Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Post Partum


1. Definisi Post Partum
Masa nifas (puerperium) di mulai setelah melahirkan plasenta dan berakhir ketika
alat-alatkandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau
puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahiran plasenta sampai dengan 6 minggu (24
hari) setelah itu. Dalam bahasa latin , waktu mulai tertentu setelah melahirkan anak
ini di sebut puerperium yaitu dari kata puer yang artinyabayi dan parous melahirkan.
Jadi, puerperium masa setelah melahirkan bayi. Puerperium adalah masa pulih
kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra
hami. Sekitar 50% kematian ibu terjadi dalam 24 jam pertama post partum sehingga
pelayanan paska persalinan yang berkualitas harus terselanggara pada masa itu untuk
memenuhi kebutuhan ibu dan bayi (Dewi dan Sunarsih, ).
Masa nifas (puerperium) dimaknai sebagai periode pemuliahn segera setelah
lahirnya bayi dan plasenta serta mencerminkan keadaan fisiologi ibu, terutama system
reproduksi kembali mendekati keadaan sebelum hamil. Periode ini berlangsung enam
minggu atau berakhir saat kembalinya kesuburan (Coad dan Dunstall, 2006).
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, seta
selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum
hamil dengan waktu kurang lebih enam minggu (Saleha, 2009).
Masa nifas (puerperium) adalah masa pemulih kembali mulai dari persalinan
selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Lama masa nifas
ini 6-8 minggu (Mochtar, R., 2012).
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat-alat
reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung
selama enam minggu (Ambarwati, 2010).
Masa nifas puerperium atau masa dimulai setelah partus selesai dan berakhir kira-
kira 6 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genital baru pulih kembali seperti sebelum
kehamilan dalam waktu 3 bulan (Wiknjosastro, 1999).
2. Perubahan Psikologi Pascapersalinan
Beberpa penulis mengatakan dalam minggu pertama setelah melahirkan, banayak
wanita menunjukan gejala-gejala psikiatrik, trauma gejala depresi dari ringan sampai
berat serta gejala neurosis traumatiok. Biasanya ibu dapat sembuh kembali tanpa atau
dengan pengobatan. Jadi hal yang perlu diperhatikan , yaitu adaptasi psikososial pada
masa pasca persalinan. Dalam menjadi adaptasi tersebut ibu akan mulai fase-fase
sebagai berikut.
a. Fase taking in
Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung dari hari pertama
sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada masa itu focus perhatian ibu terutama
pada dirinya sendiri. Pengalaman selama proses persalinan sering diceritakan
kembali. Kelelahan membuat ibu cukup perlu istirahat untuk mencegah kurang
tidur. Oleh karena itu, kondisi ini perlu dipahami dengan menjaga komunikasi
yang baik.
b. Fase talking hold
Fase ini berlangsung selama 3-10 hari setelah melahirka. Ibu merasa khawatir
akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dlam merawat bayi. Selain
itu, perasaannya sangat sensitive sehingga mudah tersinggung jika komunikasi
kurang tepat. Oleh karena itu, pada fase ini merupakan kesmpatan yang baik
untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga
tumbuh rasa percaya diri.
c. Fase letting go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawabakan peran barunya yang
berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menysesuaikan diri
dengan ketergantungan bayinya. Keinginan merawat diri dan bayinya meningkat
pada fase ini.
3. Tahapan Masa Nifas
a. Puerperium dini
Pemulihan ketika ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dengan
agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
b. Puerperium intermedial
Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
c. Remote Puerperium
Waktu yang di perlukan untuk pemulihan dan sehat sempurna teruma bila selama
hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat
sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan, tahunan (Ambarwati, 2010).
4. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas
Persalinan merupakan peristiwa penting dan mulia. Kejadiannya penuh ketegangan
yang menguras tenaga dan sangat melelahkan. Oleh karena itu, ibu yang telah
melahirkan perlu mendapatkan perawatan sebaik-baiknya. Penyediaan asuahan
postpartum adalah berdasarkan prinsip yang bertujuan untuk :
a. Meningkatakan, mempertahankan, dan mengembalikan kesehatan.
b. Memfasilitasi ibu untuk merawat bayinya dengan rasa aman, nyaman, dan
percaya diri.
c. Memastikan pola menysusi yang mampu meningkatakan perkembangan bayi.
d. Meyakinkan wanita dan pasanganya untuk mengembangkankemampuan sebagai
orang tua dan untuk mendapatkan pengalaman berharga sebagia orang tua.
e. Membantu keluarga mengidenfikasi dan memenuhi kebutuhan dan mengemban
tanggung jawab terhadap kesehatannya sendiri.
Perawatan fisik dan pemenuhan kebutuhan dasar pada masa puerperium harus
mengarah pada pencapainnya kesehatan yang baik, dengan upaya perawat/bidan
diarahkan pada idenfikasi dan penatalaksanan masalah kesehatan yang muncul pada
masa nifas tersebut. Adapun kebutuhan dasar ibu nifas di antaranya sebagia berikut.
a. Tambahan kalori 500 kalori tiap hari.
Untuk menghasilkan setiap 10 0 ml susu, ibu memerlukan asupan kalori 85 kalori.
Pada saat minggu pertama dari enam bulan menyususi (ASI ekslusif) jumlah susu
yang harus dihasilkan oleh ibu sebanyak 750 ml setiap harinya. Mulai minggu
kedua susu yang harus dihasilkan sejumlah 600 ml, jadi tambhan jumlah kalori
yang harus di konsumsi oleh ibu adalah 510 kalori.
b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein ,mineral, dan vitamin
yang cukup, pedoman umumnya tang baik untuk diet adalah 2-4 porsi/hari dengan
menu empat kebutuhan dasar makanan (daging, buah, syuran, roti/biji-bijian).
c. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari
pascapersalinan.
d. Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada
bayinya melalui ASI.
e. Minum setidaknya tiga liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setelah
setiap kali selesai menysusi).
f. Hindari makanan yang mengandung kafein/nikotin.

Perbandingan Kebutuhan Zat Gizi Wanita Tidak Hamil, Hamil, Dan Menysysui
Makanan Normal Hamil Menysusi
Kalori 2.500 2.500 3.000
Protein (gram) 60 86 100
Kalsium (gram) 0,8 1,5 2
Ferum (Fe)(mg) 12 15 15
Vitamin A (IU) 5.000 6.000 8.000
Vitamin B (mg) 1,5 1,8 2,3
Vitamin C (mg) 70 100 150
Vitamin D (SI) 2,2 2.5 3
Riboflavin 15 18 23
Asam nikotin - 600 700
Kebutuhan Makanan Ibu Menyusui Dalam Sehari
Bahan Makanan Ibu Menyusui Bayi/Anak
Bayi umur Bayi umur Bayi umur
0-6 bulan 7-12 bulan 13-24 bulan
Nasi 5 piring 4 ½ piring 4 piring
Ikan 2 ½ potong 2 potong 3 potong
Tempe 5 potong 4 potong 5 potong
Sayuran 3 mangkuk 3 mangkuk 3 mangkuk
Buah 2 potong 2 potong 2 potong
Gula 5 sdm 5 sdm 5 sdm
Susu 1 gelas 1 gelas 1 gelas
Air 8 gelas 8 gelas 8 gelas

B. Konsep Teknik Menyusui Yang Benar


1. Definisi ASI Ekslusif
ASI ekslusif (menurut WHO) adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 6
bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI dapat di berikan sampai bayi
berusia 2 tahun. Pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan dianjurkan oleh pedoman
internasional yang di dasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI baik bagi bayi,
ibu, keluarga, maupun negara.
Menurut penelitian yang dilakukan pada 1.667 bayi Selma 12 bulan mengatakan
bahwa ASI ekslusif dapat menurunkan resiko kematian akibat infeksi saluran napas
akut dan disere. WHO dan UNICEF merekomendasikan kepada para
2. Manfaat Pemberian ASI
ASI adalah makanan yang terbaik untuk bayi. ASI tidak hanya memberikan manfaat
untuk bayi saja, melainkan untuk ibu, keluarga, dan negara. Manfaat ASI untuk bayi
adalah sebagai berikut.
a. Nutrient (zat gizi) dalam ASI sesuai dengan kebutuhan bayi.
