Anda di halaman 1dari 20

Upaya Pengelolaan Potensi Kelautan Berbasis Integrated Coastal Zone

Management (ICZM) di Kampung Kasai Kepulauan Derawan

Disusun Oleh:

1. Adistya Virgin I (20160510001)


2. Anniatus Zahra (20160510005)
3. Bella Anggie N (20160510008)
4. Dea Hestia Anggraini (20160510011)
5. Dike Arista (20160510013)
6. Ogaj Ali Afdan (20160510040)

ILMU ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA

2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai Negara kepulauan memiliki luas laut lebih besar dari pada luas
daratan. Jumlah pulau di Negara ini sebanyak 17.508 pulau dengan panjang garis pantai
81.000 km atau 18,4% dari garis pantai dunia (Wirayawan dkk, 2005). Wilayah laut
Indonesia yang terletak pada garis khatulistiwa terkenal memiliki kekayaan dan
keanekaragaman sumberdaya alam, baik sumberdaya alam yang dapat pulih seperti
perikanan, hutan mangrove, terumbu karang dan lainnya, maupun yang tidak dapat pulih
seperti tambang. Wilayah pesisir yang merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat
dan laut, memiliki potensi sumberdaya alam dan jasa lingkungan yang mengundang daya
tarik berbagai pihak untuk memanfaatkannya.

Sumberdaya pesisir terdiri dari sumberdaya hayati (ikan, terumbu karang, mangrove),
non hayati (mineral) dan jasa lingkungan. Sumber daya pesisir mempunyai keunggulan
komparatif karena tersedia dalam jumlah yang besar, beraneka ragam dan laut tropis yang
terkaya. Sumberdaya pesisir merupakan salah satu kekayaan alam yang banyak dimanfaatkan
oleh masyarakat. Akan tetapi pemanfaatan sumberdaya tersebut sampai saat ini kurang
memperhatikan kelestariannya, akibatnya terjadi penurunan fungsi, kualitas serta
keanekaragaman hayati yang ada. Sebagai contoh adalah degradasi ekosistem terumbu
karang yang telah teridentifikasi sejak tahun 1990-an.

Dari hasil penelitian P2O-LIPI (2001) diketahui bahwa terumbu karang Indonesia
dalam kondisi sangat baik hanya 6.41%, kondisi baik 24,3%, kondisi sedang 29,22% dan
kondisi rusak 40,14%. Data ini menunjukkan sebagian besar kondisi terumbu karang di
Indonesia dalam keadaan rusak. Kerusakan tersebut pada umumnya disebabkan oleh kegiatan
perikanan destruktif, yaitu penggunaan bahan peledak, racun sianida, penambangan karang,
pembuangan jangkar perahu dan sedimentasi. Pelaku kerusakan tidak hanya dilakukan oleh
nelayan-nelayan tradisional, juga oleh nelayan-nelayan modern dan nelayan asing.

Selain itu, persiapan juga dilakukan dalam rangka pengusulan marine world haritage
site, yaitu Taman Nasional Bunaken, Takabonarate, Kepulauan Banda, Raja Ampat,
Kepulauan Derawan, dan Wakatobi. Pada tahun 2005-2006 telah dilaksanakan kegiatan
kerjasama regional dengan Malaysia dan Filipina dalam pengelolaan kawasan konservasi laut
Sulu Sulawesi (Sulu Sulawesi Marine Eco-Region). Salah satunya adalah Kepulauan
Derawan terletak di Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Utara. Kepulauan yang telah
dicalonkan untuk menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO pada tahun 2005 ini, terdapat
sejumlah obyek wisata bahari menawan, salah satunya Taman Bawah Laut yang diminati
wisatawan mancanegara terutama para penyelam kelas dunia. Dengan keanekaragaman
hayati yang sangat besar, Kepulauan Derawan memiliki 872 jenis ikan karang, 507 spesies
karang, dan invertebrata, termasuk spesies yang dilindungi 5 spesies kerang raksasa, 2 kura-
kura laut, kepiting (coconut crab), dan lain-lain. Beberapa pulau-pulau menjadi pelabuhan
bagi telur-telur penyu dan menjadi situs sarang penyu hijau (green turtle) terbesar di
Indonesia.

Namun, masalah yang dihadapi di Kampung Kasai Kepulauan Derawan saat ini antara
lain : 1) overfishing dan over-eksploitation, termasuk pengambilan telur penyu, 2)
pengrusakan sektor perikanan dengan menggunakan sianida dan bahan peledak, 3) degradasi
lingkungan disebabkan oleh kegiatan yang terkait menyelam dan pengembangan pariwisata
berkelanjutan, terutama di sekitar Danau Kakaban, 4) peningkatan sedimentasi akibat
kegiatan penebangan intensif di dekat muara Berau dan di daerah DAS sekitar dan 5)
peningkatan pencemaran limbah sindrom oleh pertumbuhan populasi manusia di pulau-pulau
kecil dan pengembangan pariwisata intensif.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana potensi kelautan yang ada di Kampung Kasai Kepulauan Derawan?


2. Bagaimana pengelolaan potensi kelautan berbasis integrated coastal zone
management (ICZM) di Kampung Kasai Kepulauan Derawan.?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pitensu kelautan yang ada di Kampung Kasai Kepulauan Derawan.
2. Untuk mengetahui pengelolaan potensi kelautan berbasis integrated coastal zone
management (ICZM) di Kampung Kasai Kepulauan Derawan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Potensi Kelautan Indonesia

Lebih dari dua per tiga permukaan bumi tertutup oleh samudera. Ekosistem perairan ini
merupakan seumber dari berbagai macam produk dan jasa yang bermanfaat bagi manusia dan
ekologi bumi. Dari laut, manusia dapat menggunakannya untuk perikanan komersial,
perikanan rekreasi (termasuk ikan hias untuk akuarium), wisata bahari, jasa transportasi,
pengendalian atmosfer bumi dan iklim, serta sebagai sumber pertambangan dan juga sumber
energy.

