INDIKATOR MUTU
Rumah sakit jiwa sebagai pusat rujukan layanan jiwa dengan jumlah
terbatas dan tidak semua provinsi memilikinya, harus dapat memberikan layanan
yang bermutu dikekhususannya (good clinical governance dan good corporate
governance). Disamping itu, menjalankan pendidikan dan penelitian serta
mengembangkan layanan jiwa unggulan sebagai centre of excellence. Penyakit atau
gangguan yang berbasis jiwa dapat dirawat di rumah sakit jiwa, baik jiwa sebagai
diagnosis primer atau diagnosis sekunder.
Dengan demikian, sudah selayaknya standar/pedoman indikator mutu bagi
seluruh rumah sakit jiwa dipermenkeskan, sehingga dapat memayungi indikator
mutu yang ditargetkan oleh rumah sakit jiwa sesuai kemampuannya. Diharapkan
seluruh rumah sakit jiwa dapat memberikan berbagai layanannya mengikuti rambu-
rambu yang telah dirumuskan oleh Kementerian Kesehatan RI.
Saya menyambut baik diterbitkannya buku standar/pedoman indikator mutu
RS Jiwa beserta instrumennya. Oleh karena dalam rangka menjamin kendali mutu
dan biaya, selaku Menteri Kesehatan bertanggung jawab untuk melakukan penilaian
teknologi kesehatan (health technology assessment); pertimbangan klinis (clinical
advisory); manfaat jaminan kesehatan; perhitungan standar tarif; monev sebagai
pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan jaminan kesehatan
nasional yang efektif dan efisien.
Diharapkan jangkauan akses rujukan layanan jiwa di RS Jiwa turut
membantu terwujudnya kepesertaan semesta (universal health coverage) di tahun
2019. Oleh karena banyak orang dengan gangguan jiwa yang tidak bekerja dengan
status ekonomi buruk, belum terdaftar sebagai penerima bantuan iuran (PBI). Hal ini
membutuhkan kerjasama dari lintas program dan sektor terkait seperti Dinas
kesehatan dan Dinas Sosial serta lintas kementerian.
Penetapan standar indikator mutu di rumah sakit yang dalam hal ini di
Rumah Sakit Jiwa, sangat diperlukan untuk meningkatkan dan mempertahankan
mutu layanan terhadaporang dengan masalah kejiwaan dan orang dengan
gangguan jiwa. Tentunya standar indikator mutu rumah di sakit jiwa agak lebih
spesifik karena tidak semua standar indikator mutu layanan di rumah sakit bisa
disamakan dengan rumah sakit jiwa.
Pada dasarnya dalam menilai standar indikator mutu di RS Jiwa yang sesuai
dengan standar, diperlukan instrumen yang dapat mengukur indikator mutu rumah
sakit jiwa, apakah sudah sesuai sumber dayanya, standar pelayanan kedokteran
yang dijalankan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku saat ini dengan
tetap memberikan perlindungan terhadap pasien (patient safety) agar terhindar dari
pelanggaran hak azazi manusia dan menurunkan antara lain angka kekambuhan
dan lamanya rawat inap di rumah sakit jiwa.
Sehingga standar indikator mutu di rumah sakit jiwa dapat mengukur tingkat
efisiensi RS melalui kendali mutu dan biaya. Secara tidak langsung akan
menurunkan stigma dan memberikan kepuasan kepada pelanggan rumah sakit jiwa.
Saya ucapkan terima kasih kepada para narasumber dan kontributor yang
telah berupaya menyediakan waktu untuk memberikan pengetahuannya dengan
penuh dedikasih bagi seluruh RS Jiwa di Indonesia.
