Anda di halaman 1dari 40

AUDIT MANAJEMEN

1. Pengertian Audit Manajemen


Fungsi pengawasan dan pengendalian manajemen, menimbulkan aktivitas audit
(pemeriksaan). Secara lebih luas audit juga dibutuhkan dalam menilai
pertanggungjawaban manajemen kepada berbagai pihak yang berkepentingan di dalam
perusahaan. Dari hasil audit dapat diketahui apakah laporan yang diberikan oleh
manajemen sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya terjadi atau apakah operasi yang
berjalan sesuai dengan ketentuan, peraturan, dan kebijakan yang telah ditetapkan
perusahaan.

Menurut Dale L. Flesher and Steward Siewert yang dikutip oleh Amin Widjaja
Tunggal, “An operational audit is an organized search for ways of improving
efficiency and effectiveness. It can be considered a form of constructive
criticism”.
Menurut Holmes dan Overmyer (1975) yang dikutip oleh Amin Widjaja Tunggal, “
The management audit means the examination and evaluation of all
information gathering functions and all phases of management functions and
activities, in order to ascertain if operating are conducted in a effective and
efficient manner”.
Management audit menurut Alejandro R Gorospe/Lindberg/Cohn yang
dialihbahasakan oleh Amin Widjaja Tunggal yaitu:
“Management audit adalah suatu tekhnik yang secara teratur dan sistematis
digunakan untuk menilai efektivitas unit/ pekerjaan dibandingkan dengan
standar-standar perusahaan dan industry, dengan menggunakan petugas yang
bukan ahli dalam lingkup objek yang dianalisis, untuk meyakinkan manajemen
bahwa tujuan dilaksanakan, dan keadaan yang membutuhkan perbaikan.”
(2002:2)
R.A Supriyono (1990) memberikan definisi audit manajemen sebagai berikut: “Audit
manajemen sebagai suatu proses pemeriksaan secara sistematik yang
dilaksanakan oleh pemeriksa independen untuk mendapatkan danmengevaluasi
bukti secara objektif atas prosedur dan kegiatan-kegiatan manajemen, serta
mengkomunikasikan hasil pemeriksaannya kepada atasan manajer yang
diperiksa dan disertai dengan bukti dan suati rekomendasi kemungkinan
tindakan koreksi”.
Siagian (2001) mendefinisikan audit manajemen sebagai suatu bentuk
pemeriksaan yang bertujuan untukmeneliti dan menilai kinerja perusahaan
yang disoroti dari sudut pandang peningkatan efisiensi, efektifitas dan
ptroduktivitas kerja dalam berbagai komponennya.
Menurut Institute of Internal Auditor (IIA) yang ditulis oleh Boyton Johnson
Kell di dalam buku Modern Auditing (2002:491) “Internal Auditing adalah
aktivitas pemberian keyakinan serta konsultasi yang independen dan obyektif,
yang dirancang untuk menambah nilai dan memperbaiki kinerja
organisasi“. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa audit manajemen
merupakan bentuk pemeriksaan untuk menilai, menganalisis, meninjau ulang hasil
perusahaan, apakah telah berjalan secara ekonomis, efisien dan efektif serta
mengidentifikasi kekurangan-kekurangan dan kemudian melaksanakan pengujian dan
penelaan atas ketidakhematan, ketidakefisiensian maupun ketidakefektifan untuk
selanjutnya memberikan rekomendasi–rekomendasi perbaikan demi tercapainya tujuan
perusahaan.
2. Tujuan dan Manfaat Audit Manajemen
Dalam pemeriksaan manajemen menurut AICPA yang dikutip oleh Amin Widjaja
Tunggal dikatakan bahwa tujuan dari pelaksanaan management audit adalah sebagai
berikut:
“Tujuan pelaksanaan management audit adalah untuk memeriksa dan menilai
operasi perusahaan serta prosedur pelaksanaannya, juga menyangkut
pemberian informasi kepada manajemen tentang masalah-masalah operasi
yang diperlukan untuk melakukan koreksi dalam peningkatan penghematan
dan produktivitas.”
(2000:275)
Sedangkan menurut Sukrisno Agoes menyatakan bahwa
tujuan management audit adalah sebagai berikut:
“Tujuan dari management audit adalah:
1. Untuk menilai kinerja (performance) dari manajemen dan berbagai fungsi dalam
2. Untuk menilai apakah berbagai sumber daya (manusia, mesin, dana, dan harta
lainnya) yang dimiliki perusahaan telah digunakan secara efisien dan ekonomis.
3. Untuk menilai efektivitas perusahaan dalam mencapai tujuan (objective) yang telah
ditetapkan oleh top management.
4. Untuk dapat memberikan rekomendasi kepada top management untuk memperbaiki
kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam penerapan pengendalian intern, sistem
pengendalian manajemen, dan prosedur operasional perusahaan, dalam rangka
meningkatkan efisiensi, keekonomisan dan efektivitas dari kegiatan operasi
perusahaan.”
(2004:175)
Dari ketujuh definisi audit manajemen di atas, dapat diketahui tujuan dan manfaat audit
manajemen, yaitu sebagai berikut :
1. Untuk memberikan informasi kepada manajemen mengenai efektifitas suatu unit
atau fungsi.
2. Untuk mengetahui tindakan yang bersifat perventif, artinya untuk menilai apakah
ada situasi dalam perusahaan yang potensial dapat menjadi masalah di masa depan
meskipun pengamatan sepintas mungkin menunjukkan bahwa situasi demikian tidak
dihadapi perusahaan.
3. Untuk membandingkan hasil kerja perusahaan secara keseluruhan atau berbagai
komponen di dalamnya dengan standar yang mencakup berbagi bidang kegiatan dan
berbagai sasaran perusahaan yang ditetapkan sebelumnya.
4. Untuk dijadikan sebagai upaya investigasi. Bagi manajemen untuk memutuskan
melaksanakan audit manajemen ialah karena ada sinyal elemen bahwa dalam
perusahaan terdapat masalah tertentu yang harus segera diketahui penyebabnya
dan dengan demikian dapat diambil langkah-langkah untuk mengatasinya. Siagian
(2001) mengatakan bahwa kalangan manajemen menunjukkan sambutan terhadap
perkembangan audit manajemen karena jika digunakan dengan tepat maka audit
manajemen bisa memberi manfaat yang besar yaitu:
5. Memungkinkan manajemen mengidentifikasikan kegiatan operasional dalam
perusahaan yang tidak memberikan kontribusi dalam perolehan keuntungan.
6. Membantu manajemen dalam peningkatan produktifitaskerja dari berbagai
komponen organisasi.
7. Memungkinkan manajemen mengidentifikasi hambatan dan kendala yang dihadapi
dalam mengkoordinasikan berbagai kegiatan dan mengambil langkah strategis untuk
mengatasi dan menghilangkannya.
8. Memantapkan penerapan pendekatan kesisteman dalam menjalankan roda
organisasi.
9. Memungkinkan manajemen pada berbagai tingkat menentukan strategi yang tepat.
10. Membantu manajemen merumuskan pedoman teknis operasional bagi para
pelaksana berbagai kegiatan dalam perusahaan yang akan membantu para tenaga
kerja operasional melakukan kegiatan masing-masing dengan tingkat efisiensi dan
efektifitas yang lebih tinggi.
11. Mengidentifikasikan dengan tepat berbagai masalah dan tantangan yang dihadapi
dalam manajemen sumber daya manusia.
12. Membantu manajemen menilai perilaku bawahan dalam menyediakan informasi bagi
pimpinan sesuai dengan kebutuhan pimpinan pada berbagai hierarki perusahaan.
Apabila audit manajemen dilakukan secara berkala maka audit manajemen bisa
menunjukkan masalah ketika masalah tersebut masih berskala kecil. Dengan demikian
audit manajemen merupakan alat manajemen yang membantu manajemen dalam
mencapai tujuan karena tindakan korektif dapat dilakukan untuk pemecahan masalah
apabila ditemukan inefisiensi dan inefektifitas.
3. Ruang Lingkup Dan Sasaran Audit Manajemen
Ruang lingkup audit manajemen meliputi seluruh aspek kegiatan manajemen. Ruang
lingkup ini dapat berupa seluruh kegiatan atau dapat juga hanya mencakup bagian
tertentu dari program/aktivitas yang dilakukan. Periode audit juga bevariasi, bisa untuk
jangka waktu satu minggu, beberapa bulan, satu tahun bahkan untuk beberapa tahun,
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan yang menjadi sasaran dalam audit
manajemen adalah kegiatan, aktivitas, program dan bidang-bidang dalam perusahaan
yang diketahui atau diidentifikasi masih memerlukan perbaikan/peningkatan, baik dari
segi ekonomisasi, efisiensi, dan efektivitas. Sasaran pemeriksaaan dapat dibagi menjadi
tiga elemen penting, yaitu:

1. Kriteria (Criteria)
Kriteria merupakan standar (pedoman, norma) bagi setiap individu/ kelompok di dalam
perusahaan dalam melakukan aktivitasnya.

2. Penyebab (Cause)
Penyebab merupakan tindakan (aktivitas) yang dilakukan oleh setiap individu/kelompok
di dalam perusahaan.Penyebab dapat bersifat positif, atau sebaliknya negatif, program-
program/aktivitas berjalan dengan tingkat efektivitas, efisiensi yang lebih rendah dari
standar yang telah ditetapkan.

3. Akibat (effect)
Akibat merupakan perbandingan antara penyebab dengan kriteria yang berhubungan
dengan penyebab tersebut.Akibat negatif menunjukan program/aktivitas berjalan
dengan tingkat pencapaian yang lebih rendah dari kriteria yang ditetapkan.Sedangkan
akibat positif menunjukan bahwa program/aktivitas telah berjalan secara baik
dengantingkat pencapaian yang lebih tinggi dari kriteria yang ditetapkan.

