Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan kekuatan dan kemampuan dalam proses perkuliahan, dan penulisan
makalah yang berjudul “STUNTING”, yang merupakan suatu kajian yang disusun
untuk melengkapi tugas Individu pengganti final dalam mata kuliah Isu Mutakhir
Gizi
Dalam penyusunan makalah ini penulis mengharapkan saran, masukkan
bahkan kritik yang membangun untuk makalah ini, sehingga bisa digunakan
sebagai referensi dalam mata kuliah ini.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada dosen pengajar mata kuliah Isu
Mutakhir Gizi yang telah membantu dan memotivasi penulis dalam pembuatan
makalah ini. Terima kasih juga untuk semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini sehingga dapat selesai seperti yang diharapkan.

Makassar, Mei 2018

Penyusun
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR ............................................................................................
DAFTAR ISI ........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang .........................................................................................
B. Rumusan masalah …….….......................................................................
C. Tujuan ......................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Defenisi stunting…………………………………………………………
B. Penyebab terjadinya stunting……………………………………………..
C. Dampak stunting………………………………………………………….
D. Metode pengukuran stunting………………………………………….….
E. Cara mencegah stunting ……………...…………………………….……
F. gizi yang berperan untuk menghindari stunting……………………….....
G. Usaha pemerintah dalam masalah stunting……………………………....
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................
B. Saran...........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat,
namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis
dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah
multifaktor. Keadaan gizi kurang dapat ditemukan pada setiap kelompok
masyarakat. Pada hakekatnya keadaan gizi kurang dapat dilihat sebagai suatu
proses kurang asupan makanan ketika kebutuhan normal terhadap satu atau
beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan
jumlah yang lebih besar daripada yang diperoleh Stunting merupakan salah
satu masalah gizi yang terjadi akibat malnutrisi yang menggambarkan
kekurangan gizi yang terjadi secara kumulatif dalam waktu lamaatau dikenal
dengan istilah kekurangan gizi kronis (hidden hunger) (Manary dan Solomons,
2009).
Stunting merupakan keadaan tubuh yang pendek dan sangat pendek
hingga melampaui defisit-2 SD di bawah median panjang atau tinggi badan
(Manary dan Solomons, 2009). Stunting dapat di diagnosis melalui indeks
antropometri tinggi badan menurut umur yang mencerminkan pertumbuhan
linier yang dicapai pada pra dan pasca persalinan dengan indikasi kekurangan
gizi jangka panjang, akibat dari gizi yang tidak memadai atau kesehatan.
Stunting merupakan pertumbuhan linear yang gagal untuk mencapai potensi
genetik sebagai akibat dari pola makan yang buruk dan penyakit infeksi
(ACC/SCN, 2000). Stunting adalah masalah gizi utama yang akan berdampak
pada kehidupan sosial dan ekonomi dalam masyarakat. Ada bukti jelas bahwa
individu yang stunting memiliki tingkat kematian lebih tinggi dari berbagai
penyebab dan terjadinya peningkatan penyakit. Stunting akan mempengaruhi
kinerja pekerjaan fisik dan fungsi mental dan intelektual akan terganggu
(Mann dan Truswell, 2002). Hal ini juga didukung oleh Jackson dan Calder
(2004) yang mengatakan bahwa stunting berhubungan dengan gangguan
fungsi kekebalan dan mengingkatkan risiko kematian.
Menurut World Health Organization (WHO) terdapat kurang lebih 162
juta balita yang stunting, besarnya masalah stunting dan dampak yang
ditimbulkan membuat WHO melalui World Health Assembly (WHA)
menargetkan prevalensi stunting pada tahun 2025 menurun sebanyak 40 %
disemua negara yang mempunyai masalah stuntingtermasuk Indonesia.