DAFTAR PENYUSUN
DAFTAR KONTRIBUTOR
HAL
KATA PENGANTAR
KATA SAMBUTAN
DAFTAR PENYUSUN
DAFTAR KONTRIBUTOR
DAFTAR ISI
DEFINISI OPERASIONAL
BAB l PENDAHULUAN (Ditkeswa)
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Ruang Lingkup
D. Sasaran Pedoman
BAB II LAYANAN KESEHATAN JIWA DAN INDIKATOR MUTU
LAYANAN
A. Konsep Layanan
1. Konsep , prinsip dan kriteria Layanan di RS Jiwa
2. Jenis Layanan di RS Jiwa
B. Konsep Indikator Mutu Layanan
1. Konsep, Prinsip dan Kriteria Indikator Mutu Layanan
2. Jenis-jenis Indikator mutu Layanan
3. Pengukuran Indikator mutu Layanan
C. Standar Indikator Mutu di RS Jiwa
D. Administrasi dan Manajemen
E. Pembinaan dan Pengawasan
BAB III STANDAR INDIKATOR MUTU LAYANAN RUMAH SAKIT JIWA
A. Layanan IGD
B. Layanan Rawat Jalan
C. Layanan Rawat Inap
24. Beban untuk pengumpulan data: ini termasuk juga pertimbangan ketersediaan data,
biaya, ketepatan waktu sehingga didapatkan data yang berkualitas, dan derajat
kemudahan untuk pengumpulan data. Indikator (misalnya kejadian sentinel) tidak
harus dieksklusi hanya karena data yang dibutuhkan tidak akurat atau sering hilang.
Justru adanya pengukuran ini dapat dipergunakan sebagai kesempatan untuk
mengidentifikasi dan menanggapi kebutuhan akan pendidikan dan peningkatan
untuk menunjang sistem informasi yang efektif. Demikian pula untuk indikator yang
berdasarkan data yang dikumpulkan secara manual tidak harus dieksklusi karena
malah dapat menjadi sarana latihan dan belajar bagi staf dan meningkatkan kualitas
pengumpulan data.
25. Face validity: Apakah kumpulan indikator tersebut dapat diterima oleh para
penggunanya?
26. Content validity: Apakah semua dimensi dijangkau dengan tepat?
27. Construct validity: Bagaimana indikator-indikator tersebut saling terkait satu
dengan yang lainnya? Apakah indikator dari dimensi yang berbeda saling
berhubungan (discrimination criteria)? Apakah indikator dari dimensi yang sama
saling berhubungan (convergence kriteria)?
A. Latar Belakang
Dalam menjalankan berbagai fungsinya, rumah sakit Jiwa sebagai pusat
layanan jiwa rujukan, sudah selayaknya berupaya memberikan layanan jiwa yang
bermutu diberbagai tingkatan layanannya. Agar mampu melaksanakan fungsi tersebut,
rumah sakit jiwa harus memiliki sumber daya yang profesional di bidang teknis medis
maupun administrasi dan manajemen kesehatan disamping kelengkapan sarana dan
prasarana serta penilaian teknologi kesehatannya (health technology assessment).
Menurut Juran dan Deming, mutu secara umum dapat diartikan sebagai
kecocokan penggunaan produk untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan
atau pasar. Sedangkan Crosby berpendapat bahwa mutu adalah sesuai dengan yang
distandarkan. Dengan demikian, untuk dapat terus meningkatkan dan mempertahankan
mutu layanannya, kinerja rumah sakit jiwa harus mempunyai tolak ukur yang
terstandardisasi di berbagai tingkatan layanannya. Indikator merupakan fenomena yang
dapat diukur.
Indikator mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit dapat mengacu pada aspek
yang berkaitan dengan indikator struktur, proses dan keluaran (outcome). Aspek
indikator struktur meliputi tenaga kesehatan profesional, perlengkapan dan peralatan
kedokteran.
Saat ini belum tersusun NSPK Fasyankes tentang indikator mutu untuk RS Jiwa
secara nasional. Sehingga Direktorat Bina Kesehatan Jiwa memandang perlu untuk
membuat program penyusunan standar indikator mutu bagi RS Jiwa.
