Anda di halaman 1dari 65

BAB I

TEKNIK RESERVOIR

Teknik reservoir merupakan cabang ilmu utama dari ilmu teknik


perminyakan yang memberikan fakta-fakta, informasi, dan pengetahuan yang
diperlukan untuk mengontrol operasi pengangkatan minyak dan gas bumi agar
memperoleh minyak dan gas yang maksimum dengan biaya yang ekonomis.
Reservoir merupakan suatu tempat terakumulasinya fluida hidrokarbon, gas
dan air. Proses akumulasi minyak bumi di bawah permukaan haruslah memenuhi
beberapa syarat, yang merupakan unsur-unsur suatu reservoir minyak bumi.
Unsur-unsur yang menyusun reservoir adalah sebagai berikut :
1. Batuan reservoir, sebagai wadah yang diisi dan dijenuhi oleh minyak bumi, gas
bumi atau keduanya. Biasanya batuan reservoir berupa lapisan batuan yang
porous dan permeable.
2. Lapisan penutup (cap rock), yaitu suatu lapisan batuan yang bersifat
impermeable, yang terdapat pada bagian atas suatu reservoir, sehingga
berfungsi sebagai penyekat fluida reservoir.
3. Perangkap reservoir (reservoir trap), merupakan suatu unsur pembentuk
reservoir yang mempunyai bentuk sedemikian rupa sehingga lapisan beserta
penutupnya merupakan bentuk konkav ke bawah dan dan menyebabkan
minyak dan gas bumi berada dibagian teratas reservoir.
Karakteristik suatu reservoir sangat dipengaruhi oleh karakteristik batuan
penyusunnya, fluida reservoir yang menempatinya dan kondisi reservoir itu
sendiri, yang satu sama lain akan saling berkaitan

1.1. Karakteristik Batuan Reservoir


Batuan adalah kumpulan dari mineral-mineral, sedangkan suatu
mineral dibentuk dari beberapa ikatan kimia. Komposisi kimia dan jenis
mineral yang menyusunnya akan menentukan jenis batuan yang terbentuk.

1
Batuan reservoir umumnya terdiri dari batuan sedimen, yang berupa
batupasir dan karbonat (sedimen klastik) serta batuan shale (sedimen non-
klastik) atau kadang-kadang volkanik. Masing-masing batuan tersebut
mempunyai komposisi kimia yang berbeda, demikian juga dengan sifat
fisiknya.

1.1.1. Sifat Fisik Batuan Reservoir


a. Porositas
Porositas () adalah perbandingan antara volume total batuan dengan
volume pori-pori batuan yang menggambarkan persentase dari total
ruang pori batuan yang tersedia untuk ditempati oleh suatu fluida
reservoir yaitu minyak, gas dan air. Besar-kecilnya porositas suatu batuan
akan menentukan kapasitas penyimpanan fluida reservoir. Secara
matematis porositas dapat dinyatakan sebagai :

Vb  Vg Vp
 
Vb Vb

Keterangan :
Vb = volume batuan total (bulk volume)
Vg = volume padatan batuan total (volume grain)
Vp = volume ruang pori-pori batuan.

Porositas batuan reservoir dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :


 Porositas absolut, adalah perbandingan antara volume pori total
terhadap volume batuan total yang dinyatakan dalam persen, atau
dengan persamaan sebagai berikut :

volume pori total


  100%
bulk volume

 Porositas efektif, adalah perbandingan antara volume pori-pori yang


saling berhubungan terhadap volume batuan total (bulk volume)
yang dinyatakan dalam persen.

2
volume pori yang berhubungan
  100%
bulk volume

C o n n e c te d o r
E ff e c tiv e
P o r o s i ty

To ta l
P o r o s ity

Is o l a te d o r
N o n - E ff e c tiv e
P o r o s i ty

Gambar 1.1. Skema Perbandingan Porositas Efektif, Non-Efektif dan Porositas


Absolut Batuan

Berdasarkan waktu dan cara terjadinya, maka porositas dapat juga


diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
 Porositas primer, yaitu porositas yang terbentuk pada waktu yang
bersamaan dengan proses pengendapan berlangsung.
 Porositas sekunder, yaitu porositas batuan yang terbentuk setelah
proses pengendapan.

Besar-kecilnya porositas dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu


 Ukuran dan Bentuk Butir
Ukuran butir tidak mempengaruhi porositas total dari seluruh
batuan, tetapi mempengaruhi besar kecilnya pori-pori antar butir.
Sedangkan bentuk butir didasarkan pada bentuk penyudutan
(ketajaman) dari pinggir butir. Sebagai standar dipakai bentuk bola,
jika bentuk butiran mendekati bola maka porositas batuan akan lebih
meningkat dibandingkan bentuk yang menyudut.

3
 Distribusi dan Penyusunan Butiran
Distribusi dan penyusunan butiran adalah penyebaran dari
berbagai macam besar butir yang tergantung pada proses sedimentasi
dari batuan. Umumnya, jika batuan tersebut diendapkan oleh arus
kuat maka besar butir akan sama besar. Sedangkan susunan adalah
pengaturan butir saat batuan diendapkan.

o
90
o
90
o
90

a . C u b ic ( p o ro s it y = 4 7 , 6 % )

o
o 90
90
o
90

b . R h o m b o h e d ra l ( p o ro s it y = 2 5 , 9 6 % )

Gambar 1.2. Pengaruh Susunan Butir Terhadap Porositas

 Derajat Sementasi dan Kompaksi


Kompaksi batuan akan menyebabkan makin mengecilnya pori
batuan akibat adanya penekanan susunan batuan menjadi rapat.
Sedangkan sementasi pada batuan akan menutup pori-pori batuan
tersebut.Adapun gambaran dari berbagai faktor tersebut di atas dapat
dibuktikan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Nanz dengan
Alat yang digunakan sieve analysis sebagaimana yang terlihat pada
gambar berikut :

4
Gambar 1.3. Distribusi Kumulatif Ukuran Butiran dari Graywacke
a). Batu pasir b). Shalysand

Berikut ini adalah ukuran porositas yang sering digunakan sebagai


pegangan di lapangan:

Tabel 1.1. Ukuran Porositas di Lapangan

Porositas (%) Kualitas


0–5 Jelek sekali
5 – 10 Jelek
10 – 15 Sedang
15 – 20 Baik
> 20 Sangat bagus

b. Permeabilitas
Permeabilitas didefinisikan sebagai ukuran suatu ruang pori batuan
yang dapat dialiri atau dilewati fluida. Definisi kuantitatif permeabilitas
pertama-tama dikembangkan oleh Henry Darcy (1856) dalam hubungan
empiris dengan bentuk differensial sebagai berikut :

k dP
v   x
 dL

Keterangan :
v = kecepatan aliran, cm/sec
 = viskositas fluida yang mengalir, cp

5
dP/dL = gradien tekanan dalam arah aliran, atm/cm
k = permeabilitas media berpori.

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam persamaan diatas adalah:


1. Alirannya mantap (steady state),
2. Fluida yang mengalir satu fasa,
3. Viskositas fluida yang mengalir konstan,
4. Kondisi aliran isothermal, dan
5. Formasinya homogen dan arah alirannya horizontal.
6. Fluidanya incompressible.

Berdasarkan jumlah fasa yang mengalir dalam batuan reservoir,


permeabilitas dibedakan menjadi tiga, yaitu :
 Permeabilitas absolut, adalah yaitu dimana fluida yang mengalir
melalui media berpori tersebut hanya satu fasa, misalnya hanya minyak
atau gas saja.
 Permeabilitas efektif, yaitu permeabilitas batuan dimana fluida yang
mengalir lebih dari satu fasa, misalnya minyak dan air, air dan gas, gas
dan minyak atau ketiga-tiganya.
 Permeabilitas relatif, merupakan perbandingan antara permeabilitas
efektif dengan permeabilitas absolut.

Satuan permeabilitas dalam percobaan ini adalah :

Q (cm 3 / sec) .  (centipoise) . L (cm)


k (darcy) 
A (sq.cm) . ( P1  P2 ) (atm)

Pada prakteknya di reservoir, jarang sekali terjadi aliran satu fasa,


akan tetapi dua atau bahkan tiga fasa. Oleh karena itu dikembangkan pula
konsep mengenai permeabilitas efektif dan permeabilitas relatif. Harga
permeabilitas efektif dinyatakan sebagai ko, kg, kw, dimana masing-masing
untuk minyak, gas, dan air. Sedangkan permeabilitas relatif untuk masing-
masing fluida reservoir dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :

6
k kg k
k ro  o , k rg  , k rw  w .
k k k

Sedangkan besarnya harga permeabilitas efektif untuk minyak dan air


dinyatakan dengan persamaan :

Qo . o . L
ko 
A . (P1  P2 )

Qw . w . L
kw 
A . ( P1  P2 )

Harga-harga ko dan kw pada Persamaan diatas jika diplot terhadap So


dan Sw akan diperoleh hubungan seperti yang ditunjukkan pada Gambar
berikut ini :

1 1
w

o
Effective Permeability to Water, k

Effective Permeability to Oil, k

0 0
0 Oil Saturation, So 1
1 Water Saturation, Sw 0

Gambar 1.4. Kurva Permeabilitas Efektif Untuk Sistem Minyak dan Air

Gambar diatas menunjukkan bahwa ko pada Sw = 0 dan pada So = 1


akan sama dengan k absolut, demikian juga untuk harga k absolutnya (titik
A dan B)
Ada tiga hal penting untuk kurva permeabilitas efektif sistem minyak-
air , yaitu :
 ko akan turun dengan cepat jika Sw bertambah dari nol, demikian juga
kw akan turun dengan cepat jika Sw berkurang dari satu, sehingga dapat

7
dikatakan untuk So yang kecil akan mengurangi laju aliran minyak
karena ko-nya yang kecil, demikian pula untuk air.
 ko akan turun menjadi nol, dimana masih ada saturasi minyak dalam
batuan (titik C) atau disebut Residual Oil Saturation (S or), demikian
juga untuk air yaitu (Swr).

c. Saturasi Fluida
Saturasi fluida batuan didefinisikan sebagai perbandingan antara
volume pori-pori batuan yang ditempati oleh suatu fluida tertentu dengan
volume pori-pori total pada suatu batuan berpori. Dalam batuan reservoir
minyak umumnya terdapat lebih dari satu macam fluida, kemungkinan
terdapat air, minyak, dan gas yang tersebar ke seluruh bagian reservoir.
Secara matematis, besarnya saturasi untuk masing-masing fluida dituliskan
dalam persamaan berikut :
 Saturasi minyak (So) adalah :
volume pori  pori yang diisi oleh min yak
So 
volume pori  pori total

 Saturasi air (Sw) adalah :


volume pori  pori yang diisi oleh air
Sw 
volume pori  pori total

 Saturasi gas (Sg) adalah :


volume pori  pori yang diisi oleh gas
Sg 
volume pori  pori total

Jika pori-pori batuan diisi oleh gas-minyak-air maka berlaku hubungan :


Sg + So + Sw = 1

Sedangkan jika pori-pori batuan hanya terisi minyak dan air, maka :
So + Sw = 1

d. Wettabilitas

8
Wettabilitas didefinisikan sebagai suatu kemampuan batuan untuk
dibasahi oleh fasa fluida, jika diberikan dua fluida yang tak saling campur
(immisible). Pada bidang antar muka cairan dengan benda padat terjadi
gaya tarik-menarik antara cairan dengan benda padat (gaya adhesi), yang
merupakan faktor dari tegangan permukaan antara fluida dan batuan.
Pada umumnya reservoir bersifat water wet, sehingga air cenderung
untuk melekat pada permukaan batuan sedangkan minyak akan terletak
diantara fasa air. Jadi minyak tidak mempunyai gaya tarik-menarik dengan
batuan dan akan lebih mudah mengalir.

e. Tekanan Kapiler
Tekanan kapiler (Pc) didefinisikan sebagai perbedaan tekanan yang
ada antara permukaan dua fluida yang tidak tercampur (cairan-cairan atau
cairan-gas) sebagai akibat dari terjadinya pertemuan permukaan yang
memisahkan kedua fluida tersebut. Perbedaan tekanan dua fluida ini
adalah perbedaan tekanan antara fluida “non-wetting fasa” (Pnw) dengan
fluida “wetting fasa” (Pw).

