Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan pasien dengan cedera gigi harus mencakup sebagai berikut:
keluhan utama, riwayat penyakit saat ini, riwayat kesehatan yang bersangkutan, dan
uji klinis (Walton, 2002).
a. Riwayat Pemeriksaan
Informasi yang relevan mengenai cedera traumatis harus diperoleh
secara cepat dengan mengikuti sistem.
b. Keluhan utama
Keluhan utama hanyalah sebuah pernyataan dalam pasien sendiri.
c. Riwayat Medis
Sejarah medis pasien sering signifikan. Sebagai contoh, pasien mungkin
memiliki alergi terhadap obat resep, atau mungkin memiliki kondisi medis
yang mempengaruhi pengobatan. Status imunisasi tetanus harus dicatat,
booster dapat diindikasikan ketika mencemari luka seperti avulsions, intrusi,
dan menembus bibir dan jaringan lesi.
2. Pemeriksaan Klinis
Bibir dan jaringan lunak rongga mulut dan tulang wajah harus diperiksa serta
gigi dan struktur pendukung (Walton, 2002).
Jaringan lunak. Tujuan dari evaluasi jaringan lunak adalah untuk menentukan
tingkat kerusakan jaringan dan untuk mengidentifikasi dan mengeluarkan benda
asing dari luka. Fraktur pada mahkota dengan luka jaringan lunak yang berdekatan.
Luka diperiksa secara visual dan radiografi untuk fragmen gigi. Daerah bibir
cenderung untuk impaksi benda asing. Juga, laserasi yang parah memerlukan
penjahitan (Walton, 2002).
Facial Skeleton. Kerangka wajah dievaluasi untuk patah tulang yang mungkin
dari proses rahang atau alveolar. Seperti patah tulang, ketika melibatkan soket gigi,
dapat menghasilkan pulpa nekrosis pada gigi yang berhubungan dengan fraktur

3
4

alveolar. Diduga terjadi ketika beberapa gigi yang mengungsi atau pindah sebagai
satu unit, saat perpindahan gigi sangat luas, atau perpindahan ligamen gigi dan
jaringan pendukung (Walton, 2002).
Pemeriksaan gigi dan jaringan pendukung. Harus dapat memberikan informasi
tentang kerusakan yang mungkin telah terjadi pada jaringan keras gigi, pulpa,
ligamen periodontal, dan soket tulang. Berikut pedoman memberikan metode
pengumpulan informasi secara sistematis (Walton, 2002) :
a. Mobilitas
Gigi diperiksa (lembut) untuk mobilitas, mencatat apakah gigi yang
berdekatan juga bergerak ketika salah satu gigi dipindahkan (menunjukkan
fraktur alveolar). Tingkat mobilitas horizontal mencatat: 0 untuk mobilitas
tidak, 1 untuk sedikit (<1 mm) mobilitas, 2 untuk ditandai (1 sampai 3 mm)
mobilitas, dan 3 untuk yang parah (> 3 mm) mobilitas, baik secara
horisontal dan vertikal. Jika tidak ada mobilitas, gigi yang diperkusi akan
terdengar suara pada ankilosis.
b. Displacement
Sebuah gigi mengalami perpindahkan dari posisi normal. Jika hal ini
terjadi sebagai akibat dari luka trauma, ini disebut sebagai luxation.
c. Kerusakan periradicular
Cedera pada struktur pendukung gigi dapat mengakibatkan
pembengkakan dan perdarahan melibatkan ligamen periodontal. Gigi
seperti sensitif terhadap perkusi. Perpindahan apikal dengan cedera
pembuluh darah memasuki foramen apikal dapat menyebabkan pulpa
nekrosis jika suplai darah terganggu.
d. Perkusi mengidentifikasi cedera periradicular
Ketukan harus dilakukan dengan lembut karena trauma gigi sering
menyakitkan. Ketika pemeriksaan atau pengujian prosedur yang dimulai,
gigi terluka diperiksa terlebih dahulu. Hal ini meningkatkan kepercayaan
diri pasien dan pemahaman dari prosedur. Yang penting, selain dalam
menguji gigi atau gigi yang terlibat dalam keluhan pasien, beberapa gigi
yang berdekatan dan menentang disertakan juga. Hal ini memungkinkan
pengakuan cedera gigi yang lain, pasien mungkin tidak menyadari. Jika
5