B. Tujuan
Tujuan Umum:
Merupakan acuan standar indikator mutu layanan kesehatan jiwa di rumah sakit jiwa
Tujuan Khusus :
1. Tersedianya acuan mengenai standar indikator mutu di RS Jiwa Commented [T1]: Semua kata standar dihilangkan
C. Ruang Lingkup
1. Konsep Layanan
a. Prinsip dan kriteria layanan
D. Sasaran
BAB II
A. Konsep Layanan
Rumah Sakit Jiwa harus memiliki layanan yang fokus dalam bidang yang terkait
dengan layanan jiwa. Layanan spesialistik dan subspesialis rumah sakit ini diharapkan
dapat lebih efektif dan bermutu serta menjadi tolok ukur bagi rumah sakit lainnya. Mutu
layanan yaitu tingkat (level) layanan yang diberikan kepada seseorang atau masyarakat
sehingga luaran kesehatan yang didapat sesuai dengan yang dinginkan dan juga sesuai
dengan pengetahuan profesional terkini (karena ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran berkembang sangat pesat, layanan yang diberikan haruslah yang terkini)
Dalam mengembangkan layanan dan indikator mutu layanan, ada prinsip dan
kriteria yang perlu dipenuhi oleh rumah sakit jiwa tersebut.
1. Prinsip Layanan
Undang Undang nomor 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa menyatakan upaya
kesehatan jiwa dilakukan melalui kegiatan promotif, preventif , kuratif dan
rehabilitatif sehingga rumah sakit harus mengembangkan jenis layanan yang
sesuai
Rumah sakit Jiwa yang berkualitas adalah yang mampu menyediakan layanan sesuai
dengan harapan pengguna jasanya baik itu pemakai internal maupun eksternal. Oleh
karena itu, rumah sakit dituntut untuk terus melakukan perbaikan dalam berbagai sistem
mulai dari suplai input, proses, output dan outcomenya. Dalam rangka upaya
memberikan layanan terbaik, maka rumah sakit harus mempunyai indikator mutu dapat
diukur untuk mengukur kualitas layanannya
Indikator yaitu ukuran objektif suatu input, proses, output dan luaran (outcome) dalam
bentuk kuantitatif. Tolok ukur objektif untuk mengetahui adanya
perubahan/penyimpangan yang dikaitkan dengan target/standar yang telah ditentukan
dalam proses manajemen dan luaran dalam bentuk kuantitas.
Indikator mencakup elemen-elemen penting dan tidak hanya catatan sederhana yang
mudah diukur. Data yang mendasari indikator harus sahih dan handal, kuantitatif, tepat
dan efektif. Mempunyai nilai statistik yang mengindikasikan kondisi atau arah performa
sepanjang waktu. Indikator dibuat dengan jelas sehingga dapat digunakan sebagai
tuntunan yang tidak berdiri sendiri, memberikan bukti definitif tentang keberhasilan dan
kegagalan serta harus dapat membangkitkan pertanyaan bukan memberikan
jawaban.Hasil-hasilnya harus dipresentasikan dalam bentuk yang mudah dimengerti
dengantidak mengeluarkan biaya.Oleh karena itu, harus diperhatikan prinsip dan kriteria
indikator mutu. Commented [T2]: dipersingkat
2. Proses
Merujuk kepada apa yang dilakukan (aktivitas yang terjadi)selama
memberikan layanan yang menjadi dasar untuk mengevaluasi kualitas
layanan.Kualitas proses terdiri dari dua aspek: kepantasan (yaitu apakah
3. Hasil (Output)
Adalah sesuatu yang dihasilkan, bisa dalam bentuk barang ataupun
selesainya pekerjaan jasa. Misalnya jumlah pasien yang dilayani.
