Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

BIOLOGI DASAR III

LEPTOSPIROSIS

Dosen Pembina : Novi Budi Ningrum,S.S.T.,M.Keb

DISUSUN OLEH :

1. YOSEFINA A. NGONGO 3. YUWINDRI YANI I. DIMU


NIM :2017740143 NIM : 2017740153
2. YOSEFITA JEMIDAN 4. YUSMIA BULU
NIM : 2017740144 NIM : 2017740152

KELAS : A

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


AKADEMI KEBIDANAN WIRAHUSADA NUSANTARA
MALANG
2017
KATA PENGANTAR

Pertama - tama kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Dalam makalah ini kami ingin memaparkan atau menjelaskan tentang “Leptospirosis”
dan dengan makalah ini kami mengharapkan dapat memberikan pengetahuan tambahan
kepada pembaca, Selain itu semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Kami
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, baik dari segi isi
makalah, tatabahasa, pengejaan dan penataan tanda baca. Maka dari itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dan bisa menjadi acuan kedepannnya agar dapat
menghasilkan tulisan yang lebih baik lagi.
Pada akhirnya, Penulis mengharapkan semoga makalah ini bermanfaat bagi Penulis
khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Malang,20 Maret 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .....................................................................................i


KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
C. Manfaat .............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................3
A. Sejarah Leptospirosis ......................................................................... 3
B. Defenisi Leptospirosis ........................................................................ 4
C. Cara Penularan Leptospirosis ............................................................ 4
D. Dampak Kesehatan Yang di Timbulkan Oleh Leptospirosis ............... 5
E. Pencegahan Leptospirosis.................................................................. 5
F. Gejala Kronis Leptospirosis ................................................................ 6
G. Pengobatan Leptospirosis .................................................................. 7
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN............................................................9
A. Kesimpulan......................................................................................... 9
B. Saran .................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 10

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

4
Leptospirosis adalah penyakit infeksi akut yang dapat menyerang manusia
maupun hewan yang disebabkan kuman leptospira patogen dan digolongkan sebagai
zoonosis. Leptospirosis disebabkan bakteri patogen berbentuk spiral genus Leptospira,
famili leptospiraceae dan ordo spirochaetales.
Gejala klinis leptospirosis mirip dengan penyakit infeksi lainnya seperti influensa,
meningitis, hepatitis, demam dengue, demam berdarah dengue dan demam virus lainnya,
sehingga seringkali tidak terdiagnosis. Keluhan-keluhan khas yang dapat ditemukan,
yaitu: demam mendadak, keadaan umum lemah tidak berdaya, mual, muntah, nafsu
makan menurun dan merasa mata makin lama bertambah kuning dan sakit otot hebat
terutama daerah betis dan paha.
Penyakit ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, terutama di daerah
beriklim tropis dan subtropis, dengan curah hujan tinggi (kelembaban), khususnya di
negara berkembang, dimana kesehatan lingkungannya kurang diperhatikan terutama.
pembuangan sampah. International Leptospirosis Society menyatakan Indonesia sebagai
negara insiden leptospirosis tinggi dan peringkat tiga di dunia untuk mortalitas.
Di Amerika Serikat (AS) sendiri tercatat sebanyak 50 sampai 150 kasus
leptospirosis setiap tahun. Sebagian besar atau sekitar 50% terjadi di Hawai. Di Indonesia
penyakit demam banjir sudah sering dilaporkan di daerah Jawa Tengah seperti Klaten,
Demak atau Boyolali.
Beberapa tahun terakhir di derah banjir seperti Jakarta dan Tangerang juga
dilaporkan terjadinya penyakit ini. Bakteri leptospira juga banyak berkembang biak di
daerah pesisir pasang surut seperti Riau, Jambi dan Kalimantan.
Angka kematian akibat leptospirosis tergolong tinggi, mencapai 5-40%. Infeksi
ringan jarang terjadi fatal dan diperkirakan 90% termasuk dalam kategori ini. Anak
balita, orang lanjut usia dan penderita “immunocompromised” mempunyai resiko tinggi
terjadinya kematian.
B. RumusanMasalah
Beberapa hal yang menjadi pokok permasalahan dalam pembahasan makalah ini adalah:
1. Bagaimana Sejarah Leptopirosis?
2. Apa Definisi Leptospirosis?
3. Bagaimana Cara Penularan Leptospiros?

5
4. Bagaimana Dampak Kesehatan Yang ditimbulkan Oleh Lepthopirosis?
5. Bagaimana Pencegahan Leptopirosis?
6. Bagaimana Gejala Kronis Leptopirosis?
7. Bagaimana Pengobatan leptopirosis?

