TEKNIK RESERVOIR
1
Batuan reservoir umumnya terdiri dari batuan sedimen, yang berupa
batupasir dan karbonat (sedimen klastik) serta batuan shale (sedimen non-
klastik) atau kadang-kadang volkanik. Masing-masing batuan tersebut
mempunyai komposisi kimia yang berbeda, demikian juga dengan sifat
fisiknya.
Vb Vg Vp
Vb Vb
Keterangan :
Vb = volume batuan total (bulk volume)
Vg = volume padatan batuan total (volume grain)
Vp = volume ruang pori-pori batuan.
2
volume pori yang berhubungan
100%
bulk volume
C o n n e c te d o r
E ff e c tiv e
P o r o s i ty
To ta l
P o r o s ity
Is o l a te d o r
N o n - E ff e c tiv e
P o r o s i ty
3
Distribusi dan Penyusunan Butiran
Distribusi dan penyusunan butiran adalah penyebaran dari
berbagai macam besar butir yang tergantung pada proses sedimentasi
dari batuan. Umumnya, jika batuan tersebut diendapkan oleh arus
kuat maka besar butir akan sama besar. Sedangkan susunan adalah
pengaturan butir saat batuan diendapkan.
o
90
o
90
o
90
a . C u b ic ( p o ro s it y = 4 7 , 6 % )
o
o 90
90
o
90
b . R h o m b o h e d ra l ( p o ro s it y = 2 5 , 9 6 % )
4
Gambar 1.3. Distribusi Kumulatif Ukuran Butiran dari Graywacke
a). Batu pasir b). Shalysand
b. Permeabilitas
Permeabilitas didefinisikan sebagai ukuran suatu ruang pori batuan
yang dapat dialiri atau dilewati fluida. Definisi kuantitatif permeabilitas
pertama-tama dikembangkan oleh Henry Darcy (1856) dalam hubungan
empiris dengan bentuk differensial sebagai berikut :
k dP
v x
dL
Keterangan :
v = kecepatan aliran, cm/sec
= viskositas fluida yang mengalir, cp
5
dP/dL = gradien tekanan dalam arah aliran, atm/cm
k = permeabilitas media berpori.
6
k kg k
k ro o , k rg , k rw w .
k k k
Qo . o . L
ko
A . (P1 P2 )
Qw . w . L
kw
A . ( P1 P2 )
1 1
w
o
Effective Permeability to Water, k
0 0
0 Oil Saturation, So 1
1 Water Saturation, Sw 0
Gambar 1.4. Kurva Permeabilitas Efektif Untuk Sistem Minyak dan Air
7
dikatakan untuk So yang kecil akan mengurangi laju aliran minyak
karena ko-nya yang kecil, demikian pula untuk air.
ko akan turun menjadi nol, dimana masih ada saturasi minyak dalam
batuan (titik C) atau disebut Residual Oil Saturation (S or), demikian
juga untuk air yaitu (Swr).
c. Saturasi Fluida
Saturasi fluida batuan didefinisikan sebagai perbandingan antara
volume pori-pori batuan yang ditempati oleh suatu fluida tertentu dengan
volume pori-pori total pada suatu batuan berpori. Dalam batuan reservoir
minyak umumnya terdapat lebih dari satu macam fluida, kemungkinan
terdapat air, minyak, dan gas yang tersebar ke seluruh bagian reservoir.
Secara matematis, besarnya saturasi untuk masing-masing fluida dituliskan
dalam persamaan berikut :
Saturasi minyak (So) adalah :
volume pori pori yang diisi oleh min yak
So
volume pori pori total
Sedangkan jika pori-pori batuan hanya terisi minyak dan air, maka :
So + Sw = 1
d. Wettabilitas
8
Wettabilitas didefinisikan sebagai suatu kemampuan batuan untuk
dibasahi oleh fasa fluida, jika diberikan dua fluida yang tak saling campur
(immisible). Pada bidang antar muka cairan dengan benda padat terjadi
gaya tarik-menarik antara cairan dengan benda padat (gaya adhesi), yang
merupakan faktor dari tegangan permukaan antara fluida dan batuan.
Pada umumnya reservoir bersifat water wet, sehingga air cenderung
untuk melekat pada permukaan batuan sedangkan minyak akan terletak
diantara fasa air. Jadi minyak tidak mempunyai gaya tarik-menarik dengan
batuan dan akan lebih mudah mengalir.
e. Tekanan Kapiler
Tekanan kapiler (Pc) didefinisikan sebagai perbedaan tekanan yang
ada antara permukaan dua fluida yang tidak tercampur (cairan-cairan atau
cairan-gas) sebagai akibat dari terjadinya pertemuan permukaan yang
memisahkan kedua fluida tersebut. Perbedaan tekanan dua fluida ini
adalah perbedaan tekanan antara fluida “non-wetting fasa” (Pnw) dengan
fluida “wetting fasa” (Pw).
Pc = Pnw - Pw
Dimana:
Pc = Tekanan kapiler
Pnw = Tekanan non wetting fasa
Pw = Tekanan wetting fasa
f. Kompressibilitas
Pada formasi batuan kedalaman tertentu terdapat dua gaya yang
bekerja padanya, yaitu gaya akibat beban batuan diatasnya (overburden)
dan gaya yang timbul akibat adanya fluida yang terkandung dalam pori-
pori batuan tersebut. Pada keadaan statik, kedua gaya berada dalam
keadaan setimbang. Bila tekanan reservoir berkurang akibat pengosongan
fluida, maka kesetimbangan gaya ini terganggu, akibatnya terjadi
penyesuaian dalam bentuk volume pori-pori, dan perubahan batuan.
9
1.2. Karakteristik Fluida Reservoir
Fluida reservoir yang terdapat dalam ruang pori-pori batuan reservoir
pada tekanan dan temperatur tertentu, secara alamiah merupakan
campuran yang sangat kompleks dalam susunan atau komposisi kimianya.
Mengetahui sifat-sifat dari fluida hidrokarbon untuk memperkirakan
cadangan akumulasi hidrokarbon, menentukan laju aliran minyak atau gas
dari reservoir menuju dasar sumur, mengontrol gerakan fluida dalam
reservoir dan lain-lain.
10
Hidrokarbon jenis ini mempunyai rantai ikatan antar atom yang
terbuka, terdiri dari hidrokarbon jenuh dan hidrokarbon tak
jenuh.Golongan asiklis atau alifat disebut juga alkan atau parafin.