4. Luaran (outcome)
Adalah pencapaian tujuan layanan kesehatan dan biasanya merupakan
ukuran sesuatu yang dirasakan oleh pelanggan atau konsumen. Biasanya
merupakan persepsi pelanggan terhadap pemanfaatan layanan. ukuran
luaran biasanya meliputi dua hal yaitu biaya perawatan dan kepuasan
konsumer terhadap layanan.
5. Manfaat (Benefit)
Adalah ukuran terhadap manfaat bagi pelanggan ataupun bagi pemberi
pelayanan.
6. Dampak (impact)
Adalah ukuran dampak dari suatu produk secara luas dan biasanya jangka
panjang.
2. Waktu Tenang ≥ 90 % Ka. IGD Rumus Perhitungan : Pasien yang menjadi tenang
pasien gaduh dalam waktu ≤ 4 jam sejak
gelisah di IGD ≤ 4 Σ pasein tenang ≤ 4 jam x 100% datang di IGD
Jam Jumlah pasien datang ke IGD
0 – 30 % : buruk 25
31 – 60 % : kurang50
61 – 89 % : cukup75
≥ 90 % : baik100
3. Ketersediaan Tim 1 TIM Komite Mutu Tidak ada : 0 Tim yang dibentuk di RS
Penanggulangan Ada : 100 dengan tujuan untuk
Bencana penanggulangan akibat
bencana yang mungkin
terjadi sewaktu – waktu yang
terdiri dari tenaga
bersertifikat, yang terdiri dari
: tenaga kesehatan, psikolog
klinis, pekerja sosial
4. Kepuasan ≥ 80 % Humas Numerator : Jumlah kumulatif pernyataan tentang persepsi
Pelanggan rerata penilaian pasien terhadap pelayanan
terhadap kepuasan pasien yang di berikan
pelayanan di IGD Gawat Darurat yang di
survey
Denominator : Jumlah seluruh
pasien Gawat Darurat
Jangka waktu : tiap bulan
Standar penilaian :
≥ 80% : Sangat puas
61 – 79 % : Puas
31 – 60 % : Tidak puas
0 – 30 % : Sangat tidak puas
a. RADIOLOGI 1. Waktu tunggu ≤ 3 jam KaInst Cara perhitungan : Waktu rata – rata yang
pelayanan Radiologi Numerator : Jumlah kumulatif waktu dibutuhkan petugas
radiologi tunggu pasien radiografer dari mulai pasien
pelayanan radiologi dilakukan foto
yang disurvey konvensional/CT Scan
Denominator : Jumlah seluruh sampai keluar hasil yang
pasien yang telah diekspertise oleh
mendapatkan dokter spesialis radiologi
pelayanan radiologi
yang disurvey
Standar penilaian :
> 3 jam = nilai 0
2 – 3 jam = nilai 50
1 – 2 jam = nilai 100
Standar penilaian :
≥ 80% : Sangat puas
61 – 79 % : Puas
31 – 60 % : Tidak puas
0 – 30 % : Sangat tidak puas
4. Kejadian < 2% KaInst Cara perhitungan : Jumlah foto rontgen yang
kegagalan rontgen Radiologi Numerator : Jumlah foto rontgen tidak dapat dibaca
≤ 2% yang tidak dapat
dibaca dalam 1 bulan
Denominator : Jumlah foto rontgen
yang dilakukan selama
1 bulan
Laporan : setiap bulan
Analisa : setiap 3 bulan
Cara Penilaian :
< 2% : 100
> 2% : 0
Standar penilaian :
> 2 jam = nilai 0
1 – 2 jam = nilai 50
≤ 1 jam = nilai 100
2. Kesalahan
pemeriksaan / 0% Ka Inst Lab Sudah jelas Pemberian hasil
pemberian hasil laboratorium pada orang
pemeriksaan yang salah
laboratorium
Standar penilaian :
≥ 80% : Sangat puas
61 – 79 % : Puas
Standar penilaian :
> 60 menit = 25
> 45 – 60 menit = 50
> 30 – 45menit = 75
≤ 30 menit = 100
2. Waktu tunggu ≤ 60 menit Ka Inst Farmasi Cara perhitungan : Waktu yang dibutuhkan
resep obat racikan Numerator : saat pasien menyerahkan
Jumlah kumulatif waktu tunggu resep obat racikan sampai
pasien pelayanan farmasi resep mendapatkan obat
obat racik yang disurvey racikan.