Permukaan laut yang luas menyimpan energi yang luas biasa besarnya dalam system
ekologi bumi. Sumberdaya kelautan menyediakan lahan kesempatan kerja bagi banyak
penduduk, terutama di negara-negara kepulauan yang mempunyai wilayah perairan luas. Sifat
laut yang memiliki akses terbuka membuat system pengolahannya lebih rumit dan sering kali
timbul konflik di antara pengguna. Terkadang batas wilayah perairan suatu Negara tidak
tampak, sehingga dimasuki oleh penduduk Negara lain, baik sengaja maupun tidak sengaja.

Wilayah pesisir dan lautan Indonesia terkenal dengan kekayaan dan keanekaragaman
sumber daya alamnya, baik sumber daya yang dapat pulih maupun yang tidak dapat pulih.
Indonesia memiliki kekayaan keanekaragaman hayati (biodiversity) laut terbesar di dunia,
contohnya ekosistem pesisir hutan mangrove, terumbu karang, padang lamun, yang sangat
luas dan beragam.

Potensi perikanan telah memberikan manfaat yang sangat besar bagi manusia, baik
langsung dikonsumsi sebagai sumber nutrisi, sebagai bahan baku industry, untuk memenuhi
kepuasan manusia sebagai sarana rekreasi, maupun memberi manfaaat sosial dalam
penyediaan kesempatan kerja di sektor perikanan. Lebih lanjut, di Indonesia sekitar 60%
penduduknya bermukim di wilayah pesisir. Tidak mengherankan bila banyak penduduk
berkecimpung sebagai nelayan, petani tambak, atau terlibat dalam wisata bahari. Lebih lanjut,
potensi-potensi Universitas Sumatera Utara sumberdaya kelautan yang tidak dapat
diperbaharui misalnya minyak dan gas, mineral dan bahan tambang. Adapun potensi bahan
tambang yang terdapat di sekitar laut dan pesisir pantai adalah aluminium, mangan, tembaga,
zirconium, nikel, kobalt, biji besi dan lain sebagainya.
Menurut data Direktur Jendral Perikanan (1995), potensi lestari sumber daya perikanan
tangkap di laut Indonesia diperkirakan sebesar 6,7 juta ton dengan rincian 4,4 juta ton di
perairan laut teritorial dan perairan Laut Nusantara, serta 2,3 juta ton di perairan laut ZEEI.
Penyebaran potensi sumber daya ikan di laut teritorial dan Nusantara, yaitu 53,6 % berada di
wilayah perairan Kawasan Timur Indonesia, yaitu 30,9 % di perairan Irian Jaya dan Maluku,
22,7 % di perairan sekitar pulau Sulawesi. Potensi sumber daya perikanan di perairan ZEEI,
sebagian besar ada di ZEE Laut Hindia (Selatan Jawa dan Barat Sumatera), yakni sebesar
38,3 %, di Laut Cina Selatan sebesar 23,4 %, serta Laut Sulawesi dan Samudera Pasifik
(Utara Irian Jaya) sebesar 21,2 %.

2.2 Integrated Coastal Zone Management (ICZM)


Wilayah pesisir sekarang ini berada di bawah tekanan yang meningkat dari erosi,
polusi, perubahan iklim, urbanisasi, dan pariwisata. Tekanan tersebut secara langsung
maupun tidak langsung berdampak pada seluruh ekosistem yang ada, selain satwa liar yang
hidup disana tetapi juga bagi perekonomian dan kesejahteraan manusia. Untuk itu
pengelolaan pesisir dianggap menjadi hal yang sangat krusial sehingga sangat diperlukan
pengelolaan secara terpadu dan menyeluruh. Sebuah konsep yang ditawarkan dalam
pengelolaan pesisir adalah ICZM.
ICZM (Intregated Coastel Zone Management) adalah suatu pendekatan yang
menyeluruh yang dikenal dalam pengelolaan wilayah pesisir. ICZM merupakan suatu
pedoman untuk mengelola kawasan pesisir secara terpadu. Metodologi dari ICZM ini telah
dikembangkan secara hati-hati sejak beberapa dekade yang lalu. Konsep ini membutuhkan
kemampuan kelembagaan untuk menangani masalah-masalah intersektoral seperti lintas
disiplin ilmu, kewenangan-kewenagan dari lembaga pemerintah, dan batas-batas
kelembagaan (Hinrichsen, 1998).
Pesisir sebagi zona transisi antara lingkungan darat dan laut, wilayah pesisir
dipengaruhi oleh perubahan dan tekanan dari darat dan laut. Pengelolaan pesisir yang
berkelanjutan dapat tercapai dengan menggunakan pendekatan dan penelitian terpadu dengan
ekosistem, dengan melibatkan masyarakat global maupun regional dengan
mempertimbangkan keadaan sosial ekonomi. Adapun tujuan dari pembentukan ICZM sendiri
antara lain :
1. Mengatasi permasalahan pembangunan pesisir dan lautan yang berlangsung saat
ini dan masa mendatang.
2. Memberdayakan masyarakat pesisir (para pengguna wilayah pesisir dan lautan
atau biasa disebut stakeholder) agar dapat menikmati keuntungan yang diperoleh
secara berkesinambungan.