Golongan asilklis dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu golongan
hidrokarbon jenuh dan tak jenuh.
2. Golongan Siklik
Sedangkan hidrokarbon golongan siklik mempunyai rantai
tertutup (susunan cincin). Golongan ini terdiri dari naftena dan
aromatik. Golongan siklis dibagi menjadi dua golongan, yaitu
golongan naftena dan golongan aromatik.
1. Senyawa Belerang
Kadar belerang dalam minyak bumi bervariasi antara 4 %
sampai 6% beratnya. Kandungan minyak bumi yang terdapat di
Indonesia merupakan minyak bumi yang mempunyai kadar belerang
relatif rendah, yaitu rata-rata 1 %. Distribusi belerang dalam fraksi-
fraksi minyak bumi akan bertambah sesuai dengan bertambahnya
berat fraksi.
2. Senyawa Oksigen
Kadar oksigen dalam minyak bumi bervariasi antara 1 % sampai
2 % beratnya. Peningkatan kadar oksigen dalam minyak bumi dapat
terjadi karena kontak minyak bumi dan udara. Hal ini disebabkan
adanya proses oksidasi minyak bumi dengan oksigen dari udara.
3. Senyawa Nitrogen
11
Kadar nitrogen dalam minyak bumi pada umumnya rendah dan
bervariasi pada kisaran 0,1 % sampai 2 % beratnya. Senyawa nitrogen
terdapat dalam semua fraksi minyak bumi, dengan konsentrasi yang
semakin tinggi pada fraksi-fraksi yang mempunyai titik didih yang
lebih tinggi. Senyawa nitrogen yang sering terdapat dalam minyak
bumi antara lain adalah piridin, qinoloin, indol dan karbosol.
12
Densitas didefinisikan sebagai perbandingan berat masa suatu
substansi dengan volume dari unit tersebut, sehingga densitas minyak
(o) merupakan perbandingan antara berat minyak (lb) terhadap volume
minyak (cuft). Densitas minyak biasanya dinyatakan dalam specific
gravity minyak (o), yang didefinisikan sebagai perbandingan densitas
minyak terhadap densitas air, yang secara matematis, dituliskan :
o
o
w
Keterangan :
o = specific gravity minyak
o = densitas minyak, lb/cuft
w = densitas air, lb/cuft
13
g
F R s . 1.25 T
o
Keterangan :
Rs = kelarutan gas dalam minyak, scf/stb
o = specific gravity minyak, lb/cuft
g = specific gravity gas, lb/cuft
T = temperatur, oF.
Bo b
Pb
1
0 R e s e rv o ir p re s s u re , p s ia
Gambar 1.5. Hubungan antara Tekanan dan Faktor Volume Formasi Minyak (Bo)
14
tekanan naik, kecuali jika tekanan gelembung telah terlewati, maka
harga Rs akan konstan untuk minyak tidak jenuh.
Gambar 1.6. Hubungan antara Tekanan dan Kelarutan Gas dalam Minyak
2. Kompressibilitas Minyak
Kompressibilitas minyak didefinisikan sebagai perubahan volume
minyak akibat adanya perubahan tekanan, secara matematis dapat
dituliskan sebagai berikut:
1 V
Co
V P
15
3. Viskositas Minyak
Viskositas didefinisikan sebagai ketahanan internal suatu fluida
untuk mengalir. Bila tekanan reservoir mula-mula lebih besar dari
tekanan gelembung (bubble point pressure), maka penurunan tekanan
akan memperkecil viscositas minyak (μo). Setelah mencapai Pb,
penurunan tekanan selanjutnya akan menaikkan harga viscositas
minyak (μo) dan dengan semakin naiknya temperatur reservoir akan
menurunkan harga viscositas minyak (μo). Hubungan antara tekanan
dan viscositas minyak dapat dilihat pada Gambar 1.13.
16
1.2.2.2. Sifat Fisik Gas
Sifat fisik gas yang akan dibahas adalah spesific gravity, faktor
volume formasi gas, kompresibilitas gas, faktor kompressibilitas gas,
viscositas gas.
1. Densitas Gas
Densitas atau berat jenis gas didefinisikan sebagai perbandingan
antara rapatan gas tersebut dengan rapatan suatu gas standar.
Biasanya yang digunakan sebagai gas standar adalah udara kering.
Secara matematis berat jenis gas dirumuskan sebagai berikut :
o
BJ gas
u
17
Dalam satuan bbl / scf, besarnya Bg adalah :
Z r Tr
B g 0.00504 bbl / scf
Pr
3. Kompresibilitas Gas
Kompresibilitas gas didefinisikan sebagai perubahan volume gas
yang disebabkan oleh adanya perubahan tekanan yang
mempengaruhinya. Kompresibilitas gas didapat dengan persamaan :
C pr
Cg
Ppc
Keterangan :
Cg = kompresibilitas gas, psia-1
Cpr = pseudo reduced kompresibilitas, psia-1 ,
Cpc = pseudocritical pressure, psia
4. Viscositas Gas
Viscositas merupakan ukuran tahanan gas terhadap aliran.
Viscositas gas hidrokarbon umumnya lebih rendah daripada
viscositas gas non hidrokarbon. Viscositas gas akan berbanding lurus
dengan temperatur dan berbanding terbalik dengan berat
molekulnya. Jadi bila berat molekulnya bertambah besar, maka
viscositasnya akan mengecil, sedangkan bila temperaturnya naik,
maka viscositasnya akan semakin besar.
Dalam viscositas sifat-sifat gas akan berlawanan dengan cairan.
Untuk gas sempurna, viscositasnya tidak tergantung pada tekanan.
Bila tekanannya dinaikkan, maka gas sempurna akan berubah
menjadi gas tidak sempurna dan sifat-sifatnya akan mendekati sifat-
sifat cairan.
18
volume, dan temperatur. Untuk gas yang ideal hubungan tersebut
dinyatakan oleh persamaan keadaan :
P.V=n.R.T
dimana :
P = tekanan, psia
V = volume, scf
n = jumlah mol, lb-mol
T = temperatur, oR
R = konstanta gas = 10.73 , cuft/lb-mol
P.V=n.z.R.T
19
1.2.2.3. Sifat Fisik Air Formasi
Sifat fisik minyak yang akan dibahas adalah densitas, viskositas,
kelarutan gas dalam air formasi, kompressibilitas air formasi dan faktor
volume air formasi.