Denominator :
Jumlah seluruh pasien yang
mendapatkan pelayanan farmasi
resep obat racik yang disurvey
Cara penilaian :
> 120 menit = 25
> 90 – 120 menit = 50
> 60 – 90 menit = 75
Denumerator :
Jumlah seluruh resep yang diambil
sebagai sampel dalam satu bulan
Cara penilaian :
< 25 % = 25
25 – 50 % = 50
50 – 75 % = 75
75 – 100 % = 100
4. Kejadian 0% Ka Inst Farmasi Cara Perhitungan: Kesalahan pemberian obat
kesalahan Numerator: meliputi :
pemberian obat Pemberian obat tidak sesuai resep 1. Salah dalam memberikan
Denumerator: jenis obat
Jumlah seluruh resep yang diambil 2. Salah dalam memberikan
sebagai sampel dalam satu bulan dosis
3. Salah orang
Cara Penilaian: 4. Salah jumlah
Kesalahan: 0
Sesuai : 100
5. Tersedianya 100% Dirmed Sudah jelas Sudah jelas(indikator utk
tenaga manajerial)
apoteker/asist
apoteker (sesuai
kelas)
d. REHABILITASI 1. Tim pemberi 100% Ka.Inst Rehab Apabila ada : Tim pemberi pelayanan
PSIKOSOSIAL pelayanan Psikososial - A, C, D : 25% rehabilitasi psikososial
rehabilitasi - A, B, C, D, F : 50% adalah petugas yang
Psikososial terdiri - A, B, C, D, E, F : 75% memiliki kompetensi
dari : Lengkap : 100% bersertifikat yang sesuai
Cara penilaian :
- Tercapai : 80
- Tidak tercapai : 0
Standar penilaian :
≥ 80% : Sangat puas
61 – 79 % : Puas
31 – 60 % : Tidak puas
- 0 – 30 % : Sangat tidak puas
e. REHABILITASI 1. Kejadian pasien ≤ 50 % Ka. Unit Rehab Cara perhitungan : Pelayanan rehabilitasi medik
MEDIK drop out dari Medik Numerator : Jumlah pasien yang yang dimaksud adalah
pelayanan tidak menyelesaikan pelayanan rehabilitasi yang
rehabilitasi medik paket rehabilitasi medik diberikan kepada pasien
Denumerator : Total pasien yang yang membutuhkan bantuan
mengikuti paket dalam melakukan kegiatan
rehabilitasi medik dasar sehari-hari
-
Laporan : setiap bulan
Cara penilaian :
- ≤ 50 % : 100
0% :0
2. Tidak adanya 100% Ka. Unit Rehab Cara perhitungan : Kesalahan tindakan
kesalahan Medik Numerator : Jumlah PASIEN yang rehabilitasi medik adalah
tindakan mengalami kesalahan memberikan atau tidak
rehabilitasi medik tindakan rehabilitasi memberikan tindakan
medik dalam 1 bulan rehabilitasi medik yang
Denominator : Jumlah seluruh Sudah direncanakan dalam
PASIEN yang terapi
deprogram rehabilitasi
medik dalam 1 bulan
Laporan : setiap bulan
Analisa : setiap 3 bulan
Cara Penilaian :
- Tidak ada kesalahan : 100
Ada kesalahan :0
Standar penilaian :
≥ 80% : Sangat puas
61 – 79 % : Puas
2. Ketersediaan
instrumen
-
3. Waktu tunggu <2hari
hasil pemeriksaan kerja
psikologi
Standar penilaian :
≥ 80% : Sangat puas
61 – 79 % : Puas
31 – 60 % : Tidak puas
0 – 30 % : Sangat tidak puas
2. Waktu tunggu hasil <14 hari Psikiater & <14 hari : 100 Waktu yang dibutuhkan sejak
pemeriksaan Visum kerja Dirut 15 – 21 hari : 75 pasien dilakukan pelayanan
