Anda di halaman 1dari 1

Si Kabayan Si Kabayan hanya tertawa-tawa meski dimarahi mertuanya. Si Kabayan berusaha membujuk.

Disebutkannya jika ia
Tersebutlah seorang lelaki di tanah Pasundan pada masa Pada waktu yang lain mertua Si Kabayan mengajak hendak mendoakan mertuanya itu agar panjang umur, selalu sehat,
lampau. Si Kabayan namanya. Ia lelaki yang pemalas namun menantunya yang malas lagi bodoh itu untuk memetik kacang koro murah rejeki, dan jauh dari segala mara bahaya. "Jika aku tidak
memiliki banyak akal. Banyak akal pula dirinya meski akalnya itu di kebun. Mereka membawa karung untuk tempat kacang koro yang mengetahui nama Abah, bagaimana nanti jika doaku tidak tertuju
kerap digunakannya untuk mendukung kemalasannya. Si Kabayan mereka petik. Baru beberapa buah kacang koro yang dipetiknya, Si kepada Abah dan malah tertuju kepada orang lain?"
telah beristri. Nyi Iteung nama istrinya. Kabayan telah malas untuk melanjutkannya. Si Kabayan Nyi Iteung akhirnya bersedia memberitahu jika suaminya itu
Pada suatu hari Si Kabayan disuruh mertuanya untuk mengantuk. Ia pun lantas tidur di dalam karung. berjanji untuk tidak menyebarkan rahasia itu. katanya, "Nama Abah
mengambil siput-siput sawah. Si Kabayan melakukannya dengan Ketika azan Dhuhur terdengar, mertua Si Kabayan yang asli itu Ki Nolednad. Ingat, jangan sekali-kali engkau sebutkan
malas-malasan. Setibanya di sawah, ia tidak segera mengambil menyelesaikan pekerjaannya. Ia sangat keheranan karena tidak nama Abah itu kepada siapa pun!"
siput-siput sawah yang banyak terdapat di sawah itu, melainkan mendapati Si Kabayan bersamanya. "Dasar pemalas!" gerutunya. Setelah mengetahui nama ash mertuanya, Si Kabayan lantas
hanya duduk-duduk di pematang sawah. "Ia tentu telah pulang duluan karena malas membawa karung berisi mencari air enau yang masih mengental. Diambilnya pula kapuk
Lama ditunggu tidak kembali, mertua Si Kabayan pun kacang koro yang berat!" dalam jumlah yang banyak. Si Kabayan menuju lubuk, tempat
menyusul ke sawah. Terperanjatlah ia mendapati Si Kabayan hanya Mertua Si Kabayan terpaksa menggotong karung berisi Si mertuanya itu biasa mandi. Ia lantas membasahi seluruh tubuhnya
duduk di pematang sawah. "Kabayan! Apa yang engkau lakukan? Kabayan itu kembali ke rumah. Betapa terperanjatnya ia saat dengan air enau yang kental dan menempelkan kapuk di sekujur
Mengapa engkau tidak segera turun ke sawah dan mengambil tutut- mengetahui isi karung yang dipanggulnya itu bukan kacang koro, tubuhnya. Si Kabayan kemudian memanjat pohon dan duduk di
tutut (Siput) itu?" melainkan Si Kabayan! dahan pohon seraya menunggu kedatangan mertuanya yang akan
"Abah-abah (Bapak), aku takut turun ke sawah karena sawah "Karung ini bukan untuk manusia tapi untuk kacang koro!" mandi.
ini sangat dalam. Lihatlah, Bah, begitu dalamnya sawah ini hingga omel mertua Si Kabayan setelah mengetahui Si Kabayan lah yang Ketika mertuanya sedang asyik mandi, Si Kabayan lantas
langit pun terlihat di dalamnya," jawab Si Kabayan. dipanggulnya hingga tiba di rumah. berseru dengan suara yang dibuatnya terdengar lebih berat,
Mertua Si Kabayan menjadi geram. Didorongnya tubuh Si Keesokan harinya mertua Si Kabayan kembali mengajak "Nolednad! Nolednad!"
Kabayan hingga menantunya itu terjatuh ke sawah. menantunya itu untuk ke kebun lagi guna memetik kacang-kacang Mertua Si Kabayan sangat terperanjat mendengar namanya
Si Kabayan hanya tersenyum-senyum sendiri seolah tidak koro. Mertua Si Kabayan masih jengkel dengan kejadian kemarin. dipanggil. Seketika ia menatap arah sumber suara pemanggilnya,
bersalah. "Ternyata sawah ini dangkal ya, Bah?" katanya dengan Ia ingin membalas dendam pada Si Kabayan. Ketika Si Kabayan kian terperanjatlah ia ketika melihat ada makhluk putih yang sangat
senyum menyebalkannya. Ia pun lantas mengambil siput-siput sedang memetik kacang koro, dengan diam-diam mertua Si menyeramkan pada pandangannya. "Si siapa engk ... engkau itu?"
sawah yang banyak terdapat di sawah itu. Kabayan masuk ke dalam karung dan tidur. Ia ingin Si Kabayan tanyanya terbata-bata.