Pc = Pnw - Pw

Dimana:
Pc = Tekanan kapiler
Pnw = Tekanan non wetting fasa
Pw = Tekanan wetting fasa

f. Kompressibilitas
Pada formasi batuan kedalaman tertentu terdapat dua gaya yang
bekerja padanya, yaitu gaya akibat beban batuan diatasnya (overburden)
dan gaya yang timbul akibat adanya fluida yang terkandung dalam pori-
pori batuan tersebut. Pada keadaan statik, kedua gaya berada dalam
keadaan setimbang. Bila tekanan reservoir berkurang akibat pengosongan
fluida, maka kesetimbangan gaya ini terganggu, akibatnya terjadi
penyesuaian dalam bentuk volume pori-pori, dan perubahan batuan.

9
1.2. Karakteristik Fluida Reservoir
Fluida reservoir yang terdapat dalam ruang pori-pori batuan reservoir
pada tekanan dan temperatur tertentu, secara alamiah merupakan
campuran yang sangat kompleks dalam susunan atau komposisi kimianya.
Mengetahui sifat-sifat dari fluida hidrokarbon untuk memperkirakan
cadangan akumulasi hidrokarbon, menentukan laju aliran minyak atau gas
dari reservoir menuju dasar sumur, mengontrol gerakan fluida dalam
reservoir dan lain-lain.

1.2.1. Komposisi Kimia Fluida Reservoir


Fluida reservoir terdiri dari hidrokarbon dan air formasi. Hidrokarbon
terbentuk di alam, dapat berupa gas, zat cair ataupun zat padat. Sedangkan
air formasi merupakan air yang dijumpai bersama-sama dengan endapan
minyak.
Sedangkan hidrokarbon sendiri, selain mengandung hidrogen (H) dan
karbon (C) juga mengandung unsur-unsur senyawa lain, terutama
belerang, nitrogen dan oksigen. Dalam sub bab ini akan dibicarakan
mengenai komposisi kimia dari ketiga kategori tersebut diatas.

1.2.1.1. Komposisi Kimia Hidrokarbon


Bentuk dari senyawa hidrokarbon merupakan senyawa alamiah, dapat
berupa gas, cair atau padatan tergantung dari komposisinya yang khusus
serta tekanan dan temperatur yang mempengaruhinya. Endapan
hidrokarbon yang berbentuk cair dikenal sebagai minyak bumi,
sedangkan yang berbentuk gas dikenal sebagai gas bumi.
Hidrokarbon adalah senyawa yang terdiri dari atom karbon dan
hidrogen. Senyawa karbon dan hidrogen mempunyai banyak variasi,
yang berdasarkan jenis rantai ikatannya dibagi menjadi dua golongan,
yaitu :
1. Golongan Asiklik (Parafin)

10
Hidrokarbon jenis ini mempunyai rantai ikatan antar atom yang
terbuka, terdiri dari hidrokarbon jenuh dan hidrokarbon tak
jenuh.Golongan asiklis atau alifat disebut juga alkan atau parafin.
Golongan asilklis dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu golongan
hidrokarbon jenuh dan tak jenuh.
2. Golongan Siklik
Sedangkan hidrokarbon golongan siklik mempunyai rantai
tertutup (susunan cincin). Golongan ini terdiri dari naftena dan
aromatik. Golongan siklis dibagi menjadi dua golongan, yaitu
golongan naftena dan golongan aromatik.

1.2.1.2. Komposisi Kimia Non-Hidrokarbon


Selain mengandung unsur hidrogen dan karbon (HC), pada minyak
bumi juga terdapat komposisi unsur belerang, nitrogen, oksigen serta
unsur lain dengan prosentase yang sedikit.

1. Senyawa Belerang
Kadar belerang dalam minyak bumi bervariasi antara 4 %
sampai 6% beratnya. Kandungan minyak bumi yang terdapat di
Indonesia merupakan minyak bumi yang mempunyai kadar belerang
relatif rendah, yaitu rata-rata 1 %. Distribusi belerang dalam fraksi-
fraksi minyak bumi akan bertambah sesuai dengan bertambahnya
berat fraksi.
2. Senyawa Oksigen
Kadar oksigen dalam minyak bumi bervariasi antara 1 % sampai
2 % beratnya. Peningkatan kadar oksigen dalam minyak bumi dapat
terjadi karena kontak minyak bumi dan udara. Hal ini disebabkan
adanya proses oksidasi minyak bumi dengan oksigen dari udara.

3. Senyawa Nitrogen

11
Kadar nitrogen dalam minyak bumi pada umumnya rendah dan
bervariasi pada kisaran 0,1 % sampai 2 % beratnya. Senyawa nitrogen
terdapat dalam semua fraksi minyak bumi, dengan konsentrasi yang
semakin tinggi pada fraksi-fraksi yang mempunyai titik didih yang
lebih tinggi. Senyawa nitrogen yang sering terdapat dalam minyak
bumi antara lain adalah piridin, qinoloin, indol dan karbosol.

1.2.1.3 Komposisi Kimia Air Formasi


Air formasi atau disebut “connate water” mempunyai komposisi kimia
yang berbeda-beda antara reservoir yang satu dengan yang lainnya.
Dibandingkan dengan air laut, air formasi ini rata-rata memiliki kadar
garam yang lebih tinggi, sangat berhubungan dengan terjadinya
penyumbatan pada formasi dan korosi pada peralatan di bawah dan di
atas permukaan. Air formasi tersebut terdiri dari bahan-bahan mineral,
misalnya kombinasi metal-metal alkali dan alkali tanah, belerang, oksida
besi, dan aluminium serta bahan-bahan organis seperti asam nafta dan
asam gemuk. Sedangkan komposisi ion-ion penyusun air formasi terdiri
dari kation-kation Ca, Mg, Fe, Ba, dan anion-anion chlorida, CO 3, HCO3,
dan SO4.

1.2.2 Sifat Fisik Fluida Reservoir


Fluida reservoir terdiri dari fluida hidrokarbon dan air formasi.
Hidrokarbon sendiri terdiri dari fasa cair (minyak bumi) maupun fasa gas,
yang tergantung pada kondisi (tekanan dan temperatur) reservoir yang
ditempati. Perubahan kondisi reservoir akan mengakibatkan perubahan
fasa serta sifat fisik fluida reservoir.

1.2.2.1 Sifat Fisik Minyak


Sifat-sifat minyak bumi yaitu densitas, viskositas, faktor volume
formasi dan kompressibilitas.
1. Densitas Minyak

12
Densitas didefinisikan sebagai perbandingan berat masa suatu
substansi dengan volume dari unit tersebut, sehingga densitas minyak
(o) merupakan perbandingan antara berat minyak (lb) terhadap volume
minyak (cuft). Densitas minyak biasanya dinyatakan dalam specific
gravity minyak (o), yang didefinisikan sebagai perbandingan densitas
minyak terhadap densitas air, yang secara matematis, dituliskan :
o
o 
w

Keterangan :
o = specific gravity minyak
o = densitas minyak, lb/cuft
w = densitas air, lb/cuft

Industri perminyakan seringkali menyatakan specific gravity


minyak dalam satuan oAPI, yang dinyatakan dengan persamaan sebagai
berikut :
141,5
o
API =  131,5
o

2. Faktor Volume Formasi Minyak


Faktor volume formasi minyak (Bo) didefinisikan sebagai volume
minyak dalam barrel pada kondisi standar yang ditempati oleh satu
stock tank barrel minyak termasuk gas yang terlarut. Atau dengan kata
lain sebagai perbandingan antara volume minyak termasuk gas yang
terlarut pada kondisi reservoir dengan volume minyak pada kondisi
standard (14,7 psi, 60 F). Satuan yang digunakan adalah bbl/stb.
Perhitungan Bo secara empiris (Standing) dinyatakan dengan
persamaan :

Bo = 0.972 + (0.000147 . F 1.175)

13
 g 
F  R s .   1.25 T

 o 
Keterangan :
Rs = kelarutan gas dalam minyak, scf/stb
o = specific gravity minyak, lb/cuft
g = specific gravity gas, lb/cuft
T = temperatur, oF.

Perubahan Bo terhadap tekanan untuk minyak mentah jenuh


ditunjukkan oleh Gambar 1.10. Tekanan reservoir awal adalah Pi dan
harga awal faktor volume formasi adalah Boi. Dengan turunnya tekanan
reservoir dibawah tekanan buble point, maka gas akan keluar dan B o
akan turun.
Fo rm a tio n - Vo lu m e F a c to r, B o

Bo b

Pb
1
0 R e s e rv o ir p re s s u re , p s ia

Gambar 1.5. Hubungan antara Tekanan dan Faktor Volume Formasi Minyak (Bo)

1. Kelarutan Gas dalam Minyak


Kelarutan gas (Rs) adalah banyaknya SCF gas yang terlarut dalam
satu STB minyak pada kondisi standar 14,7 psi dan 60 F, ketika
minyak dan gas masih berada dalam tekanan dan temperatur reservoir.

Pada grafik hubungan antara tekanan dan kelarutan gas dalam


minyak (Rs), bila temperatur dianggap tetap maka Rs akan naik bila

14
tekanan naik, kecuali jika tekanan gelembung telah terlewati, maka
harga Rs akan konstan untuk minyak tidak jenuh.

Gambar 1.6. Hubungan antara Tekanan dan Kelarutan Gas dalam Minyak

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan gas


dalam minyak, diantaranya adalah sebagai berikut:
 Tekanan Reservoir
Bila temperatur dianggap tetap maka Rs akan naik bila tekanan
naik, kecuali jika tekanan gelembung telah terlewati, maka harga
Rs akan konstan untuk minyak tidak jenuh.
 Temperatur Reservoir
Jika tekanan dianggap tetap maka Rs akan turun jika temperatur
naik.
 Komposisi Minyak
Pada temperatur dan tekanan tertentu Rs akan naik dengan
turunnya berat jenis minyak atau naiknya 0API.

2. Kompressibilitas Minyak
Kompressibilitas minyak didefinisikan sebagai perubahan volume
minyak akibat adanya perubahan tekanan, secara matematis dapat
dituliskan sebagai berikut:
1  V 
Co    
V  P 

15
3. Viskositas Minyak
Viskositas didefinisikan sebagai ketahanan internal suatu fluida
untuk mengalir. Bila tekanan reservoir mula-mula lebih besar dari
tekanan gelembung (bubble point pressure), maka penurunan tekanan
akan memperkecil viscositas minyak (μo). Setelah mencapai Pb,
penurunan tekanan selanjutnya akan menaikkan harga viscositas
minyak (μo) dan dengan semakin naiknya temperatur reservoir akan
menurunkan harga viscositas minyak (μo). Hubungan antara tekanan
dan viscositas minyak dapat dilihat pada Gambar 1.13.

Gambar 1.7. Hubungan antara Tekanan dan Viscositas Minyak

Secara matematis, besarnya viskositas dapat dinyatakan dengan


persamaan :
F y
  x
A v
Keterangan :
 = viskositas, gr/(cm.sec)
F = shear stress
A = luas bidang paralel terhadap aliran, cm2
y / v = gradient kecepatan, cm/(sec.cm).