4. Perbedaan Audit Manajemen dan Audit Keuangan


Perbedaan utama Financial Audit dan Management Audit adalah tujuan
pengujian. Financial Audit menekankan pada apakah informasi historis dicatat secara
benar sedangkan management audit menekankan pada ekonomisasi, efektivitas dan
efisiensi. Berikut ini adalah beberapa perbedaan pokok antara Management
Audit dengan Financial Audit yang diungkapkan oleh Amin Widjaja Tunggal
(2000:7), yaitu:
Tabel
Perbedaan Management Audit dengan Financial Audit

NO KARAKTERISTI FINANCIAL MANAGEMENT AUDIT


K AUDIT

Menyatakan
pendapat
tentang
kewajaran Menilai dan meningkatkan
laporan efisiensi dan keefektifan
1 Tujuan keuangan pengelolaan

Data/catatan
2 Ruang Lingkup keuangan Operasi dan fungsi

Urusan
keuangan Urusan operasional yang sudah
dalam periode lalu, sekarang dan yang akan
3 Orientasi yang sudah lalu datang

Prinsip-prinsip
akuntansi yang
lazim dipakai
Standar atau diterima Prinsip-prinsip operasi
4 Penilaian secara umum manajemen

Standar-
standar
pemeriksaan
yang lazim
dipakai/diterim Teknik-teknik operasi
5 Metode a secara umum manajemen

Presisi
6 (Ketepatan) Definitif Relatif

Terutama pihak Biasanya intern


luar pemegang
Umumnya pimpinan
saham, public,
7 Pemakai pemerintah

8 Realisasi Aktual Potensial

Diharuskan oleh
Undang- Tidak harus terutama
undang/ merupakan prerogativepimpina
9 Keharusan Peraturan n

Belum lama, berkaitan dengan


Sudah berusia adanya pendekatan sistem
10 Sejarah lama (system approach)

11 Katalisator Tradisi Terutama permintaan pimpinan

Teratur paling
sedikit setahun Periodik, tetapi kebanyakan
12 Frekuensi sekali saatnya tidak tertentu

Sumber: Amin Widjaja Tunggal (2000: 8-9)


5. Tipe Audit Manajemen
Audit manajemen dilakukan di semua bidang kegiatan badan usaha. Termasuk juga
dalam bidang usaha yang bergerak di bidang jasa. Dalam management audit terdapat
3 (tiga) tipe management audit menurut Amin Widjaja Tunggal yaitu:
“Tipe-tipe management audit adalah sebagai berikut:
1. Audit Fungsional (Functional Audit)
2. Audit Organisasi (Organizational Audit)
3. Penugasan Khusus (Special Asignment).”
(2000:35-37)
Tipe-tipe management audit diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Audit Fungsional (Functional Audit)
Fungsi adalah alat untuk mengkategorikan aktivitas usaha, seperti fungsi penagihan/
fungsi produksi. Terdapat banyak cara yang berbeda untuk mengkategorisasi dan
membagi fungsi-fungsi menjadi sub-sistem yang lebih kecil. Suatu audit fungsional
berhubungan dengan satu atau lebih fungsi yang lebih banyak dalam suatu organisasi.
Audit fungsional mempunyai keuntungan memungkinkan spesialisasi oleh auditor. Staf
auditor tertentu dalam bagian management audit dapat mengembangkan keahlian
dalam area, seperti perekayasa produksi. Mereka dapat lebih efisien menghabiskan
semua waktu mereka dalam memeriksa area tersebut.
2. Audit Organisasi (Organizational Audit)
Suatu audit organisasional berhubungan dengan unit organisasi secara keseluruhan,
seperti departemen, cabang/ anak perusahaan. Tekanan dalam suatu audit organisasi
adalah begaimana efisien dan efektifnya fungsi-fungsi berinteraksi. Rencana organisasi
dan metode untuk mengkoordinasi aktivitas khususnya adalah penting untuk tipe audit.

3. Penugasan Khusus (Special Asignment)


Penugasan management audit khusus timbul karena permintaan manajemen. Terdapat
variasi yang luas untuk audit ini. Sebagai contoh, audit ini termasuk menentukan sebab-
sebab suatu sistem EDP yang tidak efektif, penyelidikan kemungkinan adanya
kecurangan dalam divisi, dan membuat rekomendasi untuk mengurangi biaya produksi
suatu produk.
6. Karakteristik Audit Manajemen
Audit manajemen mempunyai beberapa karakteristik penting. Karakteristik tersebut
meliputi :

1. Tujuan Pemeriksaan
Tujuan pemeriksaan manajemen adalah membantu semua peringkat manajemen dalam
meningkatkan perencanaan dan pengendalian manajemen dengan cara mengidentifikasi
aspek-aspek sistem dan prosedur serta rekomendasi kepada manajemen untuk
meningkatkan efisiensi, efektifitas, dan ekonomisasi.
2. Independensi
Agar manfaat pemeriksaan manajemen dapat dicapai, maka pemeriksaan tersebut harus
bersifat independen.

3. Pendekatan Sistematis
Dalam perencanaan dan pelaksanaan audit manajemen perlu digunakan pendekatan
yang sistematis dan metode-metode yang konsisten.

4. Kriteria Prestasi
Dengan kriteria prestasi pelaksanaan dapat dibandingkan dan dievaluasi.

5. Bukti Pemeriksaan
Auditor harus dapat merencanakan dan melaksanakan prosedur yang dirancang untuk
memperoleh bukti yang cukup untuk mendukung temuan–temuan dan kesimpulan-
kesimpulan serta rekomendasi yang dibuatnya.

6. Pelaporan dan Rekomendasi


Karakteristik yang membedakan antara audit manajemen dengan jenis audit lainnya
adalah terletak pada laporan audit. Dalam audit manajemen , laporan audit menekankan
pada temuan-temuan selama pemeriksaan, pembuatan kesimpulan, dan rekomendasi
untuk meningkatkan sistem perencanaan dan pengendalian manajemen.

7. Prinsip Dasar Audit Manajemen


Ada tujuh prinsip dasar yang harus diperhatikan auditor agar audit manajemen dapat
mencapai tujuan dengan baik. Menurut IBK.Bayangkara (2008:5)dalam bukunya
yang berjudul ”Audit Manajemen Prosedur dan Implementasi” yang menyebutkan tujuh
prinsip dasar, yaitu :
1. Audit dititik beratkan pada objek audit yang mempunyai peluang untuk diperbaiki.
2. Prasyarat penilaian terhadap kegiatan objek audit
3. Pengungkapan dalam laporan tentang adanya temuan-temuan yang bersifat positif.
4. Indentifikasi individu yang bertanggung jawab terhadap kekurangan-kekurangan
yang terjadi.
5. Penentuan tindakan terhadap petugas yang seharusnya bertanggung jawab.
6. Pelanggaran hukum.
7. Penyelidikan dan pencegahan kecurangan.
8. Yang Melakukan Audit Manajemen
Menurut Tunggal (2000) bahwa pihak-pihak yang bisa melakukan audit manajemen
antara lain:
1. Internal Auditor
Apabila perusahaan memiliki komite audit sendiri maka biaya yang dikeluarkan untuk
aktivitas tersebut kecil dibanding dengan menggunakan jasa pihak lain. Internal auditor
yang bekerja untuk perusahaan tertentu tentunya akan berusaha mengembangkan
kemampuannya dalam rangka kemajuan perusahaan tersebut.

1. Akuntan Pemerintah
Akuntan pemerintah dapat juga diminta untuk melakukan pemeriksaan
manajemen.Mereka biasanya memberi perhatian kedua-duanya, baik audit keuangan
dan audit manajemen.

1. Akuntan Publik
Perusahaan juga bisa menunjuk sebuah kantor akuntan publik untuk melakukan
pemeriksaan manajemen. Biasanya penugasan ini terjadi hanya kalau perusahaan tidak
mempunyai staf internal audit atau staf internal audit kurang keahliaannya dalam area
tertentu. Sebagai contoh, suatu perusahaan meminta kantor akuntan menilai efisiensi
dan efektifitas dari sistem komputernya.

8. Tahap – Tahap Audit Manajemen


Ada beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam audit manajemen. Secara garis
besar dapat dikelompokan manjadi lima menurut IBK.Bayangkara dalam bukunya
yang berjudul “Audit Manajemen Prosedur dan Implementasi” (2008:9) yang
menyebutkan lima tahapan audit manajemen, yaitu :
1. Audit Pendahuluan
2. Review dan Pengujian Pengendalian Manajemen
3. Audit Terperinci
4. Pelaporan
5. Tindak lanjut
Penjelasan mengenai tahapan yang harus dilakukan dalam audit manajemen adalah
sebagai berikut:

1. Audit Pendahuluan.
Audit pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan informasi latar belakang terhadap
objek audit yang dilakukan.Di samping itu, pada audit ini juga dilakukan penelaahan
terhadap berbagai peraturan, ketentuan dan kebijakan berkaitan dengan aktivitas yang
diaudit, serta menganalisis berbagai informasi yang telah diperoleh untuk
mengindentifikasi hal-hal yang potensial mengandung kelemahan pada perusahaan yang
diaudit. Auditor mungkin menggunakan daftar pertanyaan, flow chart, tanya jawab,
laporan manajemen, dan observasi dalam pelaksanaan audit pendahuluan.
Daftar pertanyaan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan
masalah yang mempengaruhi efektivitas, efisiensi dan performa operasi. Auditor
kemudian akan menilai jawaban yang diperoleh, kemudian auditor mengumpulkan bukti-
bukti untuk memperkuat jawaban yang diterima.

2. Review dan Pengujian Pengendalian Manajemen.


Pada tahap ini auditor melakukan review dan pengujian terhadap pengendalian
manajemen objek audit, dengan tujuan untuk menilai efektivitas pengendalian
manajemen dalam mendukung pencapaian tujuan perusahaan. Dari hasil pengujian ini,
auditor dapat lebih memahami pengendalian yang berlaku pada objek audit sehingga
dengan lebih mudah dapat diketahui potensi-potensi terjadinya kelemahan pada
berbagai aktivitas yang dilakukan.

Jika dihubungkan dengan tujuan audit sementara yang telah dibuat pada audit
pendahuluan, hasil pengujian pengendalian manajemenini dapat mendukung tujuan
audit sementara tersebut menjadi tujuan audit sesungguhnya, atau mungkin ada
beberapa tujuan audit sementara yang gugur, karena tidak cukup (sulit memperoleh)
bukti-bukti yang mendukung tujuan audit tersebut.

3. Audit Terinci
Pada tahap ini auditor melakukan pengumpulan bukti yang cukup dan kompeten untuk
mendukung tujuan audit yang telah dilakukan. Pada tahap ini juga dilakukan
pengembangan temuan untuk mencari keterkaitan antara satu temuan dengan temuan
yang lain dalam menguji permasalahan yang berkaitan dengan tujuan audit. Temuan
yang cukup, relevan, dan kompeten dalam tahap ini disajikan dalam suatu kertas kerja
audit (KKA) untuk mendukung kesimpulan audit yang dibuat dan rekomendasi yang
diberikan.Kertas kerja dapat diorganisir berdasarkan sub unit dari usaha yang diaudit
(seperti berdasarkan cabang, bagian), urutan prosedur audit dilaksanakan (seperti audit
pendahuluan, bukti) atau setiap sistem logis yang mempertinggi pemahaman auditor
terhadap pekerjaan yang dilakukan. Tujuan mengumpulkan bukti-bukti adalah untuk
mendapatkan dasar faktual dalam menilai kriteria performa yang sebelumnya
diidentifikasi.