Bw = (1 + Vwp)(1 + Vwt)
Keterangan :
Bw = faktor volume air formasi, bbl/bbl
Vwt = penurunan volume sebagai akibat penurunan suhu, oF
Vwp = penurunan volume selama penurunan tekanan, psi
20
3. Kelarutan Gas dalam Air Formasi
Standing dan Dodson telah menentukan kelarutan gas dalam air
formasi sebagai fungsi dari tekanan dan temperatur. Mereka
menggunakan gas dengan berat jenis 0,655 dan mengukur kelarutan
gas ini dalam air murni serta dua contoh air asin.
Keterangan :
Cwp = kompressibilitas air murni, psi –1
V = volume air murni, bbl
V; P = perubahan volume (bbl) dan tekanan (psi) air murni
21
juga akan berbeda tergantung kedalamannya, pada umumnya bersifat linier
walaupun sering terjadi penyimpangan.
Keterangan :
Ph = tekanan, psi
F = gaya bekerja pada daerah satuan luas yang bersangkutan, lb
A = luas permukaan yang menerima gaya, inch2
γ = densitas fluida rata-rata, lb/gallon
D = tinggi kolam fluida, ft
22
tekanan air adalah 0,433 psi/ft maka gradien tekanan overburden sebesar
2,3 x 0,433 psi/ft = 1 psi/ft.
23
yang kecil dari gradient geothermis ini disebabkan oleh sifat konduktivitas
thermal beberapa jenis batuan.
24
mengandung komponen berat yang relatif lebih banyak
dibandingkan dengan reservoir minyak jenuh sehingga hasil yang
diperoleh di permukaan berlainan.
Adanya perbedaan fasa hidrokarbon berupa cairan seperti
minyak dan fasa gas dipengaruhi karna adanya perubahan suhu
maupun tekanan di dalam reservoir. Perubahan suhu dan tekanan
tersebut yang menyebabkan terjadi perubahan fasa selama perjalanan
hidrokarbon dari reservoir ke permukaan pada waktu hidrokarbon
tersebut diproduksikan. Keadaan ini biasanya digambarkan dengan
diagram fasa. Dengan diagram fasa ini maka reservoir dapat dibagi
menjadi beberapa jenis tergantung keberadaan fluidanya, yaitu:
a. Black oil
Black Oil terdiri dari variasi rantai hidrokarbon termasuk
molekul-molekul yang besar, berat dan tidak mudah menguap
(nonvolatile). Diagram fasa-nya mencakup rentang temperatur
yang luas. Diagram fasa dari black oil secara umum
ditunjukkan pada Gambar 1.7. Garis pada lengkungan fasa
mewakili volume cairan yang konstan, diukur sebagai
persentase dari volume total. Garis-garis ini disebut iso-vol
atau garis kualitas. Garis vertikal 1-2-3 menandakan penurunan
tekanan pada temperatur konstan yang terjadi di reservoir
selama produksi. Tekanan dan temperatur separator yang
terletak di permukaan juga ditandai.
Ketika tekanan reservoir berada pada garis 1-2, minyak
dikatakan dalam keadaan tak jenuh (undersaturated) karena
minyak dapat melarutkan banyak gas pada kondisi ini. Jika
tekanan reservoir berada pada titik - 2, minyak berada pada
titik gelembungnya dan dikatakan dalam keadaan jenuh
(saturated).
25
Minyak mengandung sebanyak mungkin larutan gas
yang dapat dikandungnya. Penurunan tekanan akan
membebaskan sebagian gas terlarut untuk membentuk fasa gas
bebas dalam reservoir.
Saat tekanan reservoir menurun mengikuti garis 2-3, gas
tambahan mengembang di dalam reservoir. Volume gas dalam
persentase adalah seratus dikurangi persentase cairan.
Sebenarnya minyak dalam keadaan jenuh di sepanjang garis 2-
3. Titik gelembung (titik - 2) merupakan kasus istimewa dari
saturasi dimana muncul gelembung gas untuk pertama kali.
26
gas oil ratio permukaan sebesar 500 scf/stb dengan gravity
30oAPI atau lebih. Cairan produksi biasanya berwarna hitam
dan lebih pekat lagi.
b. Volatile oil
Volatile oil mengandung relatif lebih sedikit molekul-
molekul berat dan lebih banyak intermediates (yaitu etana
sampai heksana) dibanding black oil. Diagram fasa dari
volatile oil secara umum ditunjukkan pada Gambar 1.8.
27
titik-2, menyebabkan bebasnya sejumlah besar gas di reservoir.
Suatu volatile oil dapat menjadi gas sebesar 50% di reservoir
pada tekanan hanya beberapa ratus psi di bawah tekanan
gelembung. Iso-vol dengan persentase cairan jauh lebih kecil
melintasi kondisi separator. Oleh karena itu disebut volatile oil
(minyak yang mudah menguap). Apabila diproduksikan maka
minyak ringan ini biasanya menghasilkan gas oil ratio
permukaan sebesar kurang lebih 8000 scf/stb dengan gravity
sekitar 50oAPI. Cairan produksi biasanya berwarna gelap.
28
menurunnya tekanan, cairan mengembun dari gas untuk
membentuk cairan bebas di reservoir. Cairan ini sebagian tidak
mengalir dan tidak dapat diproduksi. Jalur tekanan reservoir
pada diagram fasa menunjukkan bahwa pada beberapa tekanan
yang rendah cairan mulai mengembun. Hal ini terjadi di
laboratorium; walaupun demikian, ada kemungkinan hal ini
tidak terjadi secara luas di reservoir karena selama produksi
keseluruhan komposisi dari fluida reservoir berubah.
29
e. Wet Gas
Wet gas akan mengandung komponen (fraksi) berat lebih
besar dibandingkan reservoir gas kering sehingga akan
menghasilkan diagram fasa yang lebih besar dan menggeser
titik kritis pada temperatur yang lebih tinggi, seperti
ditunjukkan pada Gambar 1.11. Dari gambar tersebut terlihat
bahwa fluida yang mengisi reservoir gas basah pada setiap saat
akan berbentuk fasa tunggal. Pada kondisi separator, reservoir
gas basah ini akan ditunjukkan oleh adanya daerah dua fasa
dimana cairan yang dihasilkan merupakan hasil kondensasi
yang terjadi di separator.
Perlu diperhatikan bahwa didalam reservoir gas basah
tidak akan terjadi kondensasi retrograde isothermal selama
proses penurunan tekanan, cairan yang terbentuk dalam
separator dalam jumlah yang sedikit dan komponen berat yang
terdapat dalam campuran relatif kecil. Dalam reservoir gas
basah biasanya ditunjukkan oleh GOR antara 6000 sampai
10000 cuft/bbl dengan derajat gravity lebih besar dari 600 API.