komplikasi kemudian mengembangkan melibatkan salah satu gigi yang


berdekatan atau berlawanan, informasi awal akan membantu dalam
diagnosis.
e. Pulpa cedera
Kesehatan pulpa adalah pertimbangan yang sangat penting. Trauma
dapat menyebabkan resorpsi dentin (internal) atau metamorfosis kalsifikasi
(radiografi obliterasi) dengan perubahan warna gigi (menguning). Trauma
tersebut dapat menyebabkan pulpa nekrosis, yang bisa mengakibatkan
inflamasi resorpsi eksternal akar.
Status pulpa dapat ditentukan oleh gejala, riwayat, dan uji klinis. Dua uji
klinis, bagaimanapun, membutuhkan pertimbangan di sini karena
penerapannya untuk trauma gigi dapat menggunakan Electric Pulp Test
(EPT) dan tes termal menggunakan karbon dioksida atau es. Tes ini
umumnya dapat diandalkan dalam mengevaluasi dan memantau status
pulpa kecuali dalam gigi dengan perkembangan akar tidak lengkap (Walton,
2002).
3. Pemeriksaan Penunjang
Radiografi digunakan untuk pemeriksaan untuk tulang patah atau gigi dan tahap
pengembangan. Fraktur akar horizontal dan luksasi lateral sering diabaikan karena
angulasi konvensional bisa kehilangan penyimpangan yang tidak sejajar dengan x-
ray balok. Oleh karena itu peningkatan eksposur oklusal vertikal adalah tambahan
yang berguna. Beberapa eksposur harus rutin untuk pemeriksaan trauma gigi, untuk
memastikan pengungkapan lengkap dan diagnosis dari cedera (Walton, 2002).

B. Teknik Pengisian Saluran Akar pada Gigi Permanen


1. Teknik Kondensasi Lateral
Dengan teknik preparasi saluran akar secara step back. Sering digunakan hampir
semua keadaan kecuali pada saluran akar yang sangat bengkok / abnormal (Tarigan,
1994).

Tahapan :
6

- Pencampuran pasta
- Guttap point ( trial foto disterilkan 70% alcohol dan dikeringkan
- Guttap point nomor 25 (MAF) diulasi dengan pasta ke saluran akar sesuai
dengan tanda yang telah dibuat dan ditekan kea rah lateral menggunakan
spreader.
- Ke dalam saluran akar diberi guttap tambahan, setiap memasukan guttap di
tekan ke arah lateral sampai saluran akar penuh dan spreader tidak dapat
masuk dalam saluran akar.
- Guttap point dipotong 1-2mm dibawah orifice dengan eskavator yang telah
dipanasi
- Guttap point dipadatkan dengan root canal plugger
- Bila pengisian sudah baik, maka dasar ruang pulpa diberi basis semen seng
fosfat, ditutup kapas dan tumpatan sementara.
2. Teknik Kondensasi Vertical (Guttap perca panas)
Untuk pengisian saluran akar dengan teknik step back. Menggunakan plugger
yang dipanaskan, dilakukan penekanan pada guttap perca yang telah dilunakan
dengan panas kearah vertical dan dengan demikian menyebabkan guttap perca
mengalir dan mengisi seluruh lumen saluran akar (Tarigan, 1994).
Tahapan :
- Suatu kerucut guttap perca utama sesuai dengan instrument terakhir yang
digunakan pada saluran dengan cara step back
- Dinding saluran dilapisi dengan lapis tipis semen dengan menggunakan
lentulo.
- Kerucut disemen
- Ujung koronal kerucut dipotong dengan instrument panas
- Pembawa panas segera didorong ke dalam 1/3 koronal guttap perca.
Sebagian terbakar oleh plugel bila diambil dari saluran akar.
- Condenser vertical dengan ukuran yang sesuai dimasukan dan tekanan
vertical dikenakan pada guttap perca yang telah dipanasi untuk mendorong
guttap perca yang menjadi plastis ke arah apikal.
- Apikalis panas berganti oleh pembawa panas dan condenser diulangi sampai
guttap perca plastis menutup saluran aksesori besar dan mengisi luman
7