Pada dasarnya ICZM adalah konsep pengelolaan pesisir yang mengikut sertakan peran
masyarakat, sehingga diharapkan masyarakat akan turut merasa memiliki tanggung jawab
terhadap kawasan pesisir yang menjadi daerah huniannya. ICZM dan sustainable
development menjadi satu kolaborasi yang sangat baik apabila dilaksanakan sesuai dengan
aturannya. Dilihat dari konsep dimensinya, ICZM dapat dipandang dari beberapa segi, antara
lain:

1. Dimensi ekologis
a) Mengelola segala kegiatan pembangunan yang terdapat pada suatu wilayah yang
berhubungan dengan wilayah pesisir agar total dampaknya tidak melebihi
kapasitas fungsional yang ada.
b) Misalnya pada wilayah pesisir yang diggunakan sebagai area pembuangan
limbah harus mendapatkan jaminan bahwa total pembuangan limbah tidak
melebihi batas asimilasi yang ada.
2. Dimensi sosial- ekonomi Pola dan laju pembangunan harus dikelola sedemikian rupa
sehingga total demand terhadap sumber daya alam dan jasa lingkungan tidak
melampaui kemampuan suplay yang ada.
3. Dimensi sosial – politik Adanya permasalahan lingkunan maka pembangunan
berkelanjutan hanya dapat dilaksanakan dalam sistem dan suasana politik yang
demokratif dan trasparan.

Adapun keunggulan dari pengadaan ICZM adalah :

1. Memberi kesempatan kepada masyarakat pesisir untuk membangun sumber daya


secara berkesinambungan.
2. Memungkinkan untuk memasukkan pertimbangan tentang kebutuhan serta aspirasi
masyarakat terhadap sumber daya alam dan jasa lingkungan baik sekarang maupun
yang akan datang ke dalam perencanaan pembangunan dengan adanya konsep
partisipatif mendorong pembangunan sumber daya serta meminimalkan dampak
negatif terhadap ekosistem pesisir dan laut.
3. Membantu pemerintah daerah maupun pusat dengan suatu proses yang dapat
menumbuhkembangkan pembangunan ekonomi serta meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat.
4. Biaya yang dikeluarksan pada pendekatan ICZM lebih rendah dibandingkan dengan
biaya yang dikeluarkan menggunakan pendekatan sektoral.

Dari beberapa keunggulan ICZM tersebut dapat kita lihat bahwa sebenarnya ICZM
adalah sebuah konsep yang saat ini dianggap paling ideal untuk diterapkan di daerah pesisir.
Namun ada bebeapa poin-poin yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan ICZM. Hal-
hal yang perlu diperhatikan dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu. Dalam pengelolaan
wilayah pesisir yang terpadu (ICZM) perlu diperhatikna beberapa hal, antara lain (Kay,
1999):

1) Peran dari prsinsip pembangunan berkelanjutan dari para perencana dan pemegang
kebijakan merupakan tantangan untuk dapat mentransfer dalam pengelolaan
2) Perencanaan dan pengelolaan wilayah pesisir, merupakan hal yang sangat berkaitan
erat.
3) Perencanaan dan pengelolaan yang mengacu, pada komitmen dari berbagai pihak
menjadi penting, sehingga muncul berbagai bentuk pengelolaan seperti community
based, collaborative and co community based. Bentukan ini merupakan antisipasi dari
konflik kepentingan bagi multipihak.
4) Pengelolaan wilayah pesisir merupakan hal yang perlu menjadi perhatian bersama.
Tanggungjawab dan pengelolaan yang berkelanjutan meliputi usaha internasional
hingga pada tataran lokal, bersama dengan pengguna wilayah pesisir, penduduk,
perusahaan, Perusahaan swasta, kelompok swasta, kelompok-kelompok advokasi, dan
pemerintah. Kemitraan ini perlu dijalin untuk mendapatkan keuntungan yang
berkelanjutan bersama-sama.
5) Pengelolaan wilayah pesisir yang berhasil adalah yang berbasis pada tradisi (local
knowledge), terkait dengan sumberdaya alam dan pengelolaannya.
6) Beberapa teknik perencanaan perlu selalu dikembangkan secara inovatif untuk
menyelesaikan permasalahan lingkungan wilayah pesisir.
7) Strategi perencanaan dan pengelolaan wilayah pesisir dapat diramu dengan berbagai
multipihak yang terkait, merujuk kebijakan, dan dalam skala yang berbeda dan terkait.
Sehingga ada orientasi yang terintegrasi.
8) Melakukan evaluasi pada keberhasilan. Kebijakan dan program wilayah pesisir harus
selalu dievaluasi dan dimonitor untuk memberikan ukuran keberhasilannya.

2.3 Kepulauan Derawan

Kepulauan Derawan adalah sebuah kepulauan yang berada di Kabupaten


Berau, Kalimantan Timur. Di kepulauan ini terdapat sejumlah objek wisata bahari menawan,
salah satunya Taman Bawah Laut yang diminati wisatawan mancanegara terutama para
penyelam kelas dunia. Kepulauan Derawan memiliki tiga kecamatan yaitu, Pulau
Derawan, Maratua, dan Biduk Biduk, Berau. Sedikitnya ada empat pulau yang terkenal di
kepulauan tersebut, yakni Pulau Maratua, Derawan, Sangalaki, dan Kakaban yang ditinggali
satwa langka penyu hijau dan penyu sisik. Secara geografis, terletak di semenanjung utara
perairan laut Kabupaten Berau yang terdiri dari beberapa pulau yaitu Pulau Panjang, Pulau
Raburabu, Pulau Samama, Pulau Sangalaki, Pulau Kakaban, Pulau Nabuko, Pulau
Maratua dan Pulau Derawan serta beberapa gosong karang seperti gosong Muaras, gosong
Pinaka, gosong Buliulin, gosong Masimbung, dan gosong Tababinga.