30
1.4.2 Berdasarkan Mekanisme Pendorong
Mekanisme pendorong adalah tenaga yang dimiliki oleh reservoir
secara alamiah yang digunakan untuk mendorong minyak selama produksi
ke permukaan. Proses pendorongan akan terjadi bila energi produksinya
lebih besar dari seluruh energi yang hilang selama aliran fluida reservoir
menuju lubang bor.
Sumber energi alamiah yang digunakan untuk memindahkan minyak
dan gas dari reservoir ke lubang sumur meliputi energi gravitasi minyak
yang bekerja jarak vertikal dari kolom produktifnya, energi penekanan
akibat dari pembebasan gas yang terlarut dalam minyak atau air, energi
sebagai akibat kompresi dari minyak dan air dalam daerah produksi dari
reservoirnya, energi kompresi air yang berada di sekeliling zona produksi,
energi yang berasal dari pengaruh tekanan kapiler serta energi yang berasal
dari kompresi batuannya sendiri. Berdasarkan pengaruh yang paling
dominan dari setiap sumber energi diatas, maka mekanisme pendorong
reservoir yang utama adalah water drive, gas cap drive, solution gas drive,
segregation drive, dan combination drive.
31
Bottom Water Drive
Kombinasi Edge Water Drive dengan Bottom Drive
Produksi air pada awal produksi sedikit, tetapi apabila permukaan air
telah mencapai lubang bor maka mulai mengalami kenaikan produksi
yang semakin lama semakin besar secara kontinyu sampai sumur tersebut
di tinggalkan karena produksi minyaknya tidak ekonomis .Untuk
reservoir dengan jenis pendesakan water drive maka bagian minyak yang
terproduksi akan lebih besar jika dibandingkan dengan jenis pendesakan
lainnya, yaitu antara 35 - 75% dari volume minyak yang ada. Sehingga
minyak sisa (residual oil) yang masih tertinggal didalam reservoir akan
lebih sedikit.
Dapat disimpulkan suatu reservoir dengan tenaga pendorong air ini
mempunyai kelakuan seperti dibawah ini :
Penurunan tekanan reservoir terlihat agak lambat.
GOR rendah dan relatif konstan
WOR naik dengan cepat dan kontinyu
Recovery-nya cukup tinggi yaitu sekitar 35 - 75%
32
Gambar 1.15. Karakteristik Tekanan, PI, dan GOR Pada Water Drive Reservoir
33
Tekanan reservoir akan turun dengan lambat dan berlangsung secara
kontinyu
GOR akan meningkat terus
Produksi air diabaikan
Perolehan minyak dapat mencapai 20 - 40 % dari total cadangan awal
dalam reservoir (initial oil in place).
34
Gambar 1.17. Solution Gas Drive Reservoir
Pada awal produksi, karena gas yang dibebaskan dari minyak masih
terperangkap pada sela-sela pori batuan, maka gas oil ratio produksi akan
lebih kecil jika dibandingkan dengan gas oil ratio reservoir. Gas oil ratio
produksi akan bertambah besar bila gas pada saluran pori-pori tersebut
mulai bisa mengalir, hal ini terus-menerus berlangsung hingga tekanan
reservoir menjadi rendah. Bila tekanan telah cukup rendah maka gas oil
ratio akan menjadi berkurang sebab volume gas di dalam reservoir
tinggal sedikit. Dalam hal ini gas oil produksi dan gas oil ratio reservoir
harganya hampir sama. Pada Gambar 1.15. memperlihatkan karakteristik
tekanan dan GOP pada reservoir depletion drive.
Air yang diproduksikan dari reservoir ini sangat sedikit bahkan
hampir-hampir tidak ada. Hal ini karena reservoir jenis ini sifatnya
terisolir, sehingga meskipun terdapat connate water tetapi hampir-hampir
tidak dapat diproduksi atau ikut terproduksi bersama minyak.
Recovery yang mungkin diperoleh sekitar 5 - 30 %. Dengan
demikian untuk reservoir jenis ini pada tahap teknik produksi primernya
akan meninggalkan residual oil yang cukup besar. Sehingga bila sisa
minyak ini akan diproduksikan juga, maka perlu dipergunakan suatu
35
energi tertentu ke dalam suatu reservoir untuk mempengaruhi tekanan
atau sifat fisik sistem fluida reservoirnya, sehingga dengan demikian
diharapkan sisa minyak yang tertinggi dapat diperkecil.
Dapat disimpulkan suatu reservoir solution gas drive mempunyai
kelakuan seperti dibawah ini :
Tekanan reservoir turun dengan cepat dan berlangsung secara
kontinyu.
Perbandingan gas-minyak (GOR) mula-mula cukup rendah, kemudian
naik sampai maksimum dan turun dengan tajam.
Efisiensi perolehan minyak berkisar 5 - 30 %
Produksi air dianggap tidak ada.
36
Gambar 1.18. Gravitational Segregation Drive Reservoir
37
jarang dalam keadaan sebenarnya energi-energi pendorong ini bekerja
bersamaan dan simultan. Bila demikian, maka energi pendorong yang
bekerja pada reservoir itu merupakan kombinasi beberapa energi
pendorong, sehingga dikenal dengan nama combination drive reservoir.
Kombinasi yang umum dijumpai adalah antara gas cap drive dengan
water drive. Sehingga sifat-sifat reservoirnya jadi lebih kompleks jika
dibandingkan dengan energi pendorong tunggal.
Untuk reservoir minyak jenis ini, maka gas yang terdapat pada gas
cap akan mendesak kedalam formasi minyak, demikian pula dengan air
yang berada pada bagian bawah dari reservoir tersebut. Pada saat
produksi minyak tidak sempat berubah fasa menjadi gas sebab tekanan
reservoir masih cukup tinggi karena dikontrol oleh tekanan gas dari atas
dan air dari bawah. Dengan demikian peristiwa depletion untuk reservoir
jenis ini dikatakan tidak ada, sehingga minyak yang masih tersisa di
dalam reservoir semakin kecil karena recovery minyaknya tinggi dan
efesiensi produksinya lebih tinggi.
Dapat disimpulkan suatu reservoir jenis ini mempunyai kelakuan
seperti dibawah ini :
Penurunan tekanan relatif cukup cepat
WOR akan naik secara perlahan
Jika ada gas cap maka sumur-sumur yang terletak di struktur atas dari
reservoir tersebut akan mengalami peningkatan GOR dengan cepat.
