TINJAUAN PUSTAKA
A. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan pasien dengan cedera gigi harus mencakup sebagai berikut:
keluhan utama, riwayat penyakit saat ini, riwayat kesehatan yang bersangkutan, dan
uji klinis (Walton, 2002).
a. Riwayat Pemeriksaan
Informasi yang relevan mengenai cedera traumatis harus diperoleh
secara cepat dengan mengikuti sistem.
b. Keluhan utama
Keluhan utama hanyalah sebuah pernyataan dalam pasien sendiri.
c. Riwayat Medis
Sejarah medis pasien sering signifikan. Sebagai contoh, pasien mungkin
memiliki alergi terhadap obat resep, atau mungkin memiliki kondisi medis
yang mempengaruhi pengobatan. Status imunisasi tetanus harus dicatat,
booster dapat diindikasikan ketika mencemari luka seperti avulsions, intrusi,
dan menembus bibir dan jaringan lesi.
2. Pemeriksaan Klinis
Bibir dan jaringan lunak rongga mulut dan tulang wajah harus diperiksa serta
gigi dan struktur pendukung (Walton, 2002).
Jaringan lunak. Tujuan dari evaluasi jaringan lunak adalah untuk menentukan
tingkat kerusakan jaringan dan untuk mengidentifikasi dan mengeluarkan benda
asing dari luka. Fraktur pada mahkota dengan luka jaringan lunak yang berdekatan.
Luka diperiksa secara visual dan radiografi untuk fragmen gigi. Daerah bibir
cenderung untuk impaksi benda asing. Juga, laserasi yang parah memerlukan
penjahitan (Walton, 2002).
Facial Skeleton. Kerangka wajah dievaluasi untuk patah tulang yang mungkin
dari proses rahang atau alveolar. Seperti patah tulang, ketika melibatkan soket gigi,
dapat menghasilkan pulpa nekrosis pada gigi yang berhubungan dengan fraktur
3
4
alveolar. Diduga terjadi ketika beberapa gigi yang mengungsi atau pindah sebagai
satu unit, saat perpindahan gigi sangat luas, atau perpindahan ligamen gigi dan
jaringan pendukung (Walton, 2002).
Pemeriksaan gigi dan jaringan pendukung. Harus dapat memberikan informasi
tentang kerusakan yang mungkin telah terjadi pada jaringan keras gigi, pulpa,
ligamen periodontal, dan soket tulang. Berikut pedoman memberikan metode
pengumpulan informasi secara sistematis (Walton, 2002) :
a. Mobilitas
Gigi diperiksa (lembut) untuk mobilitas, mencatat apakah gigi yang
berdekatan juga bergerak ketika salah satu gigi dipindahkan (menunjukkan
fraktur alveolar). Tingkat mobilitas horizontal mencatat: 0 untuk mobilitas
tidak, 1 untuk sedikit (<1 mm) mobilitas, 2 untuk ditandai (1 sampai 3 mm)
mobilitas, dan 3 untuk yang parah (> 3 mm) mobilitas, baik secara
horisontal dan vertikal. Jika tidak ada mobilitas, gigi yang diperkusi akan
terdengar suara pada ankilosis.
b. Displacement
Sebuah gigi mengalami perpindahkan dari posisi normal. Jika hal ini
terjadi sebagai akibat dari luka trauma, ini disebut sebagai luxation.
c. Kerusakan periradicular
Cedera pada struktur pendukung gigi dapat mengakibatkan
pembengkakan dan perdarahan melibatkan ligamen periodontal. Gigi
seperti sensitif terhadap perkusi. Perpindahan apikal dengan cedera
pembuluh darah memasuki foramen apikal dapat menyebabkan pulpa
nekrosis jika suplai darah terganggu.
d. Perkusi mengidentifikasi cedera periradicular
Ketukan harus dilakukan dengan lembut karena trauma gigi sering
menyakitkan. Ketika pemeriksaan atau pengujian prosedur yang dimulai,
gigi terluka diperiksa terlebih dahulu. Hal ini meningkatkan kepercayaan
diri pasien dan pemahaman dari prosedur. Yang penting, selain dalam
menguji gigi atau gigi yang terlibat dalam keluhan pasien, beberapa gigi
yang berdekatan dan menentang disertakan juga. Hal ini memungkinkan
pengakuan cedera gigi yang lain, pasien mungkin tidak menyadari. Jika
5
Tahapan :
6
- Pencampuran pasta
- Guttap point ( trial foto disterilkan 70% alcohol dan dikeringkan
- Guttap point nomor 25 (MAF) diulasi dengan pasta ke saluran akar sesuai
dengan tanda yang telah dibuat dan ditekan kea rah lateral menggunakan
spreader.