Di Kepulauan Derawan terdapat beberapa ekosistem pesisir dan pulau kecil yang sangat
penting yaitu terumbu karang, padang lamun dan hutan bakau (hutan mangrove). Selain itu
banyak spesies yang dilindungi berada di Kepulauan Derawan seperti penyu hijau, penyu
sisik, paus, lumba-lumba, kima, ketam kelapa, duyung, ikan barakuda dan beberapa spesies
lainnya. Kepulauan Derawan ini sedang dipromosikan oleh Kabupaten Berau dan Provinsi
Kalimantan Timur, sebagai salah satu wisata andalan. Wisatawan lokal dan Mancanegara,
makin berwisata disana, pilihan selain untuk menyelam, melihat proses bertelur penyu, juga
menikmati pantai yang bersih dan indah. Sepanjang pantai bersih dan tidak ada sampah.
Fasilitas komunikasi di Kepulauan Derawan sudah baik, sebagai contohnya adalah sudah
terjangkau dengan sinyal 3G. Resort dan Penginapan yang ada di Kepulauan Derawan
banyak tersebar di pinggir pantai, dengan harga yang lebih murah misalnya dibandingkan
dengan tempat wisata di Bali maupun di Lombok. Kepulauan Derawan telah dicalonkan
untuk menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO pada tahun 2005.

1. Potensi Kepulauan Derawan

a. Terumbu karang

Terumbu karang di Kepulauan Derawan tersebar luas pada


seluruh pulau dan gosong yang ada di Kepulauan Derawan. Gosong-gosong yang
ada di kepulauan ini di antaranya Gosong Pulau Panjang, Gosong
Masimbung, Gosong Buliulin, Gosong Pinaka, Gosong Tababinga dan Gosong
Muaras. Tipe terumbu karang di Kepulauan Derawan terdiri dari karang
tepi, karang penghalang dan atol. Atol inilah yang telah terbentuk menjadi pulau
dan terbentuk menjadi danau air asin. "Survei Manta Tow 2003" menunjukkan
tutupan rata-rata terumbu karang di Pulau Panjang adalah 24,25% untuk karang
keras dan 34,88 untuk karang hidup. Terumbu karang di Pulau Derawan memiliki
tutupan rata-rata karang karang keras 17,41% dan tutupan karang hidup 27,78%.
Dengan jumlah spesies 460 sampai 470 menunjukkan bahwa ini menjadi
kekayaan biodiversitas nomor dua setelah Kepulauan Raja Ampat.

Areal terumbu karang yang utama :

 Pulau Panjang bagian barat (inlet dan channel)


 Karang Muaras dengan diversitas tinggi, karang sehat, dan nilai estetika
 Karang Malalungun, diversity tinggi dengan struktur yang kompleks dengan
berbagai habitat
 Karang Besar yang kaya habitat .

b. Ikan karang

Survei ikan karang tahun 2003 menunjukkan bahwa kepulauan ini


menghasilkan 832 spesies. Selain itu, diperkirakan sedikitnya 1.051 spesies
terdapat di perairan Berau dengan jenis
dominan Gobes (Gobiidae), Wrasses (Labridae),dan Damselfishes (Pomacent
ridae).

c. Padang lamun

Padang lamun ditemukan tersebar di seluruh Kepulauan Derawan dengan


kondisi yang berbeda dengan rata-rata luas tutupan kurang dari 10% sampai
80%. Ekosistem ini secara ekologi dan ekonomi sangat penting tetapi
keberadaannya terancam oleh gangguan dan kegiatan manusia seperti
pembukaan hutan besar-besaran, kebakaran hutan, budidaya
laut, sedimentasi, baling-baling perahu, dan lain-lain. Di Pulau Derawan
terdapat dua jenis lamun yang dominan Thalasia hemprichii dan Halophila
ovalis serta empat spesies lamun lain yang ditemukan di sekeliling pulau
yaitu Halodule uninervis, Cyamodocea rotundata, Syringodium isoetifolium,
dan Halodule pinifolia

d. Mangrove

Mangrove di kawasan Delta Berau dimanfaatkan masyarakat secara tradisional


sebagai sumber mata pencaharian keluarga, seperti menangkap ikan, udang,
dan kepiting. Dalam sepuluh tahun terakhir, mangrove di Berau telah banyak
dikonservasi menjadi tambak udang dan ikan dengan laju pembukaan
lahan yang cepat. Nipah (Nypa fructican)mendominasi komposisi jenis
mangrove di kawasan Delta Berau. Hasil kajian evaluasi ekonomi
dan konservasi mangrove menunjukkan bahwa nilai ekonomi hutan mangrove
memberikan manfaat langsung sebesar AS$ 295.78/ha/th, manfaat tidak
langsung AS$ 726.26/ha/th, manfaat pilihan AS$ 358.46/ha/th, manfaat
bersih AS$ 1,395.50/ha/th.

e. Perikanan tangkap

Kegiatan perikanan yang ada di Kecamatan Derawan dan Maratua meliputi


perikanan laut, pengambilan telur penyu, dan budidaya tambak. Hasil
penangkapan perikanan laut Kecamatan Kepulauan Derawan merupakan
penyumbang terbesar pendapatan Kabupaten Berau dari lima kecamatan yang
punya aktivitas penangkapan perikanan laut.

Aktivitas ini pada tahun 2001 menyumbang Rp. 37.907.680,00.