Zat gizi yang terdapat dalam ASI anatara lain: lemak, karbohidrat, protein, garam,
mineral, serta vitamin. ASI memberikan seluruh kebutuhan nutrisi dan energi
selama satu bulan pertama, separuh atau lebih nutrisi selama 6 bulan kedua dalam
tahun pertama, dan ½ nutrisi atau lebih selama tahunkedua.
b. ASI mengandung zat protektif
Dengan adanya zat protektif yang terdapat dalam ASI, maka bayi jarang
mengalami sakit. Zat-zat protektif tersebut antara lain sebagai berikut.
1) Laktobasilus bifidus (mengubah laktosa menjadi asam laktat dan asam asetat,
yang membantu memberikan keasaman pada pencernaan sehingga
menghambat pertumbuhan mikroorganisme).
2) Laktoferin, mengikat zat besi sehingga mambantu menghambat pertumbuhan
kuman.
3) Lisozim, merupkan enzim yang memecahkan dinding bakteri dan anti
inflamatori bekerja sama dengan peroksida dan askorbat untuk menyerang E.
coli dan salmonella, seta menghancurkan dinding sel bakteri, terdapat dalam
ASI dalam konsentrasi 5.000 kali banyak dari susu sapi.
4) Komplemen C3 dan C4. Membantu daya opsenik.
5) Imunoglobiun (IgC, IgM, IgA, IgD, IgE). Melindungi tubuh dari infeksi, dari
semua yang paling penting adalah IgA, zat ini melindungi permukaan mukosa
terhadap serangan masuknya bakteri pathogen serta virus,. Zati ini
memungkinkan masuknya kuman-kuman E. coli, Salmonella, Shihela,
Steptococus, Stapphylococus, Poliovirus, dan rotavirus.
6) Faktor-faktor anti alergi
Mukosa ususnya bayi mudah ditembus oleh protein sebelum bayi berumur 6-9
bulan, sedangkan protein dalam susu sapi bisa bekerja sebagai alergi.
c. Mempunyai efek psikologis yang menguntungkan bagi bayi dan ibu. Pada saat
bayi kotak kulit dengan ibunya, maka akan timbul rasa aman dan nyaman bayi
bayi. Perasaan ini sangat penting untuk menimbulkan rasa percaya (basic sense of
trust).
d. Menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan bayi menjadi bayik. Bayi yang
mendpatakan ASI akan memiliki tumbuh kembang yang baik. Hal ini dpat dilihat
dari kenaikan berat badan bayi dan kecerdasan otak baik.
e. Mengurangi kejadian karies dentis.
Insiden karies dentis pada bayi yang mendpatkan susu formula jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan bayi yang mendpatkan ASI. Kebiasaan menyusu dengan
botol atau dot akan menyebabkan gigi lebih lama kontak dengan susu formula
sehingga gigi menjadi lebih asam.
f. Mengurangi kejadian maloksuli.
Penyebab maloksuli rhang adalah kebiasaan lidah yang mendorong ke depan
akibat menyusui dengan botol dan dot.
3. Fisiologi Pengeluaran ASI
Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks anatara
rangsangan mekanik, saraf, dan bermcam-macam hormon. Pengaturan hormon
terhadap negeluaran ASI, dapat di bedakan menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut.
a. Pembentukan kelenjar payudara.
Pada permulaan kehamilan terjadi peningkatan yang jelas dari duktus
yang baru, percabangan-percabangan dan lobules, yang dipengaruhi oleh hormon-
hormon plasenta dan korpus luteum. Hormon- hormon yang ikut membantu
mempercepat pertumbuhan adalah prolaktin, laktogen plasenta, karionik
gonadotropin, insulin, kortison, hormon tipoid, hormon paratoid, dan hormon
pertumbuhan.