Tahapan ini bertujuan untuk mengomunikasikan hasil audit termasuk rekomendasi yang
diberikan kepada berbagai pihak yang berkepentingan. Hal ini penting untuk meyakinkan
pihak manajemen tentang keabsahan hasil audit dan mendorong pihak-pihak yang
berwenang untuk melakukan perbaikan terhadap berbagai kelemahan yang ditemukan.
Laporan disajikan dalam bentuk komprehensif (menyajikan temuan-temuan penting
hasil audit untuk mendukung kesimpulan audit dan rekomendasi).Rekomendasi harus
disajikan dalam bahasa operasional dan mudah dimengerti sertamenarik untuk
ditindaklanjuti.Walaupun laporan formal dapat dianggap sebagai langkah terakhir dalam
manajemen audit.Laporan informal ini harus dibuat selama audit.Sebagai contoh,
apabila auditor menemukan suatu ineffisiensi yang serius selama
survei pendahuluan.Ia harus menyelidiki, menilai dan melaporkan segera daripada
menunggu audit selesai.
5. Tindak lanjut
Sebagai tahap akhir dari audit manajemen, tindak lanjut bertujuan untuk mendorong
pihak-pihak yang berwenang untuk melaksanakan tindak lanjut sesuai dengan
rekomendasi yang diberikan. Auditor tidak memiliki wewenang untuk mengharuskan
tindak lanjut sesuai dengan rekomendasi yang diberikan.

Oleh karena itu, rekomendasi yang disajikan dalam laporan audit seharusnya sudah
merupakan hasil diskusi dengan berbagai pihak yang berkepentingan dengan tindakan
perbaikan tersebut. Suatu rekomendasi yang tidak disepakati oleh objek audit akan
sangat berpengaruh pada pelaksanaan tindak lanjutnya. Hasil audit menjadi kurang
bermakna apabila rekomendasi yang diberikan tidak ditindaklanjuti oleh pihak yang
diaudit.

Sedangkan Menurut Sukrisno Agoes tahapan dalam pelaksanaan management


audit, yaitu:
 Preliminary Survey (Survei Pendahuluan)
 Review and Testing of Management Control System (Penelaahan dan
Pengujian atas Sistem Pengendalian Manajemen)
 Detailed Examination (Pengujian Terinci)
 Report Development (Pengembangan Laporan).”
(2004:178)
Penjelasan dari tahap-tahap dalam pelaksanaan management audit adalah sebagai
berikut:
 Preliminary Survey (Survei Pendahuluan)
Tujuan dari Preliminary Survey adalah untuk mendapatkan informasi umum dan latar
belakang, dalam waktu yang relatif singkat, mengenai semua aspek dari organisasi,
kegiatan, program, atau sistem yang dipertimbangkan untuk diperiksa, agar dapat
diperoleh pengetahuan atau gambaran yang memadai mengenai objek pemeriksaan.
 Review and Testing of Management Control System (Penelaahan dan
Pengujian atas Sistem Penegendalian Manajemen)
Tujuan dari Review and Testing of Management Control System (Penelaahan dan
Pengujian atas Sistem Penegendalian Manajemen) adalah untuk mendapatkan bukti dari
hasil pengetesan terhadap transaksi-transaksi perusahaan yang berkaitan dengan sistem
pengendalian manajemen. Dan untuk memastikan bahwa bukti yang diperoleh adalah
kompeten.
 Detailed Examination (Pengujian Terinci)
Dalam tahapan ini, auditor harus mengikhtisarkan bukti-bukti yang cukup, kompeten,
material dan relevan untuk dapat menentukan tindakan yang dilakukan oleh manajemen
dalam mengatasi penyimpangan-penyimpangan yang dapat merugikan perusahaan.

 Report Development (Pengembangan Laporan)


Temuan audit harus dilengkapi dengan kesimpulan sebelum didiskusikan
dengan auditee. Komentar dari auditee disajikan dalam laporan audit.
Dari penjelasan diatas, dapat kita ketahui bahwa tahap-tahap dari management
audit yaitu mulai dari survey pendahuluan, penelaahan dan pengujian atas sistem
pengendalian manajemen, pengujian terinci, dan yang terakhir yaitu pengembangan
laporan. Tahap-tahap tersebut harus dilakukan dengan berurutan.
9. Laporan Hasil Audit
Hasil akhir dari audit manajemen adalah laporan hasil audit. Laporan audit manajemen
perlu disusun secara cermat, jelas, ringkas dan objektif. Laporan hasil audit manajemen
pada umumnya berisi penjelasan mengenai tujuan dan ruang lingkup penugasan,
prosedur dan pendekatan yang digunakan oleh pemeriksa, temuan-temuan dan hasil
pemeriksaan serta rekomendasi untuk perbaikan. Laporan hasil pemeriksaan hendaknya
meliputi dan disusun secara berurutan sebagai berikut :

1. Informasi latar belakang Informasi latar belakang yang disajikan oleh pemeriksa
harus dapat memberikan gambaran latar belakang permasalahan yang sama
diantara pemeriksa dan pengguna laporan. Informasi tersebut antara lain :
2. Kapan organisasi itu didirikan.
3. Apa tujuan pendirian organisasi, pelaksanaan kegiatan atau tujuan program.
4. Apa karakteristik kegiatan dan seberapa luas ruang lingkup aktivitasnya.
5. Siapa yang mengepalai organisasi dan siapa saja yang bertanggung jawab atas
pelaksanaan kegiatan atau program.
6. Alasan apa yang mendasari dilakukannya audit manajemen.
7. Kesimpulan audit yang disertai dengan bukti-bukti yang mendukung tujuan audit.
8. Rumusan saran yang berhasil diformulasikan.
Saran-saran yang diajukan oleh pemeriksa pada umumnya berupa anjuran yang
berisikan hal-hal apa saja yang seharusnya dilakukan untuk mendorong organisasi
melakukan perbaikan atas kinerja yang akan datang. Rumusan saran harus singkat
karena ditujukan untuk memberikan dasar perbaikan prestasi manajemen di masa yang
akan datang, dirumuskan dengan mengingat prinsip biaya efektifitas serta sifat praktis.
Wewenang untuk melakukan tindak lanjut dan upaya perbaikan tetaplah pada
manajemen organisasi.

1. Lingkup pemeriksaan
Lingkup pemeriksaan menunjukkan berbagai aspek kegiatan pihak kedua dan periode
waktu kegiatan yang ditinjau kembali oleh pemeriksa.Lingkup pemeriksaaan harus juga
mengidentifikasi secara jelas seberapa mendalam peninjauan kembali yang dilakukan
untuk masing-masing aspek kegiatan pihak kedua.Laporan tersebut hendaknya dapat
memberikan motivasi kepada unit manajemen yang diperiksa untuk melaksanakan
tindak lanjut atas rekomendasi-rekomendasi yang disajikan dalam laporan tersebut.

Daftar Referensi Yang Digunakan Dalam Bahasan Ini :


Agoes, Sukrisno.1996. Auditing: Pemeriksaaan Akuntan. Jilid II. Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Agoes, Sukrisno.2004. Auditing II. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
Boynton, William, Raymond N, Johnson,Walter G.Kell.2003. Modern Auditing. Ahli
Bahasa: Ichsan Stiyo Budi dan Herman Wibowo. Jakarta: Erlangga, Edisi Ketujuh.
Courtemanche,Gil.1997. Pandangan Baru Internal Auditing. Editor:Hiro Tugiman.
Yogyakarta:Kanisius.
Hamilton, Alexander.1986. Manajemen Audit : meningkatkan efektivitas dan
efisiensi. Surabaya:Usaha Nasional.
IBK. Bayangkara.2008. Audit Manajemen:Prosedur dan Implementasi.
Jakarta:Salemba Empat.
Jung,ST.Dian.2001. Audit Manajemen:Efektifitas dan Efisiensi Perusahaan Anda.
Jakarta :PT.Bumi Aksara
Siagian, P.Sondang.2001. Audit Manajemen. Jakarta:Bumi Aksara.
Tunggal, Amin Widjaya.2000. Management Audit:suatu pengantar. Cetakan
kedua.Jakarta : Rineka Cipta.
2000.Audit Manajemen Kontemporer .Cetakan kedua. Jakarta:Harvarindo.
Widjayanto,Nugroho.1985. Pemeriksaan Operasional Perusahaan. Jakarta:LPFE
Universitas Indonesia

https://datakata.wordpress.com/2014/10/02/audit-manajemen/
Pengertian Audit Internal : Tujuan,
Fungsi, Ruang Lingkup
September 7, 2018 by Yusuf
Audit Internal atau Internal Audit memiliki peranan penting dalam
keberjalanan perusahaan. Pada era modern ini
perkembangan Manajemen organisasi khususnya di perusahaan sangat
memerlukan peran audit internal. Audit internal digunakan untuk
mendukung keberjalanan manajemen perusahaan sebagai
fungsi controlling yang menjamin perusahaan berjalan sesuai dengan
perencanaan dan mengarah kepada tujuan.
Biasanya audit internal dilakukan oleh unit yang berada di dalam
perusahaan yang memang ditugaskan untuk melakukan audit terhadap
perusahaan yang bersangkutan. Pelaksana dari audit internal adalah auditor
internal. Pelaksana dari audit internal atau auditor internal biasanya ada
pada perusahaan besar dimana perusahaan tersebut memiliki struktur
organsasi yang kompleks dengan berbagai tugas dan fungsi masing-
masing.

Adapun tugas internal audit yang dilakukan auditor adalah melakukan audit
internal perusahaan dengan menjamin sistem/manajemen yang ada di
perusahaan supaya berjalan sesuai yang diinginkan. Selain itu dengan
adanya audit internal dapat menghindari adanya resiko kesalahan,
penyalahgunaan, dan kendala dengan mengembangkan efisiensi dan
efektivitas perusahaan. Oleh karena itu perusahaan seharusnya menyusun
SOP audit internal serta melakukan pengendalian internal audit di dalam
perusahaan dnegan tujuan pengembangan perusahaan.