- Ke dalam saluran akar diberi guttap tambahan, setiap memasukan guttap di
tekan ke arah lateral sampai saluran akar penuh dan spreader tidak dapat
masuk dalam saluran akar.
- Guttap point dipotong 1-2mm dibawah orifice dengan eskavator yang telah
dipanasi
- Guttap point dipadatkan dengan root canal plugger
- Bila pengisian sudah baik, maka dasar ruang pulpa diberi basis semen seng
fosfat, ditutup kapas dan tumpatan sementara.
2. Teknik Kondensasi Vertical (Guttap perca panas)
Untuk pengisian saluran akar dengan teknik step back. Menggunakan plugger
yang dipanaskan, dilakukan penekanan pada guttap perca yang telah dilunakan
dengan panas kearah vertical dan dengan demikian menyebabkan guttap perca
mengalir dan mengisi seluruh lumen saluran akar (Tarigan, 1994).
Tahapan :
- Suatu kerucut guttap perca utama sesuai dengan instrument terakhir yang
digunakan pada saluran dengan cara step back
- Dinding saluran dilapisi dengan lapis tipis semen dengan menggunakan
lentulo.
- Kerucut disemen
- Ujung koronal kerucut dipotong dengan instrument panas
- Pembawa panas segera didorong ke dalam 1/3 koronal guttap perca.
Sebagian terbakar oleh plugel bila diambil dari saluran akar.
- Condenser vertical dengan ukuran yang sesuai dimasukan dan tekanan
vertical dikenakan pada guttap perca yang telah dipanasi untuk mendorong
guttap perca yang menjadi plastis ke arah apikal.
- Apikalis panas berganti oleh pembawa panas dan condenser diulangi sampai
guttap perca plastis menutup saluran aksesori besar dan mengisi luman
7
saluran dalam 3 dimensi – foramen apikal. Bagian sisa saluran diisi dengan
potongan tambahan guttap perca panas.
- Bila pengisisan sudah baik, maka dasar pulpa diberi basis semen ZnPO4,
kemudian ditumpat sementara.
3. Metode seksional (teknik plugger)
Dapat digunakan untuk mengisi saluran ke arah apikal dan lateral. Teknik
menggunakan suatu bagian kerucut guttap perca untuk mengisi suatu bagian 1/3
saluran akar / ujung apikal (Tarigan, 1994).
Tahapan :
- Dinding saluran akar dilapisi semen
- Plugger saluran dimasukan sampai 3-4mm dari apeks dipanaskan dalam
sterilitator garam panas
- Kerucut guttap perca dipotong beberapa bagian sesuai dengan ukuran
saluran yang telah dipreparasi dengan panjang 3-4mm
- Potong apikal ditempelkan pada plugger yang telah dipanasi, dimasukan ke
dalam saluran pada kedalaman yang sebelumnya telah diukur dan ditekan
ke arah vertical
- Pluger dilepas dengan hati-hati untuk mencegah ke luarnya bagian guttap
perca yang dimasukan
- Dibuat radiograf untuk memeriksa posisi dan kesesuaian bagian yang
dikondensasi
- Bagian berikutnya dimasukan kedalam eukaliptol, dipanaskan tinggi diatas
nyala api dan ditambahkan pada bagian sebelumnya dengan tekanan vertical
untuk memampatkan pengisi
Pengambilan Guttap Point dengan GGD
a. Menentukan panjang GGD :
1) Panjang kerja (PK) – panjang mahkota = panjang akar
2) Panjang 1/3 apikal = panjang akar : 3
3) Panjang GGD = PK – panjang 1/3 apikal
4) GGD dimasukkan dalam contra angle handpiece low speed
5) Membuka tumpatan sementara, cotton pellet diambil.
8
9. Kamar pulpa ditutup dengan semen, misalnya dengan semen seng oksida
eugenol atau seng fosfat.
10. Selanjutnya gigi di restorasi dengan restorasi permanen (Harty, 1992).
dilakukan pencetakan, kemudian model dari hasil cetakan ini digunakan untuk
pembuatan mahkota jaket (Weine dan Franklin, 2004).
Pembuatan Mahkota
Prosedur pembuatan mahkota pasak sama dengan pembuatan mahkota jaket
untuk gigi vital (Weine dan Franklin, 2004).