Pada trimester pertama kehamilan, prolaktin dari adenohipofisi/hipofisis
anterior mulai merangsang kelenjar air susu untuk menghasilkan air susu yang
disebut kolostrum. Pada masa ini, pengeluaran kolostrum masih dihambat oleh
estrogen dan progesterone, tetapi jumlah prolaktin meningkat, hanya aktivitas
dalan pembuatan kolostrum yang di tekan.
Pada trimester kedua kehamilan, laktogen plasenta mulai merangsang
untuk pembuatan kolostrun. Keaktifan dari rangsanagan hormon- hormone
terhadap pengeluaran air susu telah didemostrasikan kebenarannya bahwa seorang
ibu yang melahirkan bayi berumur 4 bulan dimana bayinya meinggal, tetapi
keluar kolostrum.
b. Pembentukan air susu.
Pada ibu yang menysusi memiliki dua reflek yang masing-masing berperan
sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu sebagai berikut.
1) Reflek prolaktin.
Pada akhir kehamilan, hormon prolaktin memegang pernanan untuk membuat
kolostrum, namun jumlah kolostrum terbatas karena jumlah aktivitas
prolaktindi hambat oleh estrogen dan progesteron yang kadarnya memang
tinggi. Setelah partus, lepasnya plasenta dan kurang berfungsinya korpus
luteum membuat esterogen dan progesteron sanga t berkurang, ditambah
dengan adanya isapan bayi yang merangsamg putting susu dan kalang
payudara yang akan merangsang ujung-ujung saraf sensori yang berfungsi
sebagai reseptor makanik.
2) Reflek let down.
Bersama dengan pembentukan prolaktin oleh hipofisis anterior, rangsangan
yang berasal dari ispan bayi ada yang dilanjutkan ke hipofisis posterior
(neurohipofisis)yang kemudian di keluarkan oksitosin.
Melalui aliran darah, hormon ini di angkat menuju uterusyang dapat
menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga terjadi involusi dari ornagn
tersebut. Kontraksi dari sel kan memeras air susu yang telah di produksi
keluar dari alveoli dan masuk ke system duktus, selanjutnya mengalir melalui
duktus laktiferus masuk ke mulut bayi.
Faktor-faktor yang meningkatkan reflek let down adalah sebagai berikut.
a) Melihat bayi.
b) Mendengarkan suara bayi.
c) Mencium bayi.
d) Memikirkan untuk menyusui bayi.
Faktor-faktor yang menghambat reflek let down adalah stress, seperti
keadaan bingung/pikiran kacau, takut, dan cemas.
c. Pemeliharaan pengeluaran air susu.
Hubungan yang utuh antara hipotalamus dan hipofisis akan mengatur kadar
prolaktin dan oksitosin dlam darah. Hormon- hormon ini snagat perlu untuk
pengeluaran permulaan dan pemeliharaan penydiaan air susu selama menysusi.
Bila susu tidak di keluarkan akan mengakibatkan berkuarangnya sirkulasi darah
kapiler yang menyebabkan terlambatnya menyusui dan berkurangnya rangsangan
menyusui oleh bayi misalnya kekuatan isap berkurang, frekunsi isap yang
berkurang, serta singkatnya waktu menysusi. Hal ini berarti pelepasan prolaktin
yang cukup di perlukan untukmempertahankan pengeluaran air susu mulai sejak
minggu pertama kelahiran.
d. Mekanisme menyusui.
1) Refleks mencari (Rooting reflex).
Payudara ibu yang menempel pada pipi atau daerah sekeliling mulut
merupakan rangsangan yang menimbulkan refleks mencari pada bayi.
Keadaan ini menyebabkan kepala bayi berputar menuju putting susu yang
menempel tadi di ikuti dengan membuka mulut dan kemudian putting susu
ditarik masuk ke dalam mulut.