C. Manfaat
Dalam penyusunan makalah ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak. Adapun manfaat penyusunan itu diantaranya :
1. Berfungsi sebagai literatur-literatur bagi pelajar yang ingin memperdalam wawasan
tentang masalah kesehatan Khususnya tentang penyakit leptospirosis
2. Para pembaca dapat mengetahui lebih dalam tentang penyakit leptospirosis

BAB II
PENDAHULUAN

A. Sejarah Leptospirosis

6
Dikenal pertama kali sebagai penyakit occupational (penyakit yang diperoleh
akibat pekerjaan) pada beberapa pekerja pada tahun 1883. Pada tahun 1886 Weil
mengungkapkan manifestasi klinis yang terjadi pada 4 penderita yang mengalami
penyakit kuning yang berat, disertai demam, perdarahan dan gangguan ginjal. Sedangkan
Inada mengidentifikasikan penyakit ini di jepang pada tahun 1916. (Inada R, Ido Y, et al:
Etiology, mode of infection and specific therapy of Weil's disease. J Exp Med 1916; 23:
377-402.)
Penyakit ini dapat menyerang semua usia, tetapi sebagian besar berusia antara 10-
39 tahun. Sebagian besar kasus terjadi pada laki-laki usia pertengahan, mungkin usia ini
adalah faktor resiko tinggi tertular penyakit occupational ini.
Angka kejadian penyakit tergantung musim. Di negara tropis sebagian besar kasus terjadi
saat musim hujan, di negara barat terjadi saat akhir musim panas atau awal gugur karena
tanah lembab dan bersifat alkalis.
Angka kematian akibat leptospirosis tergolong tinggi, mencapai 5-40%. Infeksi
ringan jarang terjadi fatal dan diperkirakan 90% termasuk dalam kategori ini. Anak
balita, orang lanjut usia dan penderita “immunocompromised” mempunyai resiko tinggi
terjadinya kematian.
Penderita berusia di atas 50 tahun, risiko kematian lebih besar, bisa mencapai 56
persen. Pada penderita yang sudah mengalami kerusakan hati yang ditandai selaput mata
berwarna kuning, risiko kematiannya lebih tinggi lagi
Paparan terhadap pekerja diperkirakan terjadi pada 30-50% kasus. Kelompok
yang berisiko utama adalah para pekerja pertanian, peternakan, penjual hewan, bidang
agrikultur, rumah jagal, tukang ledeng, buruh tambang batubara, militer, tukang susu, dan
tukang jahit. Risiko ini berlaku juga bagi yang mempunyai hobi melakukan aktivitas di
danau atau sungai, seperti berenang atau rafting.

B. Definisi Leptospirosis
Leptospirosis merupakan penyakit hewan yang disebabkan oleh beberapa bakteri
dari golongan leptospira yang berbentuk spiral kecil disebut spirochaeta. Bakteri ini
dengan flagellanya dapat menembus kulit atau mukosa manusia normal. Leptospira ini
dapat hidup di air tawar selama lebih kurang 1 bulan. Sistem klasifikasi tradisional

7
didasarkan atas patogenitas yang membedakan antara spesies patogen yaitu Leptospira
interrogans dan spesies nonpatogen yang hidup bebas, yaitu Leptospira biflexa.
Leptospira berbentuk ulir yang rapat, tipis dengan panjang 5-15 mm. Leptospira dapat
hidup berminggu-minggu di dalam air, khususnya pada pH basa. (Brooks, 2005)

C. Cara Penularan Bakteri Leptospirosis

Bentuk penularan Leptospira dapat terjadi secara langsung dari penderita ke


penderita dan tidak langsung melalui suatu media. Penularan langsung terjadi melalui
kontak dengan selaput lendir (mukosa) mata (konjungtiva), kontak luka di kulit, mulut,
cairan urin, kontak seksual dan cairan abortus (gugur kandungan). Penularan dari
manusia ke manusia jarang terjadi.

Penularan tidak langsung terjadi melalui kontak hewan atau manusia dengan
barang-barang yang telah tercemar urin penderita, misalnya alas kandang hewan, tanah,
makanan, minuman dan jaringan tubuh. Kejadian Leptospirosis pada manusia banyak
ditemukan pada pekerja pembersih selokan karena selokan banyak tercemar
bakteriLeptospira. Umumnya penularan lewat mulut dan tenggorokan sedikit ditemukan
karena bakteri tidak tahan terhadap lingkungan asam.