16
1.2.2.2. Sifat Fisik Gas
Sifat fisik gas yang akan dibahas adalah spesific gravity, faktor
volume formasi gas, kompresibilitas gas, faktor kompressibilitas gas,
viscositas gas.
1. Densitas Gas
Densitas atau berat jenis gas didefinisikan sebagai perbandingan
antara rapatan gas tersebut dengan rapatan suatu gas standar.
Biasanya yang digunakan sebagai gas standar adalah udara kering.
Secara matematis berat jenis gas dirumuskan sebagai berikut :
o
BJ gas 
u

2. Faktor Volume Formasi Gas


Faktor volume formasi gas (Bg) didefinisikan sebagai besarnya
perbandingan volume gas pada kondisi tekanan dan temperatur
reservoir dengan volume gas pada kondisi standar (60 F, 14,7 psia).
Pada faktor volume formasi ini berlaku hukum Boyle - Gay Lussac.
Bila satu standar cubic feet ditempatkan dalam reservoir dengan
tekanan Pr dan temperatur Tr, maka rumus - rumus gas dapat
digunakan untuk mendapatkan hubungan antara kedua keadaan dari
gas tersebut, yaitu :
P1 V1 P V
 r r
Z r Tr Z r Tr

Untuk harga P1 dan T1 dalam keadaan standar, maka diperoleh :


Z r Tr
Vr  0.0283 cuft
Pr

Untuk keadaan standar, maka Vr (cuft) harus dibagi dengan 1 scf


untuk mendapatkan volume standar. Jadi faktor volume formasi gas
(Bg) adalah :
Z r Tr
B g  0.0283 cuft / scf
Pr

17
Dalam satuan bbl / scf, besarnya Bg adalah :
Z r Tr
B g  0.00504 bbl / scf
Pr

3. Kompresibilitas Gas
Kompresibilitas gas didefinisikan sebagai perubahan volume gas
yang disebabkan oleh adanya perubahan tekanan yang
mempengaruhinya. Kompresibilitas gas didapat dengan persamaan :
C pr
Cg 
Ppc

Keterangan :
Cg = kompresibilitas gas, psia-1
Cpr = pseudo reduced kompresibilitas, psia-1 ,
Cpc = pseudocritical pressure, psia

4. Viscositas Gas
Viscositas merupakan ukuran tahanan gas terhadap aliran.
Viscositas gas hidrokarbon umumnya lebih rendah daripada
viscositas gas non hidrokarbon. Viscositas gas akan berbanding lurus
dengan temperatur dan berbanding terbalik dengan berat
molekulnya. Jadi bila berat molekulnya bertambah besar, maka
viscositasnya akan mengecil, sedangkan bila temperaturnya naik,
maka viscositasnya akan semakin besar.
Dalam viscositas sifat-sifat gas akan berlawanan dengan cairan.
Untuk gas sempurna, viscositasnya tidak tergantung pada tekanan.
Bila tekanannya dinaikkan, maka gas sempurna akan berubah
menjadi gas tidak sempurna dan sifat-sifatnya akan mendekati sifat-
sifat cairan.

5. Faktor Deviasi Gas


Penyelesaian masalah aliran gas, baik di reservoir, tubing, dan
pipa produksi membutuhkan hubungan yang menerangkan tekanan,

18
volume, dan temperatur. Untuk gas yang ideal hubungan tersebut
dinyatakan oleh persamaan keadaan :
P.V=n.R.T
dimana :
P = tekanan, psia
V = volume, scf
n = jumlah mol, lb-mol
T = temperatur, oR
R = konstanta gas = 10.73 , cuft/lb-mol

Gas yang bersifat sebagai gas nyata / real gas memiliki


persamaan diatas menjadi :

P.V=n.z.R.T

Gambar 1.8 Faktor Kompressibilitas untuk Natural Gas

19
1.2.2.3. Sifat Fisik Air Formasi
Sifat fisik minyak yang akan dibahas adalah densitas, viskositas,
kelarutan gas dalam air formasi, kompressibilitas air formasi dan faktor
volume air formasi.

1. Densitas Air Formasi


Densitas air formasi dinyatakan dalam massa per volume,
specific volume yang dinyatakan dalam volume per satuan massa
dan specific gravity, yaitu densitas air formasi pada suatu kondisi
tertentu yaitu pada tekanan 14,7 psi dan temperatur 60 F. Beberapa
satuan yang umum digunakan untuk menyatakan sifat-sifat air murni
pada kondisi standard adalah sebagai berikut : 0,999010 gr/cc ; 8,334
lb/gal; 62,34 lb/cuft; 350 lb/bbl (US); 0,01604 cuft/lb

2. Faktor Volume Formasi Air Formasi


Faktor volume air formasi (Bw) menunjukkan perubahan volume
air formasi dari kondisi reservoir ke kondisi permukaan. Faktor
volume formasi air formasi ini dipengaruhi oleh tekanan dan
temperatur, yang berkaitan dengan pembebasan gas dan air dengan
turunnya tekanan, pengembangan air dengan turunnya tekanan dan
penyusutan air dengan turunnya temperatur. Harga faktor volume
formasi air-formasi dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut:

Bw = (1 + Vwp)(1 + Vwt)
Keterangan :
Bw = faktor volume air formasi, bbl/bbl
Vwt = penurunan volume sebagai akibat penurunan suhu, oF
Vwp = penurunan volume selama penurunan tekanan, psi

20
3. Kelarutan Gas dalam Air Formasi
Standing dan Dodson telah menentukan kelarutan gas dalam air
formasi sebagai fungsi dari tekanan dan temperatur. Mereka
menggunakan gas dengan berat jenis 0,655 dan mengukur kelarutan
gas ini dalam air murni serta dua contoh air asin.

4. Kompressibilitas Air Formasi


Kompresibilitas air formasi didefinisikan sebagai perubahan
volume yang disebabkan oleh adanya perubahan tekanan yang
mempengaruhinya. Besarnya kompressibilitas air murni (C pw)
tergantung pada tekanan, temperatur dan kadar gas terlarut dalam air
murni. Secara matematik, besarnya kompressibilitas air murni dapat
ditulis sebagai berikut :
1  V 
C wp    
V  P  T

Keterangan :
Cwp = kompressibilitas air murni, psi –1
V = volume air murni, bbl
V; P = perubahan volume (bbl) dan tekanan (psi) air murni

5. Viskositas Air Formasi


Besarnya viskositas air formasi (w) tergantung pada tekanan,
temperatur dan salinitas yang dikandung air formasi tersebut.
Viskositas air murni pada tekanan atmosfir dan pada tekanan 7100
psia serta viskositas air pada kadar garam 6% pada tekanan atmosfir.

1.3. Kondisi Reservoir


Kondisi reservoir meliputi tekanan reservoir dan temperatur
reservoir, yang ternyata sangat berpengaruh terhadap sifat fisik batuan
maupun fluida reservoir. Kondisi reservoir berhubungan dengan
kedalamaan reservoir. Sehingga untuk reservoir yang berbeda, kondisinya

21
juga akan berbeda tergantung kedalamannya, pada umumnya bersifat linier
walaupun sering terjadi penyimpangan.

1.3.l. Tekanan reservoir


Adanya tekanan reservoir yang disebabkan oleh gradien kedalaman,
maka akan menyebabkan terjadinya aliran fluida di dalam formasi ke
dalam lubang sumur yang mempunyai tekanan relatif rendah. Besarnya
tekanan reservoir ini akan berkurang dengan adanya kegiatan produksi.

1.3.1.1. Tekanan Hidrostatis


Tekanan Hidrostatis merupakan suatu tekanan yang timbul akibat
adanya fluida yang mengisi pori-pori batuan, desakan oleh ekspansi gas,
dan desakan oleh gas yang membebaskan diri dari larutan akibat
penurunan tekanan selama proses produksi berlangsung. Secara empiris
dapat dituliskan sebagai berikut :
F
Ph 
A
Ph  0.052  D

Keterangan :
Ph = tekanan, psi
F = gaya bekerja pada daerah satuan luas yang bersangkutan, lb
A = luas permukaan yang menerima gaya, inch2
γ = densitas fluida rata-rata, lb/gallon
D = tinggi kolam fluida, ft

1.3.1.2. Tekanan Overburden


Tekanan overburden adalah tekanan yang diderita oleh formasi
akibat berat batuan diatasnya.
Besarnya gradien tekanan overburden yang normal biasanya
dianggap sebesar 1 psi/ft, yaitu diambil dengan menganggap berat jenis
batuan rata-rata 2,3 dari berat jenis air. Sedangkan besarnya gradien

22
tekanan air adalah 0,433 psi/ft maka gradien tekanan overburden sebesar
2,3 x 0,433 psi/ft = 1 psi/ft.

1.3.1.3 Tekanan Normal


Tekanan formasi normal adalah suatu tekanan formasi dimana
tekanan hidrostatik fluida formasi dalam keadaan normal sama dengan
tekanan kolom cairan yang ada dalam dasar formasi sampai permukaan.
Bila isi dari kolom yang terisi berbeda cairannya maka besarnya tekanan
hidrostatis akan berbeda.
Gradien tekanan berhubungan dengan lingkungan pengendapan
geologi. Karena pada umumnya sedimen diendapakan pada lingkungan
air garam, maka banyak tempat di dunia ini mempunyai gradien tekanan
antara 0,433 psi/ft sampai 0,465 psi/ft. Jadi formasi yang mempunyai
gradien tekanan formasi antara 0,433 psi/ft samapi 0,465 psi/ft
merupakan tekanan normal.

1.3.1.4. Tekanan Subnormal


Tekanan formasi subnormal adalah formasi yang mempunyai gradien
tekanan dibawah 0,433 psi/ft. Tekanan subnormal diakibatkan adanya
rekahan-rekahan batuan.

1.3.1.5. Tekanan Abnormal


Tekanan abnormal adalah tekanan formasi yang mempunyai gradien
tekanan lebih besar dari harga 0,465 psi/ft.

1.3.2. Temperatur Reservoir


Berdasarkan anggapan bahwa inti bumi berisi magma yang sangat
panas, maka dengan bertambahnya kedalaman temperaturnya akan naik.
Besar kecilnya kenaikan temperatur ini akan tergantung pada gradient
temperaturnya yang biasa disebut sebagai gradient geothermis. Besaran
gradient geothermis ini bervariasi dari satu tempat ke tempat lain, dimana
harga rata-ratanya adalah 2°F/100 ft. Gradient geothermis yang tertinggi
adalah 4°F/100 ft, sedangkan yang terendah adalah 0.5 °F/100 ft. Variasi

23
yang kecil dari gradient geothermis ini disebabkan oleh sifat konduktivitas
thermal beberapa jenis batuan.

1.4. Jenis-Jenis Reservoir


Jenis-jenis reservoir dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu :
berdasarkan perangkap reservoir, fasa fluida, dan mekanisme pendorong.

1.4.1 Berdasarkan Fasa Fluida Hidrokarbon


Fasa merupakan bagian dari zat yang mempunyai sifat yang nyata,
yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia secara seragam dalam
keseluruhan. Fasa yang penting yang terdapat dalam produksi hidrokarbon
adalah fasa cair (minyak atau kondensat) dan fasa gas (gas alam). Diagram
fasa adalah diagram tekanan dan temperatur yang merupakan fungsi
komposisi akumulasi hidrokarbon pada suatu reservoir.

1.4.2.1. Reservoir Minyak


Reservoir minyak dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu reservoir minyak
jenuh dan resevoir minyak tak jenuh.

1. Reservoir Minyak Jenuh


Reservoir minyak jenuh adalah reservoir dimana cairan
(minyak) dan gas terdapat bersama-sama dalam keseimbangan.
Keadaan ini bisa terjadi pada P dan T reservoir terdapat dibawah
garis gelembung. Titik awal dari tekanan reservoir berada dibawah
titik Pbnya, sehingga fluida reservoir ada dua fasa yaitu fasa gas dan
minyak (sebagai fasa cair). Penurunan Pres akan merubah harga GOR
produksi sebagai akibat terbebaskannya gas dari larutan.

