SYOK KARDIOGENIK
3. Etiologi
Syok kardiogenik biasanya disebabkan oleh karena gangguan mendadak fungsi jantung atau
akibat penurunan fungsi kontraktilitas jantung kronik. Secara praktis, syok kradiogenik
timbul karena gangguan mekanik atai miopatik. Etiologi syok kardiogenik adalah (Bakta dan
Suastika, 1999 dalam Mayoclinic, 2014):
a. Infark miokard akut
Kebanyakan IMA terjadi akibat dari PJK. Plak menurunkan aliran darah ke jantung
sehingga akan menyebabkan sumbatan.
b. Miokarditis akut
c. Tamponade jantung akut
d. Endokarditis infektif
e. Trauma jantung
f. Ruptur septal ventrikular (biasanya terjadi karena komplikasi post-IMA_
g. Ruptur korda tendinea spontan
h. Kardiomiopati tingkat akhir
i. Stenosis valvular berat
j. Regurgitasi valvular akut
k. Miksoma atrium kiri
l. Komplikasi bedah jantung
Jantung tidak mampu memusatkan secara sinkron atau penekanan dan aliran darah ke
aorta dihindarkan. LEVD (The Left Ventrikular End – Diastolik Pressure) dan Arterial
Pressure (LAP) meningkat dari sistolik outflow yang tidak efisien. Pada akhirnya, tekanan
arteri pulmonary selaput interstisial dan alveoli menurunkan daerah permukaan untuk
pertukaran gas.
Asidosis laktat dari perfusi jaringan yang buruk dan hipoksemia dari edem paru
(pulmonary edema) dapat sebagai hasil dari kegagalan pompa dan kemudian berkontribusi
terhadap lingkaran setan ini dengan memburuknya iskemia miokardium dan hipotensi.
Asidosis berat (pH < 7,25) mengurangi daya kemanjuran/efektivitas (efficacy) yang secara
endogen dan eksogen telah diberi katekolamin (catecholamines).
6. Phatways
7. Manifestasi Klinis Syok Kardiogenik
Timbulnya syok kardiogenik dalam hubungan dengan infark miokard akut dapat
dikategorikan dalam:
a. Timbul tiba-tiba dalam waktu 4-6 jam setelah infark akibat gangguan miokard masif atau
ruptur dinding ventrikel kiri.
b. Timbul secara perlahan dalam beberapa hari sebagai akibat dari infark yang berulang.
c. Timbul tiba-tiba 2 hingga 10 hari setelah infark disertai timbulnya nising mitral sistolik,
ruptur septum atau disosiasi elektromekanik. Episode ini daoat disertai atau tanpa nyeri
dada, tapi sering disertai dengan sesak napas akut.
Keluhan nyeri dada pada IMA biasanya di daerah substernal, rasa seperti ditekan,
diperas, seperti diikat, rasa dicekik. Rasa nyeri menjalar ke leher, rahang, lengan, dan
punggung, nyeri biasanya hebat, ebrlangsung lebih dari ½ jam, tidak menghilang dengan
obat-obatan nitrat. Syok kardiogenik yang berasal dari penyakit jantung lainnya,
keluhannya sesuai dengan penyakit dasarnya (Eliastam et al., 1998 dalam Muttaqin
2010).
Kekurangan oksigen pada otak, ginjal, kulit, dan bagian tubuh lainnya akan menimbulkan
tnda dan gejala syok kardiogenik. Bebarapa tanda gejala dibawah ini biasanya timbul dua
atau lebih ttanda gejala, yaitu:
a. Penurunan kesadaran sampai kehilangan kesadaran
b. Denyut jantung yang tiba-tiba cepat
c. Diaforesis
d. Kulit pucat
e. Nadi lemah
f. Napas cepat
g. Penurunan atau tidak ada produksi urin
h. Tangan dan kaki dingin (National Heart, Lung, and Blood Institute, 2011)
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan (Bakta dan Suastika, 1999) (National Heart, Lung,
and Blood Institute, 2011):
Langkah pertama dalam mendiagnosa syok kardiogenik adalah dengan
mengidentifikasi apakah pasien tersebut benar-benar dalam keadaan syok. Pada waktu
tersbut, penatalaksanaan emergensi harus segera dilakukan. Kemduian diidentifikasi
penyebab syok tersebut. Jika penyebab terjadinya syok karena jantung tidak dapat
memompa darah secara adekuat, berarti diagnosisnya merupakan syok kardiogenik.