saluran dalam 3 dimensi – foramen apikal. Bagian sisa saluran diisi dengan
potongan tambahan guttap perca panas.
- Bila pengisisan sudah baik, maka dasar pulpa diberi basis semen ZnPO4,
kemudian ditumpat sementara.
3. Metode seksional (teknik plugger)
Dapat digunakan untuk mengisi saluran ke arah apikal dan lateral. Teknik
menggunakan suatu bagian kerucut guttap perca untuk mengisi suatu bagian 1/3
saluran akar / ujung apikal (Tarigan, 1994).
Tahapan :
- Dinding saluran akar dilapisi semen
- Plugger saluran dimasukan sampai 3-4mm dari apeks dipanaskan dalam
sterilitator garam panas
- Kerucut guttap perca dipotong beberapa bagian sesuai dengan ukuran
saluran yang telah dipreparasi dengan panjang 3-4mm
- Potong apikal ditempelkan pada plugger yang telah dipanasi, dimasukan ke
dalam saluran pada kedalaman yang sebelumnya telah diukur dan ditekan
ke arah vertical
- Pluger dilepas dengan hati-hati untuk mencegah ke luarnya bagian guttap
perca yang dimasukan
- Dibuat radiograf untuk memeriksa posisi dan kesesuaian bagian yang
dikondensasi
- Bagian berikutnya dimasukan kedalam eukaliptol, dipanaskan tinggi diatas
nyala api dan ditambahkan pada bagian sebelumnya dengan tekanan vertical
untuk memampatkan pengisi
Pengambilan Guttap Point dengan GGD
a. Menentukan panjang GGD :
1) Panjang kerja (PK) – panjang mahkota = panjang akar
2) Panjang 1/3 apikal = panjang akar : 3
3) Panjang GGD = PK – panjang 1/3 apikal
4) GGD dimasukkan dalam contra angle handpiece low speed
5) Membuka tumpatan sementara, cotton pellet diambil.
8

6) Pemakaian GGD secara berurutan, dimulai dari ukuran besar sampai


sesuai besarnya saluran akar.
7) GGD yang telah disiapkan dimasukkan dalam saluran akar (letak GGD
harus lurus / sejajar dengan sumbu gigi) kemudian airmotor digerakkan
sampai guttap point terpotong dan seterusnya hingga mencapai panjang
kerja GGD yang telah ditentukan.
8) Serpihan guttap point dibersihkan dari saluran akar dengan hembusan
udara.
9) Rongga saluran akar yang kosong diisi dengan kapas steril, kemudian
ditumpat sementara (Tarigan, 1994).
4. Langkah-langkah Perawatan Endointrakanal
1. Pembuatan foto Rontgen. Untuk mengetahui panjang dan jumlah saluran
akar serta keadaan jaringan sekitar gigi yang akan dirawat.
2. Daerah operasi diisolasi dengan rubber dam untuk menghindari
kontaminasi bakteri dan saliva.
3. Jaringan karies dibuang dengan bur fisur steril. Atap kamar pulpa dibuang
dengan menggunakan bor bundar steril kemudian diperluas dengan bor fisur
steril.
4. Jaringan pulpa di kamar pulpa dibuang dengan menggunakan ekskavator
atau bur bundar kecepatan rendah.
5. Kamar pulpa dibersihkan dari sisa-sisa jaringan pulpa yang telah terlepas
kemudian diirigasi dan dikeringkan dengan cotton pellet steril. Jaringan
pulpa di saluran akar dikeluarkan dengan menggunakan jarum ekstirpasi
dan headstrom file.
6. Saluran akar diirigasi dengan akuadest steril untuk menghilangkan kotoran
dan darah kemudian dikeringkan dengan menggunakan paper point steril
yang telah dibasahi dengan formokresol kemudian diaplikasikan ke dalam
saluran akar selama 5 menit.
7. Saluran akar diisi dengan pasta mulai dari apeks hingga batas koronal
dengan menggunakan jarum lentulo.
8. Lakukan lagi foto rontgen untuk melihat ketepatan pengisian.
9

9. Kamar pulpa ditutup dengan semen, misalnya dengan semen seng oksida
eugenol atau seng fosfat.
10. Selanjutnya gigi di restorasi dengan restorasi permanen (Harty, 1992).