Jumlah kapal penangkapan ikan yang ada di Kecamatan Derawan dan Maratua
tahun 2001 sebanyak 426 dengan jumlah perahu tanpa motor sebanyak 256
unit. Alat tangkap yang ada di Kecamatan Derawan dan Maratua
adalah payang (pukat kantong) 74 unit, purse sein (pukat cincin) 14
unit, jaring insang 282 unit, jaring angkat 30 unit, pancing 139
unit, perangkap 66 unit dan alat pengumpul 13 unit.

2. Kegiatan Ekonomi & Pariwisata

Kegiatan perikanan merupakan tulang punggung kegiatan yang ada di Pulau


Maratua dan Derawan sebab sebagian besar penduduknya bermata pencaharian
sebagai nelayan. Perikanan yang dimanfaatkan oleh masyarakat Pulau Maratua dan
Derawan adalah ikan pelagis dan ikan karang. Hasil penjualan ikan secara umum
dijual di Pulau Derawan dan Maratua, Tanjung Redeb, Surabaya dan beberapa kota
luar provinsi yang melewati pengumpul yang cukup besar, bahkan sering dimasukkan
kepada eksportir yang kemudian dijual ke konsumen di luar negeri. Dalam bidang
pariwisata, kepulauan Derawan menawarkan beragam potensi untuk menambah
ekonomi masyarakat di kepulauan Derawan. Saat ini telah banyak warga sekitar yang
bekerjasama dengan travel agent dari berbagai kota untuk melayani setiap pelancong
yang ingin berlibur di kepulauan Derawan. Beragam macam jenis paket wisata
disajikan dalam bentuk private trip dan juga open trip.
Semenjak tahun 2015, untuk menunjang kegiatan kepariwisataan diadakan
kegiatan Maratua Jazz & Dive Fiesta yang diprakarsai oleh WartaJazz - The Jazz
Ecosystem of Indonesia dan Yayasan Berau Lestari yang didukung Bupati Berau pada
saat itu yaitu H. Makmur HAPK dan Kementrian Kelautan dan Perikanan RI dibawah
arahan Menteri Susi Pudjiastuti lewat Direktorat Jenderal Pulau-pulau Kecil.
Dikarenakan pergantian kepemimpinan di Kabupaten Berau, MJDF tidak
dilaksanakan pada tahun 2016 dan kembali dilaksanakan pada tahun 2017 tepatnya di
bulan November. Maratua Jazz and Dive Fiesta akan kembali dilaksanakan pada
tanggal 27-29 Juli 2018 bertempat di kawasan desa Payung-payung, Pulau Maratua,
Kepulauan Derawan, Kabupaten Berau.
3. Potensi Kawasan Konservasi
Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Berau telah direncanakan kawasan
konservasi pulau-pulau kecil di Kepulauan Derawan. Potensi kawasan konservasi ini dilihat
dari keanekaragaman hayati yang ada di kepulauan ini antara lain satwa endemik, dan tempat-
tempat penting lain. Selain memiliki beberapa ekosistem tropis yang terdiri dari
ekosistem terumbu karang, ekosistem lamun, dan ekosistem mangrove, Kepulauan
Derawan juga punya spesies yang dilindungi dan khas.
Spesies itu di antaranya ketam kelapa (Birgus latro), paus, lumba-
lumba (Delphinus), penyu hijau (Chelonia mydas), penyu sisik (Erethmochelys fimbriata),
dan dugong (Dugong dugon). Ketam kelapa dapat ditemukan di Pulau Kakaban dan
Maratua. Paus dapat ditemukan di sekitar Pulau Maratua pada musim tertentu sedangkan
lumba-lumba di sekitar Pulau Semama, Sangalaki, Kakaban, Maratua, dan Gosong
Muaras. Penyu dapat ditemukan di sekitar Pulau Panjang, Derawan, Semama, Sangalaki dan
Maratua serta Dugong di Pulau Panjang dan Semama. Spesies unik lain adalah Pari
Manta (Manta birostris) yang terdapat pada di Pulau Sangalaki dan Pigmy Seahorse di Pulau
Semama dan Derawan.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Potensi dan Kondisi

Secara geografis, terletak di semenanjung utara perairan laut Kabupaten Berau yang
terdiri dari beberapa pulau. Pulau-pulau yang ada di Kepulauan Derawan berjumlah
sekitar 31 pulau dan beberapa gosong dan atol. Pulau-pulau ini tersebar pada tiga
kecamatan pesisir, yaitu Kecamatan Pulau Derawan, Kecamatan Maratua, dan Kecamatan
Biduk-biduk. Kebudayaan yang berada di pesisir Pulau Derawan sangat beranekaragam,
disana juga terdapat potensi alam yang sangat mengagumkan serta kehidupan masyarakat
untuk memenuhi kebutuhannya. Pantai Derawan terdapat masyarakat yang sebagian besar
bermata pencaharian sebagai nelayan, hal itu dikarenakan letaknya yang berbatasan
langsung dengan laut (BPS Kabupaten Berau, 2017).

Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Berau telah direncanakan
kawasan konservasi pulau-pulau kecil di Kepulauan Derawan. Potensi kawasan konservasi
ini dilihat dari keanekaragaman hayati yang ada di kepulauan ini antara lain satwa
endemik, dan tempat-tempat penting lain. Selain memiliki beberapa ekosistem tropis yang
terdiri dari ekosistem terumbu karang, ekosistem lamun, dan ekosistem mangrove,
Kepulauan Derawan juga punya spesies yang dilindungi dan khas. Satu diantara kampung
di Kecamatan Pulau Derawan Kabupaten Berau yang memiliki masyarakat yang mayoritas
berpropesi sebagai nelayan tangkap, yaitu Kampung Kasai. Kondisinya yang berbatasan
langsung dengan laut memungkinkan masyarakatnya melakukan kegiatan ekonomi di
bidang perikanan seperti penangkapan ikan, budidaya udang, ikan dan pengolahan ikan
atau udang. Alat tangkap yang sering digunakan oleh nelayan adalah jaring gondrong
(trammel net), mini trawl dan alat tangkap yang lain. Selain melakukan penangkapan
masyarakat juga ada yang melakukan kegiatan budidaya seperti budidaya tambak udang,
budidaya ikan bandeng dan kepiting. Kampung Kasai memiliki batas-batas sebagai berikut

:
Tabel Batas Wilayah Kampung Kasai

No Letak Batas
1 Utara Hutan Km.8
2 Selatan Tanjung Bingkar dan Badak Badak
3 Barat Sungai Lebak
4 Timur Sungai Ulingan

Kampung Kasai terletak dipinggir muara Sungai Berau. Secara administrasi


termasuk wilayah Kecamatan Pulau Derawan, Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan
Utara. Wilayah ini memiliki kekayaan sumberdaya perikanan, sehingga masyarakat
setempat menjadikan nelayan sebagai profesi mereka. Kampung Kasai dapat ditempuh
dengan menggunakan jalur darat selama 2 sampai dengan 2,5 jam dari Tanjung Redeb,
dan dari pusat Kecamatan Pulau Derawan yang terletak di Tanjung Batu dapat ditempuh
selama 1 sampai dengan 1,5 jam dengan menggunakan motor atau mobil selain itu dapat
di tempuh juga dengan menggunakan perahu motor namun jarang sekali di gunakan
semenjak dapat ditempuh dengan menggunakan jalan darat. Berdasarkan sumber
Sekertaris Kampung Kasai (2013), jumlah penduduk yang berada di kampung tersebut
adalah 1.579 jiwa yang terdiri dari 474 kepala keluarga (KK) yang terdiri dari 9 rukun
tetangga (RT). Dari jumlah penduduk 1.579 jiwa mata pencaharian penduduk Kampung
Kasai hampir 90 % sebagai nelayan. Banyaknya jumlah penduduk yang berprofesi sebagai
nelayan di karenakan kondisi geografisnya diwilayah pesisir yang berbatasan langsung
dengan laut dan 10 % nya berprofesi sebagai buruh kayu, tukang senso, guru, pembuat
perahu, mantri dan pedagang.

3.2 Identifikasi Faktor-Faktor Internal

Peta Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman

Tabel Analisis Faktor-faktor Internal

No Strength (Kekuatan) No Weakness (Kelemahan)


Tersedianya lahan yang luas bagi
1 1 Terjadinya degradasi lingkungan
sektor perikanan.
Jumlah sumber daya manusia yang Belum optimalnya kinerja SDM sektor
2 2
masih besar perikanan
Kurang optimalnya fungsi dan peran
Adanya sarana dan kelembagaan
3 3 kelembagaan penyuluhan sektor
penyuluhan sektor perikanan
perikanan.
Tersedianya peraturan Masih kurangnya tenaga yang
perundangundangan yang mengatur memiliki pengetahuan dan
4 4
tentang ketahanan sektor perikanan keterampilan tentang pengolahan hasil
dan pemberdayaan tata ruang laut. perikanan.
Masih kurangnya tenaga pengawas
5
mutu hasil perikanan

Sektor perikanan yang bersumber dari wilayah pesisir dan laut Kampung Kasai
Kepulauan Derawan (Kabupaten Berau) secara internal memiliki faktor kekuatan
(strenghts) dan kelemahan (weakness) yang dapat mempengaruhi bahkan menentukan
keberhasilan dalam mencapai tujuannya. Identifikasi faktor-faktor internal sektor
perikanan didapat berdasarkan data laporan (publikasi) yang kemudian diolah.

3.3 Identifikasi Faktor-Faktor Eksternal

Sektor perikanan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya mempunyai


beberapa faktor eksternal yang memberikan peluang dan ancaman di Kampung Kasai
Kepulauan Derawan (Kabupaten Berau). Identifikasi faktor-faktor eksternal sektor
perikanan didapat berdasarkan data publikasi (informasi) yang kemudian diolah.

Peta Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman

Tabel Analisis Faktor-faktor Eksternal

No Opportunity (Peluang) No Threat (Ancaman)


Pangsa pasar hasil sektor perikanan
1 yang luas dan semakin meningkat 1 Iklim yang tidak menentu.
setiap tahunnya.
Pertumbuhan jumlah penduduk Adanya konversi lahan yang
2 menuntut meningkatnya penyediaan 2 berpotensi melahirkan lebih banyak
pangan baik kuantitas maupun kemiskinan.
kualitas.
Perkembangan IPTEK yang pesat
Sistem alih teknologi, kualitas SDM,
dan semakin gencarnya
3 3 dan kelembagaan sektor perikanan
issue/gerakan pembangunan
pada umumnya masih lemah.
perikanan berkelanjutan.
Sistem pemasaran yang belum
Adanya kesempatan kerja yang luas
4 4 berpihak kepada para pelaku sektor
bagi masyarakat sekitar.
perikanan

3.4 Pengelolaan Potensi Kelautan Berbasis ICZM

Kepulauan Derawan (Kabupaten Berau), merupakan daerah pemekaran dari beberapa


pulau lainya. Kepualuan Derawanharus memiliki prioritas karena 87% luas wilayahya
merupakan lautan dan 13% daratan. Selain itu Kepulauan Derawan sudah sangat terkenal
dengan kekayaan alam dan biota lautnya sehingga pembangunan wilayah yang dilakukan
adalah berbasis bahari.

