungan Peradilan
Umum, lingkungan Peradilan Agama, lingkungan Peradilan militer dan
lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN).
 Badan-badan lain yang yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan
kehakiman diatur dalam Undang-undang seperti : Kejaksaan, Kepolisian,
Advokat/Pengacara dan lain-lain.

g. Mahkamah Konstitusi

11
 Keberadaanya dimaksudkan sebagai penjaga kemurnian konstitusi (the
guardian of the constitution).
 Mempunyai kewenangan: Menguji UU terhadap UUD, Memutus sengketa
kewenangan antar lembaga negara, memutus pembubaran partai politik,
memutus sengketa hasil pemilu dan memberikan putusan atas pendapat
DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh presiden dan atau wakil presiden
menurut UUD.
 Hakim Konstitusi terdiri dari 9 orang yang diajukan masing-masing oleh
Mahkamah Agung, DPR dan pemerintah dan ditetapkan oleh Presiden,
sehingga mencerminkan perwakilan dari 3 cabang kekuasaan negara yaitu
yudikatif, legislatif, dan eksekutif

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Setelah amandemen UUD 1945 banyak perubahan terjadi, baik dalam
struktur ketatanegaraan maupun perundang-undangan di Indonesia.
2. Tata urutan perundang-undangan Indonesia adalah UUD 1945, UU/
Perpu, PP, Peraturan Presiden dan Perda.
3. Lembaga-lembaga Negara menurut sistem ketatanegaraan Indonesia
meliputi: MPR, Presiden, DPR, DPD, MA, MK, BPK, dan Komisi
Yudisial. Lembaga pemerintahan yang bersifat khusus meliputi BI,
Kejagung, TNI, dan Polri. Lembaga khusus yang bersifat independen
misalnya KPU, KPK, Komnas HAM, dan lain-lain.

B. Saran
Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca untuk memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan
penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah
ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman
pada umumnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

 http://abdulhafi.wordpress.com/2008/11/22/sistem-ketatanegaraan-
indonesia-dan-pembelajarannya-di-sd/
 http://senyumpelangi.wordpress.com/2009/09/17/lembaga-negara-
sebelum-dan-sesudah-amandemen-yang-ke-4/
 http://nizzarrahman.blogspot.com/2009/10/sebelum-dan-sesudah-
amandemen-dewan.html
 http://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Pemeriksa_Keuangan
 http://id.wikipedia.org/wiki/Mahkamah_Agung_Indonesia

14

Anda mungkin juga menyukai