Pada hari yang lain mertua Si Kabayan menyuruh Si Kabayan memanggulnya pulang seperti yang diperbuatnya kemarin. "Nolednad, aku ini Kakek penunggu lubuk ini." kata Si
untuk memetik buah nangka yang telah matang. Pohon nangka itu Adzan Dhuhur terdengar dari surau di kejauhan. Si Kabayan Kabayan. "Aku peringatkan kepadamu Nolednad, hendaklah
tumbuh di pinggir sungai dan batangnya menjorok di atas sungai. Si menghentikan pekerjaannya. Dilihatnya mertuanya tidak engkau menyayangi Kabayan karena ia cucu kesayanganku.
Kabayan sesungguhnya malas untuk melakukannya. Hanya setelah bersamanya. Ketika ia melihat ke dalam karung, ia melihat Jangan berani-berani engkau menyia-nyiakannya. Urus dia baik-
mertuanya terlihat marah, Si Kabayan akhirnya menurut. Ia mertuanya itu tengah tertidur. Tanpa banyak bicara, Si Kabayan baik. Urus sandang dan pangannya. Jika engkau tidak melakukan
memanjat batang pohon. Dipetiknya satu buah nangka yang telah lantas mengikat karung itu dan menyeretnya. pesanku ini, niscaya engkau tidak akan selamat!"
masak. Sayang, buah nangka itu terjatuh ke sungai. Si Kabayan Terperanjatlah mertua Si Kabayan mendapati dirinya diseret Mertua Si Kabayan sangat takut mendengar ucapan 'Kakek
tidak buru-buru turun ke sungai untuk mengambil buah nangka Si Kabayan. Ia pun berteriak-teriak dari dalam karung, "Kabayan! Ini penunggu lubuk' itu.Ia pun berjanji untuk melaksanakan pesan
yang terjatuh. Dibiarkannya buah nangka itu hanyut. Abah! Jangan engkau seret Abah seperti ini!" 'Kakek penunggu lubuk' itu.
Mertua Si Kabayan terheran-heran melihat Si Kabayan pulang Namun, Si Kabayan tetap saja menyeret karung berisi Sejak saat itu mertua Si Kabayan tidak lagi membenci Si
tanpa membawa buah nangka. "Apa yang terjadi?" tanyanya mertuanya itu hingga tiba di rumah. Katanya seraya menyeret, Kabayan. Disayanginya menantunya itu. Dicukupinya kebutuhan
dengan raut wajah jengkel. "Mana buah nangka yang kuperintahkan "Karung ini untuk tempat kacang koro, bukan untuk manusia.” sandang dan pangan Si Kabayan. Bahkan, dibuatkannya pula
untuk dipetik?" Karena kejadian itu mertua Si Kabayan sangat marah kepada rumah, meski kecil, untuk tempat tinggal menantunya tersebut.
Dengan wajah polos seolah tanpa berdosa, Si Kabayan Si Kabayan. Ia mendiamkan Si Kabayan. Tidak mau mengajaknya Setelah mendapatkan perlakuan yang sangat baik dari
menukas, "Lho? Bukankah buah nangka itu tadi telah kuminta untuk berbicara dan bahkan melengoskan wajah jika Si Kabayan mertuanya, Si Kabayan juga sadar akan sikap buruknya selama itu.
berjalan duluan? Apakah buah nangka itu belum juga tiba?" menyapa atau mengajaknya bicara. Ia terlihat sangat benci dengan Ia pun mengubah sikap dan perilakunya. Ia tidak lagi malas-
"Bagaimana maksudmu, Kabayan?" menantunya yang malas lagi banyak alasan itu. malasan untuk bekerja. Ia pun bekerja sebagai buruh.
"Waktu kupetik, buah nangka itu jatuh ke sungai. Rupanya ia Si Kabayan menyadari kebencian mertuanya itu kepadanya. Kehidupannya bersama istrinya membaik yang membuat istrinya itu
ingin berjalan sendirian. Maka, kubiarkan ia berjalan dan Bagaimanapun juga ia merasa tidak enak diperlakukan seperti itu. bertambah sayang kepadanya. Si Kabayan juga bertambah sayang
kusebutkan agar ia lekas pulang ke rumah. Kuperingatkan pula Ia lantas mencari cara agar mertuanya tidak lagi membenci dirinya. kepada Nyi Iteung seperti sayangnya kepada mertuanya yang tetap
agar ia segera membelok ke rumah ini. Dasar nangka tua tak tahu Ditemukannya cara itu. Ia pun bertanya pada istrinya perihal nama baik perlakuan terhadapnya. Mertuanya tetap menyangka Si
diri, tidak menuruti perintahku pula!" asli mertuanya. Kabayan sebagai cucu 'Kakek penunggu lubuk'. Ki Nolednad
"Ah, itu hanya alasanmu yang mengada-ada saja, Kabayan!" "Mengetahui nama asli mertua itu pantangan, Akang!" kata Nyi sangat takut untuk memusuhi atau menyia-nyiakan Si Kabayan
mertua Si Kabayan bersungut-sungut. "Bilang saja kalau kamu itu Iteung memperingatkan. "Bukankah Akang sudah tahu masalah karena takut tidak akan selamat dalam hidupnya seperti yang telah
malas membawa nangka itu ke rumah!" ini?" dipesankan 'Kakek penunggu lubuk'!

Anda mungkin juga menyukai