C. Perawatan Pasca Endointrakanal


Kerusakan yang parah pada gigi anterior biasanya membutuhkan restorasi untuk
alasan estetika. Gigi yang perlu ditinjau sebelum restorasi definitif mungkin harus
dikembalikan dengan jangka panjang maupun sementara. restorasi pasca temporary
mahkota mungkin tidak cukup kuat dalam jangka panjang dan tidak dapat
memberikan bentuk koronal yang memadai. Dalam situasi ini akan cocok untuk
masuk dalam sebuah pos permanen dan inti. Mahkota veneer temporary dengan
mudah dapat dibuat melalui pos permanen menggunakan belat blowdown dan
bahan campuran polimer-alat suntik (misalnya protemp - espe, seefeld, oberlay,
jerman, luxatemp - dmg, hamburg, jerman). Jika gigi anterior banyak yang hilang
maka overdenture interim dapat menjadi solusi alternatif. kualitas restorasi sangat
penting untuk keberhasilan endodontik dan harus ditangani dengan restorasi baik
sementara dan permanen (Dunitz, 2002).
1. Mahkota Tiruan Pasak
Mahkota tiruan pasak adalah mahkota tiruan yang memperbaiki seluruh
permukaan mahkota gigi nonvital yang telah dirawat saluran akarnya dengan
sempurna dan dipersiapkan dengan pasak sebagai retensi utama.`
Indikasi dan kontra indikasi mahkota pasak (Weine dan Franklin, 2004).
Indikasi:
a. Gigi vital/ non vital
b. Sudah tidak bisa ditambal lagi
c. Karies yang meluas sampai menghilangkan cusp gigi
d. Jaringan periodontal sehat
e. Tidak ada riwayat alergi pada bahan mahkota pasak
f. Gigi antagonisnya masih bagus sehingga tidak menjadi iritasi pada bagian
mukosa palatal.
g. Retensi pada gigi yang akan diberi mahkota masih baik dalam artian masih
mampu menerima beban mahkota pasak itu sendiri.
10

h. Akar gigi masih bagus.


i. Kondisi sistemik baik (Walton, 2002).
Kontraindikasi:
a. Karies pada gigi masih belum meluas masih tergolong pit dan fissure
b. Jaringan pendukung tidak memungkinkan adanya mahkota karena adanya
periodontitis kronis
c. Tidak adanya gigi antagonis sehingga menyebabkan mukosa palatal iritasi
d. Gigi yang akan dibuatkan mahkota masih vital artinya tidak sampai
perforasi.
e. Kondisi gigi pada lengkung rahang tidak crowded (Walton, 2002).
Tahapan Preparasi Pasak :
a. Pemilihan desain pasak
Sistem pasak yang digunakan harus sesuai dengan saluran akar maupun
restorasinya. Dokter gigi harus mempunyai keterampilan untuk menentukan
indikasi dan penggunakan pasak pada gigi yang dirawat (Weine dan
Franklin, 2004).
b. Preparasi pasak
Kamar pulpa maupun saluran akar memberi retensi pada restorasinya.
Pasak yang disemen pada saluran akar akan memneri retensi pada restorasi
(inti) namun tidak memperkuat akar gigi, bahkan sering kali memeperlemah
akar gigi bila bentuk pasak tidak sesuai dengan bentuk saluran akarnya
(lebih besar). Karena itu buatlah preparasi pasak yang minimal sesuai
dengan kebutuhan retensi inti. Preparasi pasak dimulai dari pengambilan
gutta percha dari saluran akar sesuai dengan panjang yang diperlukan
dilanjutkan dengan memperbesar dan membentuk saluran akar untuk
ditempati pasak. Pengambilan gutta percha harus hati-hati. Pengambilan
yang terlalu banyak akan mengakibatkan tendensi fraktur akar. Perforasi
akar juga bias terjadi apabila preparasi saluran akar menyimpang dari
saluran akarnya. Radiograf tidak dapat menentukan secara pasti mengenai
lengkung dan diameter saluran akar. Radiograf mungkin tidak bisa
menunjukkan konkavitas dan lengkung labio-lingual. Sebagai patokan
umum, diameter pasak tidak boleh lebih dari sepertiga diameter akar.
11