Faktor perolehan dari combination drive adalah lebih besar
dibandingkan dengan solution gas drive tetapi lebih kecil jika
dibandingkan dengan gas cap dan water drive.
38
1. Telah diketemukan (discovered)
2. Dapat diambil (recoverable)
3. Memenuhi syarat komersialitas (commercial)
4. Adanya sejumlah volume yang tersisa (remaining).
Apabila telah terjadi produksi, maka cadangan terbukti sering disebut
“estimed remaining reserves” atau cadangan terbukti yang tertinggal. Jumlah
produksi dan cadangan terbukti yang tertinggal disebut “estimated ultimate
recovery” atau cadangan ultimate, sedangkan jumlah total minyak didalam
reservoir disebut sebagai “Initial Oil In Place” (IOIP), hanya sebagian IOIP
yang bisa diproduksikan sehingga menjadi cadangan terbukti.
dimana :
EUR : Estimed Ultimate Recovery atau cadangan ultimate
CUM : Cummulatif Production
ERR : Estimated Remaining Reserves atau cadangan terbukti tertinggal
IOIP = N : Initial Oil In Place atau Jumlah minyak didalam reservoir dan
bukan jumlah yang dapat diproduksikan
RF : Recovery Factor adalah presentase dari IOIP yang dapat
diproduksikan (RF = Cadangan Terbukti/IOIP)
39
sebelum reservoir tersebut diproduksi disebut Original Oil In Place
(OOIP).
Remaining Recoverable Reserve, yaitu jumlah hidrokarbon yang tersisa,
yang masih memungkinkan untuk dapat diproduksikan sampai batas
ekonominya.
Recovery Factor, merupakan angka perbandingan antara hidrokarbon yang
dapat diproduksikan dengan jumlah minyak mula-mula dalam reservoir.
Recovery factor dipengaruhi oleh mekanisme pendorong, sifat fisik batuan
dan fluida reservoir tersebut.
40
Metoda material balance dapat digunakan untuk memperkirakan besar
cadangan reservoir, dimana data-data produksi yang diperoleh sudah
cukup banyak. Prinsip dari metoda material balance ini didasarkan pada
prinsip kesetimbangan volumetrik yang menyatakan bahwa, apabila
volume suatu reservoir konstan, maka jumlah aljabar dari perubahan-
perubahan volume minyak, gas bebas dan air dalam reservoir harus sama
dengan nol.
Persamaan umum material balance untuk menghitung cadangan
adalah sebagai berikut:
N=
41
hubungan antara laju produksi terhadap waktu atau laju produksi terhadap
produksi kumulatif.
Bentuk kurva penurunan laju produksi dapat dibagi menjadi tiga,
yaitu:
Exponential decline,
Hyperbolic decline dan
Harmonic decline.
1.5.4 Uji Sumur
Tujuan utama dari suatu pengujian sumur hidrokarbon, atau yang
telah dikenal luas dengan sebutan “Well Testing”, yaitu untuk menentukan
kemampuan suatu lapisan atau formasi untuk berproduksi. Wellbore
storage merupakan lubang sumur yang tersi fluida, dimana tekanan
pengukuran belum mencerminkan tekanan reservoir tetapi menentukan
tekana kondisi lubang sumur. Sehingga wellbore storage tekananmula-
mulanya yang masih shadow pressure karena effect penumpukan masa.
Apabila pengujian ini dirancang secara baik dan memadai, kemudian
hasilnya dianalisa secara tepat, maka akan banyak sekali informasi-
informasi yang sangat berharga akan didapatkan seperti:
Permeabilitas efektif fluida
Kerusakan atau perbaikan formasi disekeliling lubang bor yang
diuji
Tekanan reservoir
Batas suatu reservoir
Bentuk radius pengurasan
Keheterogenan suatu lapisan
42
drill steam test ini menggunakan rangkaian peralatan DST
disambungkan dengan rangkaian drill string kemudian diturunkan
sampai zona test.
b. Uji Tekanan (Pressure Test)
Pressure Test menggunakan prinsip pengukuran perubahan tekanan
terhadap waktu selama periode penutupan atau pada periode pengaliran.
Penutupan sumur dimaksudkan untuk mendapatkan keeimbangan
tekanan dieluruh reservoir, peridoe pengaliran sebelum atau sesudah
periode penutupan dengan laju konstan. Parameter yang diukur adalah
tekanan static (Pws), tekanan aliran dasar sumur (Pwf), tekanan awal
reservoir (Pi), skin factor (S), permeabilitas rata-rata (k), volume
pengurasan (Vd) dan radius pengursan (re).
Metode uji tekanan pada sumur minyak yang umum digunakan ada dua
macam, yaitu:
a) Pressure Build-Up Test
Uji build-up tekanan adalah suatu teknik pengujian tekanan
transien yang paling sering digunakan. Build-Up test sering
digunakan untuk menstabilkan rate dan stabil pressure. Pada
dasarnya, pengujian ini dilakukan pertama-tama dengan
memproduksi sumur selama suatu selang waktu tertentu dengan
laju aliran yang tetap, kemudian menutup sumur tersebut. PBU
dapat dilakukan saat periode pengeboran maupun selama periode
produksi.
Asumsi dalam pengujian pressure Build-Up Test:
1) Sumur ditutup tepat di depan perforasi.
2) Tidak ada aliran masuk kedalam sumur.
3) Fluida didalam reservoir mengair menuju sekeliling sumur
sampai tekanan diseluruh reservoir sama.
b) Pressure Draw-down Test
Pressure drawdown testing adalah suatu pengujian yang
dilaksanakan dengan jalan membuka sumur dan mempertahankan
43
laju produksi tetap selama pengujian berlangsung. Sebagai syarat
awal, sebelum pembukaan sumur tersebut, tekanan hendaknya
seragam diseluruh reservoir yaitu dengan menutup sumur
sementara waktu agar dicapai keseragaman tekanan reservoirnya.
Pengujian pressure drawdown biasanya digunakan pada sumur:
1) Sumur baru
2) Sumur lama yang telah ditutup sekian lama sekian lama
hingga dicapai
44
Minyak Tahap Lanjut (EOR) merupakan perolehan minyak dengan cara
menginjeksikan suatu zat yang berasal dari salah satu atau beberapa
metode pengurasan yang menggunakan energi luar reservoir. Jenis energi
yang digunakan adalah salah satu atau gabungan dari energi mekanik,
energi kimia dan energi termik.