2) Refleks menghisap (Sucking reflex)
Putting susu yang sudah masuk ke dalam mulut dengan bantuan lidah ditarik
lebih jauh dan rahang menkan kalang payudara di belakang putting susu yang
pada saat itu sudah terletak pada langit-langit keras. Tekanan bibir dan
gerakan rahang yang terjadi secara beriramamembuat gusi akan menjepit
kalang payudara dan sinus laktiferu sehingga susu akan mengalir ke putting
susu, selanjutnya bagian belakang lidah menekan putting susu pada langit-
langit yang mengakibatkan air susu keluar dari putting susu. Cara yang
dilakuakan oleh bayi tidak akan menimbulkan cedera pada putting susu.
3) Refleks menelan (Swallowing reflex).
Pada saat air susu keluar dari putting susu, akan disusul dengan gerakan
menghisap yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi sehingga pengeluaran air susu
akan bertambah dan diteruskan dengan mekanisme menelan masuk ke
lambung. Keadaan akan berbeda bila bayi diberi susu botol dimana rahang
mempunyai peranan sedikit saat menelan dot botol, sebab susu mengalir
dengan mudah dari lubang botol. Dengan adanya gaya berat, yang disebabkan
oleh posisi botol yang dipegang kearah bawah dan selanjutnya dengan adanya
isapan pipi, keadaan ini kan membantu aliran susu sehinggatenaga yang di
perlukan oleh bayi untuk menghisap susu menjadi minimal.
4. Cara Menysusi Yang Benar
Pengertian teknik menysusi yang benar adalah cara memeberikan ASI kepada bayi
dengan perletakan posisi ibu dan bayi dengan benar.
a. Pembentukan persiapan ASI
Persiapan memberikan ASI dilakukan dengan bersamaan dengan kehamilan. Pada
kehamilan,payudara semakin padat karenaretensi air, lemak, serta berkembangnya
kelnjar-kelnjar payura yang dirasakan tegang dan sakit. Bersamaan dengan
membesarnya kehamilan, perkembangan dan persiapan untuk meberikan ASI
makin tampak. Payudara makin membesar, puting susu makin menonjol,
pembuluh darah makin tampak, dan areola mamae makin menghitam.
b. Persiapan memperlancar pengeluaran ASI dilaksanakan dengan jalan sebagai
berikut.
1) Membersihkan puting susu dengan air atau minyak sehingga iptel yang lepas
tidak menumpuk.
2) Puting susu di tarik-tarik setiap mandi sehingga menonjol untuk memudahkan
isapan bayi.
3) Bila puting susu belum menonjol dapat memakai pompa susu atau dengan
jalan oprasi.
5. Posisi Dan Perletakan Menysusi
Hal terpenting dalam posisi menysusi adlah ibu merasa nyaman dan rileks. Terdpat
berbagai macam posisi menysusi cara menysusi yang tergolong biasa dilakukan
adalah dengan duduk, berdiri, atau berbaring. Beberpa langkah-langkah menysusi
yang benar adalah sebagai berikut.
a. Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan di sekitar
puting, duduk dan berbaring dnegan santai.
b. Ibu harus mencari posisi nyaman, biasanya duduk tegak di tempat tidur/kursi ibu
harus merasa rileks.
c. Lengan ibu menompa kepala, leher, dan seluruh badan bayi (kepala dan tubuh
berada digaris lurus), muka bayi menghadap ke payudara ibu hidung bayi didepan
putting susu ibu. Posisi bayi harus sedemikian rupa sehingga perut bayi
menghadap perut ibu. Bay seharusnya berbaring miring dengan seluruh tubuhnya
mengahdap ibu. Kepalanya harus sejajar dengan tubuhnya, sehingga melengkung
kebelakang/menyamping, teinga, bahu, dan panggul bayi berada dlam satu garis
lurus.
d. Ibu mendekatkan bayi ketebuhnya (muka bayi kepayudara ibu)dan mengamati
bayi yang siap menyusu membuka mulut, bergerak mencari, dan menoleh, bayi
harus berada dekat dengan payudara ibu. Ibu tidak harus mencondongkan badan
dan bayi tidak merenggangkan lehernya untuk mencapai puttng susu ibu.