Preparasi pasak yang menyempit ke arah apikal mencegah terjadinya step


di daerah apeks; tidak adanya step merupakan predisposisi terjadinya
wedging (peregangan) dan fraktur akar.
c. Pengambilan gutta percha
Pengambilan gutta percha sebaiknya dilakukan pada saat obturasi karena
dokter gigi masih ingat betul bentuk, diameter, panjang dan lengkung
saluran akar. Pengambilan gutta percha juga bisa dilakukan pada kunjungan
berikutnya. Pengambilan gutta percha lebih baik menggunakan alat yang
panas sedikit demi sedikit sampai panjangyang ditentukan. Gutta percha
diambil sampai tersisa sedikitnya 4 mm dari apeks. Semua alat bisa
digunakan asal bisa dipanaskan. Gunakan instrumen yang rotatif seperti
pisau reamer. Namun penggunaannya harus hati-hati karena
kecenderungannya untuk menyimpang dan menimbulakan perforasi atau
paling sedikit mengakibatkan kerusakan yang berat pada saluran akar.
Alternatif lain yaitu menggunakan pelarut seperti kloroform, xylene atau
eucaliptol adalah kotor dan sulit mengambil gutta percha sampai panjang
yang dikehendaki.
d. Penyelesaian ruang pasak
Setelah gutta percha diambil, dilakukan pembentukan saluran akar sesuai
dengan tipe pasak yang akan digunakan. Dapat menggunakan instrumen
putar dalam pembentukannya. Yang penting adalah bahwa pasak yang
disemenkan, apapun desain dan bentuk preparasinya, tidak mungkin rapat
dengan saluran akar. Pasak tidak akan rapat benarbenar dan semen juga
tidak dapat mengisi seluruh interfase. Saliva dan bakteri juga dapat
mencapai daerah apeks bila sudah berkontak dengan pasak (Weine dan
Franklin, 2004).
Pertimbangan Untuk Membuat Restorasi
a. Gigi yang telah dirawat PSA mungkin lebih getas dan mudah patah. Hal ini
dikarenakan kandungan air pada jarinagn keras lebih sedikit disbanding
dengan gigi dengan pulpa vital.
b. Sesudah jaringan keras diangkat dan perawatan endodontik, dindind email
tidak mendapat dukungan yang baik dank arena preparasi ruang pulpa.
12

c. Sedikit tidaknya jarinagan gigi pada mahkota sehingga dipilihlah


perencanaan restorasi dengan retensi intraradikuler (pasak) (Weine dan
Franklin, 2004).
Beberapa Pertimbangan Untuk Rancangan Pasak Dan Preparasinya
Tujuan pasak intraradikuler adalah menyediakan retensi dan kekuatan bagi
restorasi mahkota.
a. Jika preparasi pasak terlalu pendek maka akan meyebabkan kemungkinan
patah akar. Tekanan yang ada akan diterima mahkota dan pasak didesak ke
akar.
b. Jika preparasi pasak cukup panjang (idealnya 1-1,5 kali panjang mahkota)
tekanan yang diterima akan tersebar ke seluruh akar yang berkontak dengan
pasak Jika preparasi pasak terlalu lebar, kar akan menjadi lemah dan fraktur.
Preparasi yang terlalu lebar mungkin akan menyebabkan perforasi akar.
Pasak yang pendek dan lebar sering mengakibatkan fraktur akar.
c. Jika preparasi dan pasak sempit, kesukaran mungkin akan dijumpai untuk
mencetaknya dan karena fleksibilitas pasaknya, gigi tidak akan menjadi
lebih kuat (Weine dan Franklin, 2004).
Pemasangan Pasak
Pasak dicoba dimasukkan ke dalam saluran akar. Jika terdapat kelebihan logam
seperti bintil logam yang dapat menghalangi arah masuk atau insersi, maka
kelebihan logam tersebut dipotong / dibuang. Inti tidak boleh tergigit gigi
antagonis. Khusus untuk koreksi posisi gigi, inti dapat dibengkokkan sesuai
dengan maksud koreksi maksimal 30 derajad. Pada pasak terlebih dahulu dibuat
alur lolos ( escape vent ) sebagai tempat mengalirnya semen dengan mudah untuk
menghilangkan adanya tekanan balik dari pasak pada saat penyemenan. Tekanan
balik ini akan menyulitkan pengepasan pasak. Untuk melekatkan pasak dalam
saluran akar digunakan adukan semen yang agak encer  dimasukkan ke saluran
akar menggunakan sonde atau reamers. Pasak juga dilumuri dengan adukan semen
tersebut kemudian dimasukkan ke dalam saluran akar dan dipertahankan
kedudukan yang semestinya sampai semen mengeras. Untuk memudahkan
pekerjaan, kelebihan semen dibuang sebelum semen mengeras. Selanjutnya
13