Melihat pentingnya audit internal bagi perusahaan maka perlu adanya


pembahasan mengenai audit internal secara tersendiri. Pada artikel ini akan
dibahas secara terperinci mengenai pengertian audit internal, tujuan,
fungsi, tuang lingkup, tanggung jawab dan aktivitas dalam audit internal.
Contents[hide]
 Pengertian Audit Internal Menurut Para Ahli
o Mulyadi (2002)
o Sukrisno
o Lawrence B. Sawyer
o Dan Guy
o Hiro Tugiman
o Ikatan Auditor Internal (Insititute of Internal Auditors – IIA) yang dikutip
Messier (2005)
 Tujuan Audit Internal
 Fungsi Audit Internal
 Ruang Lingkup Audit Internal
 Perbedaan Audit Internal dan Eksternal
o Internal Audit
o Eksternal Audit

Pengertian Audit Internal Menurut Para Ahli


Audit internal memiliki beragam pengertian yang pada intinya memiliki
makna yang sama. Pada artikel ini akan dipaparkan Pengertian Audit
Internal menurut para ahli.
Mulyadi (2002)
Internal Audit adalah pelaksana audit/auditor yang menjalankan tugas di
dalam perusahaan untuk mengetahui sejauh mana prosedur dan kebijakan
yang telah dibentuk sebelumnya dipatuhi, menetapkan apakah pengelolaan
akan aset organisasi/perusahaan sudah dilaksanakan dengan baik,
menetapkan seberapa efektif dan efisien dari prosedur kegiatan
organisasi/perusahaan, serta menilai keefektivitasan informasi yang
diproduksi oleh tiap unit di dalam organisasi/perusahaan.

Sukrisno
Arti internal audit adalah pemeriksanaan yang dijalankan oleh unit audit
internal yang dimiliki perusahaan terhadap finansial report dan laporan
akuntansi perusahaan serta meninjau kepatuhan akan kebijakan yang
ditentukan pimpinan puncak, peraturan pemerintan, dan ketentuan dari
perserikatan profesi.
Lawrence B. Sawyer
Pada buku berjudul “Internal Audit Sawyer” dikemukakan bahwa pengertian
audit internal menjabarkan tentang ruang lingkup audit internal modern
yang lebih luas.
Arti internal audit adalah proses penilaian yang dilaksanakan secara
berurutan dan bersifat obyektif yang dilaksanakan oleh auditor internal
kepada aktivitas operasional dan kontrol yang berbeda di dalam organisasi.
Audit internal dilaksanakan untuk menetapkan apakah :

1. Informasi mengenai finansial dan operasional perusahaan sudah


tepat dan dapat dipercaya.
2. Kemungkinan hambatan yang akan dihadapi perusahaan telag
diketahui dan diminimalisasi.
3. Peraturan bagi eksternal perusahaan dan kebijakan di internal dapat
diteirma dan dipatuhi.
4. Aktivitas operasional sudah memuaskan.
5. Penggunaan sumber daya perusahaan dipakai secara efektif dan
efisien.
6. Tujuan organisasi/perusahaan diraih secara efektif. Hal ini
didiskusikan dengan pihak manajemen dan memberikan bantuan
berupa saran kepada anggota untuk menjalankan tugas seefektif
mungkin.
Dan Guy
Guy mendeskripsikan audit sebagai proses untuk mengidentifikasi data dan
mengevaluasi bukti dengan sistem yang obyektif dalam rangka memberi
penilaian kesesuaian diantara pernyataan dan kriteria yang ditentukan yang
kemudian hasi tersebut disampaikan kepada pihak yang memiliki
kepentingan.

Hiro Tugiman
Definisi Audit internal adalah fungsi penilaian secara independen di dalam
organisasi untuk mengetes dan melakukan evaluasi terhadap
kegiatan/program yang dijalankan.

Ikatan Auditor Internal (Insititute of Internal Auditors – IIA) yang


dikutip Messier (2005)
IAA mendefinisikan bahwa internal audit adalah kegiatan yang independen
dan objectif beserta konsultasi yang disusun untk meningkatkan nilai dan
operasional organisais/perusahaan. Internal audit dapat mendukung
organisasi/perusahaan dalam pencapaian tujuannya dengan cara
pendekatan yang terstruktur dan disiplin. Pendekatan internal audit
tersebut dilakukan dengan cara evaluasi dan meningkatkan keefektifan
manajemen resiko, controlling dan proses tata kelola.
Tujuan Audit Internal
Internal audit memiliki tujuan dalam manajemen organisasi/perusahaan.
Menurut Hiro Tugiman (2006) internal audit memiliki tujuan membantu
anggota organisasi agar dapat menjalankan tugas dengan efektif. Dalam
aktivitas internal audit berusaha melakukan analisis dan memberikan
berbagai saran dan penilaian. Proses pemeriksaan audit meliputi
pengawasan yang efektif dengan cost yang normal.
Sedangkan Sukrisno Agoes (2004) mengemukakan bahwa tujuan internal
audit adalah membantu manajemen perusahaan menjalankan tugas melalui
analisa, penilaian, dan pemberian saran dan masukan mengenai
kegiatan/program (yang masuk dalam pemeriksaan).
Pada pencapaian tujuan dari internal audit maka auditor harus melakukan
beberapa hal sebagai berikut :

1. Memastikan terkait peraturan dan prosedur yang harus dipatuhi oleh


seluruh elemen manajemen.
2. Memberi penilaian baik dan meningkatkan pengawasan efektif
dengan biaya sewajarnya serta mengidentifikasi sistem pengendalian
yang diterapkan yang meliputi pengendalian internal manajemen dan
kegiatan operasional yang berkaitan.
3. Memastikan bahwa seluruh aset perusahaan dijaga dengan penuh
tanggung jawab dari penyalahgunaan, kehilangan, korupsi dan hal-
hal semisal.
4. Mengajukan berbagai saran dalam rangka memperbaiki sistem
operasional perusahaan agar lebih efektif dan efisien.
5. Memberi nilai terkait mutu dan kualitas kerja kepada setiap bagian
yang ditunjuk manajemen perusahaan.
6. Memastikan bahwa data yang dimiliki dan diolah di dalam
perusahaan dapat dipertanggungjawabkan.

Fungsi Audit Internal


Sawyer (2005) mengemukakan bahwa internal audit memiliki berbagai
fungsi diantaranya :
1. Pengawasan pada seluruh aktivitas yang sulit ditangani oleh
pimpinan puncak.
2. Pengidentifikasian dan minimalisasi resiko.
3. Report Validation kepada manajer.
4. Mendukung dan membantu manajemen pada bidang-bidang teknis.
5. Membanti proses decision making.
6. Menganalisis masa mendatang (bukan untuk hal yang telah terjadi).
7. Membantu manajer dalam mengelola perusahaan.

Ruang Lingkup Audit Internal


Guy dkk mengemukakan ruang lingkup internal audit yang telah dialih
bahasakan oleh Paul A. Rajoe. Pada penjelasannya ruang lingkup internal
audit adalah sebagai berikut :
1. Menganalisis keefektifan (Reliabilitas & Integrasi) informasi finansial
dan operasional serta alat yang dipakai untuk mengidentifikasi,
mengukur, mengelompokan, dan melaporkan informasi tersebut.
2. Melakukan pengamatan terhadap sistem yang ada dalam rangka
memastikan adanya kesesuaian antara kegiatan/aktivitas/program
yang dijalankan organisasi dengan kebijakan, peraturan, prosedur,
hukum, rencana yang berdampak signifikan pada kegiatan organisasi.
3. Mengamati berbagai metode yang dipakai dalam menjaga aset/harta
perusahaan. Apabila dibutuhkan maka akan melakukan verifikasi
terhadap harta-harta tersebut.
4. Memberi penilaian terhadap efektifitas dan keekonomisan dalam
pemakaian sumber daya.
5. Melakukan pengamatan terhadap kegiatan operasional atau program
organisasi/perusahaan apakah hasil yang diperoleh konsisten dan
sesuai dengan tujuan dan perencanaan yang telah ditentukan
sebelumnya.
Perbedaan Audit Internal dan Eksternal
Sukrisno pada buku “Auditing: (pemeriksaaan Akuntan) mengemukakan
perbedaan audit internal dan eksternal. Perbedaan keduanya adalah
sebagai berikut :
1. Internal Audit
 Dilaksanakan oleh auditor internal yang merupakan bagian dari
perusahaan.
 Auditor internal dianggap tidak independen oleh pihak eksternal
perusahaan.
 Internal audit memiliki tujuan pemeriksaan untuk membantu
manajemen dalam menjalankan tugasnya melalui cara memberikan
saran dari analisa, penilaian terkait aktivitas yang di audit.
 Internal Audit Report memaparkan mengenai temuan
pemeriksaan/audit findings yang berkaitan dengan adanya
penyimpangan dan penyalahgunaan, kekurangan pengendalian
internal yang disertai dengan saran perbaikan.
 Pelaksanaan internal audit mengacu pada Internal Audit
Standards yang ditetapkan oleh Institute of Internal Auditors atau
Norma Pemeriksaan Intern yang ditetapkan oleh BPKP maupun BPK
serta Norma pemeriksaan satuan pengawasan intern BUMN/BUMD
oleh SPI (Standar Pemeriksaan Intern belum disusun oleh Ikatan
Akuntan Indonesia)
 Keberjalanan pemeriksaan internal dilakukan lebih mendetail dan
membutuhkan waktu sepanjang tahun. Hal ini disebabkan internal
auditor memiliki kesediaan waktu yang lebih untuk perusahaannya.
 Penanggungjawab internal auditor tidak harus sebagai akuntan yang
terdaftar.
 Gaji maupun tunjangan yang diperoleh internal auditor diperoleh dari
perusahaan.
 Pada tahap penyerahan laporan internal audit tidak perlu disertai
dengan “Surat Pernyataan Langganan”
 Internal Auditor biasanya tertarik pada kesalahan material dan non-
material.
2. Eksternal Audit
 Audit eksternal dilaksanakan oleh auditor eksternal yang berasal dari
luar perusahaan (Kantor Akuntan Publik).
 Auditor Eksternal dianggap sebagai pihak yang independen.
 Tujuan Eksternal audit adalah memberikan masukan terkait kewajaran
laporan finansial yang disusun manajemen perusahaan.
 Isi dari external audit report yaitu pendapat tentang
kewajaran financial report. Selain laporan tersebut juga
disetai management letter yang berisi tentang kelemahan
pengendalian internal dan saran perbaikannya yang akan dilaporkan
kepada manajemen perusahaan.
 Standar yang digunakan pada audit eksternal adalah Standar
Profesional Akuntan Publik dari Ikatan Akuntan Indonesia.
 Pelaksanaan audit eksternal dilaksanakan dengan sampling
dikarenakan waktu yang terbatas. Selain itu biaya pemeriksaan akan
jauh lebih besar bila dilaksanakan secara mendetail.
 Pimpinan dari audit eksternal berasal dari akuntan publik yang
terdaftar dan memiliki register number/registered public accountant.
 Auditor eksternal memperoleh fee atas jasa audit yang dilakukannya.
 Sebelum memberikan laporan hasil audit, auditor harus menyertakan
“Surat Pernyataan Langganan/Client Representation Letter.
 External Auditor hanya fokus dan tertarik pada kesalahan material
yang berpengaruh terhadap kewajaran laporan finansial perusahaan.

https://jurnalmanajemen.com/audit-internal/
Penyampaian Hasil Pemeriksaan Internal
Oleh Webadmin / Rabu 16 Desember 2015 / Tidak ada komentar
Laporan tertulis yang ditandatangani haruslah dikeluarkan setelah
pengujian terhadap pemeriksaan (audit examination) selesai dilakukan.
Laporan sementara dapat dibuat secara tertulis atau lisan dan diserahkan
secara formal atau informal.