Prevalensi stuntingdi Indonesia tertinggi di Asia Tenggara dan masuk 5 besar
negara di dunia dengan prevalensi stunting tertinggi. Prevalensi stunting di
Indonesia lebih tinggi dari negara-negara lain di Asia Tenggara, seperti
Myammar Vietnam (23%), dan Thailand (16%). Indonesia menduduki
peringkat ke lima dunia untuk jumlah anak dengan kondisi stunting, lebih dari
sepertiga anak Indonesia tingginya berada di bawah rata-rata.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi stunting?
2. Apa penyebab stunting?
3. Apa dampak yang ditimbulkan stunting?
4. Bagaimana metode pengukuran stunting?
5. Bagaimana cara mencegah stunting?
6. Zat gizi apa saja yang berperan untuk menghindari stunting?
7. Bagaimana usaha pemerintah dalam masalah stunting?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa definisi stunting
2. Untuk mengetahui apa penyebab stunting
3. Untuk mengetahui apa dampak yang ditimbulkan stunting
4. Untuk mengetahui metode pengukuran stunting
5. Untuk mengetahui cara mencegah stunting
6. Untuk mengetahui zat gizi yang berperan untuk menghindari stunting
7. Untuk mengetahui usaha pemerintah dalam masalah stunting
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Stunting
Stunting merupakan suatu keadaan dimana tinggi badan anak yang terlalu
rendah. Stunting atau terlalu pendek berdasarkan umur adalah tinggi badan
yang berada di bawah minus dua standar deviasi (<-2SD) dari tabel status
gizi WHO child growth standard (WHO, 2012).
Stunting merupakan istilah para nutrinis untuk penyebutan anak yang
tumbuh tidak sesuai dengan ukuran yang semestinya (bayi pendek).
Stunting (tubuh pendek) adalah keadaan tubuh yang sangat pendek hingga
melampaui defisit 2 SD dibawah median panjang atau tinggi badan populasi
yang menjadi referensi internasional. Stunting adalah keadaan dimana tinggi
badan berdasarkan umur rendah, atau keadaan dimana tubuh anak lebih
pendek dibandingkan dengan anak – anak lain seusianya (MCN, 2009).
Stunted adalah tinggi badan yang kurang menurut umur (<-2SD), ditandai
dengan terlambatnya pertumbuhan anak yang mengakibatkan kegagalan
dalam mencapai tinggi badan yang normal dan sehat sesuai usia anak.
Stunted merupakan kekurangan gizi kronis atau kegagalan pertumbuhan
dimasa lalu dan digunakan sebagai indikator jangka panjang untuk gizi
kurang pada anak.
Stunting dapat didiagnosis melalui indeks antropometrik tinggi badan
menurut umur yang mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada pra
dan pasca persalinan dengan indikasi kekurangan gizi jangka panjang, akibat
dari gizi yang tidak memadai dan atau kesehatan. Stunting merupakan
pertumbuhan linier yang gagal untuk mencapai potensi genetic sebagai akibat
dari pola makan yang buruk dan penyakit (ACC/SCN, 2000).
B. Faktor –Faktor Penyebab Stunting
Stunting dapat disebabkan oleh berbagai faktor. WHO (2013) membagi
penyebab terjadinya stunting pada anak menjadi 4 kategori besar yaitu faktor
keluarga dan rumah tangga, makanan tambahan / komplementer yang tidak
adekuat, menyusui, dan infeksi.
1. Keluarga dan rumah tangga
Keluarga dan rumah tangga dibagi lagi menjadi:
a) faktor maternal Faktor maternal berupa nutrisi yang kurang pada saat
prekonsepsi, kehamilan, dan laktasi, tinggi badan ibu yang rendah,
infeksi, kehamilah pada usia remaja, kesehatan mental, Intrauterine
growth restriction (IUGR) dan kelahiran preterm, Jarak kehamilan
yang pendek, dan hipertensi.
b) Faktor lingkungan rumah berupa stimulasi dan aktivitas anak yang
tidak adekuat, perawatan yang kurang, sanitasi dan pasukan air yang
tidak adekuat, akses dan ketersediaan pangan yang kurang, alokasi
makanan dalam rumah tangga yang tidak sesuai, edukasi pengasuh
yang rendah.