Pemasangan Mahkota Pasak ( Post Crown )
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat uji coba pemasangan / try in mahkota
pasak, ( post crown ) antara lain (Richard, 1990):
a. Estetik
Warna dari post crown harus sesuai dengan gigi asli yang ada dalam
rongga mulut. Bentuk dan ukuran harus disesuaikan dengan anatomi gigi.
b. Oklusi
Tidak boleh terjadi prematur kontak yang akan mengakibatkan trauma
oklusi. Untuk mengetahuinya digunakan kertas artikulasi, adanya teraan
yang lebih tebal menunjukkan terjadinya traumatik oklusi.
c. Adaptasi
Terutama keakuratan / kerapatan pinggiran servikal antara tepi mahkota
jaket dengan bagian servikal gigi asli. Pada bagian pundak, pinggiran
mahkota tidak boleh menekan gusi ( overhang ), karena kelebihan mahkota
dapat menjadi tempat tertimbunnya plak yang akan mengakibatkan
peradangan gusi.
d. Kedudukan
Mahkota tidak boleh labioversi ataupun palatoversi, disesuaikan dengan
kedudukannya terhadap gigi lain yang ada dalam rongga mulut.
e. Daerah titik kontak
Untuk pemeriksaan daerah titik kontak digunakan dental floss. Daerah
titik kontak harus dapat dilalui oleh dental floss ini.
Penyemenan Post Crown
Semen yang akan digunakan harus disesuaikan dengan bahan crown. Semen-
semen yang mengandung eugenol ( zinc oxide eugenol cement, Alumina EBA
cement ) tidak cocok untuk menyemen mahkota yang terbuat dari bahan akrilik,
14
karena akan bereaksi dengan bahan akrilik dimana akrilik akan berubah warna,
menjadi lunak dan permukaannya menjadi retak-retak (crazing) (Richard, 1990).
Semen jenis komposit memiliki sifat mekanis yang lebih baik. Semen jenis
polikarboksilat memiliki sifat adhesi terhadap dentin dan glasir lebih baik
daripada semen zinc-phospat dimana semen Zinc phospat lebih mudah larut dalam
cairan mulut (Richard, 1990).
Mahkota diisi penuh dengan adukan semen dan sebagian diulaskan merata
pada sekeliling preparasi post untuk mencegah terkurungnya gelembung udara
pada sudut pundak. Setelah mahkota masuk dengan seksama pada tempatnya,
operator harus mepertahankan kedudukannya sampai semen mengeras. Kemudian
sisa-sisa semen dibersihkan (Richard, 1990).
2. Pasak
Pasak adalah bagian restorasi yang direkatkan dengan semen ke dalam saluran
akar dan berfungsi sebagai retensi utama, dapat menjadi satu kesatuan atau
dijadikan satu dengan intl.' Pasak dapat dibedakan menjadi (Wagnild dan Mueller,
2002).
a. Pasak siap pakai (prefabricated post)
Pasak siap pakai adalah pasak produksi pabrik, umumnya terdiri dart
berbagai ukuran dan bentuk, dapat terbuat dart bahan logam dan nonlogam. Bahan
logam antara lain platinum-gold-palladium (Pt-Au-Pd), stainless steel, titanium,
brass, dan chromium-containing alloy. Sedangkan, bahan nonlogam antara lain
carbon Jiber, ceramic, glass .fiber, dan woven fiber (Wagnild dan Mueller, 2002).
Keuntungan :
- Pasak slap pakai yang terbuat dart bahan logam memiliki keunggulan
dalam kekuatan, karena dapat dihindari kesalahan pengecoran logam yang
mengakibatkan kelemahan pasak
-
Pasak yang terbuat dari ceramic, glass fiber, dan woven fiber mempunyai
keunggulan estetik dibandingkan pasak yang terbuat dari logam (Wagnild
dan Mueller, 2002).
15
Kekurangan:
- Pasak yang terbuat dart bahan logam terdapat risiko terjadinya korosi,
diskolorasi akar, kebocoran mikro, dan fraktur akar terutama pada pasak
yang berbentuk paralel.
- Pasak yang terbuat dari carbon fiber berwarna hitam, sehingga dapat
merusak estetik mahkota tiruan (Wagnild dan Mueller, 2002).
b. Pasak buatan sendiri (fabricated post)
Pasak buatan sendiri dapat dicor dari pola yang dibuat secara langsung
(direct) dalam mulut pasien atau pola yang dibuat di laboratorium (indirect).
Teknik langsung (direct) yang menggunakan inlay wax, autopolymerizing resin,
atau light-polyinerized resin direkotnendasikan untuk akar tunggal dengan
akses klinis yang mudah, sedangkan teknik indirect lebilt tepat untuk akar ganda
atau akses yang sulit (Wagnild dan Mueller, 2002).