Penyampaian Hasil Pemeriksaan Internal


Pemeriksa internal harus melaporkan hasil pemeriksaan yang dilakukannya.

1. Laporan tertulis yang ditandatangani haruslah dikeluarkan setelah pengujian terhadap


pemeriksaan (audit examination) selesai dilakukan. Laporan sementara dapat dibuat
secara tertulis atau lisan dan diserahkan secara formal atau informal.
 Laporan sementara dapat dipergunakan untuk memberitahukan informasi yang perlu
perhatian segera, untuk memberitahukan perubahan lingkup pemeriksaan pada kegiatan
yang sedang direview atau agar manajemen mengetahui perkembangan pemeriksaan
apabila dilaksanakan untuk waktu yang lama. Penggunaan laporan sementara tidak
mengurangi atau menghapuskan keharusan pembuatan laporan akhir.
 Ringkasan laporan (summary report) mengemukakan tentang berbagai hasil pemeriksaan
yang mungkin diperlukan oleh manajemen yang berkedudukan di atas pihak yang
diperiksa. Ringkasan laporan dapat dibuat secara terpisah atau tergabung dalam laporan
akhir.
 Istilah “ditandatangani” berarti bahwa nama pemeriksa yang berwenang untuk
mengesahkan harus dicantumkan secara manual pada laporan yang berupa tanda tangan
atau paraf. Sebagai alternatif, penandatanganan tersebut dapat pula dilakukan pada surat
pengantar atau cover letter. Pemeriksa internal yang berwenang untuk mengesahkan
laporan haruslah ditunjuk oleh pimpinan audit internal.
 Apabila laporan pemeriksaan didistribusikan dengan menggunakan peralatan elektronik,
versi laporan yang ditandatangani haruslah tetap disimpan dalam arsip bagian audit
internal.
2. Pemeriksa internal harus terlebih dahulu mendiskusikan berbagai kesimpulan dan
rekomendasi dengan tingkatan manajemen yang tepat, sebelum mengeluarkan laporan
akhir.
 Diskusi tentang berbagai kesimpulan dan rekomendasi pada umumnya telah diselesaikan
pada waktu pelaksanaan pemeriksaan dan atau pada rapat-rapat setelah pemeriksaan
selesai dilaksanakan (post audit meeting). Cara lain adalah pelaksanaan review terhadap
rancangan laporan pemeriksaan, yang dilakukan oleh manajemen pihak yang diperiksa.
Diskusi dan review ini berguna untuk memastikan bahwa tidak terdapat kesalahpahaman
atau kesalahan penafsiran tentang fakta, dengan memberikan kesempatan kepada pihak
yang diperiksa untuk menjelaskan berbagai hal tertentu, dan mengemukakan
pendapatnya terhadap berbagai pemeriksaan, kesimpulan, dan rekomendasi.
 Walaupun tingkatan para peserta diskusi atau review akan berubah-ubah, tergantung
pada pengaturan dan sifat laporan, pada umumnya diskusi atau review akan diikuti oleh
individu-individu yang sangat mengetahui perincian pelaksanaan kegiatan (yang
diperiksa) dan yang dapat mengesahkan pelaksanaan suatu tindakan korektif.
3. Suatu laporan haruslah objektif, jelas, singkat, konstruktif dan tepat waktu.
1. Laporan yang objektif adalah laporan yang aktual, tidak berpihak dan terbebas
dari distorsi. Berbagai temuan, kesimpulan dan rekomendasi haruslah dilakukan
tanpa ada suatu prasangka.

 Bila telah ditentukan bahwa dalam suatu laporan pemeriksaan akhir terdapat kesalahan
atau error, pinjaman audit internal harus mempertimbangkan perlunya pembuatan laporan
perubahan yang menyebutkan tentang berbagai informasi yang diperbaiki. Laporan
tambahan harus dibagikan kepada seluruh pihak yang telah menerima laporan akhir
sebelumnya.
 Suatu kesalahan atau error didefinisikan sebagai penulisan suatu pernyataan secara
salah atau tidak dicantumkannya informasi yang penting dalam laporan pemeriksaan aktif,
yang tidak sengaja terjadi.
2. Laporan yang jelas mudah dimengerti dan logis. Kejelasan suatu laporan dapat
ditingkatkan dengan cara menghindari penggunaan bahasa teknis yang tidak
diperlukan dan pemberian berbagai informasi yang cukup mendukung.

3. Laporan yang diringkas langsung membicarakan pokok permasalahan lahan dan


menghindari berbagai perincian yang tidak diperlukan. Laporan tersebut disusun
dengan menggunakan kata-kata secara efektif.
4. Laporan yang konstruktif adalah laporan yang berdasarkan isi dan sifatnya akan
membantu pihak yang akan diperiksa dan organisasi serta menghasilkan berbagai
perbaikan yang dibutuhkan.

5. Laporan yang tepat waktu adalah laporan yang penerbitnya tidak memerlukan
penundaan dan mempercepat kemungkinan pelaksanaan berbagai tindakan efektif .

4. Laporan haruslah mengemukakan tentang maksud, lingkup, dan hasil pelaksanaan


pemeriksaan; dan bila dipandang perlu, laporan harus pula berisikan pernyataan tentang
pendapat pemeriksa.
1. Walaupun bentuk dan isi laporan pemeriksaan dapat bermacam-macam,
tergantung pada pengaturan atau jenis pemeriksaan, laporan tersebut paling tidak
harus mengemukakan maksud lingkup dan hasil pemeriksaan.

2. Dalam laporan pemeriksaan dapat pula dicantumkan informasi latar belakang


(background information) dan ringkasan laporan. Informasi latar belakang antara lain
menjelaskan tentang unit-unit organisasi dan kegiatan yang diperiksa dan
memberikan berbagai informasi relevan yang bersifat menjelaskan. Dalam laporan
pemeriksaan dapat pula dicantumkan keadaan berbagai temuan, kesimpulan, dan
rekomendasi pada pemeriksaan terdahulu. Hal tersebut dapat menunjukkan apakah
laporan mencakup pemeriksaan yang direncanakan atau tanggapan terhadap suatu
permintaan atau perintah. Apabila dicantumkan, ringkasan laporan haruslah dibuat
sesuai dengan isi yang dikemukakan pada laporan pemeriksaan.
3. Pernyataan tentang maksud pemeriksaan haruslah menggambarkan tujuan
pemeriksaan dan bila perlu menjelaskan pada pembaca sebab-sebab pelaksanaan
pemeriksaan dan hal-hal apa saja yang diinginkan dicapai.

4. Pernyataan tentang lingkup pemeriksaan harus menjelaskan tentang kegiatan


yang diperiksa dan mencakup pula berbagai informasi pendukung yang dianggap
perlu, seperti periode waktu yang diperiksa. Berbagai kegiatan lain yang
berhubungan, tetapi tidak diperiksa, harus pula diidentifikasi, bila dianggap perlu,
untuk menjelaskan batas-batas pelaksanaan pemeriksaan. Sifat dan luas
pemeriksaan yang dilaksanakan harus pula digambarkan.

5. Hasil pemeriksaan dapat berupa berbagai temuan, kesimpulan, pendapat, dan


rekomendasi.

6. Temuan pemeriksaan adalah hal-hal yang berkaitan dengan pernyataan tentang


fakta. Berbagai temuan yang diperlukan untuk mendukung atau menghindari
kesalahan pengertian tentang kesimpulan dan rekomendasi yang dibuat oleh
pemeriksa internal harus dicantumkan dalam laporan pemeriksaan akhir. Berbagai
informasi atau temuan yang diperlukan untuk mendukung atau menghindari
kesalahan pengertian tentang kesimpulan dan rekomendasi yang dibuat oleh
pemeriksa internal harus dicantumkan dalam laporan pemeriksaan akhir. Berbagai
informasi atau temuan yang kurang penting dapat diberitahukan secara lisan atau
melalui korespondensi informasi.

7. Temuan pemeriksaan dihasilkan dari proses perbandingan antara “apa yang


seharusnya terdapat” dan “apa yang ternyata terdapat”. Dari hasil perbandingan
tersebut, auditor internal memiliki dasar untuk membuat laporan. Apabila berbagai
keadaan yang terdapat ternyata sesuai dengan kriteria, dalam laporan pemeriksaan
dapat dibuat pernyataan tentang pengakuan atas hasil pekerjaan yang memuaskan.
Temuan-temuan haruslah didasarkan pada berbagai hal berikut ini.

 Kriteria: yaitu berbagai standar, ukuran, atau harapan yang digunakan dalam melakukan
evaluasi dan atau verifikasi (apa yang seharusnya terdapat).
 Kondisi: yaitu berbagai bukti nyata yang ditemukan oleh pemeriksa dalam pelaksanaan
pemeriksaan (apa yang ternyata terdapat).
 Sebab: yaitu alasan yang dikemukakan atas terjadinya perbedaan antara kondisi yang
diharapkan dan kondisi sesungguhnya (mengapa terjadi perbedaan).
 Akibat: yaitu berbagai risiko atau kerugian yang dihadapi oleh unit organisasi dari pihak
yang diperiksa dan atau unit organisasi lain karena terdapatnya kondisi yang tidak sesuai
dengan kriteria (dampak dari perbedaan). Dalam menentukan tingkat risiko atau kerugian,
pemeriksa internal harus mempertimbangkan pula akibat-akibat yang mungkin
ditimbulkan oleh berbagai temuan tersebut terhadap pernyataan keuangan (financial
statement) organisasi.
 Dalam laporan tentang berbagai temuan, dapat pula dicantumkan berbagai rekomendasi,
hasil yang telah dicapai oleh pihak yang diperiksa, dan informasi lain bersifat membantu
yang tidak dicantumkan di tempat lain.
8. Kesimpulan atau pendapat adalah hasil evaluasi pemeriksaan terhadap dampak
berbagai temuan terhadap kegiatan yang diperiksa. Kesimpulan selalu
menempatkan berbagai temuan dalam perspektif yang didasarkan pada implikasi
temuan tersebut secara keseluruhan. Bila dicantumkan dalam laporan pemeriksaan,
kesimpulan dapat mencakup keseluruhan lingkup pemeriksaan atau berbagai aspek
khusus. Kesimpulan dapat meliputi, tetapi tidak terbatas pada, apakah tujuan dan
sasaran operasi atau program sejalan dengan tujuan dan sasaran organisasi,
apakah tujuan dan sasaran organisasi akan dapat dicapai, dan apakah kegiatan
yang diperiksa berfungsi sebagaimana diharapkan.