2. Makanan komplementer yang tidak adekuat
Dibagi lagi menjadi tiga, yaitu kualitas makanan yang rendah, cara
pemberian yang tidak adekuat, dan keamanan makanan dan minuman.
Kualitas makanan yang rendah dapat berupa kualitas mikronutrien yang
rendah, keragaman jenis makanan yang dikonsumsi dan sumber makanan
hewani yang rendah, makanan yang tidak mengandung nutrisi, dan
makanan komplementer yang mengandung energi rendah. Cara
pemberian yang tidak adekuat berupa frekuensi pemberian makanan yang
rendah, pemberian makanan yang tidak aadekuat ketika sakit dan setelah
sakit, konsistensi makanan yang terlalu halus, pemberian makan yang
rendah dalam kuantitas. Keamanan makanan dan minuman dapat berupa
makanan dan minuman yang terkontaminasi, kebersihan yang rendah,
penyimpanan dan persiapan makanan yang tidak aman.
3. Pemberian Air Susu Ibu (ASI)
Pemberian ASI yang salah bisa karena inisiasi yang terlambat, tidak ASI
eksklusif, penghentian menyusui yang terlalu cepat. Faktor keempat
adalah infeksi klinis dan subklinis seperti infeksi pada usus : diare,
environmental enteropathy, infeksi cacing, infeksi pernafasan, malaria,
nafsu makan yang kurang akibat infeksi, inflamasi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada anak usia 24 –36 bulan di
Semarang menunjukkan terdapat beberapa faktor risiko yang paling
berpengaruh untuk terjadinya stunting, yaitu tinggi badan orang tua yang
rendah, pendidikan ayah yang rendah, dan pendapatan perkapita yang rendah.
Penelitian yang serupa dilakukan kepada anak usia 3 –23 bulan di Tanzania
menunjukkan bahwa malaria, berat badan lahir rendah (BBLR), pendapatan
keluarga yang rendah, dan indeks massa tubuh (IMT) ibu yang rendah
berperan sebagai faktor risiko terjadinya stunting pada anak. Berat badan
lahir rendah dan indeks massa tubuh ibu yang rendah merupakan dua faktor
risiko terkuat untuk penyebab stunting.
C. Dampak Stunting
Stunting dapat memberikan dampak bagi kelangsungan hidup anak. WHO
(2013) membagi dampak yang diakibatkan oleh stunting menjadi dua yaitu:
1. Dampak jangka pendek dari stunting adalah di bidang kesehatan yang
dapat menyebabkan peningkatan mortalitas dan morbiditas, di bidang
perkembangan berupa penurunan perkembangan kognitif, motorik, dan
bahasa, dan di bidang ekonomi berupa peningkatan pengeluaran untuk
biaya kesehatan.
2. Dampak jangka panjang di bidang kesehatan berupa perawakan yang
pendek, peningkatan risiko untuk obesitas dan komorbidnya, dan
penurunan kesehatan reproduksi, di bidang perkembangan berupa
penurunan prestasi dan kapasitas belajar, dan di bidang ekonomi berupa
penurunan kemampuan dan kapasitas kerja.
Menurut penelitian Hoddinott et al. (2013) menunjukkan bahwa stunting
pada usia 2 tahun memberikan dampak yang buruk berupa nilai sekolah yang
lebih rendah, berhenti sekolah, akan memiliki tinggi badan yang lebih
pendek, dan berkurangnya kekuatan genggaman tangan sebesar 22%.
Stunting pada usia 2 tahun juga memberikan dampak ketika dewasa berupa
pendapatan perkapita yang rendah dan juga meningkatnya probabilitas untuk
menjadi miskin. Stunting juga berhubungan terhadap meningkatnya jumlah
kehamilan dan anak dikemudian hari, sehingga Hoddinott menyimpulan
bahwa pertumbuhan yang terhambat di kehidupan awal dapat memberikan
dampak buruk terhadap kehidupan, sosial, dan ekonomi seseorang.