dilakukan pencetakan, kemudian model dari hasil cetakan ini digunakan untuk
pembuatan mahkota jaket (Weine dan Franklin, 2004).
Pembuatan Mahkota
Prosedur pembuatan mahkota pasak sama dengan pembuatan mahkota jaket
untuk gigi vital (Weine dan Franklin, 2004).
Pemasangan Mahkota Pasak ( Post Crown )
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat uji coba pemasangan / try in mahkota
pasak, ( post crown ) antara lain (Richard, 1990):
a. Estetik
Warna dari post crown harus sesuai dengan gigi asli yang ada dalam
rongga mulut. Bentuk dan ukuran harus disesuaikan dengan anatomi gigi.
b. Oklusi
Tidak boleh terjadi prematur kontak yang akan mengakibatkan trauma
oklusi. Untuk mengetahuinya digunakan kertas artikulasi, adanya teraan
yang lebih tebal menunjukkan terjadinya traumatik oklusi.
c. Adaptasi
Terutama keakuratan / kerapatan pinggiran servikal antara tepi mahkota
jaket dengan bagian servikal gigi asli. Pada bagian pundak, pinggiran
mahkota tidak boleh menekan gusi ( overhang ), karena kelebihan mahkota
dapat menjadi tempat tertimbunnya plak yang akan mengakibatkan
peradangan gusi.
d. Kedudukan
Mahkota tidak boleh labioversi ataupun palatoversi, disesuaikan dengan
kedudukannya terhadap gigi lain yang ada dalam rongga mulut.
e. Daerah titik kontak
Untuk pemeriksaan daerah titik kontak digunakan dental floss. Daerah
titik kontak harus dapat dilalui oleh dental floss ini.
Penyemenan Post Crown
Semen yang akan digunakan harus disesuaikan dengan bahan crown. Semen-
semen yang mengandung eugenol ( zinc oxide eugenol cement, Alumina EBA
cement ) tidak cocok untuk menyemen mahkota yang terbuat dari bahan akrilik,
14

karena akan bereaksi dengan bahan akrilik dimana akrilik akan berubah warna,
menjadi lunak dan permukaannya menjadi retak-retak (crazing) (Richard, 1990).
Semen jenis komposit memiliki sifat mekanis yang lebih baik. Semen jenis
polikarboksilat memiliki sifat adhesi terhadap dentin dan glasir lebih baik
daripada semen zinc-phospat dimana semen Zinc phospat lebih mudah larut dalam
cairan mulut (Richard, 1990).
Mahkota diisi penuh dengan adukan semen dan sebagian diulaskan merata
pada sekeliling preparasi post untuk mencegah terkurungnya gelembung udara
pada sudut pundak. Setelah mahkota masuk dengan seksama pada tempatnya,
operator harus mepertahankan kedudukannya sampai semen mengeras. Kemudian
sisa-sisa semen dibersihkan (Richard, 1990).
2. Pasak
Pasak adalah bagian restorasi yang direkatkan dengan semen ke dalam saluran
akar dan berfungsi sebagai retensi utama, dapat menjadi satu kesatuan atau
dijadikan satu dengan intl.' Pasak dapat dibedakan menjadi (Wagnild dan Mueller,
2002).
a. Pasak siap pakai (prefabricated post)
Pasak siap pakai adalah pasak produksi pabrik, umumnya terdiri dart
berbagai ukuran dan bentuk, dapat terbuat dart bahan logam dan nonlogam. Bahan
logam antara lain platinum-gold-palladium (Pt-Au-Pd), stainless steel, titanium,
brass, dan chromium-containing alloy. Sedangkan, bahan nonlogam antara lain
carbon Jiber, ceramic, glass .fiber, dan woven fiber (Wagnild dan Mueller, 2002).
Keuntungan :
- Pasak slap pakai yang terbuat dart bahan logam memiliki keunggulan
dalam kekuatan, karena dapat dihindari kesalahan pengecoran logam yang
mengakibatkan kelemahan pasak
-
Pasak yang terbuat dari ceramic, glass fiber, dan woven fiber mempunyai
keunggulan estetik dibandingkan pasak yang terbuat dari logam (Wagnild
dan Mueller, 2002).
15