5. Laporan-laporan dapat mencantumkan berbagai rekomendasi bagi berbagai


perkembangan yang mungkin dicapai, pengakuan terhadap kegiatan yang dilaksanakan
secara meluas dan tindakan korektif.
 Rekomendasi didasarkan pada berbagai temuan dan kesimpulan pemeriksaan.
Rekomendasi dibuat dengan tujuan untuk meminta tindakan guna perbaikan terhadap
keadaan yang ada atau meningkatkan operasi. Dalam rekomendasi dapat disarankan
berbagai pendekatan yang diperlukan untuk memperbaiki atau meningkatkan
pelaksanaan kegiatan. Saran tersebut akan digunakan sebagai pedoman bagi
manajemen dalam mencapai hasil yang dikehendaki. Rekomendasi dapat bersifat khusus
atau umum. Sebagai contoh, dalam keadaan tertentu perlu untuk dilakukan rekomendasi
tentang suatu tindakan umum dan saran khusus bagi penerapan tindakan tersebut. Dalam
keadaan lain, saran bagi pelaksanaan penyelidikan atau penelitian lebih lanjut, sudah
tepat.
 Hasil yang telah dicapai oleh pihak yang diperiksa, dalam arti kemajuan yang dicapai
sejak pemeriksaan terakhir atau pelaksanaan suatu operasi yang terawasi dengan baik
(well-controlled operations), dapat dicantumkan pada laporan pemeriksaan. Informasi ini
perlu dicantumkan untuk menggambarkan keadaan yang ada secara adil dan memberi
sudut pandang yang tepat serta menjaga keseimbangan laporan pemeriksaan.
6. Pandangan dari pihak yang diperiksa tentang berbagai kesimpulan atau rekomendasi
dapat pula dicantumkan dalam laporan pemeriksaan.
Dalam diskusi dengan pihak yang diperiksa, pemeriksa harus berusaha mencapai
persetujuan tentang hasil pemeriksaan dan rencana tindakan untuk meningkatkan
operasi, sejau diperlukan. Apabila di antara mereka tidak terdapat kesepakatan tentang
hasil pemeriksaan, laporan pemeriksaan akan mengemukakan tentang posisi masing-
masing pihak dan berbagai alasan yang menyebabkan tidak tercapainya kesepakatan.
Komentar tertulis dari pihak yang diperiksa dapat dicantumkan sebagai lampiran laporan
pemeriksaan. Sebagai alternatif, pandangan dari pihak yang diperiksa dapat
dicantumkan pada pokok laporan, surat pengantar, atau cover letter.
7. Pimpinan audit internal atau staf yang ditunjuk harus mereview dan menyetujui laporan
pemeriksaan akhir, sebelum laporan tersebut dikeluarkan, dan menentukan kepada siapa
laporan tersebut akan disampaikan.
 Pimpinan audit internal atau staf yang ditunjuk harus menyetujui dan menandatangani
seluruh laporan akhir yang telah memenuhi syarat. Bila keadaan tertentu menghendaki
demikian, persetujuan dan penandatanganan laporan akhir dapat dilakukan oleh
pemeriksa yang diserahi tugas, pengawas, atau pemeriksa yang memimpin, sebagai wakil
pimpinan audit internal.
 Laporan pemeriksaan harus dibagikan kepada anggota organisasi yang dapat
memastikan bahwa laporan pemeriksaan tersebut akan mendapat tanggapan yang
diperlukan. Ini berarti laporan pemeriksaan harus diserahkan pada pihak yang berwenang
untuk melaksanakan tindakan korektif atau memastikan bahwa suatu tindakan korektif
akan dilaksanakan. Laporan pemeriksaan akhir harus dibagi pula pada manajemen pihak
yang diperiksa. Anggota organisasi dalam tingkatan yang lebih tinggi dapat memperoleh
ringkasan laporan (summary report). Laporan dapat pula dibagikan kepada pihak yang
berkepentingan atau berpengaruh seperti auditor eksternal.
 Beberapa informasi tidak perlu diungkapkan pada semua pihak penerima laporan sebab
informasi tersebut hanya dapat diketahui oleh tingkatan tertentu, merupakan suatu hak
milik, atau berhubungan dengan perbuatan yang tidak patut atau ilegal. Informasi tersebut
dapat pula dikemukakan dalam laporan terpisah. Apabila kondisi yang dilaporkan
menyangkut manajemen senior, laporan harus diberikan pada dewan organisasi.
Disarikan dari buku: Standar Profesional Audit Internal (Penyampaian Hasil
Pemeriksaan Internal), Penulis: Hiro Tugiman, Hal: 68-75.

http://keuanganlsm.com/penyampaian-hasil-pemeriksaan-internal/
Pengertian Audit Manajemen, Tujuan, Manfaat, Tahapan, Ruang Lingkup
Terlengkap – Pada pembahasan kali ini kami akan menjelaskan tentang audit
manajemen. Yang meliputi pengertian audit manajemen, tujuan audit manajemen,
tahapan audit manajemen, ruang lingkup audit manajemen dengan pembahasan
lengkap dan mudah dipahami. Untuk lebih detailnya silakan simak ulasan dibawah
ini dengan seksama.

Daftar Isi [sembunyikan]


 1 Pengertian Audit Manajemen
o 1.1 Tujuan Audit Manajemen
o 1.2 Manfaat Audit Manajemen
o 1.3 Tahapan Audit Manajemen
o 1.4 Ruang Lingkup Audit Manajemen
o 1.5 Share this:
o 1.6 Related posts:

Pengertian Audit Manajemen


Audit manajemen merupakan suatu teknik yang mencakup beberapa bidang yang
luas mengenai prosedur, metode penilaian, kelayakan dan pendekatan-pendekatan.
Pemeriksaan manajemen dibuat dalam menganalisa, menilai, melakukan peninjauan
ulang dan menimbang hasil kerja perusahaan dibanding dengan standar yang sudah
ditetapkan atau pedoman yang ditentukan dari perusahaan. Adapun tujuan
dilakukan pemeriktaan manajemen yaitu untuk melakukan evaluasi efisiensi dan
efektifitas perusahaan (Alexander Hamilton Institute, 1986:1)

Arens dan Loebbecke (2003:12) mengemukakan Audit Manajemen ialah evaluasi


kepada semua prosedur dan metode organisasi perusahaan, dalam tujuan untuk
mengevaluasi tingkat efisiensi dan efektivitas perusahaan.

Sedangkan Carmichael dan John Willingham (Auditing Concepts dan Methods)


mengemukakan A Guide to current auditing theory and practise. 1996:625).
Manajemen audit merupakan suatu telaah sistematis kepada kegiatan sebuah
organisasi tertentu dalam hubungannya dengan tujuan-tujuan tertentu dengan
maksud untuk menilai aktivitas, mengidentifikasi beberapa kesempatan untuk
perbaikan, pengembangan rekomendasi bagi perbaikan atau tindakan lebih lanjut.
Tujuan Audit Manajemen

Tujuan audit manajemen adalah sebagai berikut:

Penilaian terhadap pengendalian


Berkaitan dengan pengendalian administrasi (administrative control) di sebuah
perusahaan yang tujuannya untuk menentukan apakah pengendealian yang ada
sudah sepadan dan terbukti efektif dalam mencapai tujuan yang sudah ditentukan
perusahaan.

Baca Juga: Pengertian Lisensi, Jenis-Jenis, Manfat Terlengkap

Penilaian Atas Pelaksanaan


Auditor menampung informasi untuk menentukan apakah aktivitas perusahaan
sudah berjalan dengan efektif dan efisien.

PROMOTED CONTENT
Kerja hanya 1 jam sehari tapi berpenghasilan 80 Juta perbulan

Penghancur lemak yang ampuh!turun 30 kg hanya dalam 2 minggu

Cara teruji untuk menjadi singa di ranjang


Dokter Tiongkok ungkap cara memulihkan sendi!

Memberikan Bantuan Kepada Manajemen


Dengan jalan memberikan rekomentasi perbaikan yang dibutuhkan oleh
perusahana. Dan sebagai auditor untuk membantu manajemen terlebih dahulu
memahami prinsip-prinsip manajemen yang diterapkan dan fungsi-fungsi
manajemen ykni planning organizing, staffing, leading dan controlling.

Manfaat Audit Manajemen


Manfaat dari audit manajemen adalah sebagai berikut:

 Melakukan evaluasi tujuan, kebijakan, sasaran, peraturan, prosedur terhadap


struktur organisasi yang belum ditetapkan sebelumnya.
 Melakukan evaluasi kriteria pengukuran tercapainya tujuan organisasi dan menilai
prestasi manajemen
 Secara independen dan objektif melakukan penilaian prestasi individual dan aktivitas
unit organisasi tertentu.
 Melakukan penilaian efisiensi, efektivitas dan kehematan sistem perencanaan dan
pengendalian manajemen.
 Menemukan/mengidentifikasi masalah organisasi yang timbul dan apabila
memungkinkan menetapkan penyebabnya.
 Menilai/meyakini reliabilitas dan kegunaan beberapa laporan pengendalian
manajemen.

Tahapan Audit Manajemen


Menurut Alexander Hamilton terdapat beberapa tahap dalam melaksanakan audit
manajemen (Management Audit: Maximizing Your Company’s Effiency Effectiveness
.1996)

Definisi Ruang Lingkup Proyek


Pada tahap audit manajemen ini adlaah tahap mengenal terhadap tujuan untuk
mendapatkan pemahaman tentang latar belakang dari aktivitas yang diperiksa. Hal
ini bisa membantu auditor lebih mudah untuk mengidentifikasi masalah yang
muncul, menemukan sebabnya dan selanjutnya melakukan tindakan perbaikan.
Rencana, Persiapan Dan Organisasi
Pemeriksaan manajemen di tahap ini yakni meneliti dan juga menelusuri ruang
lingkup masing-masing sumber dokumentasi, selanjutnya dianalisa dan kemudian
dilakukan perbaharuan

Pengumpulan Fakta dan Pembaharuan Dokumen


Pengumpulan semua data pemberitahan yang berkaitan dengan ruang lingkup dari
proyek yang dimaksud. Data ini didapat dari surat menyurat dan untuk informasi
yang non formal bisa didapatkan dengan langsung dari para pegawai dengan
melakukan wawancara.

