Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
1. Dalam prosos menysusi pada ibu nifas masalah yang sering terjadi adalah
terjadinya lecet pada putting susu. Riset melaporkan bahwa 11 – 96% ibu
mengalami lecet pada putting susu. Inilah salah satu alasan yang paling umum
pada wanita yang menysusi untuk mempercepat penyapihan. Kesan klinis
menunjukan bahwa awal ketidak nyamanaan puting susu disebabkan oleh posisi
perlekatan bayi yang tidak tepat, bukan urutan kejadian yang di alami setelah
menysusi. Pada kasus terjadi abrasi dan fisura puting susu pada aleora
menyababkan nyeri pada puting susu, rasa nyeri dapat berkurang dengan
perbaikan posisi dan letak bayi. Akan tetapi hilangnya nyeri tidak dapat terjadi
hingga kulit puting susu yang rusak benar-benar sembuh dan kering (Helen
Varney, 2008:992).
2. Masalah menyusui umumnya terjadi dalam dua minggu pertama masa nifas.
Pengawasan dan perhatian petugas kesehatan ataupun bidan sangatlah di perlukan
agar masalah menysusi dapat segera ditanggulangi sehingga tidak terjadi penyulit
atau menyebabkan kegagalan menyusui. Menyusui dengan tehnik yang tidak
benar dapat mengakibatkan putting susu menjadi lecet dan ASI tidak keluar
secara optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI sehingga bayi enggan
menyusu (Sitti, 2009).
3. Kegagalan dalam proses menysusi sering disebabkan karena timbulnya masalah,
baik dari ibu maupun bayi. Dampak yang terjadi pada ibu jika tehnik menysusi
salah payudara menjadi bengkak, puting susu lecet, putting tenggelam, mastitis
dan lain sebagainya. Sedangkan untuk bayi jika tehnik menysusi salah maka
bayienggan untuk menyusu, rewel, tanpak tidak tenang dan lain sebagainya
(Vivani, 2011).
4. Menyusui merupakan pemberian makanan kepada bayi yang secara langsung dari
payudara ibu sendiri. Menyusui adalah proses alamiah, dimana berjuta-juta ibu
melahirkan di seluruh dunia berhasil menyusui banyinya tanpa pernah membaca
buku pemberian ASI. Walaupun demikian dalam lingkungan kebudayaan kita saat
ini melakukan hal yang sifatnya alamiah tidaklah selalu mudah unuk melakukan
oleh para ibu-ibu menyusui. Menyusui merupakan cara pemberian makanan yang
di berikan secara langsung oleh ibu kepada anaknaya, namun seringkali ibu
menysusi kurang memahami dan kurang medapatkan informasi, bahkan seringkali
ibu-ibu mendapatkan informasi yang salah tntang manfaat ASI ekslusif itu
sendiri, tentang bagaimana cara menyusui itu sendiri ataupun langkah-langkah
menysusi yang benar kepada bayinya dan kurangnya informasi yang diberikan
tentang dampaknya apabila asi ekslusif itu tidak diberikan dan apa yang harus
dilakukan bila timbul kesukaran dalam menyusui secara ekslusif kepada bayinya
(Utami Roesli, 2000).
5. Kurangnya informasi dan tidak adanya tenaga terlatih menunjukan bahwa
kesadaran pemberian ASI hanya akan tumbuh dengan topangan informasi yang
baik dan adanya dukungan dari masyarakat. Gencarnya informasi susu pormula
benar-benar merubah paradigma masayrakat terhadap ASInya, dan merupakan
kepercayaan diri ibu bahwa ASI adalah sumber nutrisi terbaik dan satu-satunya
nutrisi ideal bagi bayi (Sugianto, 2008).
6. Kecenderungan ibu primipara mempunyai pengetahuan rendah di mungkinkan
karena melahirkan seorang anak merupakan pengalam baru, sehingga dapat
menjadi stressor yang pada akhirnya menyebabkan krisis. Untuk itu mereka
membutuhkan pemahaman atau pengetahuan dan keterampilan yang harus di
peroleh melalui praktek tentang bagaimana cara menysusi yang benar (WHO,
2002; 37).
7. Tehnik menyusui tidak dikuasi oleh ibu maka akan berdampak pada ibu dan bayi
itu sendiri. Dampak pada ibu bisa berupa mastitis, payudara bergumpal, putting
sakit, sedangkan pada bayi dipastikan, bayi tidak akan mau menyusu yang
berakibat bayi tidak akan mendapatkan ASI ekslusif (Idrus, 2009).
8. Masalah yang sering terjadi pada ibu menyusui merupakan tehnik menyusuiyang
tidak benar sehingga mengakibatkan lecet putting susu, dimana bayi tidak
menghisap putting sampai ke areola payudara (Bahiyatum, 2009).
9. Tehnik menyusui yang baik dan benar merupakan apabila areola sedapat
mungkin semuanya masuk kedalam mulut bayi, tetapi hal ini tidak mungkin
dilakukan pada ibu yang payudaranya besar. Untuk ini, maka sudah cukup bila
rahang bayi supaya menekan tempat penampungan air susu (sinus laktiferus) yang
terlatak di puncak areola di belakang putting susu. Putting susu yang lecet juga di
sebabkan oleh moniliasis (infeksi yang disebabkan olehmonilia yang disebut
candida) pada mulut bayi yang menular pada putting susu , iritasi akibat
membersihkan putting susu dengan sabun, lotion, krim, alcohol,bayi dengan tali
lidah pendek (frenulum lingue) sehingga sulit menghisap sampai aleora dan hanya
sampai puting, dan cara menghentikan menyusu kurang hati-hati (Bahiyatum,
2009).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian mengambil rumusan masalah
sebagai berikut “Bagaimana Tehnik Menyusui Yang Benar Terhadap Resiko Lecet
Payudara Pada Ibu Post Partum Primipara ?”

C. Tujuan Studi Kasus


1. Tujuan Umum
Mempelajari bagaimana tehnik menyusui yang benar terhadap resiko lecet
payudara pada ibu post partum primipara.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk menganalisa
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritik
Hasil penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu penelitian ilmu
keperawatan maternitas mengenai tehnik menysusi yang benar terhadap resiko lecet
payudara pada ibu post partum primifara.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini bermanfaat bagi :
a. Peneliti
Hasil penelitian ini bermanfaat bagi peneliti untuk menambah pengetahuan
dan wawasan tentang tehnik menysusiyang benar terhadap resiko lecet
payudara terhadap ibu post partum primifara.
b. Keluarga
Hasil penelitian inibermanfaat bagi keluarga dalam membantu meningkatkan
kesehatan terutama ibu post partum primifara.
c. Profesi Kesehatan
Hasil penelitian ini bermanfaat bagi profesi kesehatan dalam meningkatkan
mutu pelayanan dalam meningkatkan tehnik menyusui yang benar terhadap
resiko lecet payudara.

Anda mungkin juga menyukai