Prosedur untuk mendiagnosa yok dan penyebabnya adalah:
a. Pemeriksaan tekanan darah
Pemeriksaan tekanan darah dilakukan untuk mengetahui apakah pasien mengalami
hiptensi. Ini merupakan tanda ayok yang paling umum.
b. Foto toraks
Umumnya normal atau kardiomegali ringan hingga sedang
Edema paru intersisial/alveolar
Mugnkin ditemukan efusi pleural
c. Elektrokardiogram
Umumnya menujukkan infark miokard akut dengan tau tanpa gelombang Q
Electrical alternans menunjukkan adanya efusi perikardial dengan tamponade jantung
d. Elektrokardiografi
Ekokardiogram menggunakan gelombang usra untuk membentuk sebuha gambaran
jantung. Pemeriksaan ini memberikan informasi mengenai ukuran dan bentuk jantung dan
bagaimana kinerja jantung. Pemeriksaan ini penting untuk menilai:
Hipokinesis berat ventrikel difus atau segmental (bila berasal dari infark miokard)
Efusi perikardial
Katup mitral dan aorta
Ruptur septum
e. Kateterisasi jantung
Umumnya tidak perlu kecuali pad aksus tertentu untuk mengetahui anatomi pembuluh
darah koroner dan fungsi ventrikel kiri untuk persiapan bedah pintas krooner atau
angioplastu koroner transluminal perkutan.
Untuk menunjukkan defek mekanik pada septum ventrikel atau regurgitasi mitrala
kiabat disfungsi atau ruptur otot papilaris.
f. Cardiac Enzyme Test
Ketika sel jantung ada yang mengalami kematian, maka tubuh akan mengelurakan enzim
ke darah. Enzim tersebut disebut biomarker. Pemeriksaan enzim ini dapet menunjukkan
apakah jantung mengalami kerusakan.
g. Tes darah
Pemeriksaan gas darah arteri pemeriksaan ini mengukur kadar oksigen, karbon
dioksida, dan pH dalam darah.
Pemeriksaan untuk mengukur fungsi beberapa organ, misalnya ginjal dan hati. Jika
organ-organ tersebut tidak bekerja dengan baik, maka mungkin menunjukkan bahwa
organ terebut tidak mendapatkan suplai nutrisi dan oksigen yang cukup dan hak
tersebut bisa menunjang tanda-tanda terjadinya syok kardiogenik.
Obat-obatan untuk mengatasi syok kardiogenik bekerja untuk meningkatkan aliran datrah
ke jantungg dan meningkatkan daya pompa jantung, antara lain (Mayoclinic, 2014):
Aspirin
Aspirin dapat menurunkan proses pembentukan blood clot dan membantu menjaga
aliran darah.
Agen trombolitik
Ageen trombolitik akan menghancurkan blood clot yang menyumbat aliran darah ke
jatung. Semakin cepat pasien mendapatkan agen trombolitik, maka semakin besar pula
kesempatan hidupnya. Trombolitik akan diberikan jika emergency cardiac
catheterization tidak tersedia.
Superaspirin
Obat ini akan mencegah permbentukan blood clot, misalnya clopidogrel oral, platelet
glycoprotein Iib/IIIa receptor blocker.
Antikoagulan
Oat-obatan ini misalnya heparin, yang berfungsi untuk mencegah terjadinya blood
clot. Heparin dberikan secara IV atau injeksi yang diberikan selama beberapa hari
pertama setelah serangan jantung.
Agen inotropik
d. Prosedur Bedah
Prosedur bedah dilakukan jika obat-obatan dan penggunaan lat bantu medis tidak bisa
mengatasi syok kardiogenik. Prosedur bedah akan megembalikan aliran darah dan
memperbaiki kerusakan jantung. Prosedur bedah yang dilakukan dalam 6 jam setelah
onset terjadinya tanda gejala syok akan meningkatkan harapan hisup lebih besar. Tipe
prosedur bedah yang digunakan antara lain:
Percutaneous coronary intervention (PCI) dan stent
PCI yang juga dikenal dengan nama coronary angiplasty, merupakan prosedur yang
digunakan untuk membuka arteri koroner yang mengalami obstruksi. Kemudian pada
saat itu juga digunakan stent yang berfungsi untuk menjaga arteri koroner tetap
terbuka selama prosedur PCI.
Coronary artery bypass grafting
Pada prosedur ini, arteri dan vena yang berasal dari baggian tubuh lainnya digunakan
untukmembuat jalan pintas pada arteri kornaria. Kemudian akan terbentuk sebuah
jalan baru untuk memberikan perfusi ke jantung.