e. Ibu menyentuhkan putting susunya kebibir bayi, meunggu hingga mulut bayi
terbuka lebar kemudian mengarahkan mulut bayi ke putting susu ibu hingga bibir
bayi dapat menangkap putting susu tersebut. Ibu memgang payudra dengan satu
tangandengan cara meletakan empat jari di bawah payudra dan ibu jari di atas
payudara. Ibu jari dan telunjuk harus membentuk huruf “C”. semua jari tidak
boleh terlalu dekat dengan areola.
f. Pastikan bahwa sebagian besar areola masuk kedalama mulut bayi. Dagu rapat
dengan payudara ibu dan hidungnya menyentuh bagian atas payudara. Bibir
bawah bayi melengkung keluar.
g. Bayi diletakan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh bayi,
jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi harus lurus, dapatkan
bayi ke dada ibu hingga hidung bayi berhadapan dengan putting susu,dekatkan
badan bayi ke badan ibu, menyentuh bibir bayi ke putting susunya dan menunggu
sampai mulut bayi terbuka lebar.
h. Jika bayi sudah selesai menyusui, ibu mengeluarkan putting dari mulut bayi
dengan cara memasukan jari kelingking ibu dianatara mulut dan payudara.
i. Menyendawakan bayi dengan menyandarkan bayi di pundak atau
menelungkupkan bayi melintang kemudian menepuknepuk punggung bayi.
6. Cara Pengamatan Teknik Menyusui Yang Benar
Menysusi dengan teknik tidak benar dpat mengakibatkan putting susu mendjadi lecet
dan asi tidak keluar secara optimal sehingga memengaruhi produksi ASI selanjutnya
atau bayi enggan menyusu. Apabila bayi telah menyusui dengan benar, maka akan
memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut.
a. Bayi tampak tenang.
b. Badan bayi menempel pada perut ibu.
c. Mulut bayi terbuka lebar.
d. Dagu bayi menempel pada payudara ibu.
e. Sebaian areola masuk kedalam mulut bayi, areola bawah lebih banyak yang
kurang masuk.
f. Hidung bayi mendekati dan kadang-kadang menyentuh payudara ibu.
g. Mulut bayi mencakup sebanyak mungkin areola (tidak hanya putting susu
saja), lingkar areola atas terlihat lebih banyak bila dibandingkan dengan
lingkar areola bawah.
h. Lidah bayi menopang putting dan areola bagian bawah.
i. Bibir bawah bayi mengkung keluar.
j. Bayi Nampak menghisap kuat dengan irama perlahan.
k. Putting susu tidak terasa sakit.
l. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
m. Kepala bayi agak menengadah.
n. Bayi menghisap kuat dan dalam secara perlahan dan kadang disertai dengan
berhenti sesaat.
7. Lama Frekunsi Menysusi
Sebaiknya tindkan menysusi bayi dilakukan di setiap saat bayi membutuhkan karena
bayi akan menentukan sendiri kebutuhanya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi
bukan karena penyebab lain (BAK, kepanasan/kedinginan, atau sekedar ingin
didekap) atau ibu sudah merasa perlu menysusi bayinya. Bayi yang sehat dapat
mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan
kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya, bayi tidak memiliki pola yang
teraturdalam menysusi dan akan mempunyai pola tertentu selama 1-2 minggu
kemudian.
Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik karena isapan bayi snagat
berpenagruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menysusi tanpa
jadwal dan sesuai kebutuhan bayi, akan mencegah timbulnya masalah menysui. Ibu
yang bekerja di anjurkan agar sering menyusui pada malam hari. Bila sering
disusukan pada malam hari akan memicu produksi ASI.
Unruk menjaga kesimbangan ukuran payudara, maka sebaiknya setiap kali
menyusui harus dengan kedua payudara. Pesankan pada ibu agar menyusui sampai
payudara teasa kosong, agar produksi ASI lebih baik, setiap kali menysusi, di mulai
dengan payudara yang terakhir kali disusukan. Selama masa menysusi sebaiknya ibu
menggunakan kutang (bra) yang dpat menyangga payudara, tetapi tidak terlalu ketat.