2. Reservoir Minyak Tak Jenuh


Reservoir minyak dikatakan tak jenuh apabila dalam reservoir
hanya mengandung satu macam fasa saja yaitu cairan (minyak).
Keadaan ini dapat terjadi bila tekanan reservoirnya lebih tinggi dari
tekanan gelembungnya. Pada reservoir tak jenuh cenderung

24
mengandung komponen berat yang relatif lebih banyak
dibandingkan dengan reservoir minyak jenuh sehingga hasil yang
diperoleh di permukaan berlainan.
Adanya perbedaan fasa hidrokarbon berupa cairan seperti
minyak dan fasa gas dipengaruhi karna adanya perubahan suhu
maupun tekanan di dalam reservoir. Perubahan suhu dan tekanan
tersebut yang menyebabkan terjadi perubahan fasa selama perjalanan
hidrokarbon dari reservoir ke permukaan pada waktu hidrokarbon
tersebut diproduksikan. Keadaan ini biasanya digambarkan dengan
diagram fasa. Dengan diagram fasa ini maka reservoir dapat dibagi
menjadi beberapa jenis tergantung keberadaan fluidanya, yaitu:

a. Black oil
Black Oil terdiri dari variasi rantai hidrokarbon termasuk
molekul-molekul yang besar, berat dan tidak mudah menguap
(nonvolatile). Diagram fasa-nya mencakup rentang temperatur
yang luas. Diagram fasa dari black oil secara umum
ditunjukkan pada Gambar 1.7. Garis pada lengkungan fasa
mewakili volume cairan yang konstan, diukur sebagai
persentase dari volume total. Garis-garis ini disebut iso-vol
atau garis kualitas. Garis vertikal 1-2-3 menandakan penurunan
tekanan pada temperatur konstan yang terjadi di reservoir
selama produksi. Tekanan dan temperatur separator yang
terletak di permukaan juga ditandai.
Ketika tekanan reservoir berada pada garis 1-2, minyak
dikatakan dalam keadaan tak jenuh (undersaturated) karena
minyak dapat melarutkan banyak gas pada kondisi ini. Jika
tekanan reservoir berada pada titik - 2, minyak berada pada
titik gelembungnya dan dikatakan dalam keadaan jenuh
(saturated).

25
Minyak mengandung sebanyak mungkin larutan gas
yang dapat dikandungnya. Penurunan tekanan akan
membebaskan sebagian gas terlarut untuk membentuk fasa gas
bebas dalam reservoir.
Saat tekanan reservoir menurun mengikuti garis 2-3, gas
tambahan mengembang di dalam reservoir. Volume gas dalam
persentase adalah seratus dikurangi persentase cairan.
Sebenarnya minyak dalam keadaan jenuh di sepanjang garis 2-
3. Titik gelembung (titik - 2) merupakan kasus istimewa dari
saturasi dimana muncul gelembung gas untuk pertama kali.

Gambar 1.9. Diagram Fasa dari Black Oil

Gas tambahan yang mengembang dari minyak bergerak


dari reservoir ke permukaan. Hal ini menyebabkan penyusutan
pada minyak. Walaupun demikian, kondisi separator yang
berada pada lengkungan fasa menunjukkan bahwa jumlah
cairan yang relatif cukup besar sampai di permukaan. Apabila
diproduksikan maka minyak berat ini biasanya menghasilkan

26
gas oil ratio permukaan sebesar 500 scf/stb dengan gravity
30oAPI atau lebih. Cairan produksi biasanya berwarna hitam
dan lebih pekat lagi.

b. Volatile oil
Volatile oil mengandung relatif lebih sedikit molekul-
molekul berat dan lebih banyak intermediates (yaitu etana
sampai heksana) dibanding black oil. Diagram fasa dari
volatile oil secara umum ditunjukkan pada Gambar 1.8.

Gambar 1.10. Diagram Fasa dari Volatile Oil

Rentang harga temperatur yang tercakup lebih kecil


daripada black oil. Temperatur kritik-nya jauh lebih kecil
daripada black oil, bahkan mendekati temperatur reservoir.
Iso-vol-nya juga tidak seragam jaraknya, tetapi cenderung
melengkung ke atas di depan garis titik gelembung. Garis
vertikal menunjukkan jalur penurunan tekanan pada temperatur
konstan selama produksi. Harap diperhatikan bahwa
penurunan yang kecil pada tekanan di bawah titik gelembung,

27
titik-2, menyebabkan bebasnya sejumlah besar gas di reservoir.
Suatu volatile oil dapat menjadi gas sebesar 50% di reservoir
pada tekanan hanya beberapa ratus psi di bawah tekanan
gelembung. Iso-vol dengan persentase cairan jauh lebih kecil
melintasi kondisi separator. Oleh karena itu disebut volatile oil
(minyak yang mudah menguap). Apabila diproduksikan maka
minyak ringan ini biasanya menghasilkan gas oil ratio
permukaan sebesar kurang lebih 8000 scf/stb dengan gravity
sekitar 50oAPI. Cairan produksi biasanya berwarna gelap.

c. Reservoir Retrograde Gas


Diagram fasa untuk retrograde gas lebih kecil daripada
untuk minyak dan titik kritik-nya berada jauh di arah bawah
dari lengkungan. Perubahan tersebut merupakan akibat dari
kandungan retrograde gas yang terdiri dari lebih sedikit
hidrokarbon berat daripada minyak. Diagram fasa dari
retrograde gas memiliki temperatur kritik lebih kecil dari
temperatur reservoir dan cricondentherm lebih besar daripada
temperatur reservoir.

Gambar 1.11. Diagram Fasa dari Retrograde Gas

Bersamaan dengan menurunnya tekanan reservoir,


retrograde gas memberikan titik embun, titik-2. Dengan

28
menurunnya tekanan, cairan mengembun dari gas untuk
membentuk cairan bebas di reservoir. Cairan ini sebagian tidak
mengalir dan tidak dapat diproduksi. Jalur tekanan reservoir
pada diagram fasa menunjukkan bahwa pada beberapa tekanan
yang rendah cairan mulai mengembun. Hal ini terjadi di
laboratorium; walaupun demikian, ada kemungkinan hal ini
tidak terjadi secara luas di reservoir karena selama produksi
keseluruhan komposisi dari fluida reservoir berubah.

d. Reservoir Gas Kering (Dry Gas)


Suatu reservoir gas kering akan mengandung fraksi ringan
seperti methana dan ethana dalam jumlah banyak serta sedikit
fraksi yang lebih berat. Pada Gambar 1.10. ditunjukkan bahwa
baik kondisi separator maupun kondisi reservoirnya akan tetap
pada daerah fasa tunggal. Untuk reservoir gas kering ini tidak
akan dijumpai adanya hidrokarbon cair akibat adanya proses
penurunan tekanan dan temperatur, baik pada kondisi di
permukaan maupun di reservoir. Istilah kering disini diartikan
bebas dari hidrokarbon cair kecuali air formasi

Gambar 1.12. Diagram Fasa Dari Dry Gas

29
e. Wet Gas
Wet gas akan mengandung komponen (fraksi) berat lebih
besar dibandingkan reservoir gas kering sehingga akan
menghasilkan diagram fasa yang lebih besar dan menggeser
titik kritis pada temperatur yang lebih tinggi, seperti
ditunjukkan pada Gambar 1.11. Dari gambar tersebut terlihat
bahwa fluida yang mengisi reservoir gas basah pada setiap saat
akan berbentuk fasa tunggal. Pada kondisi separator, reservoir
gas basah ini akan ditunjukkan oleh adanya daerah dua fasa
dimana cairan yang dihasilkan merupakan hasil kondensasi
yang terjadi di separator.
Perlu diperhatikan bahwa didalam reservoir gas basah
tidak akan terjadi kondensasi retrograde isothermal selama
proses penurunan tekanan, cairan yang terbentuk dalam
separator dalam jumlah yang sedikit dan komponen berat yang
terdapat dalam campuran relatif kecil. Dalam reservoir gas
basah biasanya ditunjukkan oleh GOR antara 6000 sampai
10000 cuft/bbl dengan derajat gravity lebih besar dari 600 API.

Gambar 1.13. Diagram Fasa Dari Wet Gas

30
1.4.2 Berdasarkan Mekanisme Pendorong
Mekanisme pendorong adalah tenaga yang dimiliki oleh reservoir
secara alamiah yang digunakan untuk mendorong minyak selama produksi
ke permukaan. Proses pendorongan akan terjadi bila energi produksinya
lebih besar dari seluruh energi yang hilang selama aliran fluida reservoir
menuju lubang bor.
Sumber energi alamiah yang digunakan untuk memindahkan minyak
dan gas dari reservoir ke lubang sumur meliputi energi gravitasi minyak
yang bekerja jarak vertikal dari kolom produktifnya, energi penekanan
akibat dari pembebasan gas yang terlarut dalam minyak atau air, energi
sebagai akibat kompresi dari minyak dan air dalam daerah produksi dari
reservoirnya, energi kompresi air yang berada di sekeliling zona produksi,
energi yang berasal dari pengaruh tekanan kapiler serta energi yang berasal
dari kompresi batuannya sendiri. Berdasarkan pengaruh yang paling
dominan dari setiap sumber energi diatas, maka mekanisme pendorong
reservoir yang utama adalah water drive, gas cap drive, solution gas drive,
segregation drive, dan combination drive.

1.4.2.1. Water Drive Reservoir


Energi pendesakan yang mendorong minyak untuk mengalir adalah
berasal dari air yang terperangkap bersama-sama dengan minyak pada
batuan reservoirnya.
Dilihat dari terbentuknya batuan reservoir water drive, maka air
merupakan fluida pertama yang menempati pori-pori reservoir. Tetapi
dengan adanya migrasi minyak bumi maka air yang berada disana
tersingkir dan digantikan oleh minyak. Dengan demikian karena volume
minyak ini terbatas, maka bila dibandingkan dengan volume air yang
merupakan fluida pendesaknya akan jauh lebih kecil (Gambar 1.12.).
Ditinjau dari cara pendesakannya Water Drive ini dibedakan menjadi
3 macam, yaitu :
 Edge Water Drive

31
 Bottom Water Drive
 Kombinasi Edge Water Drive dengan Bottom Drive

Gambar 1.14. Water Drive Reservoir

Produksi air pada awal produksi sedikit, tetapi apabila permukaan air
telah mencapai lubang bor maka mulai mengalami kenaikan produksi
yang semakin lama semakin besar secara kontinyu sampai sumur tersebut
di tinggalkan karena produksi minyaknya tidak ekonomis .Untuk
reservoir dengan jenis pendesakan water drive maka bagian minyak yang
terproduksi akan lebih besar jika dibandingkan dengan jenis pendesakan
lainnya, yaitu antara 35 - 75% dari volume minyak yang ada. Sehingga
minyak sisa (residual oil) yang masih tertinggal didalam reservoir akan
lebih sedikit.
Dapat disimpulkan suatu reservoir dengan tenaga pendorong air ini
mempunyai kelakuan seperti dibawah ini :
 Penurunan tekanan reservoir terlihat agak lambat.
 GOR rendah dan relatif konstan
 WOR naik dengan cepat dan kontinyu
 Recovery-nya cukup tinggi yaitu sekitar 35 - 75%

32
Gambar 1.15. Karakteristik Tekanan, PI, dan GOR Pada Water Drive Reservoir

1.4.2.2 Gas Cap Drive Reservoir


Mekanisme yang terjadi pada gas cap reservoir ini adalah minyak
pertama kali diproduksikan, permukaan antara minyak dan gas akan
turun, gas cap akan berkembang ke bawah selama produksi berlangsung.
Untuk jenis reservoir ini, umumnya tekanan reservoir akan lebih konstan
jika dibandingkan dengan solution gas drive. Hal ini disebabkan bila
volume gas cap drive telah demikian besar, maka tekanan minyak akan
jadi berkurang dan gas yang terlarut dalam minyak akan melepaskan diri
menuju ke gas cap, dengan demikian minyak akan bertambah ringan,
encer, dan mudah untuk mengalir menuju lubang bor (Gambar 1.14.).
Kenaikan gas oil ratio juga sejalan dengan pergerakan permukaan ke
bawah, air hampir-hampir tidak diproduksikan sama sekali. Karena
tekanan reservoir relatip kecil penurunannya, juga minyak berada di
dalam reservoirnya akan terus semakin ringan dan mengalir dengan baik,
maka untuk reservoir jenis ini akan mempunyai umur dan recovery
sekitar 20 - 40 %, yang lebih besar jika dibandingkan dengan jenis
solution gas drive. Sehingga residu oil yang masih tertinggal di dalam
reservoir ketika lapangan ini ditutup adalah lebih kecil jika dibandingkan
dengan jenis solution gas drive.
Dapat disimpulkan suatu reservoir dengan tenaga pendorong gas ini
mempunyai kelakuan seperti dibawah ini :

33
 Tekanan reservoir akan turun dengan lambat dan berlangsung secara
kontinyu
 GOR akan meningkat terus
 Produksi air diabaikan
 Perolehan minyak dapat mencapai 20 - 40 % dari total cadangan awal
dalam reservoir (initial oil in place).