Kekurangan:
- Pasak yang terbuat dart bahan logam terdapat risiko terjadinya korosi,
diskolorasi akar, kebocoran mikro, dan fraktur akar terutama pada pasak
yang berbentuk paralel.
- Pasak yang terbuat dari carbon fiber berwarna hitam, sehingga dapat
merusak estetik mahkota tiruan (Wagnild dan Mueller, 2002).
b. Pasak buatan sendiri (fabricated post)
Pasak buatan sendiri dapat dicor dari pola yang dibuat secara langsung
(direct) dalam mulut pasien atau pola yang dibuat di laboratorium (indirect).
Teknik langsung (direct) yang menggunakan inlay wax, autopolymerizing resin,
atau light-polyinerized resin direkotnendasikan untuk akar tunggal dengan
akses klinis yang mudah, sedangkan teknik indirect lebilt tepat untuk akar ganda
atau akses yang sulit (Wagnild dan Mueller, 2002).
Keuntungan:
- Lebih adaptif
- Dapat digunakan pada saluran akar yang sangat tapered, oval, dan gigi
dengan akar ganda yang paralel (Wagnild dan Mueller, 2002).
Kekurangan:
Dapat terjadi kesalahan pengecoran sehingga meningkatkan risiko fraktur
pasak membutuhkan lebih banyak waktu untuk prosedur laboratorium
(Wagnild dan Mueller, 2002).
3. Bahan – Bahan yang dapat digunakan Untuk Membuat Pasak
Pencetakan saluran akar yang telah dipreparasi sangat sulit dilakukan karena
ukurannnya yang panjang dan sempit. Untunglah sekarang didapat 2 macam bahan
yang memungkinkan dilakukannya pencetakan saluran akar dengan panjang yang
maksimum dan tepat.
a. Endopost
Campuran logam yang bertitik lebur tinggi dan dibuat dengan standar
endodontik dari ukuran 70-140; dapat dituang dengan emas atau logam
tuang lainnya (Wagnild dan Mueller, 2002).

b. Endowel
16

Pin plastik berukuran standar 80-140. jika telah pas dengan preparasi
pasak dan dibuat pada malam atau pola resin, akan menguap keluar dari
investment dan meninggalkan cetakan yang dapat dituang dengan logam
(Wagnild dan Mueller, 2002).
c. Parapost
Pasak plastik ukuran tidak disesuaikan dengan alat endo, tetapi preparasi
saluran akar memakai rotary instrument khusus yang nantinya di sesuaikan
panjangnya dengan pasak (Wagnild dan Mueller, 2002).
4. Macam-Macam Mahkota Pasak (Post Crown)
a. Davis Crown
Suatu mahkota yang keseluruhannya terbuat dari porselen dan diberi
dowell dari silver. Terdapat dua tipe, yaitu:
1) Ground in type: pada kasus belum ada kerusakan gigi di bawah
permukaan gusi.
2) Case base type: pada kasus di mana terjadi kerusakan gigi di bawah
permukaan gusi
b. Richmond crown
Mahkota pasak yang terbuat dari porselen dengan facing dari porselen
dan backing logam. Digunakan pada kasus yang memerlukan kekuatan
besar, misalnya GTC dengan empat insisivus hilang.
c. Porselen jacket crown dengan dowell crown
Untuk gigi anterior dimana sebagian mahkota klinis masih utuh, tetapi
sudah tidak cukup kuat untuk menahan tekanan daya kunyah.
d. Akrilik Crown
Restorasi pada gigi anterior dimana gigi anterior dalam keadaan berjejal,
sehingga sulit untuk menentukan lebar mesio distal gigi tersebut (Wagnild
dan Mueller, 2002).
5. Inti
Inti adalah bagian restorasi yang menggantikan jaringan mahkota gigi yang
hilang sehingga membentuk seperti gigi yang telah dipreparasi untuk rnahkota
tiruan penuh. Inti dapat diklasifikasikan menurut banyalawa jaringan mahkota gigi
yang digantikan, yaitu (Wagnild dan Mueller, 2002) :
17

inti sebagian, adalah inti yang menggantikan sebagian jaringan mahkota gigi yang
rusak/hilang
inti penuh, adalah inti yang menggantikan seluruh jaringan mahkota gigi yang
rusak/hilang (Wagnild dan Mueller, 2002).