Dampak stunting terhadap prestasi sekolah juga didukung oleh penelitian
yang dilakukan oleh Perignon et al.(2014) terhadap anak usia 6 –16 tahun di
Kamboja. Perignon menemukan bahwa anak yang mengalami stunting
moderate dan severe memiliki kecerdasan kognitif yang lebih rendah
dibanding dengan anak yang normal. Stunting juga dapat mempengaruhi
kadar hemoglobin anak.
D. Metode Pengukuran
Pengukuran antropometri berdasarkan tinggi badan menurut umur berguna
untuk mengukur status nutrisi pada populasi, karena pengukuran
pertumbuhan tulang ini mencerminkan dampak kumulatif yang
mempengaruhi status nutrisi yang menyebabkan terjadinya stunting dan juga
mengacu sebagai malnutrisi kronis (Alderman, 2011). Cara pengukuran
antropometri pada anak dengan menggunakan grafik standar panjang / tinggi
badan menurut umur menurut WHO pada Training Course on Child Growth
Assessment yang diterbitkan pada tahun 2008. Data ini menggunakan Z-
score sebagai cut-off point untuk menentukan status antropometri anak
yang disusun dalam tabel dibawah ini :

Tabel 2.1 Indikator Pertumbuhan WHO Z –score


Stunting merupakan salah satu masalah gizi balita. Stunting
menggambarkan kegagalan pertumbuhan yang terakumulasi sejak sebelum
dan sesudah kelahiran yang diakibatkan oleh tidak tercukupinya asupan zat
gizi (Milman et al., 2005). Stunting atau pendek merupakan kegagalan
pertumbuhan linier dengan defisit dalam panjang badan menurut umur <-2 z-
skor berdasarkan rujukan baku pertumbuhan World Health Organization
(WHO, 2006). Stunting adalah sebuah proses yang dapat mempengaruhi
perkembangan anak dari tahap awal konsepsi sampai tahun ketiga atau
keempat kehidupan, dimana gizi ibu dan anak merupakan penentu penting
pertumbuhan. Kegagalan memenuhi persyaratan mikronutrien, lingkungan
yang tidak mendukung dan penyediaan perawatan yang tidak adekuat
merupakan faktor yang bertanggungjawab dan mempengaruhi kondisi
pertumbuhan hampir 200 juta anak dibawah umur 5 tahun (Branca dan
Ferrari, 2002).
E. Cara Mencegah Stunting
1. Mencegah Stunting pada Balita
Kita masih harus bekerja keras untuk menurunkan prevalensi balita
pendek sebesar 2,9% agar target MD’s tahun 2014 tercapai yang
berdampak pada turunnya prevalensi gizi kurang pada balita kita. Jika
terjadi gangguan pertumbuhan tinggi badan pada balita, maka untuk
mengejar pertumbuhan tinggi badan optimalnya masih bisa diupayakan,
sedangkan anak usia sekolah sampai remaja relatif kecil kemungkinannya.
Dengan mencegah faktor resiko gizi kurang baik pada remaja putri,
wanita usia subur (WUS), ibu hamil maupun pada balita. Selain itu,
menangani balita yang dengan tinggi dan berat badan rendah yang
beresiko terjadi stunting, serta terhadap balita yang telah stunting agar
tidak semakin berat. Kejadian balita stunting dapat diputus mata rantainya
sejak janin dalam kandungan dengan cara melakukan pemenuhan
kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil, artinya setiap ibu hamil harus
mendapatkan makanan yang cukup gizi, mendapatkan suplementasi zat
gizi (tablet Fe), dan terpantau kesehatannya. Selain itu setiap bayi baru
lahir hanya mendapat ASI saja sampai umur 6 bulan (eksklusif) dan
setelah umur 6 bulan diberi makanan pendamping ASI (MPASI) yang
cukup jumlah dan kualitasnya. Ibu nifas selain mendapat makanan cukup
gizi, juga diberi suplementasi zat gizi berupa kapsul vitamin A.