Perolehan minyak yang berasal dari injeksi tak tercampur, injeksi
tercampur, injeksi kimiawi dan injeksi thermal merupakan perolehan
minyak tahap lanjut, karena reservoir minyak memperoleh bantuan
energi dari luar pada semua metode tersebut. Jenis energi luar yang
dipakai merupakan salah satu atau gabungan dari energi mekanik, energi
kimiawi dan energi thermal. Metode Enhanced Oil Recovery (EOR)
dapat digunakan pada awal produksi suatu reservoir atau sebelum
produksi secara alamiah yang ekonomis berakhir.
Konsep dasar dari metode EOR ini sendiri ada tiga macam, yaitu:
1. Primary Recovery
Primary recovery merupakan suatu metode produksi fluida
reservoir yang disebabkan oleh ekspansi dari gas atau liquid di
dalam reservoir itu sendiri atau oleh karena influx air dari aquifer.
2. Secondary Recovery
Secondary recovery merupakan suatu metode produksi fluida
reservoir yang disebabkan oleh injeksi fluida kedalam reservoir
dengan menggunakan fluida yang sama dengan fluida reservoir,
apakah itu bagian produksi dari reservoir bersangkutan atau
reservoir lainnya, seperti water atau gas injection.
3. Tertiary Recovery
Tertiary Recovery merupakan suatu metode produksi fluida
reservoir yang disebabkan oleh injeksi fluida atau hal lainnya ke
dalam reservoir dimana fluida yang diinjeksikan tersebut tidak
sama dengan fluida reservoir, seperti chemicals, steam atau solvent.
45
Gambar 1.19 Diagram Alir Metode-metode EOR untuk Peningkatan Recovery
Besarnya cadangan di seluruh dunia yang dapat digolongkan
sebagai cadangan yang tidak dapat diproduksikan dengan metode primer
adalah sebesar 2.0 triliun barrel. Tahap produksi primer hanya dapat
memproduksi 1/3 dari OOIP, dimana 2/3 dari OOIP tidak dapat
diproduksi dengan teknologi konvensional.
Karena besarnya cadangan yang tersisa tersebut sehingga
mendorong dilakukan berbagai cara untuk meningkatkan perolehan
minyak di reservoir setelah tenaga pendorong alamiahnya berkurang.
Penerapan teknologi EOR diharapkan dapat memproduksi sekitar 20% -
30% dari cadangan minyak sisa tersebut.
46
Faktor kemiringan mempunyai arti penting jika terdapat rapat
massa antara fluida pendesak dan fluida yang didesak cukup besar.
Pengaruh kemiringan tidak terlalu besar, jika kecepatan pendesakan
besar.
c. Heterogenitas Reservoir
Heterogenitas atau Ketidakseragaman reservoir adalah variasi sifat
fisik dan kimia penyusun batuan dan fluida reservoar. Struktur
reservoar sesungguhnya sangat komplek, proses-proses geologi
menyebabkan ketidakseragaman batuan reservoar.
47
pengganti minyak yang terproduksi, disamping berperan sebagai
media pendesak. Sedangkan pertimbangan dilakukan water
flooding adalah bahwa sebagian besar batuan reservoir bersifat
water wet (sifat kebasahan), sehingga fasa air lebih banyak
ditangkap oleh batuan akibatnya minyak akan terdesak dan
bergerak ketempat lain (permukaan sumur). Pertimbangan lain
dilakukan injeksi air adalah :
1. Saturasi minyak sisa (Sor) cukup besar
2. Recoverynya 30% _ 40% dari original oil in place (OOIP)
3. Air murah dan mudah diperoleh
4. Mudah menyebar ke seluruh reservoir dan kolom air
memberikan tekanan yang cukup besar dan efisiensi
penyapuan yang cukup tinggi.
5. Berat kolom air dalam sumur injeksi turut menekan, sehingga
cukup banyak mengurangi besarnya tekanan injeksi yang
perlu diberikan di permukaan, jika dibandingkan dengan
injeksi gas, dari segi berat air sangat menolong.
6. Efisiensi pendesakan air juga cukup baik, sehingga harga Sor
sesudah injeksi air = 30% cukup mudah didapat.
48
Pelaksanaan injeksi air membutuhkan persediaan air yang
cukup besar. Persediaan air dapat diperoleh dari air permukaan
(danau, sungai, laut) ataupun bawah permukaan. Syarat-syarat air
untuk injeksi antara lain:
Tersedia dalam jumlah yang cukup selama masa injeksi
Tidak mengandung padatan-padatan yang tidak dapat larut
Stabil secara kimiawi dan tidak mudah bereaksi dengan
elemen-elemen yang terdapat dalam sistem injeksi dan
reservoir.
B. Injeksi Gas
Prinsip proses injeksi gas tak tercampur dalam teknik
produksi lanjut sama dengan proses injeksi air (water flooding).
Gas yang diinjeksikan biasanya merupakan gas hidrokarbon.
Injeksi gas dilakukan jika terdapat sumber gas dalam jumlah yang
besar dan cukup dekat letaknya termasuk gas yang berasal dari
ikutan produksi minyak. Injeksi gas juga dapat dilakukan untuk
menguras minyak yang tersembunyi pada bagian atas reservoir
yang terhalang oleh patahan atau kubah garam, minyak ini sering
disebut attic oil.
Beberapa alasan mendasar yang menyebabkan tidak
efisiennya gas sebagai fluida pendesak, antara lain:
1. Gas biasanya bersifat tidak membasahi batuan reservoir,
sehingga gas akan bergerak melalui pori-pori yang lebih
besar dan bergerak lebih cepat dari minyak. Gas yang
diinjeksikan dapat mendesak gas lebih banyak daripada
minyak apabila terdapat saturasi gas awal yang menempati
pori-pori yang lebih besar.
49
2. Fluida gas mempunyai viskositas yang relatif jauh lebih kecil
daripada minyak, sehingga gas cenderung melewati minyak
bukan mendesaknya.
3. Fluida gas merupakan fluida non-wetting dan menempati
pori-pori yang lebih besar dimana aliran paling mudah
terjadi, sehingga permeabilitas relatif gas akan naik secara
drastis dan permeabilitas relatif minyak akan turun secara
drastis. Mobilitas gas akan bertambah seiring dengan
bertambahnya permeabilitas relatif gas, akibatnya masalah
channeling semakin bertambah. Harga saturasi minyak
residual (Sor) akan cukup besar pada akhir proses
pendesakan gas.