et repertum 22 – 28 hari : 50 Visum et repertum
psychiatricum ≥ 28 hari : 0 psychiatricum sampai
menerima hasil pemeriksaan
Standar penilaian :
≥ 80% : Sangat puas
61 – 79 % : Puas
31 – 60 % : Tidak puas
- 0 – 30 % : Sangat tidak
puas
3. Cakupan wilayah Sesuai Direktur Utama Cara penilaian : Jumlah institusi kesehatan
binaan dengan - Cakupan 100 % : 100 dan non kesehatan yang
wilayah - Cakupan 75 % : 75 termasuk dalam program
binaan - Cakupan 50 : 50 pembinaan kesehatan jiwa
Cakupan < 50% : 0 berbasis masyarakat
Cara penilaian :
≤ 4 jam : 100
≥ 4 jam : 0
Cara Penilaian :
0% : 100
1 - 2 % : 75
3 – 4% : 50
≥5% :0
Cara penilaian
≥ 80 % : 100
61 – 79 % : 75
41 – 60 % : 50
21 – 40 % : 25
0 – 21 % : 0
5. Kepuasan
Pelanggan
II. MANAJERIAL f. Struktur 100 % Manajerial a) Struktur organisasi pengelola Dokumen kebijakan dan
Organisasi dan tatakelola (SOTK) prosedur yang dijadikan
dan Tata diuraikan dalam dokumen pedoman RSJ dalam
Kelola tertulis, dan mereka yang mempertanggungjawabkan
tertuang bertanggungjawab untuk akuntabilitas kinerja RSJ
dalam memimpin/mengendalikan dan berdasarkan SOTK
dokumen mengelola diidentifikasi dengan
tertulis jabatan atau nama (nilai25)
b) Tanggungjawab dan
akuntabilitas pengelola dimuat
dalam dokumen tersebut
(nilai50)
c) Dokumen tersebut
menjelaskan bagaimana
kinerja pengelola dan para
manajer dievaluasi dengan
kriteria yang terkait (nilai75)
6. Kecelakaan kerja 0% Ketua Tim kecelakaan dengan skala resiko Pengukuran persentase
petugas P2K3 moderat keatas dibandingkan kecelakaan yang terjadi
dengan ∑ karyawan pada bulan dikarenakan oleh pekerjaan
berjalan atau pada waktu
melaksanakan pekerjaan
yang menimbulkan
kematian, sakit, cedera pada
A. Pencatatan
Pencatatan merupakan kegiatan pendataan layanan di RS Jiwa. Semua hal
yang berkaitan dengan standar indikator mutu di RS Jiwa mulai dari konsep
layanan, jenis layanan, tujuan layanan, alur dan prosedur layanan,
keselamatan pasien (patient safety) dan K3, konsep, prinsip dan kriteria
indikator Mutu, jenis-jenis indikator mutu, pengukuran indikator mutu,
pelayanan IGD, pelayanan Rawat Inap , pelayanan rawat jalan, pelayanan
farmasi, pelayanan laboratorium, pelayanan rekam medik, pelayanan
radiologi, pelayanan gizi, pelayanan binatu (Laundry), pelayanan ambulans,
pelayanan pemularasan jenazah, pelayanan keamanan (Security)
B. Pelaporan
Pelaporan layanan standar indikator mutu di RS Jiwa merupakan salah satu
kegiatan yang sangat penting di dalam proses pelayanan kesehatan jiwa di
RS Jiwa. Kegiatan pelaporan dilakukan untuk memberikan data dan informasi
yang cepat, tepat dan akurat kepada pemangku kepentingan sebagai bahan
pengambilan keputusan, sesuai dengan kondisi yang terjadi serta penentuan
kebijakan yang relevan. Didalam pelaksanaannya, pelaporan dilakukan
secara berkala dan berjenjang.