Kejadian stunting pada balita yang bersifat kronis seharusnya dapat
dipantau dan dicegah apabila pemantauan pertumbuhan balita
dilaksanakan secara rutin dan benar. Mempermudah akses keluarga
terhadap informasi dan penyediaan informasi tentang kesehatan dan gizi
anak yang mudah dimengerti dan dilaksanakan oleh setiap keluarga juga
merupakan cara yang efektif dalam mencegah terjadinya balita stunting.
2. Penanggulangan dan pencegahan Stunting pada Bayi
a) Penanggulangan stunting pada pertumbuhan bayi
Penanggulangan stunting yang paling efektif dilakukan pada seribu
hari pertama kehidupan, yaitu:
- Pada ibu hamil
Memperbaiki gizi dan kesehatan Ibu hamil merupakan cara
terbaik dalam mengatasi stunting. Ibu hamil perlu mendapat
makanan yang baik, sehingga apabila ibu hamil dalam keadaan
sangat kurus atau telah mengalami KurangEnergiKronis (KEK),
maka perlu diberikan makanan tambahan kepada ibu hamil
tersebut. Setiap ibu hamil perlu mendapat tablet tambah darah,
minimal 90 tablet selama kehamilan. Kesehatan ibu harus tetap
dijaga agar ibu tidak mengalami sakit.
- Pada saat bayi lahir
Persalinan ditolong oleh bidan atau dokter terlatih dan
begitu bayi lahir melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Bayi
sampai dengan usia 6 bulan diberi Air Susu Ibu (ASI) saja (ASI
Eksklusif).
- Bayi berusia 6 bulan sampai dengan 2 tahun
Mulai usia 6 bulan, selain ASI bayi diberi Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI). Pemberian ASI terus dilakukan
sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih. Bayi dan anak
memperoleh kapsul vitamin A, taburia, imunisasi dasar lengkap.
- Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) harus diupayakan oleh
setiap rumah tangga.
b) Pencegahan stunting pada pertumbuhan bayi
- Kebutuhan gizi masa hamil
Pada Seorang wanita dewasa yang sedang hamil, kebutuhan
gizinya dipergunakan untuk kegiatan rutin dalam proses
metabolisme tubuh, aktivitas fisik, serta menjaga keseimbangan
segala proses dalam tubuh. Di samping proses yang rutin juga
diperlukan energi dan gizi tambahan untuk pembentukan jaringan
baru, yaitu janin, plasenta, uterus serta kelenjar mamae. Ibu hamil
dianjurkan makan secukupnya saja, bervariasi sehingga kebutuhan
akan aneka macam zat gizi bisa terpenuhi. Makanan yang
diperlukan untuk pertumbuhan adalah makanan yang mengandung
zat pertumbuhan atau pembangun yaitu protein, selama itu juga
perlu tambahan vitamin dan mineral untuk membantu proses
pertumbuhan itu.
- Kebutuhan Gizi Ibu saat Menyusui
Jumlah makanan untuk ibu yang sedang menyusui lebih
besar dibanding dengan ibu hamil, akan tetapi kualitasnya tetap
sama. Pada ibu menyusui diharapkan mengkonsumsi makanan
yang bergizi dan berenergi tinggi, seperti diisarankan untuk minum
susu sapi, yang bermanfaat untuk mencegah kerusakan gigi serta
tulang. Susu untuk memenuhi kebutuhan kalsium dan flour dalam
ASI. Jika kekurangan unsur ini maka terjadi pembongkaran dari
jaringan (deposit) dalam tubuh tadi, akibatnya ibu akan mengalami
kerusakan gigi. Kadar air dalam ASI sekitr 88 gr %. Maka ibu yang
sedang menyusui dianjurkan untuk minum sebanyak 2–2,5 liter (8-
10 gelas) air sehari, di samping bisa juga ditambah dengan minum
air buah.