50
(thermodinamically miscible). Jenis fluida tersebut antara lain: gas
CO2, gas inert, gas yang diperkaya dan gas kering pada tekanan
tinggi.
A. CO2 Flooding
Injeksi gas CO2 atau sering juga disebut sebagai injeksi gas
CO2 tercampur yaitu dengan menginjeksikan sejumlah gas CO2 ke
dalam reservoir dengan melalui sumur injeksi sehingga dapat
diperoleh minyak yang tertinggal.
a. Mekanisme Injeksi CO2
Mekanisme dasar injeksi CO2 adalah bercampurnya
CO2 dengan minyak dan membentuk fluida baru yang lebih
mudah didesak dari pada minyak reservoir awal. Ada empat
jenis mekanisme pendesakan injeksi CO2.
Dalam pelaksanaan ini, gas CO2 yang diinjeksikan,
dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut :
Injeksi CO2 secara kontinyu selama proyek
berlangsung.
Injeksi slug CO2 diikuti air.
Injeksi slug CO2 dan air secara bergantian.
Injeksi CO2 dan air secara simultan.
Gambar 1.21. Skema dari CO2 Flood
51
Kelebihan dan Kerugian dari penginjeksian CO2 diantaranya
adalah sebagai berikut :
1. Kelebihan Proses CO2
Kelarutan dapat terjadi pada pressure yang relatif rendah.
Pada kondisi gas terlarut akan menghasilkan efisiensi
displacement yang maksimal.
Proses ini akan membantu menngkatkan perolehan untuk
reservoir dengan depletion drive.
Jika dibandingkan dengan injeksi gas lainnya, proses ini
lebih unggul karena dapat menurunkan residual minyak
(Sor).
52
(inert gas) seperti N2 murni atau campuran yang didominasi N2
dapat dijadikan alternatif pengganti gas alam.
53
gas sisa pembakaran untuk pendesakan minyak secara
tercampur.
Adanya breakthrough (tembus gas) dari gas nitrogen
yang diinjeksikan pada sumur-sumur produksi
A. Steam Flood
Injeksi uap adalah menginjeksikan uap ke dalam reservoir
minyak untuk mengurangi viskositas yang tinggi supaya
pendesakan minyak lebih efektif, sehingga akan meningkatkan
perolehan minyak. Uap diinjeksikan secara terus-menerus melalui
sumur injeksi dan minyak yang didesak akan diproduksikan
melalui sumur produksi yang berdekatan. Pengaruh panas di dalam
zona air panas pada produksi minyak adalah menurunnya viskositas
minyak, ekspansi thermal minyak dan saturasi minyak sisa serta
berubahnya permeabilitas relatif pada temperatur tinggi.
54
Gambar 1.23. Skema dari Steam Flood
55
mempunyai peranan terhadap proses pendesakan
minyak ke sumur produksi.
Efisiensi pendesakan sampai 60 % OOIP.
2. Kerugian dari Injeksi Uap adalah :
Terjadinya kehilangan panas di seluruh transmisi,
sehingga perlu pemasangan isolasi pada pipa.
Spasi sumur harus rapat, karena adanya panas yang
hilang dalam formasi.
Terjadinya problem korosi, scale maupun emulsi.
Karena adanya perbedaan gravitasi, formasi pada
bagian atas akan tersaturasi steam, sehingga efisiensi
pendesakan pada formasi bagian atas sangat baik. Oleh
karena itu secara keseluruhan, efisiensi pendesakan
vertikalnya kurang baik.
Kecenderungan terjadinya angket oil sangat besar,
tergantung pada faktor heterogenitas batuan.
B. In-Situ Combustion
In-situ combustion adalah proses pembakaran sebagian
minyak dalam reservoir untuk mendapatkan panas , dimana
pembakaran dalam reservoir dapat berlangsung bila terdapat cukup
oksigen (O2) yang diinjeksikan dari permukaan. Untuk memulai
pembakaran dipakai minyak pembakar yang dinyalakan dengan
listrik, kemudian pembakaran berlangsung terus dengan minyak
reservoir dan injeksi O2 terus dilakukan, sehingga pembakaran
bergerak menuju sumur produksi. Temperatur pembakaran dapat
mencapai 600 – 1200 0F. Panas yang ditimbulkan memberi efek
penurunan viskositas, pengembangan dan destilasi minyak dengan
efek gas drive dan solvent extraction, semua ini akan menyebabkan
minyak terdesak ke sumur produksi. Penyalaan yang terjadi di satu
tempat di reservoir akan merambat ke arah dimana terdapat bahan
bakar yang telah tercampur dengan udara injeksi. Berdasarkan
perambatan pembakaran ini In-Situ Combustion dibagi dalam
56
forward combustion dan reverse combustion. Pemakaian in-situ
combustion memakan biaya relatif besar dibandingkan dengan
metode lainnya
Mekanisme In–Situ Combustion yaitu Suatu pembakaran
diawali dengan penyalaan dan panas yang dihasilkan akan
merambat secara konduksi. Dengan tersedianya oksigen yang
cukup, crude oil sekitarnya akan ikut terbakar setelah temperatur
nyalanya tercapai. Bahan bakar untuk tahap lanjut bukan lagi crude
oil (hidrokarbon ringan sampai berat). Dengan naiknya temperatur,
minyak akan lebih mudah bergerak sehingga sebagian minyak
terdesak akan menjauhi zone pembakaran.
Kelebihan dan Kekurangan In–Situ Combustion
1. Kelebihan In-Situ Combustion :
Kecuali untuk minyak yang memberikan coke dalam
jumlah kurang dari 1 lb/cuft dan ketebalan reservoir 10
ft atau kurang, pemanasan reservoir dengan
menggunakan injeksi uap lebih murah dibandingkan
forward combustion.
Untuk ketebalan, tekanan dan laju injeksi panas yang
tertentu, salah satu proses mungkin dapat lebih murah
tergantung pada konsumsi bahan bakar dan kedalaman
reserevoir. Namun jika harga bahan bakar meningkat,
biaya pemanasan dengan menggunakan injeksi uap
menjadi lebih besar.
Endapan coke yang semakin meningkat dapat membuat
injeksi uap lebih menguntungkan.
Kehilangan panas di lubang sumur yang bertambah
karena bertambahnya kedalaman akan membuat
forward combustion lebih menguntungkan.