Gambar 1.16. Gas Cap Drive Reservoir

1.4.2.3 Solution Gas Drive Reservoir


Reservoir jenis ini disebut solution gas drive, depletion gas drive,
atau internal gas drive, disebabkan oleh karena energi pendesak
minyaknya adalah terutama dari perubahan fasa pada hidrokarbon-
hidrokarbon ringannya yang semula merupakan fasa cair menjadi gas.
Kemudian gas yang terbentuk ini ikut mendesak minyak ke sumur
produksinya pada saat penurunan tekanan reservoir karena produksi

34
Gambar 1.17. Solution Gas Drive Reservoir

Pada awal produksi, karena gas yang dibebaskan dari minyak masih
terperangkap pada sela-sela pori batuan, maka gas oil ratio produksi akan
lebih kecil jika dibandingkan dengan gas oil ratio reservoir. Gas oil ratio
produksi akan bertambah besar bila gas pada saluran pori-pori tersebut
mulai bisa mengalir, hal ini terus-menerus berlangsung hingga tekanan
reservoir menjadi rendah. Bila tekanan telah cukup rendah maka gas oil
ratio akan menjadi berkurang sebab volume gas di dalam reservoir
tinggal sedikit. Dalam hal ini gas oil produksi dan gas oil ratio reservoir
harganya hampir sama. Pada Gambar 1.15. memperlihatkan karakteristik
tekanan dan GOP pada reservoir depletion drive.
Air yang diproduksikan dari reservoir ini sangat sedikit bahkan
hampir-hampir tidak ada. Hal ini karena reservoir jenis ini sifatnya
terisolir, sehingga meskipun terdapat connate water tetapi hampir-hampir
tidak dapat diproduksi atau ikut terproduksi bersama minyak.
Recovery yang mungkin diperoleh sekitar 5 - 30 %. Dengan
demikian untuk reservoir jenis ini pada tahap teknik produksi primernya
akan meninggalkan residual oil yang cukup besar. Sehingga bila sisa
minyak ini akan diproduksikan juga, maka perlu dipergunakan suatu

35
energi tertentu ke dalam suatu reservoir untuk mempengaruhi tekanan
atau sifat fisik sistem fluida reservoirnya, sehingga dengan demikian
diharapkan sisa minyak yang tertinggi dapat diperkecil.
Dapat disimpulkan suatu reservoir solution gas drive mempunyai
kelakuan seperti dibawah ini :
 Tekanan reservoir turun dengan cepat dan berlangsung secara
kontinyu.
 Perbandingan gas-minyak (GOR) mula-mula cukup rendah, kemudian
naik sampai maksimum dan turun dengan tajam.
 Efisiensi perolehan minyak berkisar 5 - 30 %
 Produksi air dianggap tidak ada.

1.4.2.4 Segregation Drive Reservoir


Segregation drive reservoir atau gravity drainage merupakan energi
pendorong minyak bumi yang berasal dari kecenderungan gas, minyak,
dan air membuat suatu keadaan yang sesuai dengan massa jenisnya
(karena gaya gravitasi).
Pada awal dari reservoir ini, gas oil ratio dari sumur-sumur yang
terletak pada struktur yang lebih tinggi akan cepat meningkat sehingga
diperlukan suatu program penutupan sumur-sumur tersebut. Diharapkan
dengan adanya program ini perolehannya minyaknya dapat mencapai
maksimum.
Besarnya gravity drainage dipengaruhi oleh gravity minyak,
permeabilitas zona produktif, dan juga dari kemiringan dari formasinya.
Faktor-faktor kombinasi seperti misalnya, viskositas rendah, specific
gravity rendah, mengalir pada atau sepanjang zona dengan permeabilitas
tinggi dengan kemiringan lapisan cukup curam, ini semuanya akan
menyebabkan perbesaran dalam pergerakan minyak dalam struktur
lapisannya.

36
Gambar 1.18. Gravitational Segregation Drive Reservoir

Dalam reservoir gravity drainage perembesan airnya kecil atau


hampir tidak ada produksi air. Laju penurunan tekanan tergantung pada
jumlah gas yang ada. Jika produksi semata-mata hanya karena gas
gravitasi, maka penurunan tekanan dengan berjalannya produksi akan
cepat. Hal ini disebabkan karena gas yang terbebaskan dari larutannya
terproduksi pada sumur struktur sehingga tekanan cepat akan habis.
Recovery yang mungkin diperoleh dari jenis reservoir gravity
drainage ini sangat bervariasi. Bila gravity drainage baik, atau bila laju
produksi dibatasi untuk mendapatkan keuntungan maksimal dari gaya
gravity drainage ini maka recovery yang didapat akan tinggi. Pernah
tercatat bahwa recovery dari gravity drainage ini melebihi 80% dari
cadangan awal (IOIP). Pada reservoir dimana bekerja juga solution gas
drive ternyata recovery-nya menjadi lebih kecil.
Dapat disimpulkan suatu reservoir jenis ini mempunyai kelakuan :
 Penurunan tekanan relatif cepat
 GOR naik dengan cepat hingga maksimum kemudian turun secara
kontinyu
 Produksi air sangat kecil bahkan diabaikan
 Recovery sekitar 20 - 60 %

1.4.2.5 Combination Drive Reservoir


Sebelumnya telah dijelaskan bahwa reservoir minyak dapat dibagi
dalam beberapa jenis sesuai dengan jenis energi pendorongnya. Tidak

37
jarang dalam keadaan sebenarnya energi-energi pendorong ini bekerja
bersamaan dan simultan. Bila demikian, maka energi pendorong yang
bekerja pada reservoir itu merupakan kombinasi beberapa energi
pendorong, sehingga dikenal dengan nama combination drive reservoir.
Kombinasi yang umum dijumpai adalah antara gas cap drive dengan
water drive. Sehingga sifat-sifat reservoirnya jadi lebih kompleks jika
dibandingkan dengan energi pendorong tunggal.
Untuk reservoir minyak jenis ini, maka gas yang terdapat pada gas
cap akan mendesak kedalam formasi minyak, demikian pula dengan air
yang berada pada bagian bawah dari reservoir tersebut. Pada saat
produksi minyak tidak sempat berubah fasa menjadi gas sebab tekanan
reservoir masih cukup tinggi karena dikontrol oleh tekanan gas dari atas
dan air dari bawah. Dengan demikian peristiwa depletion untuk reservoir
jenis ini dikatakan tidak ada, sehingga minyak yang masih tersisa di
dalam reservoir semakin kecil karena recovery minyaknya tinggi dan
efesiensi produksinya lebih tinggi.
Dapat disimpulkan suatu reservoir jenis ini mempunyai kelakuan
seperti dibawah ini :
 Penurunan tekanan relatif cukup cepat
 WOR akan naik secara perlahan
 Jika ada gas cap maka sumur-sumur yang terletak di struktur atas dari
reservoir tersebut akan mengalami peningkatan GOR dengan cepat.
 Faktor perolehan dari combination drive adalah lebih besar
dibandingkan dengan solution gas drive tetapi lebih kecil jika
dibandingkan dengan gas cap dan water drive.

1.5 Penentuan Cadangan


Cadangan adalah kuantitas (jumlah volume) minyak dan gas yang dapat
diperoleh atau diproduksikan secara komersial. Cadangan dapat ditindak
lanjuti untuk dihitung apabila telah memenuhi beberapa kriteria, antara lain
adalah :

38
1. Telah diketemukan (discovered)
2. Dapat diambil (recoverable)
3. Memenuhi syarat komersialitas (commercial)
4. Adanya sejumlah volume yang tersisa (remaining).
Apabila telah terjadi produksi, maka cadangan terbukti sering disebut
“estimed remaining reserves” atau cadangan terbukti yang tertinggal. Jumlah
produksi dan cadangan terbukti yang tertinggal disebut “estimated ultimate
recovery” atau cadangan ultimate, sedangkan jumlah total minyak didalam
reservoir disebut sebagai “Initial Oil In Place” (IOIP), hanya sebagian IOIP
yang bisa diproduksikan sehingga menjadi cadangan terbukti.

EUR = CUM + ERR

dimana :
EUR : Estimed Ultimate Recovery atau cadangan ultimate
CUM : Cummulatif Production
ERR : Estimated Remaining Reserves atau cadangan terbukti tertinggal
IOIP = N : Initial Oil In Place atau Jumlah minyak didalam reservoir dan
bukan jumlah yang dapat diproduksikan
RF : Recovery Factor adalah presentase dari IOIP yang dapat
diproduksikan (RF = Cadangan Terbukti/IOIP)

Sebelum memasuki pokok materi yang akan dibahas, untuk lebih


memudahkan dalam pemahamannya, maka perlu mengetahui beberapa istilah
yang sering digunakan dalam menentukan cadangan atau pada umumnya
dipakai dalam Teknik Reservoir. Istilah tersebut meliputi pengertian
cadangan, remaining recoverable reserve, serta recovery factor.
 Cadangan atau reserve, merupakan jumlah hidrokarbon yang ditemukan
dalam batuan reservoir dan hidrokarbon yang diproduksikan. Jumlah
minyak yang dapat diproduksi sampai batas ekonominya disebut Ultimate
Recovery. Jumlah minyak yang ada dalam reservoir pada keadaan awal

39
sebelum reservoir tersebut diproduksi disebut Original Oil In Place
(OOIP).
 Remaining Recoverable Reserve, yaitu jumlah hidrokarbon yang tersisa,
yang masih memungkinkan untuk dapat diproduksikan sampai batas
ekonominya.
 Recovery Factor, merupakan angka perbandingan antara hidrokarbon yang
dapat diproduksikan dengan jumlah minyak mula-mula dalam reservoir.
Recovery factor dipengaruhi oleh mekanisme pendorong, sifat fisik batuan
dan fluida reservoir tersebut.

Metode yang digunakan untuk memperkirakan besarnya cadangan yaitu


berdasarkan pada urutan proses eksplorasi reservoir dan untuk memudahkan
pemahaman, metode yang dapat digunakan dalam perhitungan cadangan
reservoir adalah sebagai berikut:

1.5.1 Metoda Volumetrik


Perkiraan cadangan hidrokarbon dengan menggunakan metoda
volumetrik merupakan salah satu metoda yang paling sederhana, dimana
dilakukan sebelum tahap pengembangan dan data-data yang dibutuhkan
juga belum banyak, hanya data-data geologi serta sebagian data-data
batuan dan fluida reservoir.
Data-data yang dibutuhkan untuk melakukan perkiraan cadangan
adalah Vb, Ø, Swi, Boi, dan Bgi. Data sifat-sifat fisik batuan dan fluida
reservoir diperoleh dari hasil laboratorium, sedangkan untuk menentukan
Vb diperlukan data-data geologi yang representatif.
Untuk menghitung bulk volume, harus dibuat peta isopach terlebih
dahulu. Peta isopach yaitu suatu peta yang menggambarkan garis-garis
yang menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketebalan yang sama
dari lapisan produktif.

1.5.2 Metoda Material Balance

40
Metoda material balance dapat digunakan untuk memperkirakan besar
cadangan reservoir, dimana data-data produksi yang diperoleh sudah
cukup banyak. Prinsip dari metoda material balance ini didasarkan pada
prinsip kesetimbangan volumetrik yang menyatakan bahwa, apabila
volume suatu reservoir konstan, maka jumlah aljabar dari perubahan-
perubahan volume minyak, gas bebas dan air dalam reservoir harus sama
dengan nol.
Persamaan umum material balance untuk menghitung cadangan
adalah sebagai berikut:

N=

(Np = kumulatif produksi; B = faktor volume formasi; Rp = gas oil ratio,


SCF/STB; Rsi = kelarutan gas dalam minyak pada tekanan awal,
SCF/STB; We = water influx; WpBw = produksi air; subscript: t = total, i
= pada tekanan awal).
Persamaan umum material balance tersebut diatas, akan berubah
tergantung dari jenis mekanisme pendorong dari reservoirnya, dengan
ketentuan sebagai berikut:
 Solution Gas Drive reservoir, m = 0, Wp = 0, We = 0.
 Water Drive reservoir, m = 0.
 Gas Cap Drive reservoir, We = 0.
 Combination Drive reservoir berlaku persamaan umum.