Baca Juga: Pengertian Ekonomi Kerakyatan Beserta Ciri Dan Tujuannya Lengkap

Riset Dan Analisis


Di tahapan ini dilakukan pemeriksaan, pengumpulan seluruh data dan bukti yang
empiris yang sangat penting dalam mendukung sebuah kesimpulan. Dan
selanjutnya penelitian akan dirubah sesuai dengan tujuan perencanaan dan evaluasi
kondisi ruang lingkup tertentu.

Laporan
Dari hasil pengujian dan pemeriksaan yang dibahas selanjutnya ditahap akhir dibuat
laporan hasil audit secara keseluruhan yang merupakan kesimpulan atas
pemeriksaan yang dilaksanakan tersebut.

Ruang Lingkup Audit Manajemen


Ruang lingkup audit manajemen mencakup semua aspek aktivitas audit manajemen
tersebut. Ruang lingkup ini bisa dalam bentuk semua aktivitas atau bisa juga hanga
meliputi beberapa tertentu dari program atau kegiatan yang dijalankan oleh
perusahaan.

Periode audit manajemen juga bervariasi. Seringkali dalam jangka waktu satu
minggu, beberapa bulan atau bahkan lebih dari satu tahun. Sesuai dengan tujuan
yang hendak diraih oleh perusahaan tersebut.Dalam menjalankan kerjanya, audit
manajemen memiliki kriteria antara lain:

Kriteria Efektifitas dan Efisiensi


Efektifitas dan efisiensi dipakai sebagai sebuah standar untuk memperkecil risiko
yang dapat terjadi. Keefektifan dan efisiensi sebuah perusahaan seharusnya melihat
dari keamanan para pekerja, bagaimana perusahaan tersebut memperhatikan
pekerjanya untuk peningkatan efektifitas dan efisiensi yang diinginkan.

Kasus Sebagai Asersi Suatu Tindakan


Suatu yang menjadi aktivitas yang serius di kasus tersebut, diakibatkan oleh
perusahaan kurang perhatian terhadap keselamatan para karyawan sehingga
dibutuhkan inspeksi dengan melakukan deteksi risiko dengan cara pengawasan
terhadap pekerjanya
Effect Sebagai Asersi Atas Hasil Suatu Tindakan
Dengan pemberlakuan standar bisa mengurani kecelakaan untuk para pekerjanya
dan juga bisa memperbaiki risiko yang bisa saja terjadi dan masalah pelanggaran.

Demikianlah telah dijelaskan tentang Pengertian Audit Manajemen, Tujuan,


Manfaat, Tahapan, Ruang Lingkup Terlengkap semoga dapat menambah
wawasan dan pengetahuan kalian. Terimakasih telah berkunjung dan jangan lupa
untuk membaca artikel lainnya.

https://www.sepengetahuan.co.id/2017/12/pengertian-audit-manajemen-tujuan-manfaat-tahapan-
ruang-lingkup.html
← PENDEKATAN RISET AUDIT SDM

Tips Menggunakan layanan Wifi.id bagi Mahasiswa Aktif Universitas Terbuka →

6 Pendekatan Dalam Riset Audit SDM


Posted on 13 November 2015by Triyanto Banyumasan

Mengaudit SDM dengan riset, ada enam pendekatan yang dapat diterapkan, yaitu :
1. Riset Terapan (Applied Research)
Riset ini digunakan untuk mengevaluasi aktivitas-aktivitas SDM. Kadang kala risetnya
mungkin canggih, tergantung pada desain dan statistik yang digunakan. Melaui riset ini
berupaya untuk memperbaiki kinerja departemen.
2. Pendekatan Komparatif (Comparative Approach)
Bentuk riset ini adalah bentuk yang sederhana. Pendekatan ini menggunakan
perusahaan lain sebagai model, setelah itu membandingkan hasil atau prosedur
mereka dengan yang dari perusahaan lain tersebut. Pendekatan komparatif kerap
digunakan untuk membandingkan maslah ketidakhadiran, perputaran karyawan,
dan data gaji. Pendekatan ini dapat membantu dalam mendeteksi bidang-bidang
yang memerlukan perbaikan. Tim audit sumber daya manusia membandingkan
perusahaan (divisi) dengan perusahaan atau divisi lainnya guna menyingkap bidang-
bidang yang berkinerja buruk. Pendekatan lini lazimnya digunakan untuk
membandingkan hasil-hasil dari aktivitas-aktivitas atau program sumber daya
manusia spesifik. Pendekatan ini membantu mendeteksi bidang-bidang yang
membutuhkan pembenaran

3. Pendekatan otoritas pihak luar (Outside Authority Approach)


Auditor dapat menggunakan pendekatan keahlian yang standarnya ditentukan oleh
konsultan atau dari temuan penelitian yang telah dipublikasikan, kemudian
dijadikan sebagai standar atas kegiatan dan selanjutnya dievaluasi. Dalam hal ini
konsultan dapat membantu mendiagnosis penyebab timbulny masalah. Tim audit
sumber daya manusia bergantung pada keahlian-keahlian konsultan dari luar atau
temuan-temuan riset yang dipublikasikan sebagai suatu standar terhadapnya
aktivitas-aktivitas atau program sumber daya manusia dievaluasi. Konsultan
ataupun temuan-temuan riset dapat membantu mendiagnosis penyebab masalah-
masalah yang timbul

4. Pendekatan Statistik (Statistical Approach)


Melalui pendekatan ini adalah dengan mengembangkan ukuran statistical kinerja
berdasarkan sistem informasi perusahaan yang ada. Sebagai contoh, dari catatan
yang ada dalam perusahaan mengungkapkan tingkat ketidakhadiran
dan perputaran karyawan. Data ini menunjukkan seberapa baik aktivitas SDM dan
manajer operasi dalam mengendalikan permasalahan ini. Pendekatan ini biasanya
dilengkapi dengan perbandingan terhadap informasi eksternal yang dapat
dikumpulkan dari perusahaan lain. Informasi ini sering dinyatakan juga sebagai
rasio yang mudah dihitung dan digunakan. Dengan standar statistik ini, dapat
ditemukan kesalahan-kesalahan sebelum kejadian tersebut menjadi berlarut ke arah
yang merugikan perusahaan. Dari catatan-catatan yang ada, tim audit sumber daya
manusia menghasilkan standar-standar statistical terhadapnya aktivitas-aktivitas
dan program-program sumber daya manusia dievaluasi. Dengan standar matematis
ini, tim audit dapat menemukan kesalahan-kesalahan pada saat kesalahan-kesalahan
tersebut masih kecil, berupa Data yang dikumpulkan per tahun, metode kuantitatif
seperti :

 Regresi: memanfaatkan hubungan antara dua atau lebih variabel kuantitatif sehingga
satu variabel dapat diprediksikan dari variabel lainnya
 Korelasi: mengukur tingkat asosiasi yang ada antara dua atau lebih variabel
 Diskriminan: mengidentifikasi faktor-faktor yang membedakan antara dua atau lebih
kelompok dalam suatu populasi

5. Pendekatan Kepatuhan (Compliance Appoach)


pict : Slideshare.net
Pendekatan kegiatan ini adalah strategi audit SDM lainnya. Metode ini meninjau
praktik-praktik di masa lalu untuk menentukan apakah tindakan-tindakan tersebut
telah sesuai atau tidak mengikuti kebijakan dan prosedur perusahaan, atau bahkan
terjadi penyimpangan hukum. Cara kerjanya adalah dengan mengambil sampel
data/informasi dari formulir kerja, kompensasi, disiplin, dan penilaian kerja. Tujuan
pendekatan ini adalah untuk memastikan apakah para manajer patuh terhadap
peraturan dan ketentuan yang berlaku di perusahaan. Dengan mengambil sample
elemen-elemen system informasi sumber daya manusia, tim audit mencari
penyimpangan-penyimpangan dari berbagai peraturan, kebijakan, serta prosedur-
prosedur perusahaan, melalui upaya-upaya pencarian fakta, tim audit dapat
menemukan apakah terdapat kepatuhan berbagai kebijakan dan peraturan
perusahaan.

6. Pendekatan Manajemen Berdasarkan Sasaran (Management by Objective Approach)


Pendekatan terakhir adalah meminta staf SDM dan manajer menetapkan tujuan
sesuai dengan tanggung jawab mereka. Pendekatan manajemen berdasarkan sasaran
ini menciptakan tujuan khusus terhadap kinerja sehingga dapat diukur. Selanjutnya
diteliti kinerja aktual dan membandingkannya dengan tujuan yang ditetapkan
sebelumnya. Dalam praktiknya pendekatan di atas tidak semuanya diterapkan
sekaligus pada semua departemen SDM. Lazimnya, hanya menggunakan beberapa
dari pendekatan tersebut, tergantung pada aktivitas-aktivitas SDM yang diaudit. Di
sini auditor biasanya memberikan umpan balik terhadap temuan-temuan yang ada
di dalam departemen tersebut, demikian pula kepada para manajer dan para
karyawan. Umpan balik yang tidak menguntungkan akan menyebabkan tindakan
korektif yang membenahi kontribusi aktivitas-aktivitas SDM. Pada saat pendekatan
manajemen berdasarkan tujuan digunakan terhadap bidang-bidang sumber daya
manusia, tim audit dapat membandingkan hasil-hasil actual dengan tujuan-tujuan
yang dinyatakan. Bidang-bidang berkinerja buruk dapat dideteksi dan dilaporkan.
Dari hasil perhitungan dan penggunaan alat-alat/instrumen-instrumen audit SDM
yang dilakukan oleh tim Audit terhadap Auditee, maka dapat dianalisa bahwa
auditee menyatakan Manajemen SDM sudah tidak maksimal dalam kinerjanya.

https://manajement.info/2015/11/13/6-pendekatan-dalam-riset-audit-sdm/
PENDEKATAN AUDIT BERDASARKAN RESIKO
july 17, 2017 by ridhodorestu

Tinjauan umum
Bagian ini melihat secara utuh makna audit berdasarkan risiko melalui pemahaman
beberapa konsep dasar yang saling berkaitan :
v Reasonable Assurance (assurance yang layak)
Assurance adalah assurance yang tinggi tetapi bukan pada tingkat tinggi yang
mutlak (absolute level of assurance). Assurace yang layak memperoleh audit yang
cepat dan layak untuk menekan risiko audit. Auditor ingin menekan risiko ketingkat
rendah yang di terima. Auditor menarik kesimpulan audit nya dan berdasar kan opini
atau pendapat nya kepada bukti bukti audit.
v Inherent Limitations (Kendala Bawaan)
Ada beberapa kendala bawaan dalam audit sebagai berikut :

1. Sifat dan kuangan

Pembuatan laporan keuangan memerlukan judgment manajemen dalam meneapkan


kerangka laporan keuangan dan keputusan dalam penilaian subjektif oleh
manajemen dalam memilih berbagai tafsiran.