Pembedahan untuk memperbaiki katup jantung
Pembedahan untuk memeprbaiki ruptur septal (didning antar ventrikel)
Transplantasi jantung
Pembedahan jenis ini jarang dilakukan dalam keadaan emergensi seperti ini. Tindakan
ini direkomendasikan jika ini merupakan jalan yang paling baik untuk meningkatkan
harapan hisup pasien (National Heart, Lung, and Blood Institute, 2011).
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, A. 2009. Buku Ajar Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular dan
Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
Muttaqin, A. 2010. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.
Bakta, I M. dan Suastika, I K. 1999. Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam. Jakarta: EGC.
Eliastam, M., Sternbach, L. S., dan Bresler, M. J. 1998. Penuntun Kedruratan Medis. Jakarta:
EGC.
National Heart, Lung, and Blood Institute. 2011. What is Cardiogenic Shock? (Online)
http://www.nhlbi.nih.gov/health/health-topics/topics/shock (Diakses 26 September
2015).
Smeltzer, S. C. dan Bare, B. G. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Mayoclinic. 2014. Diseases and Conditions: Cardiogenic Shock Treatments and Drugs (Online)
http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/cardiogenic-
shock/basics/treatment/con-20034247 (Diakses 26 September 2015).
Panja, M., Panja, M., Madal, S., dan Kumar, D. 2010. Cardiogenic shock-management, Medicine
Update, 20 (3): 301-308.
Airway : penilaian akan kepatenan jalan napas, meliputi pemeriksaan mengenai adanya
obstruksi jalan napas, adanya benda asing. Pada klien yang dapat berbicara dapat
dianggap jalan napas bersih. Dilakukan pula pengkajian adanya suara napas tambahan
seperti snoring.
Breathing : frekuensi napas, apakah ada penggunaan otot bantu pernapasan, retraksi
dinding dada, adanya sesak napas. Palpasi pengembangan paru, auskultasi suara napas,
kaji adanya suara napas tambahan seperti ronchi, wheezing, dan kaji adanya trauma pada
dada.
Circulation : dilakukan pengkajian tentang volume darah dan cardiac output serta adanya
perdarahan. Pengkajian juga meliputi status hemodinamik, warna kulit, nadi.
Disability : nilai tingkat kesadaran, serta ukuran dan reaksi pupil.
2. Pengkajian sekunder
1) Data Biopsikososial-spiritual
Oksigen
Gejala :
Dispnea tanpa atau dengan kerja
Paroxymal nocturnal dyspnea
Pernapasan cheyne stokes
Batuk dengan atau tanpa produksi sputum
Tanda :
Peningkatan frekuensi pernafasan
Sesak/sulit bernafas
Tampak pucat, sianosis
Bunyi nafas ( bersih, krekles, mengi ), sputum
Nutrisi
Gejala : mual, muntah, anoreksia, nyeri ulu hati, nyeri abdominal, sangat kehausan.
Tanda : penurunan turgor kulit, kulit kering, berkeringat, perubahan berat badan
Eliminasi
Gejala : Oliguri
Tanda : Produksi urin < 20 mL/jam
Gerak dan aktifitas
Gejala :
Kelemahan
Kelelahan
Pola hidup menetap
Tanda :
Takikardi
Dispnea pada istirahat atau aktifitas
Istirahat dan Tidur
Gejala : insomnia/susah tidur
Tanda : kesulitan saat akan tidur dan sering terbangun saat tidur akibat nyeri dan sesak
napas.
1. Pemeriksaan Diagnostik
1) Electrocardiography (elektrokardiografi)
Elevasi segmen ST dapat terobservasi. Right-sided leads dapat menunjukkan suatu
pola infark ventrikel kanan, yang mengindikasikan terapi yang berbeda dari terapi
untuk penyebab–penyebab lainnya dari syok kardiogenik.
Pada pasien karena infark miokard akut dengan gagal ventrikel kiri (LV failure),
gelombang Q (Q waves) dan/atau >2-mm ST elevation pada multiple leads atau
left bundle branch block biasanya tampak. Lebih dari setengah (> 50%) dari
semua infark yang berhubungan dengan syok adalah anterior. Global ischemia
karena severe left main stenosis biasanya disertai dengan depresi ST berat (>3
mm) pada multiple leads.