8. Masalah Dalam Pemberian ASI
Kegagalan dalam proses menyusui sering disebabkan karena timbulnya beberapa
masalah, baik maslah pada ibu maupun pada bayi. Pada sebaian ibu yang tidak paham
masalah ini, kegagalan menysusi sering dianggap masalah pada anak saja.
Masalah dari ibu timbul selama menysysui dapat dimuali sejak sebelum
persalianan(periode anternatal), pada masa pasca-persalianan dini, dan masa
persalianan lajut. Maslah bayi umunya berkaiatan dengan manajemen laktasi
sehingga bayi sering menjadi “bingung putting” atau sering menangis, yang sering
diinterpretasikan oleh ibu dan keluarga bahawa ASI tidak tepat untuk bayinya.
Masalah menyusui dapat pula diakibatkan keadaan yang khusus. Selain itu ibu
sering sekalimengeluhkan bayinya sering menangis, “menolak” menyusu, dan
sebagian yang sering diartikan bahwa asli tidak cukup, atau ASI tidak enak, tidak
baik, atau apapun pendpatanya sehingga sering menyebabkan diambilnya keputusan
untuk menghentikan menyusui.
9. Puting Susu Lecet (Abraded and or Cracked Nipple)
Putting susu lecetdpat di sebabkanoleh trauma saat menysusi. Selain itu, dapat pula
terjadi retakan dan pembentukan celah-celah. Retakan pada putting susu dapat
sembuh sendiri dalam waktu 48 jam. Beberapa penyebab putting susu lecet adalah
sebagai berikut.
a. Teknik menysui yang tidak benar.
b. Putting susu terpapar oleh sabun, krim, alcohol, ataupun zat iritasi lain saat ibu
membersihkan putting susu.
c. Mobilisasi pada mulut bayi yang mengeluar pada putting susu ibu.
d. Bayi dengan tali lidah pendek (Frebulum lingue).
e. Cara menyusui menghentiakn menyusui yang kurang tepat.
Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi putting susu lecet adalah sebagai
berikut.
a. Cari penyebab putting susu lecet.
b. Selama putting susu diistirhatkan sebaiknya ASI tetap dikeluarkan dengan tangan,
dan tidak dianjurkan dengan alat pompa karena nyeri atau bayi disusukan lebih
dulu pada putting susu yang normal atau lecetnya sedikit.
c. Olesi putting susu dnegan ASI akhir (hind milk), tidak menggunakan sabun, krim,
alcohol, ataupun zat iritanlainya saat membersihkan payudara.
d. Menysusi lebih sering (8-12 kali dalam 24 jam).
e. Putting susu yang sakit dpat diistirhatkan untuk semntara waktu kurang lebih
1x24 jam, dan biasanya akan sembuh sendiri dalam waktu 2x24 jam.
f. Cuci payudara sekali sehari dan tidak membenarkan unruk menggunakan sabun.
g. Posisi menysusi harusnya benar, bayi menyusui samapi kekalang payudara dan
susukan secara bergantian di anatara kedua payudara.
h. Keluarkan sedikit ASU dan oleskan ke putting yang lecet dan biarkan kering.
i. Pengunakan bra yang menyangga.
j. Bila terasa sakit boleh minum obat pengurang rasa sakit.
k. Jika penyebanya monilia, diberi pengobatan dengan tablet Nystatin.
10. Payudara Bengkak
Bedakan antara payudara penuh karena ASI dengan payudarabengkak. Pada payudara
penuh terasa berat pada payudara, panas, dank eras, bila diperiksan ASI keluar dan
tidak ada demam. Pada payudara bengkak , payudara udem, sakit, putting kencang,
kulit mengkilap walau tidak merah, dan bila diperiksa/siisap ASI tidak keluar. Badan
biasanya bisa demam setelah24 jam.
Penyebab payudara bengkakdisebabkan karena menysusi yang tidak kontinu
sehingga sisa ASI terkumpul pada daerah duktus. Hal ini terjadi karena antara lain
produksi ASI meningkat, terlambat menyusukan dini,perlekatan kurang baik,
mungkin kurang sering ASI di keluarkan, dan mungkin jg ada pembatasan waktun
menyusui . hal ini dapat terjadi pada 3 hari setelah melahirkan. Selain itu, penggunaan
bra yang ketatserta keadaan putting susu yang tidak bersih dapat menyebabkan
sumbatanpada duktus.