1.5.3 Metoda Decline Curve


Secara alamiah, laju produksi akan mengalami penurunan sejalan
dengan waktu. Decline curve merupakan suatu metoda yang
menggambarkan penurunan kondisi reservoir dan produksinya terhadap
waktu. Pada prinsipnya, metoda decline curve adalah membuat grafik

41
hubungan antara laju produksi terhadap waktu atau laju produksi terhadap
produksi kumulatif.
Bentuk kurva penurunan laju produksi dapat dibagi menjadi tiga,
yaitu:
 Exponential decline,
 Hyperbolic decline dan
 Harmonic decline.
1.5.4 Uji Sumur
Tujuan utama dari suatu pengujian sumur hidrokarbon, atau yang
telah dikenal luas dengan sebutan “Well Testing”, yaitu untuk menentukan
kemampuan suatu lapisan atau formasi untuk berproduksi. Wellbore
storage merupakan lubang sumur yang tersi fluida, dimana tekanan
pengukuran belum mencerminkan tekanan reservoir tetapi menentukan
tekana kondisi lubang sumur. Sehingga wellbore storage tekananmula-
mulanya yang masih shadow pressure karena effect penumpukan masa.
Apabila pengujian ini dirancang secara baik dan memadai, kemudian
hasilnya dianalisa secara tepat, maka akan banyak sekali informasi-
informasi yang sangat berharga akan didapatkan seperti:
 Permeabilitas efektif fluida
 Kerusakan atau perbaikan formasi disekeliling lubang bor yang
diuji
 Tekanan reservoir
 Batas suatu reservoir
 Bentuk radius pengurasan
 Keheterogenan suatu lapisan

Jenis uji sumur yang biasa digunakan antara lain adalah:


a. Drill Steam Test (DST)
Drill Steam Test merupakan uji sumur yang digunakan untuk
memastikan apakah suatu formasi dapat dikategorikan sebagai formasi
produktif atau tidak. Dilihat dari hasil analisa cutting dan logging. Pada

42
drill steam test ini menggunakan rangkaian peralatan DST
disambungkan dengan rangkaian drill string kemudian diturunkan
sampai zona test.
b. Uji Tekanan (Pressure Test)
Pressure Test menggunakan prinsip pengukuran perubahan tekanan
terhadap waktu selama periode penutupan atau pada periode pengaliran.
Penutupan sumur dimaksudkan untuk mendapatkan keeimbangan
tekanan dieluruh reservoir, peridoe pengaliran sebelum atau sesudah
periode penutupan dengan laju konstan. Parameter yang diukur adalah
tekanan static (Pws), tekanan aliran dasar sumur (Pwf), tekanan awal
reservoir (Pi), skin factor (S), permeabilitas rata-rata (k), volume
pengurasan (Vd) dan radius pengursan (re).
Metode uji tekanan pada sumur minyak yang umum digunakan ada dua
macam, yaitu:
a) Pressure Build-Up Test
Uji build-up tekanan adalah suatu teknik pengujian tekanan
transien yang paling sering digunakan. Build-Up test sering
digunakan untuk menstabilkan rate dan stabil pressure. Pada
dasarnya, pengujian ini dilakukan pertama-tama dengan
memproduksi sumur selama suatu selang waktu tertentu dengan
laju aliran yang tetap, kemudian menutup sumur tersebut. PBU
dapat dilakukan saat periode pengeboran maupun selama periode
produksi.
Asumsi dalam pengujian pressure Build-Up Test:
1) Sumur ditutup tepat di depan perforasi.
2) Tidak ada aliran masuk kedalam sumur.
3) Fluida didalam reservoir mengair menuju sekeliling sumur
sampai tekanan diseluruh reservoir sama.
b) Pressure Draw-down Test
Pressure drawdown testing adalah suatu pengujian yang
dilaksanakan dengan jalan membuka sumur dan mempertahankan

43
laju produksi tetap selama pengujian berlangsung. Sebagai syarat
awal, sebelum pembukaan sumur tersebut, tekanan hendaknya
seragam diseluruh reservoir yaitu dengan menutup sumur
sementara waktu agar dicapai keseragaman tekanan reservoirnya.
Pengujian pressure drawdown biasanya digunakan pada sumur:
1) Sumur baru
2) Sumur lama yang telah ditutup sekian lama sekian lama
hingga dicapai

Apabila didesain secara memadai, perolehan dari pengujian ini mencakup


banyak informasi yang berharga seperti permeabilitas formasi, faktor skin
dan volume pori-pori yang berisi fluida.
Seperti yang telah dikatakan sebelumnya adalah :
1. Idealnya sumur yang diuji ditutup sampai tekanan mencapai
tekanan statik reservoirnya. Tuntutan ini bisa terjadi pada reservoir-
reservoir yang baru, tapi jarang dapat dipenuhi pada reservoir-reservoir
yang telah lama atau tua.
2. Laju produksi disaat drawdown harus dipertahankan tetap selama
pengujian. Laju aliran dianggap tetap dan penurunan tekanan dasar sumur
dimonitor secara kontinyu. Pada pengujian ini segala data komplesi harus
diketahui agar efek dan lamanya well bore storage dapat diperkirakan.

Keuntungan melakukan pengujian jenis ini adalah dapat memperoleh


produksi minyak sewaktu pengujian (tidak seperti pada buidup test) dan
keuntungan secara teknis adalah kemungkinan dapat memperkirakan
volume reservoir. Sedangkan kelemahan yang utama adalah sukar sekali
mempertahankan laju aliran tetap selama pengujian berlangsung.

1.6. Enhanced Oil Recovery (EOR)


Enhanced Oil Recovery (EOR) adalah suatu mekanisme yang
digunakan pada tahapan tertiary recovery untuk meningkatkan produksi
minyak setelah tahapan primary dan secondary recovery. Perolehan

44
Minyak Tahap Lanjut (EOR) merupakan perolehan minyak dengan cara
menginjeksikan suatu zat yang berasal dari salah satu atau beberapa
metode pengurasan yang menggunakan energi luar reservoir. Jenis energi
yang digunakan adalah salah satu atau gabungan dari energi mekanik,
energi kimia dan energi termik.
Perolehan minyak yang berasal dari injeksi tak tercampur, injeksi
tercampur, injeksi kimiawi dan injeksi thermal merupakan perolehan
minyak tahap lanjut, karena reservoir minyak memperoleh bantuan
energi dari luar pada semua metode tersebut. Jenis energi luar yang
dipakai merupakan salah satu atau gabungan dari energi mekanik, energi
kimiawi dan energi thermal. Metode Enhanced Oil Recovery (EOR)
dapat digunakan pada awal produksi suatu reservoir atau sebelum
produksi secara alamiah yang ekonomis berakhir.
Konsep dasar dari metode EOR ini sendiri ada tiga macam, yaitu:
1. Primary Recovery
Primary recovery merupakan suatu metode produksi fluida
reservoir yang disebabkan oleh ekspansi dari gas atau liquid di
dalam reservoir itu sendiri atau oleh karena influx air dari aquifer.
2. Secondary Recovery
Secondary recovery merupakan suatu metode produksi fluida
reservoir yang disebabkan oleh injeksi fluida kedalam reservoir
dengan menggunakan fluida yang sama dengan fluida reservoir,
apakah itu bagian produksi dari reservoir bersangkutan atau
reservoir lainnya, seperti water atau gas injection.
3. Tertiary Recovery
Tertiary Recovery merupakan suatu metode produksi fluida
reservoir yang disebabkan oleh injeksi fluida atau hal lainnya ke
dalam reservoir dimana fluida yang diinjeksikan tersebut tidak
sama dengan fluida reservoir, seperti chemicals, steam atau solvent.

45
Gambar 1.19 Diagram Alir Metode-metode EOR untuk Peningkatan Recovery
Besarnya cadangan di seluruh dunia yang dapat digolongkan
sebagai cadangan yang tidak dapat diproduksikan dengan metode primer
adalah sebesar 2.0 triliun barrel. Tahap produksi primer hanya dapat
memproduksi 1/3 dari OOIP, dimana 2/3 dari OOIP tidak dapat
diproduksi dengan teknologi konvensional.
Karena besarnya cadangan yang tersisa tersebut sehingga
mendorong dilakukan berbagai cara untuk meningkatkan perolehan
minyak di reservoir setelah tenaga pendorong alamiahnya berkurang.
Penerapan teknologi EOR diharapkan dapat memproduksi sekitar 20% -
30% dari cadangan minyak sisa tersebut.

1.6.1. Faktor Utama Yang Mempengaruhi Efektivitas EOR


Ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi efektivitas EOR,
yaitu :
a. Kedalaman
Kedalaman reservoir merupakan faktor penting dalam menentukan
keberhasilan EOR dari segi teknik dan ekonomi. Dari segi ekonomi
adalah jika kedalaman reservoir kecil maka biaya pemboran juga
akan kecil, demikian pula jika dilakukan injeksi gas maka biaya
kompresor juga akan kecil.
b. Kemiringan

46
Faktor kemiringan mempunyai arti penting jika terdapat rapat
massa antara fluida pendesak dan fluida yang didesak cukup besar.
Pengaruh kemiringan tidak terlalu besar, jika kecepatan pendesakan
besar.
c. Heterogenitas Reservoir
Heterogenitas atau Ketidakseragaman reservoir adalah variasi sifat
fisik dan kimia penyusun batuan dan fluida reservoar. Struktur
reservoar sesungguhnya sangat komplek, proses-proses geologi
menyebabkan ketidakseragaman batuan reservoar.

1.6.2. Metode-metode Enhanced Oil Recovery (EOR)


1.6.2.1. Injeksi Tak Tercampur (Immiscible Flood)
Pendesakan tak tercampur adalah menginjeksikan fluida yang
mempunyai sifat tidak mencampur (immicible) ke dalam reservoir.
Injeksi tak tercampur dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: injeksi air
dan injeksi gas. Injeksi tak tercampur merupakan proses pendesakan
minyak oleh fluida yang tidak bercampur, fluida pendesak dalam hal ini
dapat berupa air atau gas. Proses pendesakan disebut injeksi air (water
flooding) apabila air sebagai fluida pendesaknya, sedangkan proses
pendesakan disebut injeksi gas (gas flooding) apabila gas sebagai fluida
pendesaknya.
A. Injeksi Air (Waterflooding)
Injeksi air atau Waterflooding merupakan metode perolehan
tahap kedua dengan menginjeksikan air ke dalam reservoir untuk
mendapatkan tambahan perolehan minyak yang bergerak dari
reservoir menuju ke sumur produksi setelah reservoir tersebut
mendekati batas ekonomis produktif melalui perolehan tahap
pertama.
Proses penginjeksian air (water flooding) dari permukaan
bumi ke dalam reservoir minyak adalah didasarkan pada suatu
kenyataan bahwa air aquifer berperan sebagai pengisi atau

47
pengganti minyak yang terproduksi, disamping berperan sebagai
media pendesak. Sedangkan pertimbangan dilakukan water
flooding adalah bahwa sebagian besar batuan reservoir bersifat
water wet (sifat kebasahan), sehingga fasa air lebih banyak
ditangkap oleh batuan akibatnya minyak akan terdesak dan
bergerak ketempat lain (permukaan sumur). Pertimbangan lain
dilakukan injeksi air adalah :
1. Saturasi minyak sisa (Sor) cukup besar
2. Recoverynya 30% _ 40% dari original oil in place (OOIP)
3. Air murah dan mudah diperoleh
4. Mudah menyebar ke seluruh reservoir dan kolom air
memberikan tekanan yang cukup besar dan efisiensi
penyapuan yang cukup tinggi.
5. Berat kolom air dalam sumur injeksi turut menekan, sehingga
cukup banyak mengurangi besarnya tekanan injeksi yang
perlu diberikan di permukaan, jika dibandingkan dengan
injeksi gas, dari segi berat air sangat menolong.
6. Efisiensi pendesakan air juga cukup baik, sehingga harga Sor
sesudah injeksi air = 30% cukup mudah didapat.

Gambar 1.20. Skema dari Waterflooding

48
Pelaksanaan injeksi air membutuhkan persediaan air yang
cukup besar. Persediaan air dapat diperoleh dari air permukaan
(danau, sungai, laut) ataupun bawah permukaan. Syarat-syarat air
untuk injeksi antara lain:
 Tersedia dalam jumlah yang cukup selama masa injeksi
 Tidak mengandung padatan-padatan yang tidak dapat larut
 Stabil secara kimiawi dan tidak mudah bereaksi dengan
elemen-elemen yang terdapat dalam sistem injeksi dan
reservoir.