2) Radiografi
Radiografi dada (chest roentgenogram) dapat terlihat normal pada mulanya atau
menunjukkan tanda-tanda gagal jantung kongestif akut (acute congestive heart
failure), yaitu:
- Cephalization karena dilatasi pembuluh darah-pembuluh darah pulmoner.
- Saat tekanan diastolik akhir ventrikel kiri (left ventricular end-diastolic pressures)
meningkat, akumulasi cairan interstitial ditunjukkan secara radiografis dengan
adanya gambaran fluffy margins to vessels, peribronchial cuffing, serta garis
Curley A dan B. Dengan tekanan hidrostatik yang sangat tinggi, cairan dilepaskan
(exuded) ke alveoli, menyebabkan diffuse fluffy alveolar infiltrates.
- Gambaran foto/rontgen dada (chest x-ray) lainnya yang mungkin tampak pada
penderita syok kardiogenik:
Kardiomegali ringan
Edema paru (pulmonary edema)
Efusi pleura
Pulmonary vascular congestion
Ukuran jantung biasanya normal jika hasil syok kardiogenik berasal dari infark
miokard yang pertama, namun membesar jika ada riwayat infark miokard
sebelumnya.
3) Bedside echocardiography
Ini berguna untuk menunjukkan:
Fungsi ventrikel kiri yang buruk (poor left ventricular function).
Menilai keutuhan katub (assessing valvular integrity).
Menyingkirkan penyebab lain syok, seperti: cardiac tamponade.
4) Laboratorium
Penemuan laboratorium :
Hitung leukosit secara khas meningkat disertai dengan left shift.
Tidak adanya prior renal insufficiency, fungsi ginjal pada mulanya normal,
namun blood urea nitrogen (BUN) dan creatinine meningkat secara cepat (rise
progressively).
Hepatic transaminases jelas meningkat karena hipoperfusi hati (liver
hypoperfusion).
Perfusi jaringan yang buruk (poor tissue perfusion) dapat menyebabkan anion
gap acidosis dan peningkatan (elevation) kadar asam laktat (lactic acid level).
Gas darah arteri (arterial blood gases) biasanya menunjukkan hypoxemia dan
metabolic acidosis, dimana dapat dikompensasi oleh respiratory alkalosis.
Petanda jantung (cardiac markers), creatine phosphokinase dan MB fractionnya,
jelas meningkat, begitu juga troponins I dan T.
C. RENCANA KEPERAWATAN
NO. RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA
KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1. pola nafas tidak Setelah diberikan Evaluasi frekwensi Respon pasien berfariasi.
efektif berhubungan askep selama 3x pernafasan dan Kecepatan dan upaya mungkin
dengan pertukaran 24 jam kedalaman. Catat upaya meningkat karena nyeri, takut,
gas ditandai dengan diharapkan pola pernafasan, contoh demam, penurunan volume
sesak nafas, nafas efektif adannya dispnea, sikulasi (kehilangan darah atau
gangguan frekwensi penggunaan obat bantu cairan), akumulasi secret,
pernafasan, batuk- kriteria hasil : nafas, pelebaran nasal hipoksia atau distensi gaster.
batuk Penekanan pernapasan
Klien tidak (penurunan kecepatan) dapat
sesak nafas terjadi dari pengunaan
analgesik berlebihan.
Frekwensi
Pengenalan disini dan
pernafasan
pengobatan ventilasi abnormal
normal
dapat mencegah komplikasi
Tidak ada Auskultasi bunyi nafas. Auskultasi bunyi napas
batuk-batuk Catat area yang menurun ditujukan untuk mengetahui
atau tidak adannya bunyi adanya bunyi napas tambahan
nafas dan adannya bunyi
nafas tambahan, contoh
krekels atau ronki
Kalaborasi dengan
Meningkatkan pengiriman
beriakan tambahan
oksigen ke paru-paru untuk
oksigen dengan kanula
kebutuhan sirkulasi,
atau masker sesuai
khususnya adanya penurunan/
indikasi
gangguan ventilasi
2. Ketidakefektifan Setelah diberikan Lihat pucat, sianosis, Vasokontriksi sistemik
ferfusi jaringan askep 3x24 jam belang, kulit dingin, atau diakibatkan karena penurunan
perifer berhubungan diharapkan lembab. Catat kekuatan curah jantung mungkin
dengan gangguan perfusi jaringan nadi perifer. dibuktikan oleh penurunan
aliran darah sekunder perifer efektif perfusi kulit dan penurunan
akibat gangguan Dorong latihan kaki aktif nadi.
vaskuler ditandai Kriteria hasil : atau pasif, hindari latihan Menurunkan statis vena,
Klien tidak isometrik meningkatkan aliran balik
dengan nyeri, cardiac
nyeri vena dan menurunkan resiko
out put menurun,
sianosis, edema tromboflebis.