Gejala perlu di bedakan antara payudara bengkak dengan payudara penuh. Pada
payudara bengkak, payudara udem, sakit, putting susu kencang, kulit mengkilat
walau tidak memerah, dan ASI tidak keluar kemudian bdan menjadi demam setelah
24 jam. Sementarapada payudara penuh, payudara terasa berat, panas, dan keras, bila
ASI dikeluarkan tidak ada demam.
Bebeapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah payudara bengkak adalah
sebagai berikut.
a. Menysusi bayi setelah lahiran dengan posisi dan perlekatan yang benar.
b. Menysusi bayi tanpa jadwal.
c. Keluarkan ASi dengan tangan/pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi.
d. Jangan memberikan minuman lain pada bayi.
e. Lakuakan perawatan payudara pasca-persalinan (masase dan sebagainya).
Bebeapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi payudara bengkak adalah
sebagai berikut.
a. Setiap 2 jam sekali sebelum menyusuikompreslah payudara dengan lap bersih
atau dengan daun papaya basah.
b. Keluarkanlah sedikit ASI sebelum menysusi agar payudara lebih lembek sehingga
lebih mudah memasukannya ke dalam mulut bayi.
c. Bila bayi belum dapat menyusu, ASI dikeluarkan dengan tanga atau pompa dan
diberikan pada bayi dengan cangkir/sendok.
d. Tetap mengeluarkan ASI sesering yang diperlukan sampai bendungan teratasi.
e. Untuk mengurangi rasa sakit dapat diberi kompres hangat dan dingin.
f. Bila ibu demam dapat di berikan obat penurun demam dan pengurangan sakit.
g. Lakukan pijatan pada daerah payudara yang bengkak,bermanfaat untuk
membantu memperlancar pengeluaran ASI.
h. Pada saat menyusui, sebaiknya ibu tetap rileks.
i. Makan makanan bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan perbanyak
minum.
j. Jika ibu yang sedang menyusu terserang penyakit seperti misalnya pilek,
usahakan tetap memberikan ASI dengan menutup mulut dan hidung dengan
masker.
11. Abses Payudara (Mastitis)
Mastitis adalah peradangan pada payudara. Payudara menjadi merah, bengkak
terkadang di ikuti rasa nyeri dan panas, serta suhu tubuh meningkat. Pada baian
dalam terasa ada masa padat (lump), dan di luarnya kulit menjadi merah. Kejadian ini
terjadi pada masa nifas 1-3 minggu setelah persalinan yang disebabkan kurangnya
ASi diisap/dikeluarkan atau pengisapan yang kurang efektif , dapat juga karena
kebiasaan karena menekan payudara dengan jari atau karena tekanan baju/bra, serta
pengelauran ASI yang kurang baik pada payudara yang besar, terutama pada baian
bawah payudarayang menggantung.
Ada dua jenis mastitis, yaitu yang terinfeksi milk stasis disebut Non-infetive
Mastitis dan yang telah terinfeksi bakteri: Infective mastitis. Lecet pada putting dan
trauma pada kulit juga dapat mengandunginfeksi bakteri. Beberapa tindakan yang
dapat dilakukan adalah sebagai berikut.
a. Kompres hangat/panas dan pemijatan
b. Rangsangan oksitosin: dimulai pada payudarayang tidak sakit, yaitu stimulasi
putting, pijat leher-punggung, dan lain-lain.
c. Pemberian atibiotik: Flucloxacilin atau Eryhromycin selama 7-10 hari.
d. Bila perlu bisa diberikan istirahat total dan obat atau penghilang rasa nyeri.
e. Kalau seudah terjadi abses sebaiknya payudara yang tidak sakit tidak boleh di
susunkan karena mungkin memerlukan tindkan bedah.

Anda mungkin juga menyukai