Keadaan masyarakat nelayan Kampung Kasai yang berdekatan dengan laut


memungkinkan dilakukan usaha perikanan yang bersifat komersil yaitu penangkapan.
Sebagian besar penduduk Kampung Kasai merupakan nelayan pendatang dari Sulawesi dan
Kabupaten Pasir yang telah menetap dan menjadi warga Kampung Kasai. Dalam melakukan
aktivitas penagkapan alat tangkap yang banyak digunakan adalah jaring gondrong, dan mini
trawl yang sasaran utamanya adalah udang walaupun ada juga masyarakat yang
menggunakan alat tangkap lain seperti rakang, rawai, dan pukat namun itu semua bukan
menjadi alat tangkap utama yang digunakan masyarakat setempat.

Kebijakan pengelolaan dan pembangunannya Kepulauan Derawan harus dilakukan


dengan co-management melibatkan unsur-unsur pemerintah (goverment based management)
baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah yang bekerja sama dengan masyarakat
lokal (community based management) dan investor asing (private sector) yang berwawasan
lingkungan (Rudyanto, 2004). Pemanfaatan wilayah pesisir dan laut harus dilakukan secara
terpadu dengan memperhatikan daya dukung lingkungan (carrying capasity) wilayah tersebut.
Konsep pengelolaan kawasan pesisir dan laut disajikan pada Gambar berikut :
Berdasarkan pembahasan di atas, maka beberapa kebijakan dan strategi harus berdasarkan
kepada : 1) pemahaman yang baik tentang proses-proses alamiah (eko-hidrologis) yang
berlangsung di kawasan pesisir yang sedang dikelola, 2) kondisi ekonomi, sosial, budaya dan
politik masyarakat, dan 3) kebutuhan saat ini dan yang akan datang terhadap barang dan
(produk) dan jasa lingkungan pesisir (Rahmawaty, 2004). Berikut ini diuraikan upaya
pengelolaan pesisir dan laut Kepulauan Derawan secara terpadu dan berkelanjutan.Berikut
adalah upaya dalam pengimplementasian Metode Integrated Coastel Zone Management
(ICZM) yang terbagi dalam beberapa tahap :
A. Pengembangan dan Pemanfaatan Hasil Kelautan, Perikanan, serta Ekowisata
Kabupaten Berau, khususnya Kepulauan Derawan ini dibangun dan didukung oleh
potensi sumber daya alam yang lestari untuk menuju masyarakat yang madani dalam
konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dalam hal ini Bupati Berau
hendaknya mengusulkan pembangunan kawasan ini beranjak dari hasil-hasil perikanan
dan ekowisata Kawasan ini memilki kekayaan ikan karang dan keindahan panorama
yang hebat. Dalam pemanfaatan hasil laut yang sangat melimpah program pemanfaatan
dberpijak pada pengembangan budidaya perikanan, pemberdayaan ekonomi masyarakat
pesisir dan perlindungan terhadap potensi sumber daya kelautan. Pembudidayaan akan
difokuskan pada pelatihan masyarakat serta membuat percontohan untuk budidaya
rumput laut. Seperti yang kita ketahui bahwa industry juga membutuhkan bahan mentah
untuk kosmetika, obat-obatan dan agar-agar tentunya meruakan potensi yang
menjanjikan.
B. Pembangunan Berwawasan Lingkungan yang Melibatkan Masyarakat
Potensi yang ada di wilayah tersebut harus dikelola secara professional, dan secara
terpadu agar terangkat ekonomi daerah dan juga membantu ekonomi negara yang
semuanya bermuara pada pemberdayaan masyarakat atau meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Setelah ditetapkan sebagai kawasan wisata, maka lokasi ini mengundang
perhatian masyarakat sehingga masyarakat tersebut berperan dalam pembangunan dan
pendapatan daerah serta peningkatan ekonomi masyarakat itu sendiri. Potensi yang
sangat besar di darat maupun di laut diupayakan pemanfaatannya sedemikian rupa dan
diarahkan pada pembangunan yang berwawasan lingkungan, artinya sumber daya alam
itu dapat dieksploitasi, tetapi memperhatikan lingkungan hidup dan pelestarian alamnya.
Eksploitasi sumberdaya harus mendukung keseimbangannya dan pelestarian lingkungan.
C. Konservasi Ekosistem Pesisir dan Laut
Kelestarian ekosistem pesisir dan laut sangat penting demi keberlanjutan pengelolaan
sumberdaya. Meskipun secara umum ekosistem hutan dan terumbu karang di Kepualuan
Derawan masih baik, namun tetap diperlukan upaya-upaya pengembangan program
konservasi bagi ekosistem tersebut dengan melakukan sosialisasi dan edukasi akan
pentingnya ekosistem tersebut. Beberapa kawasan Kepulauan Derwan telah ditetapkan
sebagai kawasan konservasi darat dengan luas total 489.462 ha. Dua diantaranya berada
di Pulau Maratua yaitu Cagar Alam Hutan Mangrove, Belukar dan Hutan Kapur (53.000
ha berdasarkan SK Menhut No.395/kpts/Um/1981) dan Cagar Alam Vegetasi Kelapa di
Pulau Kakaban (119.500 ha berdasarkan SK Menhut No.251/kpts-II/1992), Cagar Alam
Hutan Pulau Nabuko Barat (84.000 ha berdasarkan SK Menhut No.716/kpts/Um/1982)
dan Cagar Alam Karang di Pulau Samama dan Sangalaki (10.000 ha berdasarkan SK
Menhut No.912/kpts/Um/1981). Selain itu, laut sekitar Karang Gasangan meliputi pulau-