B. Injeksi Gas
Prinsip proses injeksi gas tak tercampur dalam teknik
produksi lanjut sama dengan proses injeksi air (water flooding).
Gas yang diinjeksikan biasanya merupakan gas hidrokarbon.
Injeksi gas dilakukan jika terdapat sumber gas dalam jumlah yang
besar dan cukup dekat letaknya termasuk gas yang berasal dari
ikutan produksi minyak. Injeksi gas juga dapat dilakukan untuk
menguras minyak yang tersembunyi pada bagian atas reservoir
yang terhalang oleh patahan atau kubah garam, minyak ini sering
disebut attic oil.
Beberapa alasan mendasar yang menyebabkan tidak
efisiennya gas sebagai fluida pendesak, antara lain:
1. Gas biasanya bersifat tidak membasahi batuan reservoir,
sehingga gas akan bergerak melalui pori-pori yang lebih
besar dan bergerak lebih cepat dari minyak. Gas yang
diinjeksikan dapat mendesak gas lebih banyak daripada
minyak apabila terdapat saturasi gas awal yang menempati
pori-pori yang lebih besar.

49
2. Fluida gas mempunyai viskositas yang relatif jauh lebih kecil
daripada minyak, sehingga gas cenderung melewati minyak
bukan mendesaknya.
3. Fluida gas merupakan fluida non-wetting dan menempati
pori-pori yang lebih besar dimana aliran paling mudah
terjadi, sehingga permeabilitas relatif gas akan naik secara
drastis dan permeabilitas relatif minyak akan turun secara
drastis. Mobilitas gas akan bertambah seiring dengan
bertambahnya permeabilitas relatif gas, akibatnya masalah
channeling semakin bertambah. Harga saturasi minyak
residual (Sor) akan cukup besar pada akhir proses
pendesakan gas.

1.6.2.2. Injeksi Tercampur (Miscible Flood)


Injeksi tercampur didefinisikan sebagai pendesakan suatu fluida
terhadap minyak yang menghasilkan pencampuran antara fluida
pendesak terhadap minyak sehingga hasil campuran ini dapat keluar dari
pori-pori dengan mudah sebagai satu fluida. Dalam hal efisiensi
pendesakan dalam pori-pori sangat tinggi.
Injeksi tercampur ini dapat dilakukan dengan dua cara dalam
pemakaian fluida injeksinya, yaitu:
1. Menginjeksikan fluida (pelarut) yang langsung bercampur dengan
minyak (absolutely miscible). Fluida ini mahal sehingga biasanya
hanya diinjeksikan dalam jumlah secukupnya untuk membuat
tembok yang diikuti oleh fluida pendesak lain yang tidak begitu
mahal. Jenis pelarut yang dapat bercampur ini antara lain: alkohol,
liquid petroleum gas (LPG) dan propana.
2. Menginjeksikan fluida yang dapat bercampur dengan minyak pada
tekanan, temperatur dan komposisi kimia tertentu

50
(thermodinamically miscible). Jenis fluida tersebut antara lain: gas
CO2, gas inert, gas yang diperkaya dan gas kering pada tekanan
tinggi.

A. CO2 Flooding
Injeksi gas CO2 atau sering juga disebut sebagai injeksi gas
CO2 tercampur yaitu dengan menginjeksikan sejumlah gas CO2 ke
dalam reservoir dengan melalui sumur injeksi sehingga dapat
diperoleh minyak yang tertinggal.
a. Mekanisme Injeksi CO2
Mekanisme dasar injeksi CO2 adalah bercampurnya
CO2 dengan minyak dan membentuk fluida baru yang lebih
mudah didesak dari pada minyak reservoir awal. Ada empat
jenis mekanisme pendesakan injeksi CO2.
Dalam pelaksanaan ini, gas CO2 yang diinjeksikan,
dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut :
 Injeksi CO2 secara kontinyu selama proyek
berlangsung.
 Injeksi slug CO2 diikuti air.
 Injeksi slug CO2 dan air secara bergantian.
 Injeksi CO2 dan air secara simultan.
Gambar 1.21. Skema dari CO2 Flood

51
Kelebihan dan Kerugian dari penginjeksian CO2 diantaranya
adalah sebagai berikut :
1. Kelebihan Proses CO2
 Kelarutan dapat terjadi pada pressure yang relatif rendah.
 Pada kondisi gas terlarut akan menghasilkan efisiensi
displacement yang maksimal.
 Proses ini akan membantu menngkatkan perolehan untuk
reservoir dengan depletion drive.
 Jika dibandingkan dengan injeksi gas lainnya, proses ini
lebih unggul karena dapat menurunkan residual minyak
(Sor).

2. Kerugian Proses CO2


 Proses ini mahal dalam transportasi
 Untuk kondisi tertentu, proses ini bisa memberikan
efisiensi pengurasan yang rendah sebagai efek gravity
segregation.
 Meningkatnya korosi pada fasilitas permukaan dan
sumur.
 Perlu penanganan khusus untuk proses recycling CO2
yang diproduksikan.

B. Nitrogen/Flue Gas Flooding


Gas alam telah lama diinjeksikan ke dalam reservoir dengan
hasil yang memuaskan di seluruh dunia. Pada kebanyakan reservoir
injeksi gas alam dapat mempertahankan tekanan. Akan tetapi
keterbatasan survei dan biaya yang semakin meningkat membuat
perlunya membuat suatu gas alternatif. Gas yang tidak reaktif

52
(inert gas) seperti N2 murni atau campuran yang didominasi N2
dapat dijadikan alternatif pengganti gas alam.

Gambar 1.22. Skema dari Nitrogen Flood

Kelebihan dan Kekurangan Injeksi Gas Inert (N2)


1. Kelebihan dari gas inert adalah :
 Keuntungan utama dari gas inert dibandingkan dengan gas
alam bahwa dari hasil pembakaran gas alam akan
diperoleh gas hasil pembakaran atau gas inert sebanyak 5
sampai 10 kali volume gas alam yang dibakar.
 Jika tudung gas ada, injeksi gas ini akan mencegah
terjadinya perembesan minyak ke dalam zona tudung gas.
Gas inert akan lebih suka tinggal sebagai residu pada saat
abandonment dari pada gas alam.
 Injeksi gas akan menghasilkan perolehan lebih banyak jika
dibandingkan dengan pendesakan air, pada reservoir
dengan permeabilitas yang kecil.
 Realisasi penyediaan gas alam kemungkinan tidak akan
stabil karena harga dan persediaan gas alam dimasa datang
akan dikontrol oleh pemerintah. Peraturan seperti ini
mungkin membatasi atau melarang injeksi dengan gas
alam.
2. Kekurangan dari gas inert adalah :
 Korosi mungkin merupakan kerugian yang sangat
penting dalam operasi yang memakai boiler dan atau

53
gas sisa pembakaran untuk pendesakan minyak secara
tercampur.
 Adanya breakthrough (tembus gas) dari gas nitrogen
yang diinjeksikan pada sumur-sumur produksi

1.6.2.3. Injeksi Thermal


Injeksi thermal adalah salah satu metode EOR dengan cara
menginjeksikan energi panas ke dalam reservoir untuk mengurangi
viskositas minyak yang tinggi yang akan menurunkan mobilitas minyak
sehingga akan memperbaiki efisiensi pendesakan dan efisiensi
penyapuan. Thermal flood tipe Reservoirnya umumnya mengandung
minyak dengan API gravity 10 – 20, dengan viscositas pada temperatur
reservoir 200 – 1000 cp. Meskipun pada beberapa kasus
permeabilitasnya cukup besar, tetapi energi reservoirnya tidak cukup
untuk memproduksi minyak tersebut karena viscositasnya yang sangat
tinggi. Injeksi panas dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu injeksi
fluida panas (injeksi air panas dan injeksi steam) dan in-situ combustion
(pembakaran di tempat).

A. Steam Flood
Injeksi uap adalah menginjeksikan uap ke dalam reservoir
minyak untuk mengurangi viskositas yang tinggi supaya
pendesakan minyak lebih efektif, sehingga akan meningkatkan
perolehan minyak. Uap diinjeksikan secara terus-menerus melalui
sumur injeksi dan minyak yang didesak akan diproduksikan
melalui sumur produksi yang berdekatan. Pengaruh panas di dalam
zona air panas pada produksi minyak adalah menurunnya viskositas
minyak, ekspansi thermal minyak dan saturasi minyak sisa serta
berubahnya permeabilitas relatif pada temperatur tinggi.

54
Gambar 1.23. Skema dari Steam Flood

Mekanisme injeksi uap merupakan proses yang serupa


dengan pendesakan air. Suatu pola sumur yang baik dipilih dan uap
diiinjeksikan secara terus menerus melalui sumur injeksi dan
minyak yang didesak dan diproduksikan melalui sumur lain yang
berdekatan. Uap yang diinjeksikan akan membentuk suatu zona
jenuh uap (steam saturated zone) disekitar sumur injeksi.
Temperatur dari zona ini hampir sama dengan temperatur uap
yang diinjeksikan. Kemuadian uap bergerak menjauhi sumur,
temperaturnya berkurang secara kontinyu disebabkan oleh
penurunan tekanan. Pada jarak tertentu dari sumur (tergantung dari
temperatur uap mula-mula dan laju penurunan tekanan), uap akan
mencair dan membentuk hot water bank.
Kelebihan dan Kerugian Injeksi Uap
1. Kelebihan dari Injeksi Uap adalah :
 Uap mempunyai kandungan panas yang lebih besar dari
pada air, sehingga efisiensi pendesakan lebih efektif.
 Recovery lebih besar dibandingkan dengan injeksi air
panas untuk jumlah input energi yang sama.
 Didalam formasi akan berbentuk zone steam dan zone
air panas, dimana masing-masing zone ini akan

55
mempunyai peranan terhadap proses pendesakan
minyak ke sumur produksi.
 Efisiensi pendesakan sampai 60 % OOIP.
2. Kerugian dari Injeksi Uap adalah :
 Terjadinya kehilangan panas di seluruh transmisi,
sehingga perlu pemasangan isolasi pada pipa.
 Spasi sumur harus rapat, karena adanya panas yang
hilang dalam formasi.
 Terjadinya problem korosi, scale maupun emulsi.
 Karena adanya perbedaan gravitasi, formasi pada
bagian atas akan tersaturasi steam, sehingga efisiensi
pendesakan pada formasi bagian atas sangat baik. Oleh
karena itu secara keseluruhan, efisiensi pendesakan
vertikalnya kurang baik.
 Kecenderungan terjadinya angket oil sangat besar,
tergantung pada faktor heterogenitas batuan.

B. In-Situ Combustion
In-situ combustion adalah proses pembakaran sebagian
minyak dalam reservoir untuk mendapatkan panas , dimana
pembakaran dalam reservoir dapat berlangsung bila terdapat cukup
oksigen (O2) yang diinjeksikan dari permukaan. Untuk memulai
pembakaran dipakai minyak pembakar yang dinyalakan dengan
listrik, kemudian pembakaran berlangsung terus dengan minyak
reservoir dan injeksi O2 terus dilakukan, sehingga pembakaran
bergerak menuju sumur produksi. Temperatur pembakaran dapat
mencapai 600 – 1200 0F. Panas yang ditimbulkan memberi efek
penurunan viskositas, pengembangan dan destilasi minyak dengan
efek gas drive dan solvent extraction, semua ini akan menyebabkan
minyak terdesak ke sumur produksi. Penyalaan yang terjadi di satu
tempat di reservoir akan merambat ke arah dimana terdapat bahan
bakar yang telah tercampur dengan udara injeksi. Berdasarkan
perambatan pembakaran ini In-Situ Combustion dibagi dalam

56
forward combustion dan reverse combustion. Pemakaian in-situ
combustion memakan biaya relatif besar dibandingkan dengan
metode lainnya
Mekanisme In–Situ Combustion yaitu Suatu pembakaran
diawali dengan penyalaan dan panas yang dihasilkan akan
merambat secara konduksi. Dengan tersedianya oksigen yang
cukup, crude oil sekitarnya akan ikut terbakar setelah temperatur
nyalanya tercapai. Bahan bakar untuk tahap lanjut bukan lagi crude
oil (hidrokarbon ringan sampai berat). Dengan naiknya temperatur,
minyak akan lebih mudah bergerak sehingga sebagian minyak
terdesak akan menjauhi zone pembakaran.
Kelebihan dan Kekurangan In–Situ Combustion
1. Kelebihan In-Situ Combustion :
 Kecuali untuk minyak yang memberikan coke dalam
jumlah kurang dari 1 lb/cuft dan ketebalan reservoir 10
ft atau kurang, pemanasan reservoir dengan
menggunakan injeksi uap lebih murah dibandingkan
forward combustion.
 Untuk ketebalan, tekanan dan laju injeksi panas yang
tertentu, salah satu proses mungkin dapat lebih murah
tergantung pada konsumsi bahan bakar dan kedalaman
reserevoir. Namun jika harga bahan bakar meningkat,
biaya pemanasan dengan menggunakan injeksi uap
menjadi lebih besar.
 Endapan coke yang semakin meningkat dapat membuat
injeksi uap lebih menguntungkan.
 Kehilangan panas di lubang sumur yang bertambah
karena bertambahnya kedalaman akan membuat
forward combustion lebih menguntungkan.