Keuntungan:
- Lebih adaptif
- Dapat digunakan pada saluran akar yang sangat tapered, oval, dan gigi
dengan akar ganda yang paralel (Wagnild dan Mueller, 2002).
Kekurangan:
Dapat terjadi kesalahan pengecoran sehingga meningkatkan risiko fraktur
pasak membutuhkan lebih banyak waktu untuk prosedur laboratorium
(Wagnild dan Mueller, 2002).
3. Bahan – Bahan yang dapat digunakan Untuk Membuat Pasak
Pencetakan saluran akar yang telah dipreparasi sangat sulit dilakukan karena
ukurannnya yang panjang dan sempit. Untunglah sekarang didapat 2 macam bahan
yang memungkinkan dilakukannya pencetakan saluran akar dengan panjang yang
maksimum dan tepat.
a. Endopost
Campuran logam yang bertitik lebur tinggi dan dibuat dengan standar
endodontik dari ukuran 70-140; dapat dituang dengan emas atau logam
tuang lainnya (Wagnild dan Mueller, 2002).
b. Endowel
16
Pin plastik berukuran standar 80-140. jika telah pas dengan preparasi
pasak dan dibuat pada malam atau pola resin, akan menguap keluar dari
investment dan meninggalkan cetakan yang dapat dituang dengan logam
(Wagnild dan Mueller, 2002).
c. Parapost
Pasak plastik ukuran tidak disesuaikan dengan alat endo, tetapi preparasi
saluran akar memakai rotary instrument khusus yang nantinya di sesuaikan
panjangnya dengan pasak (Wagnild dan Mueller, 2002).
4. Macam-Macam Mahkota Pasak (Post Crown)
a. Davis Crown
Suatu mahkota yang keseluruhannya terbuat dari porselen dan diberi
dowell dari silver. Terdapat dua tipe, yaitu:
1) Ground in type: pada kasus belum ada kerusakan gigi di bawah
permukaan gusi.
2) Case base type: pada kasus di mana terjadi kerusakan gigi di bawah
permukaan gusi
b. Richmond crown
Mahkota pasak yang terbuat dari porselen dengan facing dari porselen
dan backing logam. Digunakan pada kasus yang memerlukan kekuatan
besar, misalnya GTC dengan empat insisivus hilang.
c. Porselen jacket crown dengan dowell crown
Untuk gigi anterior dimana sebagian mahkota klinis masih utuh, tetapi
sudah tidak cukup kuat untuk menahan tekanan daya kunyah.
d. Akrilik Crown
Restorasi pada gigi anterior dimana gigi anterior dalam keadaan berjejal,
sehingga sulit untuk menentukan lebar mesio distal gigi tersebut (Wagnild
dan Mueller, 2002).
5. Inti
Inti adalah bagian restorasi yang menggantikan jaringan mahkota gigi yang
hilang sehingga membentuk seperti gigi yang telah dipreparasi untuk rnahkota
tiruan penuh. Inti dapat diklasifikasikan menurut banyalawa jaringan mahkota gigi
yang digantikan, yaitu (Wagnild dan Mueller, 2002) :
17
inti sebagian, adalah inti yang menggantikan sebagian jaringan mahkota gigi yang
rusak/hilang
inti penuh, adalah inti yang menggantikan seluruh jaringan mahkota gigi yang
rusak/hilang (Wagnild dan Mueller, 2002).
Inti siap pakai merupakan inti dari logam yang menjadi satu kesatuan
dengan pasak siap pakai. Keuntungannya adalah inti ini mempunyai
keunggulan dalani kekuatan, karena merupakan satu kesatuan dengan
pasak. Sedangkan, kekurangannya adalah sering kali bentuk dan ukurannya
tidak sesempurna seperti bentuk mahkota gigi yang dipreparasi untuk
mahkota tiruan penuh (Wagnild dan Mueller, 2002).
6. Macam-macam Core
a. Gold Post
Suatu restorasi dimana mahkota gigi asli masih ada dan dipreparasi
sesuai dengan preparasi mahkota jaket.
b. Full Gold Core
Mahkota Gigi asli telah hilang setelah saluran akar di preparasi.
c. Partial Gold Core
Sebagian mahkota gigi asli masih tertinggal sedikit di sebelah palatinal
atau labial dan masih cukup kuat untuk di pertahankan.
d. Gold Core with Window
Window diisi dengan bahan akrilik atau porselen atau semen silikat.
e. Off Centre Gold Core
Pasak inti di buat sesuai dengan kemauan operator. Hamper sama dengan
Full gold Core hanya saja pasak inti di buat untuk koreksi posisi gigi (Wagnild dan
Mueller, 2002).