57
Jika jarak yang harus dipanasi dalam reservoir
bertambah, pemanasan dengan menggunakan
combustion lebih menguntungkan.
Jika ketebalan pasir berkurang dan tekanan bertambah,
combustion lebih menguntungkan dibandingkan injeksi
uap.
Jika laju injeksi berkurang, biaya injeksi uap menjadi
relatif lebih menguntungkan dibandingkan dengan
udara.
58
Injeksi air panas merupakan salah satu metode thermal
recovery yang digunakan untuk reservoir yang mempunyai
viscositas tinggi. Metode ini juga banyak digunakan untuk
reservoir-reservoir dangkal yang mempunyai range viscositas
antara 100 – 1000 cp. Injeksi air panas akan mempengaruhi
mobility ratio water drive dalam reservoir dan karena itu akan
menambah efisiensi recovery.
Mekanisme Injeksi Air Panas yaitu Pertama kali minyak akan
di desak oleh air dingin sebelum front panas sampai. Air panas
akan mendingin lebih cepat dalam jari-jari yang kecil (small
fingers) sehingga panas berjalan lambat dalam reservoir.
Ulah dini dari hot water drive lebih buruk daripada cold
water drive sebab hot water kurang viscous dibandingkan dengan
cold water tetapi hakekatnya masih mendorong minyak dingin.
Berangsur-angsur kemudian kehilangan panas dari hot water
channels akan menambah temperatur reservoir dengan cara
konduksi. Hal ini akan mengurangi viscositas minyak dan
meningkatkan efek water drive.
Kelebihan dan Kekurangan Injeksi Air Panas
1. Kelebihan injeksi air panas :
Proses pendesakan panas sangat simpel dan dapat
berfungsi sebagai water flood.
Design dan operasinya sebagian besar dapat
menggunakan fasilitas water flood.
Efisiensi pendesakan lebih baik dari water flood
conventional.
59
Pada sand yang tipis, sejumlah panas akan hilang pada
overburden dan underburden, hal ini akan menjadi
kritis apabila formasi underburden dan overburden
berupa shale.
Kehilangan panas cukup besar pada rate injeksi rendah
dan formasi sand yang tipis.
60
Umumnya pendesakan kimia tidak dilakukan secara terpisah tetapi
merupakan suatu kombinasi pendesakan tertentu untuk mendapatkan
kondisi yang optimum. Jenis-jenis injeksi kimiawi yang akan dibicarakan
dalam sub bab ini adalah injeksi surfactant, injeksi polimer dan injeksi
alkaline.
A. Surfactant Flooding
Injeksi surfactant digunakan untuk menurunkan tegangan
antarmuka minyak-fluida injeksi supaya perolehan minyak
meningkat.
Injeksi surfactant ini ditujukan untuk memproduksikan
residual oil yang ditinggalkan oleh water drive, dimana minyak
yang terjebak oleh tekanan kapiler, sehingga tidak dapat bergerak
dapat dikeluarkan dengan menginjeksikan larutan surfactan.
Percampuran surfactant dengan minyak membentuk emulsi yang
akan mengurangi tekanan kapiler.
Setelah minyak dapat bergerak, maka diharapkan tidak ada
lagi minyak yang tertinggal. Pada surfactant flooding kita tidak
perlu menginjeksikan surfactant seterusnya, melainkan diikuti
dengan fluida pendesak lainnya, yaitu air yang dicampur dengan
polimer untuk meningkatkan efisiensi penyapuan dan akhirnya
diinjeksikan air.
Pada dasarnya ada dua konsep yang telah dikembangkan
dalam penggunaan surfactant untuk meningkatkan perolehan
minyak. Konsep pertama adalah larutan yang mengandung
surfactant dengan konsentrasi rendah diinjeksikan. Surfactant
dilarutkan di dalam air atau minyak dan berada dalam jumlah yang
61
setimbang dengan gumpalan-gumpalan surfactant yang dikenal
sebagai micelle. Sejumlah besar fluida (sekitar 15 – 60% atau
lebih) diinjeksikan ke dalam reservoir untuk mengurangi tegangan
antarmuka antara minyak dan air, sehingga dapat meningkatkan
perolehan minyak.
Pada konsep kedua, larutan surfactant dengan konsentrasi
yang lebih tinggi diinjeksikan ke dalam reservoir dalam jumlah
yang relatif kecil (3 – 20% PV). Dalam hal ini, micelles yang
terbentuk bisa berupa dispersi stabil air di dalam hidrokarbon atau
hidrokarbon di dalam air.
62
Proses ini memberikan efisiensi displacement dan
sweep yang cukup besar.
Memiliki kemiripan dengan waterflooding.
Efek gravity segregation umumnya diabaikan atau kecil
sekali pengaruhnya.
Hampir dapat diterapkan pada semua kondisi reservoir.
B. Polymer Flooding
63
Gambar 1.25. Skema untuk Polymer Flooding
Mekanisme Injeksi Polymer yaitu dengan adanya
penambahan sejumlah polimer ke dalam air, akan meningkatkan
viskositas air sebagai fluida pendesak, sehingga mobilitas air
sendiri menjadi lebih kecil dari semula dengan demikian
mekanisme pendesakan menjadi lebih efektif.
Polimer ini berfungsi untuk meningkatkan efisiensi
penyapuan dan invasi, sehingga Sor yang terakumulasi dalam
media pori yang lebih kecil akan dapat lebih tersapu dan terdesak.
Dari jumlah projek yang dilakukan, polymer flooding adalah
yang terbanyak dan paling umum dilakukan. Alasan metoda ini
banyak diaplikasikan dikarenakan:
1. Identik dengan waterflooding
2. Teknik aplikasinya relatif sederhana
3. Biaya yang diperlukan relatif kecil
4. Recovery yang dapat diperoleh relatif besar.
Kelebihan dan Kekurangan dari penginjeksian polymer
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Kelebihan Proses Injeksi polymer
Efisiensi areal and vertikal sangat baik.
Materialnya bersifat nontoxit dan tidak korosif.
64
Proses yang dilakukan sangat mirip dengan
waterflooding. Proses ini dapat menurunkan jumlah air
terproduksi (meminimalkan water handling).
2. Kekurangan Proses Injeksi Polymer
Sifat polymer yang sangat mudah berubah oleh
pengaruh zat kimia lain ataupun bakteri.
Diperlukan penanganan secara khusus untuk material
polyacrylamides.
Jika menggunakan material polysaccharides diperlukan
material tambahan seperti filtration dan bactericides.
65