57
 Jika jarak yang harus dipanasi dalam reservoir
bertambah, pemanasan dengan menggunakan
combustion lebih menguntungkan.
 Jika ketebalan pasir berkurang dan tekanan bertambah,
combustion lebih menguntungkan dibandingkan injeksi
uap.
 Jika laju injeksi berkurang, biaya injeksi uap menjadi
relatif lebih menguntungkan dibandingkan dengan
udara.

2. Kekurangan In-Situ Combustion :


 In-situ combustion memiliki kecenderungan hanya
menyapu minyak bagian atas daerah minyak sehingga
penyapuan vertikal pada formasi yang sangat tebal
biasanya buruk.
 Kebanyakan panas yang dihasilkan dari in-situ
combustion tidak digunakan dalam pemanasan minyak,
sebaliknya digunakan untuk memanaskan lapisan oil-
bearing, interbedded shale dan tudung serta dasar
batuan.
 Minyak yang kental dan berat cocok untuk in-situ
combustion sebab memberikan bahan bakar yang
diperlukan.
 Instalasi in-situ combustion memerlukan biaya investasi
yang besar. Akan tetapi instalasi permukaan
mengkonsumsi bahan bakar lebih sedikit dibandingkan
peralatan air panas atau generator uap.

C. Hot Water Injection

58
Injeksi air panas merupakan salah satu metode thermal
recovery yang digunakan untuk reservoir yang mempunyai
viscositas tinggi. Metode ini juga banyak digunakan untuk
reservoir-reservoir dangkal yang mempunyai range viscositas
antara 100 – 1000 cp. Injeksi air panas akan mempengaruhi
mobility ratio water drive dalam reservoir dan karena itu akan
menambah efisiensi recovery.
Mekanisme Injeksi Air Panas yaitu Pertama kali minyak akan
di desak oleh air dingin sebelum front panas sampai. Air panas
akan mendingin lebih cepat dalam jari-jari yang kecil (small
fingers) sehingga panas berjalan lambat dalam reservoir.
Ulah dini dari hot water drive lebih buruk daripada cold
water drive sebab hot water kurang viscous dibandingkan dengan
cold water tetapi hakekatnya masih mendorong minyak dingin.
Berangsur-angsur kemudian kehilangan panas dari hot water
channels akan menambah temperatur reservoir dengan cara
konduksi. Hal ini akan mengurangi viscositas minyak dan
meningkatkan efek water drive.
Kelebihan dan Kekurangan Injeksi Air Panas
1. Kelebihan injeksi air panas :
 Proses pendesakan panas sangat simpel dan dapat
berfungsi sebagai water flood.
 Design dan operasinya sebagian besar dapat
menggunakan fasilitas water flood.
 Efisiensi pendesakan lebih baik dari water flood
conventional.

2. Kekurangan injeksi air panas :


 Air mempunyai kapasitas panas yang rendah dibanding
steam.
 Perlu adanya treatment khusus untuk mengontrol
korosi, problem scale, swelling maupun problem
emulsi.

59
 Pada sand yang tipis, sejumlah panas akan hilang pada
overburden dan underburden, hal ini akan menjadi
kritis apabila formasi underburden dan overburden
berupa shale.
 Kehilangan panas cukup besar pada rate injeksi rendah
dan formasi sand yang tipis.

1.6.2.4. Injeksi Kimia


Injeksi kimia pada prinsipnya adalah menambahkan zat kimia
kedalam reservoir dengan jalan injeksi dan bertujuan untuk mengubah
sifat-sifat fisik/kimia fluida reservoir dengan fluida pendesak. Sasaran
utamanya adalah untuk mengurangi tekanan kapiler atau menaikkan
viscositas fluida pendesak agar dapat memperbaiki efisiensi pendesakan
(Ed) dan effisiensi penyapuan (Es).
Kondisi reservoir yang perlu diperhatikan pada proses kimia ini
adalah temperatur, jenis reservoir dan mekanisme pendorong reservoir.
Jenis reservoir disini menyangkut ada tidaknya tudung gas, sebab adanya
tudung gas dapat menyebabkan masuknya sebagian minyak yang
terdesak kedaerah yang mempunyai saturasi gas 100 % sehingga minyak
terperangkap.
Pada prinsipnya metoda pendesakan fluida kimia dibedakan atas
dua tujuan, tergantung fluida yang digunakan yaitu :
1. Memperbaiki mobilitas ratio antara fluida pendesak dengan fluida
reservoir (minyak), sehingga effisiensi penyapuan (Es) menjadi
besar.
2. Memperkecil dan mengurangi gaya-gaya antar permukaan dari
sistem batuan-fluida reservoir, sehingga effisiensi pendesakan (Ed)
meningkat.

60
Umumnya pendesakan kimia tidak dilakukan secara terpisah tetapi
merupakan suatu kombinasi pendesakan tertentu untuk mendapatkan
kondisi yang optimum. Jenis-jenis injeksi kimiawi yang akan dibicarakan
dalam sub bab ini adalah injeksi surfactant, injeksi polimer dan injeksi
alkaline.

A. Surfactant Flooding
Injeksi surfactant digunakan untuk menurunkan tegangan
antarmuka minyak-fluida injeksi supaya perolehan minyak
meningkat.
Injeksi surfactant ini ditujukan untuk memproduksikan
residual oil yang ditinggalkan oleh water drive, dimana minyak
yang terjebak oleh tekanan kapiler, sehingga tidak dapat bergerak
dapat dikeluarkan dengan menginjeksikan larutan surfactan.
Percampuran surfactant dengan minyak membentuk emulsi yang
akan mengurangi tekanan kapiler.
Setelah minyak dapat bergerak, maka diharapkan tidak ada
lagi minyak yang tertinggal. Pada surfactant flooding kita tidak
perlu menginjeksikan surfactant seterusnya, melainkan diikuti
dengan fluida pendesak lainnya, yaitu air yang dicampur dengan
polimer untuk meningkatkan efisiensi penyapuan dan akhirnya
diinjeksikan air.
Pada dasarnya ada dua konsep yang telah dikembangkan
dalam penggunaan surfactant untuk meningkatkan perolehan
minyak. Konsep pertama adalah larutan yang mengandung
surfactant dengan konsentrasi rendah diinjeksikan. Surfactant
dilarutkan di dalam air atau minyak dan berada dalam jumlah yang

61
setimbang dengan gumpalan-gumpalan surfactant yang dikenal
sebagai micelle. Sejumlah besar fluida (sekitar 15 – 60% atau
lebih) diinjeksikan ke dalam reservoir untuk mengurangi tegangan
antarmuka antara minyak dan air, sehingga dapat meningkatkan
perolehan minyak.
Pada konsep kedua, larutan surfactant dengan konsentrasi
yang lebih tinggi diinjeksikan ke dalam reservoir dalam jumlah
yang relatif kecil (3 – 20% PV). Dalam hal ini, micelles yang
terbentuk bisa berupa dispersi stabil air di dalam hidrokarbon atau
hidrokarbon di dalam air.

Gambar 1.24. Skema untuk Surfactant Flooding

Mekanisme Injeksi Surfactant yaitu Larutan surfactant yang


merupakan microemulsion yang diinjeksikan ke dalam reservoir,
mula-mula bersinggungan dengan permukaan gelembung-
gelembung minyak melalui film air yang tipis, yang merupakan
pembatas antara batuan reservoir dan gelembung-gelembung
minyak. Surfactant memulai perannya sebagai zat aktif permukaan
untuk menurunkan tegangan permukaan minyak-air.
Kelebihan dan Kekurangan dari penginjeksian Surfactant
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Kelebihan Proses Injeksi Surfactant

62
 Proses ini memberikan efisiensi displacement dan
sweep yang cukup besar.
 Memiliki kemiripan dengan waterflooding.
 Efek gravity segregation umumnya diabaikan atau kecil
sekali pengaruhnya.
 Hampir dapat diterapkan pada semua kondisi reservoir.

2. Kekurangan Proses Injeksi Surfactant


 Harga bahan dasar kimia yang relatif mahal.
 Tidak mudah untuk melakukan prediksi oleh karena
ketidakaturan fasa yang tercampur dan ter-dispers, dan
desain slug yang relatif rumit.

B. Polymer Flooding

Injeksi polimer pada dasarnya merupakan injeksi air yang


disempurnakan. Penambahan polimer ke dalam air injeksi
dimaksudkan untuk memperbaiki sifat fluida pendesak, dengan
harapan perolehan minyaknya akan lebih besar. Injeksi polimer
dapat meningkatkan perolehan minyak yang cukup tinggi
dibandingkan dengan injeksi air konvensional. Akan tetapi
mekanisme pendesakannya sangat kompleks dan tidak dipahami
seluruhnya.
Jika minyak reservoir lebih sukar bergerak dibandingkan
dengan air pendesak, maka air cenderung menerobos minyak, hal
ini akan menyebabkan air cepat terproduksi, sehingga effisiensi
pendesakan dan recovery minyak rendah. Pada kondisi reservoir
seperti diatas, injeksi polimer dapat digunakan. Polimer yang
terlarut dalam air injeksi akan mengentalkan air, mengurangi
mobilitas air dan mencegah air menerobos minyak.

63
Gambar 1.25. Skema untuk Polymer Flooding
Mekanisme Injeksi Polymer yaitu dengan adanya
penambahan sejumlah polimer ke dalam air, akan meningkatkan
viskositas air sebagai fluida pendesak, sehingga mobilitas air
sendiri menjadi lebih kecil dari semula dengan demikian
mekanisme pendesakan menjadi lebih efektif.
Polimer ini berfungsi untuk meningkatkan efisiensi
penyapuan dan invasi, sehingga Sor yang terakumulasi dalam
media pori yang lebih kecil akan dapat lebih tersapu dan terdesak.
Dari jumlah projek yang dilakukan, polymer flooding adalah
yang terbanyak dan paling umum dilakukan. Alasan metoda ini
banyak diaplikasikan dikarenakan:
1. Identik dengan waterflooding
2. Teknik aplikasinya relatif sederhana
3. Biaya yang diperlukan relatif kecil
4. Recovery yang dapat diperoleh relatif besar.
Kelebihan dan Kekurangan dari penginjeksian polymer
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Kelebihan Proses Injeksi polymer
 Efisiensi areal and vertikal sangat baik.
 Materialnya bersifat nontoxit dan tidak korosif.

64
 Proses yang dilakukan sangat mirip dengan
waterflooding. Proses ini dapat menurunkan jumlah air
terproduksi (meminimalkan water handling).
2. Kekurangan Proses Injeksi Polymer
 Sifat polymer yang sangat mudah berubah oleh
pengaruh zat kimia lain ataupun bakteri.
 Diperlukan penanganan secara khusus untuk material
polyacrylamides.
 Jika menggunakan material polysaccharides diperlukan
material tambahan seperti filtration dan bactericides.

65

Anda mungkin juga menyukai