2. Sifat bukti yang tersedia

Bukti audit terutama diperoleh melalui pelaksanaan prosedur audit. Bukti ini
cenderung bersifat persuasif dan tidak konklusif. Bukti ini juga meliputi informasi dari
sumber lain seperti audit yang lalu, prosedur kendali mutu dalam rangka
menerjemah atau melanjutkan hubungan dengan klien. Bukti audit yang dibuat
tenaga ahli digunakan dalam catatan pembukuan entitas.

3. Sifat prosedur Audit

Prosedur audit untuk menampilkan bukti audit untuk tidak mendeteksi informasi yang
hilang, kecurangan yang canggih, disembunyikan dengan rapi. Setiap sampel
kurang dari 100% mengandung risiko bahwa salah saji tidak akan terdeteksi.

4. Laporan keuangan tepat waktu

Pemakaian laporan keuangan mempunyai ekspektasi bahwa auditor memiliki


pendapat dalm meminta semua informasi yang mungkin adabahwa infrmasi
mengandung kesalahan, kecurangan,sampai terbukti sebaliknya.
v Audit scope (Lingkup audit)
Lingkup pekerjaan auditor dan opini yang diberikannya dibatasi pada menjawab
pertanyaan. Setiap perluasan dari tanggung jawab audit yang utama, seperti yang
mungkin diterapkan dalam ketentuan perundang-undanganmewajibkan auditor
melaksanakan pekerjaan tambahan sesuai dengan perluasan tanggungjawabnya.
v Material misstatement ( salah saji material)
Salah saji yang material bisa :

1. Terjadi secara sendiri-sendiri atau bersama


2. Berupa salah saji yang tidak dikoreksi
3. Berupa pengungkapan yang menyesatkan tanpa laporan keuangan
4. Berupa kesalahan (eror) atau kecurangan (fraud)

v Asesi (assertions)
Asersi adalah pernyataan yang diberikan manajemen, secara eksplisit maupun
implisit yang tercantum didalam laporan keuangan. Contoh : asersi bahwa sesuatu
(unsur laporan keuangan) sudah lengkap berkaitan dengan semua transaksi dan
peristiwa yang seharusnya dibukukan, memang sudah dibukukan. Asersi-asersi ini
digunakan auditor untuk mempertimbangkan berbagai jenis kemungkinan salah saji
yang bisa terjadi.
Risiko Audit
Risiko audit adalah risiko memberikan opini audit yang tidak tepat atas laporan
keuangan yang disalah sajikan secara material. Risiko audit terdiri dari 2 unsur
utama :

1. Inherent risk ( risiko bawaan) dan control risk ( risiko pengendalian)

Sifat : laporan keuangan mungkin/berpotensi mengandung salah saji yang material


Sumber : tujuan/operasi entitas dan rancangan/implementasi pengendalian internal
oleh manajemen.

2. Detection risk (risiko pendeteksian)

Sifat : auditor mungkin gagan mendeteksi salah saji yang material dalam laporan
keuangan
Sumber : sifat dan luasnya prosedur audit yang dilaksanaan auditor.
Melaksanakan Audit Berbasis Risiko
Pelaksanaan audit berbasis risiko, terdapat 4 pokok bahasan :

1. Skeptisisme professional

Auditor wajib merencanakan dan melaksanakan suatu audit dengan Skekeptisi


professional dengan menyadari bahwa mungkin ada situasi yang menyebabkan
laporan keuangan disalah sajikan secara material.
2. Kearifan professional

Auditor wajib melaksanakan kearifan professional dalam merencanakan dan


melaksanakan suatu audit atas laporan keuangan.

3. Asurans yanglayak

Untuk memperoleh asurans yang layak auditor memperoleh bukti auditor yang
cukup dan tepat untuk menekan risiko audit ketingkat rendah yang dapat diterima,
dengan demikian memungkinkan auditor menarik kesimpulan yang layak untuk
digunakan sebagai dasar pemberian pendapat auditor.

4. Gunakan tujuan sesuai ISAs yang relevan

Untuk mencapai tujuan seluruhnya auditor wajib menggunakan tujuan yang


dinyatakan dalam ISAs yang relevan dalam merencanakan dan melaksanakan audit
tersebut dengan memperhatikan keterkaitan diantara berbagai ISAs.
Suatu audit berbasis risiko mengandung tiga langkah kunci :

1. Risk assessment (menilai risiko)

Melaksanakan prosedur penilaian risiko untuk mengindentifikasi risiko salah saji


yang material dalam laporan keuangan.

2. Risk response ( menanggapi risiko)

Merancan dan melaksanakan prosedur audit selanjutnya yang menganggapi risiko


salah saji yang material yang telah diidentifikasi dan nilai, pada tingkat laporan
keuangan dan arsersi.

3. Reporting (pelaporan)

Tahap melaporkan meliputi

1. Merumuskan bukti audit yang diperoleh


2. Membuat dan menerbitkan laporan yang tepat, sesuai kesimpulan yang ditarik

Menilai Risiko
Tujuan auditor adalah mengindentifikasi dan menilai salah saji yang material, karena
kecurangan atau kesalahan pada tingkat laporan keuangan dan asersi, melalui
pemahaman terhadap entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian
interentitas yang memberikan dasar untuk merancang dan mengimplementasi
tanggapan terhadap risiko (salah saji material yang dinilai).
Menanggapi Risiko/Risk Response
Tujuan auditor adalah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang risiko
(salah saji material) yang dinilai, dengan merancan dan mengimplementasi
tanggapan yang tepat terhadap risiko tersebut. Beberapa hal yang menjadi
pertimbangan auditor dalam merencanakan kombinasi prosedur audit yang tepat
untuk menanggapi risiko:

1. Uji pengendalian
2. Identifikasi pengendalian yang relevan yang jika diuji dapat mengurangi lingkup
prosedur subtantif lainnya. Namun, tidak ada keharusan untuk menguji berfungsinya
pengendalian intern (langsung atau tidak langsung)
3. Identifikasi setiap asersi yagn tidak dapat di tangani dengan prosedur substantif saja.
4. Prosedur analitikal substantif

Ini adalah prosedur dimana jumlah total sesuatu arus transaksi (misalnya penjualan)
dapat di perkirakan dengan cukup tepat berdasarkan bukti yang tersedia. Ekspektasi
atau perkiraan di bandingkan dengan jumlah ( penjualan) sebenarnya seperti
tercataa dalam pembukuan, dan selisih nya atau salah saji langsung teridentifikasi.

3. Pedadakan (unpredictability)

Dalam hal tertentu, auditor perlu memasukkan unsur pendadakan dalam prosedur
audit misalnya ketika menanggapi salah saji material karna kecurangan.

4. Management override

Auditor juga mempertimbangkan perlu nya prosedur audit yang spesifik menangani
kemungkinan manajemen override atau putusan manajemen untuk meniadakan atau
mengabaikan pengendalian dengan membuat “pengecualian”.

5. Significant Risks

Istilah significant risks atau risiko signifikan dalam ISAs mempunyai makna khusus.
Pelaporan Atau Reporting
Tujuan auditor adalah merumuskan opini mengenai laporan keuangan berdasarkan
evaluasi atas kesimpulan yang di tarik atas bukti audit yang di peroleh dan
memberikan opini yang jelas, melalui laporan tertulis, yang juga menjelaskan dasar (
untuk memberikan) pendapat tersebut.
Dokumentasi
Dokumentasi audit yang cukup, di haruskan agar auditor yang berpengalaman,
yang tidak berhubungan dengan audit itu, memahami:

1. Sifat,jadwal waktu, dan luas nya prosedur audit yang di laksanakan


2. Hasil pelaksana prosedur tersebut dan bukti audit yang di peroleh dan
3. Hal-hal penting yang timbul selama audit berlangsung kesimpulan yang di tarik dan
kearifan professional yang di terapkan untuk sampai pada kesimpulan itu.

Dokumentasi audit untuk entitas yang lebih kecil umumnya tidak se ekstensif
dokumen tasi audit yang entitas yang lebih besar.auditor tidak perlu
mendokumentasikan :
1. Hal kecil yang di pertimbnagkan, atau semua kearifan profesional yang di terapkan
dalam audit dan
2. Kepatuhan terhadap hal-hal yang di tunjukan dengan jelas dalam dokumen lain dalam
audit file.

Manfaat Audit Berbasis Risiko

1. Fleksibilitas waktu

Karena prosedur penilaian risiko tidak menguji transaksi dan saldo secar rinci,
prosedur itu dalam di laksankan jauh sebelum akhir tahun (dengan asumsi , tidak
ada perubahan operasinal yang besar).

2. Upaya tim audit terfokus pada area kunci

Dengan memahami dimana risiko salah saji material bisa terjadi dalam laporan
keuangan, auditor dapat mengarahkan tim audit ke hal-hal dan beriko tinggi dan
mengurangi pekerjaan pada lower risk areas. Dengan demikian sumber daya atau
staff audit di manfaatkan sebaik-baiknya.

3. Prosedur audit terfokus pada risiko

Prosedur audit selanjutnya di rancang untuk menanggapi risiko yang di nilai. Oleh
karena itu, uji rincian yang hanya menanggapi risiko secara umum akan dapat di
kurangi secara signifikan atau bahkan sama sekali di hilangkan.

4. Pemahaman atas pengendalian internal

Pemahaman terhadap pengandalian intern (yang di wajibkan ISA) memungkin


auditor mengambil keputusan yang tepat, untuk menguji/tidak menguji efektif nya
pengendalian intern.

5. Komunikasi tepat waktu

Pemahaman terhadap pengendalian intern yang meningkat, memungkinkan auditor


mengidentifikasi kelemahan dalam pengendalian intern, yang sebelumnya tidak di
ketahui.
sumber:http://makalahauditberbasisisa.blogspot.co.id/2016/02/audit-berbasis-
risiko.html
https://ridhodorestu.wordpress.com/2017/07/17/pendekatan-audit-berdasarkan-resiko/

Anda mungkin juga menyukai