pulau kecil, seperti : 1) gosong Muaras, 2) gosong Pinaka, 3) gosong Buliulin, 4) gosong
Masimbung dan (5) gosong Tababinga telah ditetapkan sebagai Suaka Margasatwa Laut
(60.000 ha berdasarkan pada SK Menhut No.81/kpts-II/1993).
D. Peran serta aktif Pemerintah, Stake Holder dan Masyarakat
Dalam pembangunan Kepulauan Derawan ini harus adanya keterkaitan dan kerja
sama antar stake holder agar tidak adanya kepentingan yang tumpang tindih dan yang
paling penting setiap stake holder maupun organisasi mempunyai ketertarikan terhadap
lingkungan. Adapun strategi yang dipakai dalam proses pembangunan Kampung Kasai
ini, yaitu sains, pengembangan masyarakat, kebijakan dan pengelolaan kolaboratif serta
penyadaran publik. Diharapkan dengan sains masyarakat akan lebih memahami betapa
pentingnya membangun wilayahnya dengan potensi yang ada, di lain pihak masyarakat
juga berkembang tingkat ekonominya karena pemanfaatan potensi tadi. Namun demikian
pemerintah daerah harus tetap mempunyai kebijakan untuk pembatasan manfaat dan
pengelolaan sumber daya alam yang merupakan potensi wilayah tersebut, yang harus
dilakukan dengan cara kerjasama dengan pihak luar yang mempunyai minat membantu
pembangunan Kampung Kasai.
E. Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) Berbasis Masyarakat
Di Kepulauan Derawan ini terdapat pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan
secara tradisional oleh masyarakat seperti penentuan batas wilayah Ulayat, pengakuan
hak-hak (misalnya pembatasan nelayan dari luar untuk desa-desa tertentu seperti di Desa
Arborek dan Fam), pengontrolan ukuran komoditas laut yang bisa ditangkap (pembatasa
ukuran bagi Lobster di Desa Sawinggrai dan lola di Desa Arborek) sistem momatorium
atau musim buka tutup (sasi gereja) untuk teripang, lobster dan lola adanya jenis-jenis
tabu yang tidak boleh ditangkap di daerah tertentu dan lain-lain. Sistem pengelolaan
tradisional ini dijadikan peluang dalam membangun strategi konservasi berbasis
masyarakat.
F. Sistem Informasi dan Komunikasi yang Memadai
Kabupaten Berau, khususnya pada Kepulauan Derawan ini memiliki keindahan
bawah laut yang sangat menakjubkan dan panorama yang indah tetapi sayangnya masih
banyak wisatawan domestic dan mancanegara yang belum kenal dengan lokasi ini. Oleh
sebab itu pembangunan bahari juga harus didukung dengan system informasi dan
komunikasi yang memadai.
Berdasarkan pembahasan di atas, maka beberapa kebijakan dan strategi harus
berdasarkan kepada: 1) pemahaman yang baik tentang proses-proses alamiah (eko-
hidrologis) yang berlangsung di kawasan pesisir yang sedang dikelola, 2) kondisi
ekonomi, sosial, budaya dan politik masyarakat, dan 3) kebutuhan saat ini dan yang akan
datang terhadap barang dan (produk) dan jasa lingkungan pesisir (Rahmawaty, 2004).
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kepualuan Derawan harus memiliki prioritas karena 87% luas wilayahya
merupakan lautan dan 13% daratan. Selain itu Kepulauan Derawan sudah sangat
terkenal dengan kekayaan alam dan biota lautnya sehingga pembangunan wilayah
yang dilakukan adalah berbasis bahari. Keadaan masyarakat nelayan Kampung Kasai
yang berdekatan dengan laut memungkinkan dilakukan usaha perikanan yang bersifat
komersil yaitu penangkapan. Dalam melakukan aktivitas penagkapan alat tangkap
yang banyak digunakan adalah jaring gondrong, dan mini trawl yang sasaran
utamanya adalah udang walaupun ada juga masyarakat yang menggunakan alat
tangkap lain seperti rakang, rawai, dan pukat namun itu semua bukan menjadi alat
tangkap utama yang digunakan masyarakat setempat.
Implementasi Metode Integrated Coastel Zone Management (ICZM) dalam
pengelolaan potensi kelautan di kampung kasai Kepulauan Derawan terbagi dalam
beberapa tahap :
- Pengembangan dan Pemanfaatan Hasil Kelautan, Perikanan, serta
Ekowisata
- Pembangunan Berwawasan Lingkungan yang Melibatkan Masyarakat
- Konservasi Ekosistem Pesisir dan Laut
- Peran serta aktif Pemerintah, Stake Holder dan masyarakat
- Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) Berbasis Masyarakat
- Sistem Informasi dan Komunikasi yang Memadai
4.2 Saran
Berdasarkan pembahasan tersebut maka saran yang dapat diberikan , yakni :
1.) Pemerintah sebagai fasiltator dan mengayomi masyarakat, khususnya di wilayah
pesisir dan laut dengan menggunakan metode ini sebagai alternatif kebijakan dalam
mewujudkan sebuah sistem yang lebih baik.
2.) Investor lebih mengembangan sektor rill dan UMKM dengan bantuan kredit usaha
kepada masyarakat pesisir untuk meningkatkan geliat usaha hasil laut atau ekowisata
yang berwawasan lingkungan.
3.) Masyarakat pesisir agar meningkatkan partisipatifnya sebagai stake holder bagi
lingkungan laut dan peisisir yang terpadu, berkelanjutan demi terciptanya
kesejahteraan.

Anda mungkin juga menyukai