Sistem ini dimaksudkan agar didapat informasi yang mutakhir yang
selanjutnya dipergunakan dalam perencanaan kebijakan, program maupun
kegiatan pembinaan.
Pencatatan dan pelaporan kasus gangguan jiwa dibuat untuk kepentingan
internal (RSJ) dan eksternal (ke Dinkes atau Kemenkes) sebagai dasar
pembinaan.
Hal-hal yang perlu dilaporkan sesuai dengan data pelayanan dan format
yang dikeluarkan oleh dinas kesehatan/Kemenkes.
1. Jenis Laporan
8. Pasien jiwa yang dapat ditenangkan dalam waktu ≤ 48 jam (khusus untuk rumah
sakit dengan pelayanan jiwa)
Judul Pasien jiwa yang dapat ditenangkan dalam waktu ≤
48 jam
Dimensi Mutu Efektifitas dan Keselamatan
Tujuan Terselenggaranya pelayanan yang efektif dan
mampu menenangkan dan menyelamatkan pasien
jiwa dalam pelayanan gawat darurat kesehatan jiwa
Definisi Operasional Pasien dapat ditenangkan adalah pasien dengan
gangguan jiwa yang dengan intervensi medis
tidaklagi menunjukkan gejala dan tanda agresif yang
dapat mencelakakan diri sendiri maupun orang lain
sebagai akibat gangguan jiwa yang diderita.
Frekuensi Pengumpulan Data Tiga bulan
Periode Analisa Tiga bulan
Numerator Jumlah pasien gangguan jiwa yang dapat
11. Pasien rawat inap tuberkulosis yang ditangani dengan strategi DOTS
Judul Pasien rawat Inap tuberkulosis yang ditangani dengan
strategi DOTS
Dimensi Mutu Akses, efisiensi
Tujuan Terselenggaranya pelayanan rawat Inap bagi pasein
tuberkulosis dengan strategi DOTS
Definisi Operasional Pelayanan rawat inap tuberkulosis dengan strategi
DOTS adalah pelayanan tuberculosis dengan 5 strategi
penanggulangan tuberculosis nasional. Penegakan
diagnosis dan follow up pengobatan pasien tuberculosis
harus melalui pemeriksaan mikroskopis tuberculosis,
pengobatan harus menggunakan paduan obat anti
tuberculosis yang sesuai dengan standar
penanggulanagn tuberculosis nasional, dan semua
pasien yang tuberculosis yang diobati dievaluasi secara
kohort sesuai dengan penanggulangan nasional
Frekuensi Pengumpulan Data Tiap tiga bulan
Periode Analisa Tiap tiga bulan
Numerator Jumlah semua pasien rawat inap tuberculosis yang
ditangani dengan strategi DOTS
Denominator Jumlah seluruh pasien rawat inap tuberculosis yang
ditangani di rumah sakit dalam waktu tiga bulan
Sumber Data Register rawat inap, register TB 03 UPK
Standar 100 %
Penanggung jawab Kepala Instalasi rawat inap
Pengumpulan data
12. Ketersediaan pelayanan rawat di rumah sakit yang memberikan pelayanan jiwa
Judul Ketersediaan pelayanan rawat di rumah sakit yang
13. Tidak adanya Kematian Pasien gangguan jiwa karena bunuh diri
Judul Tidak adanya Kematian Pasien gangguan jiwa
karena bunuh diri
Dimensi Mutu Keselamatan
Tujuan Tergambarnya pelayanan pasien rawat inap di
rumah sakit jiwa yang aman dan efektif
Definisi Operasional Kematian pasien jiwa karena bunuh diri adalah
kematian yang terjadi pada pasien gangguan jiwa
karena perawatan rawat inap yang tidak baik
Frekuensi 1 bulan
Pengumpulan
Data
Periode Analisa 1 bulan jumlah seluruh pasien yang dirawat dalam
satu bulan