- Kebutuhan Gizi Bayi 0 – 12 bulan
Pada usia 0 – 6 bulan sebaiknya bayi cukup diberi Air Susu
Ibu (ASI). ASI adalah makanan terbaik bagi bayi mulai dari lahir
sampai kurang lebih umur 6 bulan. Menyusui sebaiknya dilakukan
sesegara mungkin setelah melahirkan. Pada usia ini sebaiknya bayi
disusui selama minimal 20 menit pada masing-masing payudara
hingga payudara benar-benar kosong. Apabila hal ini dilakukan
tanpa membatasi waktu dan frekuensi menyusui,maka payudara
akan memproduksi ASI sebanyak 800 ml bahkan hingga 1,5 – 2
liter perhari.
- Kebutuhan Gizi Anak 1 – 2 tahun
Ketika memasuki usia 1 tahun, laju pertumbuhan mulai
melambat tetapi perkembangan motorik meningkat, anak mulai
mengeksplorasi lingkungan sekitar dengan cara berjalan kesana
kemari, lompat, lari dan sebagainya. Namun pada usia ini anak
juga mulai sering mengalami gangguan kesehatan dan rentan
terhadap penyakit infeks seperti ISPA dan diare sehingga anak
butuh zat gizi tinggi dan gizi seimbang agar tumbuh kembangnya
optimal. Pada usia ini ASI tetap diberikan. Pada masa ini berikan
juga makanan keluarga secara bertahap sesuai kemampuan anak.
Variasi makanan harus diperhatikan. Makanan yang diberikan
tidak menggunakan penyedap, bumbu yang tajam, zat pengawet
dan pewarna. dari asi karena saat ini hanya asi yang terbaik untuk
buah hati anda tanpa efek samping
F. Zat Gizi Mikro yang Berperan untuk Menghindari Stunting
1. Kalsium
Kalsium berfungsi dalam pembentukan tulang serta gigi,
pembekuan darah dan kontraksi otot. Bahan makanan sumber kalsium
antara lain : ikan teri kering, belut, susu, keju, kacang-kacangan.
2. Yodium
Yodium sangat berguna bagi hormon tiroid dimana hormon tiroid
mengatur metabolisme, pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Yodium
juga penting untuk mencegah gondok dan kekerdilan. Bahan makanan
sumber yodium : ikan laut, udang, dan kerang.
3. Zink
Zink berfungsi dalam metabolisme tulang, penyembuhan luka,
fungsi kekebalan dan pengembangan fungsi reproduksi laki-laki. Bahan
makanan sumber zink : hati, kerang, telur dan kacang-kacangan.
4. Zat Besi
Zat besi berfungsi dalam sistem kekebalan tubuh, pertumbuhan
otak, dan metabolisme energi. Sumber zat besi antara lain: hati, telur,
ikan, kacang-kacangan, sayuran hijau dan buah-buahan.
5. Asam Folat
Asam folat terutama berfungsi pada periode pembelahan dan
pertumbuhan sel, memproduksi sel darah merah dan mencegah anemia.
Sumber asam folat antara lain : bayam, lobak, kacang-kacangan, serealia
dan sayur-sayuran.
G. Usaha Pemerintah dalam Masalah Stunting
Selama ini pemerintah sudah berusaha mengurangi Gizi buruk,
terutama pertumbuhan yang terhambat, merupakan sebuah masalah kesehatan
masyarakat yang utama di Indonesia. Untuk mengatasi tantangan itu,
UNICEF mendukung sejumlah inisiatif di tahun 2012 untuk menciptakan
lingkungan nasional yang kondusif untuk gizi. Ini meliputi peluncuran
Gerakan Sadar Gizi Nasional (Scaling Up Nutrition – SUN) dan mendukung
pengembangan regulasi tentang pemberian ASI eksklusif, rencana nasional
untuk mengendalikan gangguan kekurangan iodine, panduan tentang
pencegahan dan pengendalian parasit intestinal dan panduan tentang
suplementasi multi-nutrient perempuan dan anak di Klaten, Jawa Tengah.