Cardiac out
(vena) put normal Kalaborasi - Indikator perfusi
Pantau data atau fungsi
Tidak terdapat laboratorium,contoh : organ
sianosis GBA, BUN, creatinin,
dan elektrolit Dosis rendah heparin
Tidak ada mungkin diberika secara
edema (vena) Beri obat sesuai indikasi: profilaksis pada pasien resiko
heparin atau natrium tinggi dapat untuk
warfarin (coumadin) menurunkan resiko
trombofleblitis atau
pembentukan trombusmural.
Coumadin obat pilihan untuk
terapi anti koangulan jangka
panjang/pasca pulang
3. Gangguan rasa Setelah diberikan Pantau atau catat Mengetahui tingkat nyeri agar
nyaman nyeri askep selama karekteristik nyeri, catat dapat mengetahui perencanaan
berhubungan dengan 3x24 jam, laporan verbal, petunjuk selanjutnya
trauma jaringan dan diharapkan non verbal dan repon
spasme refleks otot pasien merasa hemodinamik ( contoh:
sekunder akibat nyaman meringis, menangis,
gangguan viseral gelisah, berkeringat,
jantung ditandai Kriteria Hasil : mengcengkram dada,
dengan nyeri dada, napas cepat,
Tidak ada
dispnea, gelisah, TD/frekwensi jantung
nyeri
meringis berubah)
Tidak ada Membantu dalam menurunan
dispnea
Bantu melakukan teknik persepsi atau respon nyeri.
relaksasi, misalnya napas Memberikan kontrol situasi,
Klien tidak
dalam perlahan, perilaku meningkatkan perilaku positif.
gelisah diskraksi, visualisasi,
bimbingan imajinasi meskipun morfin IV adalah
Klien tidak
pilihan, suntikan narkotik lain
meringis
dapat dipakai fase akut atau
Kalaborasi
nyeri dada beulang yang tidak
Berikan obat sesuai hilang dengan nitrogliserin
indikasi, contoh: untuk menurunkan nyeri
analgesik, misalnya hebat, memberikan sedasi, dan
morfin, meperidin mengurangi kerja miokard.
(demerol)
Hindari suntikan IM dapat
menganggu indikator
diagnostik dan tidak diabsorsi
baik oleh jaringan kurang
perfusi
4. Intoleransi aktivitas Setelah diberikan Periksa tanda vital Hipertensi ortostatik dapat
berhubungan dengan askep selama sebelum dan segera terjadi dengan aktivitas karena
ketidak seimbangan 3x24 jam, setelah aktivitas, efek obat (vasodilatasi),
suplay oksigen diharapkan khususnya bila pasien perpindahan cairan, (diuretik)
dengan kebutuhan pasien dapat menggunakan vasolidator,atau pengaruh fungsi jantung
(penurunan atau melakukan diuretik, penyekat beta
terbatasnya curah aktifitas dengan
Catat respon kardio Penurunan atau
jantung) ditandai mandiri
pulmonal terhadap ketidakmampuan miokardium
dengan kelelahan,
kelemahan, pucat Kriteria Hasil ; aktivitas, catat takikardi, untuk meningkatkan volume
disritmia, dispnea, sekuncup selama aktivitas,
Klien tidak berkeringat, pucat dapat menyebabkan
mudah lelah peningkatan segera pada
frekwensi jantung dan
Klien tidak
kebutuhan oksigen, juga
lemas
meningkatkan kelelahan dan
kelemahan
Klien tidak
pucat
Kaji presipitator atau Kelemahan adalah efek
penyebab kelemahan, samping dari beberapah obat
contoh pengobatan, nyeri, (beta bloker, Trakuiliser dan
obat sedatif). Nyeri dan program
penuh stress juga memerlukan
energi dan menyebabkan
kelemahan
Dapat menunjukkan
Evaluasi peningkatan meningkatan dekompensasi
intoleran aktivitas jantung dari pada kelebihan
aktivitas
Pemenuhan kebutuhan
perawatan diri pasien tanpa
Berikn bantuan dalam
mempengaruhi stress miokard
aktivitas perawatan diri
atau kebutuhan oksigen
sesuai indikasi, selingi
berlebihan
periode aktivitas dengan
periode istirahat