Numerator Jumlah seluruh pasien yang dirawat dalam satu
bulan dikurangi jumlah kejadian kematian pasien
gangguan jiwa bunuh diri dalam satu bulan
Denominator Jumlah seluru pasien yang dirawat dalam satu
bulan
Sumber Data Rekam medis
Standar 100 %
Penanggung jawab Komite medik/mutu
4. Kepuasan pelanggan
Judul Kepuasan pelanggan
Dimensi mutu Kenyamanan
Tujuan Tergambarnya persepsi pelanggan terhadap
pelayanan radiologi
Definisi operasional Kepuasan pelanggan adalah pernyataan puas oleh
pelanggan terhadap pelayanan radiology
Frekuensi pengumpulan data 1 bulan
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah pasien yang disurvei yang menyatakan puas
Denominator Jumlah total pasien yang disurvei (n minial 50)
Sumber data Survei
Standar > 80 %
Penanggung jawab Ketua komite mutu/tim mutu
3. Kepuasan Pelanggan
Judul Kepuasan pelanggan
Dimensi mutu Kenyamanan
Tujuan Tergambarnya persepsi pelanggan terhadap
pelayanan rehabilitasi medik
Definisi operasional Kepuasan pelanggan adalah pernyataan puas
oleh pelanggan terhadap pelayanan rehabilitas
medik.
Frekuensi pengumpulan data 1 bulan
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah kumulatif hasil penilaian kepuasan dari
pasien yang disurvei (dalam prosen)
Denominator Jumlah total pasien yang disurvei (n minial 50)
Sumber data Survei
Standar >80 %
Penanggung jawab Kepala Instalasi Rehabilitas Medik
3. Kepuasan Pelanggan
Judul Kepuasan pelanggan
Dimensi mutu Kenyamanan
Tujuan Tergambarnya persepsi pelanggan terhadap
pelayanan farmasi
Definisi operasional Kepuasan pelanggan adalah pernyataan puas
oleh pelanggan terhadap pelayanan farmasi.
Frekuensi pengumpulan data 1 bulan
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah kumulatif hasil penilaian kepuasan dari
pasien yang disurvei (dalam prosen)
Denominator Jumlah total pasien yang disurvei (n minimal 50)
Sumber data Survey
Standar >80%
Penanggung jawab Kepala Instalasi Farmasi
XI. Gizi
1. Ketepatan waktu pemberian makanan kepada pasien
6. Cost Recovery
3. Peralatan Laboratorium (dan alat ukur yang lain) yang terkalibrasi tepat waktu
sesuai dengan ketentuan kalibrasi.
Judul Peralatan Laboratorium (dan alat ukur yang
lain) yang terkalibrasi tepat waktu sesuai
dengan ketentuan kalibrasi.
Dimensi mutu Keselamatan dan efektivitas
Tujuan Tergambarnya akurasi pelayanan laboratorium
Definisi operasional Kalibrasi adalah pengujian kembali terhadap
kelayakan peralatan laboratorium oleh Balai
Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK)
Frekuensi pengumpulan data 1 tahun
Periode analisis 1 tahun
Numerator Jumlah seluruh alat laboratorium yang dikalibrasi
tepat waktu dalam satu tahun
Denominator Jumlah alat laboratorium yang perlu dikalibrasi
dalam 1 tahun
Sumber data Buku register
Standar 100%
Penanggung jawab Kepala Instalasi Laboratorium
Keterangan :
ILO : Infeksi Luka Operasi
ILI : Infeksi Luka Infus
VAP : Ventilator Associated Pneumonie
ISK : Infeksi Saluran Kemih
B. RAWAT INAP
1. Kegiatan penegakan diagnosis Tuberculosis (TB)