Berdasarkan bahan yang digunakan, inti dapat dibedakan atas


a. Inti amalgam, glass ionomer cement (GIC), dan resin komposit untuk
pasak siap pakai. Bahan-bahan plastis ini dijadikan satu dengan pasak siap
pakai.
Keuntungan:
- Daerah undercut tidak perlu dipreparasi sehingga lebih banyak jaringan
gigi sehat yang dapat dipertahankan
- Tahap prosedur laboratorium lebih sedikit
- Kuat; namun bahan restorasi plastis ini, khususnya GIC, mempunyai
tensile strength yang lebih rendah daripada logam cor (Wagnild dan
Mueller, 2002).
Kekurangan:
- Inti amalgam dapat terjadi korosi
- Inti GIC kurang kuat
- Inti resin komposit dapat terjadi polimerisasi yang berlanjut dan
memiliki koefisien muai yang tinggi
- Inti amalgam dan resin komposit lebih sering terjadi kebocoran mikro
akibat perubahan temperatur
- Terdapat kesulitan pada prosedur operatif tertentu, seperti
penggunaan rubber dam atau matrix (khususnya pada gigi dengan
kerusakan) (Wagnild dan Mueller, 2002).
b. Inti logam cor (cast metal core)
Inti ini terbuat dari logam cor, umumnya menjadi satu kesatuan dengan
pasak buatan sendiri. Pola inti dapat dibuat dari resin atau wax dan
merupakan kelanjutan dari pola pasak resin atau wax, kemudian pola ini
dicor dengan logam.'
c. Inti siap pakai (prefabricated core)
18

Inti siap pakai merupakan inti dari logam yang menjadi satu kesatuan
dengan pasak siap pakai. Keuntungannya adalah inti ini mempunyai
keunggulan dalani kekuatan, karena merupakan satu kesatuan dengan
pasak. Sedangkan, kekurangannya adalah sering kali bentuk dan ukurannya
tidak sesempurna seperti bentuk mahkota gigi yang dipreparasi untuk
mahkota tiruan penuh (Wagnild dan Mueller, 2002).
6. Macam-macam Core
a. Gold Post
Suatu restorasi dimana mahkota gigi asli masih ada dan dipreparasi
sesuai dengan preparasi mahkota jaket.
b. Full Gold Core
Mahkota Gigi asli telah hilang setelah saluran akar di preparasi.
c. Partial Gold Core
Sebagian mahkota gigi asli masih tertinggal sedikit di sebelah palatinal
atau labial dan masih cukup kuat untuk di pertahankan.
d. Gold Core with Window
Window diisi dengan bahan akrilik atau porselen atau semen silikat.
e. Off Centre Gold Core
Pasak inti di buat sesuai dengan kemauan operator. Hamper sama dengan
Full gold Core hanya saja pasak inti di buat untuk koreksi posisi gigi (Wagnild dan
Mueller, 2002).

D. Edukasi pada Perawatan Endodontik


Menurut Mc.Donald (1994), beberapa hal yang perlu diperhatikan di dalam
menerapkan teknik pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pasca endodonsi adalah:
1. Mengajarkan cara menyikat gigi dengan benar.
Cara melakukan penyikatan gigi yang mudah adalah metode Fons.
Penyikatan gigi dilakukan dengan gerakan memutar pada gigi anterior
maupun posterior.
2. Pemberian pasta gigi yang tepat.
3. Pengetahuan tentang restorasi ( mahkota jaket )
4. Pemberian obat kumur
19

5. Pemberian kemoterapeutik untuk pengendalian plak.


Sediaan kemoterapeutik yang sering digunakan adalah obat-obat
antiseptik, antibiotik, enzim, plaque modifying agents, bahan pengganti
gula, dan obat yang dapat mencegah menempelnya plak pada gigi.
Pemakaian sediaan kemoterapeutik per oral dalam jumlah sedikit tidak
menimbulkan efek toksisitas sistemik.
6. Pengetahuan akan pentingnya menjaga kesehatan oral serta sistemik
(Walton, 2002).

Anda mungkin juga menyukai