Manajemen masyarakat tentang gizi buruk akut dan pemberian makan
bayi dan anak menjelma menjadi sebuah paket holistic untuk menangani gizi
buruk, sementara pengendalian gizi anak dan malaria ditangani bersama
untuk mencegah pertumbuhan yang terhambat (stunting) (Laporan Tahuna
Unicef Indonesia, 2012).
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Stunting adalah keadaan dimana tinggi badan berdasarkan umur rendah,
atau keadaan dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan anak –
anak lain seusianya. Stunted adalah tinggi badan yang kurang menurut umur
(<-2SD), ditandai dengan terlambatnya pertumbuhan anak yang
mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tinggi badan yang normal dan
sehat sesuai usia anak. Stunted merupakan kekurangan gizi kronis atau
kegagalan pertumbuhan dimasa lalu dan digunakan sebagai indikator jangka
panjang untuk gizi kurang pada anak. Faktor gizi ibu sebelum dan selama
kehamilan merupakan penyebab tidak langsung yang memberikan kontribusi
terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin. Ibu hamil dengan gizi kurang
akan menyebabkan janin mengalami intrauterine growth retardation (IUGR),
sehingga bayi akan lahir dengan kurang gizi, dan mengalami gangguan
pertumbuhan dan perkembangan. Untuk menentukan stunted pada anak
dilakukan dengan cara pengukuran antropometri. Kejadian balita
stunting dapat diputus mata rantainya sejak janin dalam kandungan dengan
cara melakukan pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil.
B. Saran
1. Pengetahuan ibu harus luas mengenai pemahaman tentang anak.
2. Sebaiknya seorang ibu harus bisa mengatur / memilah-milah makanan
untuk balita.
3. Berikan anak makanan yang mengandung 4 sehat 5 sempurna karena
sangat baik untuk pertumbuhan anak.
4. Jangan lupa pemberian makanan yang sehat serta suplemen yang teratur
untuk pertumbuhan dan kecerdasannya
DAFTAR PUSTAKA

ACC/SCN. 2000. Nutrition Throughout the Life Cycle. 4th Report on The World
Nutrition Situation. United Nations Administrative Committee on
Coordination
Aryatami, Ni Ketut dan Ingan Tarigan. 2017. Kajian Kebijakan dan
Penanggulangan Masalah Gizi Stunting di Indonesia. Buletin Penelitian
Kesehatan, Vol. 45, No. 4, Hal: 233 – 240
Branca, F and Ferrary, M. 2002. Impact of Micronutrient Defisiencies on Growth
: The Stunting Syndrome. Journal Annals Nutrition and
Metabolism.Vol.46.(Suppl 1) 8 :17
Hoddinott, J. et al., 2013. Adult consequences of Growth Failure in Early
Childhood. Am J Clin Nutr 98: 1170-1178.
Laporan Tahuna Unicef Indonesia. 2012. Ringkasan Kajian Kesehatan Unicef
Indonesia. Oktober 2012.
Laporan Tahunan Indonesia. 2013. Penyajian Pokok-Pokok Hasil Riset Kesehatan
Dasar 2013.
Manary, M.J & Solomons, N.W (2009) Aspek Kesehatan Masyarakat pada Gizi
Kurang In : Gibney, M.J., Margett, B.M., Kearney, J.M.,&Arab, L. Gizi
Kesehatan Masyarakat.2e .Widyastuti,P.Ed.Hardiyanti,E.A. Penerbit
Buku Kedokteran EGC.Jakarta.
World Health Organization. 2004. Impact of Women Health and Nutrition
Entrepreneurs and Mobilizers on Health and Nutrition of Rural Children
and Mothers Knowledge and Health – related Practices
World Health Organization. 2006. WHO Child Growth Standards :
length/heightfor-age,weight-for-age,weight-for lenght,weight-for-height
and body mass index-for-age : methods and development : Departement
of Nutrition for Health and Development.Geneva.
World Health Organization. 2013. Global nutrition policy review: What does it
take to scale up nutrition action. Geneva, Switzerland: WHO Press.

Anda mungkin juga menyukai