Anda di halaman 1dari 2

INTEGRATED COASTAL MANAGEMENT (part #1)

Oleh : Ika Feni Setiyaningrum

Integrated Coastal Management merupakan pengelolaan wilayah laut dan pesisir


secara terpadu. Kebijakan ini dicetuskan dari hasil pertemuan dunia (UNCED- United
Nations Conference On Environment And Development) pada tahun 1992 di Rio de Janeiro
yang menjadi agenda 21. Inisiatif ini dituangkan dalam Chapter 17 yang berbunyi “Protection
of The Oceans, All Kinds of Seas, Including Enclosed and Semi-Enclosed Seas, and Coastal
Areas and The Protection, Rational Use and Development of Their Living Resources”.

Adanya kebijakan ini dilatarbelakangi dari kondisi laut dan pesisir di berbagai negara
dunia yang mengalami permasalahan, seperti polusi yang telah terjadi sejak tahun 1970-an.
Di Jepang terjadi peristiwa “Red Tide” di teluk semi tertutup dan laut pedalaman (Mimura,
2008). Kejadian ini merupakan indikasi bahwa laut telah mengalami pencemaran. Istilah
“Red Tide” sering digunakan untuk menamai kejadian di mana terjadi perubahan warna air
laut. Perubahan warna air laut ini disebabkan karena adanya blooming fitoplankton, yakni
pertumbuhan “abnormal” dari fitoplanton yang terdapat di suatu perairan. Fitoplankton
penyebab “red tide” umumnya sangat beracun dan mematikan. Adanya ledakan fitoplanton
ini disebabkan karena penyuburan air laut akibat banyaknya limbah daratan yang masuk ke
perairan laut (Panggabean, 1994).

Selain di Jepang, persoalan lingkungan pesisir dan laut juga terjadi di Amerika
Serikat. Di Amerika telah terjadi terjadi degradasi pesisir dan menurunnya jumlah produksi
ikan. Adanya permasalahan-permasalahan ini dengan disertai paralelnya permasalahan
lingkungan global maka muncullah kebijakan ICM yang kemudian menjadi kebijakan global
untuk diterapkan di negara-negara seluruh dunia. Persoalan lingkungan global yang paralel
dengan persoalan wilayah pesisir dan laut muncul sejak akir tahun 1980-an, di antaranya
adalah pemanasan global dan penipisan lapisan ozon (Mimura, 2008).

Wilayah pesisir memiliki karakteristik yang unik yakni dengan dicirikan tingginya
produktivitas biologis, variabilitas lingkungan yang tinggi karena adanya energi gelombang
dan arus serta adanya interaksi yang aktif antara darat dan laut. Karena karakteristik yang
unik inilah, kemudian perlu adanya manajemen yang khusus dalam mengelola wilayah
pesisir. Apalagi wilayah ini menyediakan manfaat yang besar bagi masyarakat, untuk ruang
pembangunan dan ekonomi (Mimura, 2008).
Referensi :
[1] Mimura, Nobou. 2008. Asia Pasific Coasts and Their Management. Netherland : Springer
[2] Panggabean, Lily M.G. 2004. Red Tide di Indonesia : Perlukah Diwaspadai?. Oseana
XIX (1) : 33-38
[3] Report of The United Nations Conference on Environment And Development. Diakses
dari http://www.un.org/Depts/los/consultative_process/documents/A21-Ch17.htm pada 09
November 2017

Anda mungkin juga menyukai