Leptospirosis merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui air (water borne
disease). Urin (air kencing) dari individu yang terserang penyakit ini merupakan sumber
utama penularan, baik pada manusia maupun pada hewan. Kemampuan Leptospira untuk
bergerak dengan cepat dalam air menjadi salah satu faktor penentu utama ia dapat
menginfeksi induk semang (host) yang baru. Hujan deras akan membantu penyebaran
penyakit ini, terutama di daerah banjir.
D. Dampak Kesehatan yang Ditimbulkan oleh Bakteri Leptospirosis

Gambaran patologi leptospirosis ditandai dengan terjadinya vaskulitis, kerusakan


endotel, dan infiltrasi inflamasi yang terdiri dari sel monosit, sel plasma, histosit dan

8
netrifil. Gambaran histologi leptospirosis yang mencolok yaitu kerusakan hati, ginjal,
jantung dan paru.

 Kerusakan hati akibat nekrosis sentrilobular yang disertai proliferasi sel kupffer.
Sering ditemukan adanya disosiasi sel-sel hati, degenerasi sitoplasma, inti sel-sel
parenkim mengecil dan infiltrasi mononukleus pada daerah portal.
 Kerusakan ginjal lebih nyata dibandingkan dengan kerusakan hati, yaitu edema, dan
pendarahan di medula. Adanya gambaran nefritis interstisial yang berlanjut menjadi
nekrosis tubulus pada kasus berat. Silinder protein, pigmen darah, eritrosit dan sisa
sel tubulus dapat ditemukan di medula tubulus.
 Invasi otot rangka oleh kuman leptospira mengakibatkan timbulnya pembengkakan,
vakuolisasi miofibril, nekrosis fokal, infiltrasi histiosit, netrofil dan sel plasma
leptospira, misalnya pada otot gastroknemius.
 Pada Jantung : Berdebar tidak teratur, jantung membengkak dan gagal jantung yang
dapat menyebabkan kematian mendadak
 Pada paru paru : Batuk darah, nyeri dada, sesak napas
 Perdarahan karena adanya kerusakan pembuluh darah dari saluran pernapasan,
saluran pencernaan, ginjal, saluran genitalia, dan mata ( konjungtiva )
 Pada kehamilan : Keguguran, prematur, bayi lahir cacat dan lahir mati

E. Pencegahan Leptospirosis
Pencegahan penularan leptospira dapat dilakukan melalui tiga jalur imtervensi
yang meliputi intervensi sumber infeksi, intervensi pada jalur penularan dan inmtervensi
pada pejamu manusia. Berbagai kegiatan yang dapat mencegah leptospirosis :
 Membiasakan diri dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
 Menyimpan makanan dan minuman dengan baik agar terhindar dari tikus.
 Mencuci tangan dengan sabun sebelum makan.
 Mencuci tangan, kaki serta bagian tubuh lainnya dengan sabun setelah bekerja di
sawah/kebun/sampah/tanah/selokan dan tempat-tempat yang tercemar lainnya.

9
 Melindungi pekerja yang berisiko tinggi terhadap leptospirosis (petugas kebersihan,
petani, petugas pemotong hewan, dan lain-lain) dengan menggunakan sepatu bot dan
sarung tangan.
 Menjaga kebersihan lingkungan
 Membersihkan tempat-tempat air dan kolam renang.
 Menghindari adanya tikus di dalam rumah/gedung.
 Menghindari pencemaran oleh tikus.
 Melakukan desinfeksi terhadap tempat-tempat tertentu yang tercemar oleh tikus

F. Gejala Klinis Kronis Leptospirosis


o Pada hati : kekuningan yang terjadi pada hari ke 4 dan ke 6
o Pada ginjal : gagal ginjal yang dapat menyebabkan kematian.
o Pada jantung : berdebar tidak teratur, jantung membengkak dan gagal jantung
yang dapat mengikabatkan kematian mendadak.
o Pada paru-paru : batuk darah, nyeri dada, sesak nafas.
o Perdarahan karena adanya kerusakan pembuluh darah dari saluran pernafasan,
saluran pencernaan, ginjal, saluran genitalia, dan mata (konjungtiva).
o Pada kehamilan : keguguran, prematur, bayi lahir cacat dan lahir mati
Stadium Pertama :
o Demam menggigil
o Sakit kepala
o Malaise
o Muntah
o Konjungtivitis
o Rasa nyeri otot betis dan punggung
o Gejala-gejala diatas akan tampak antara 4-9 hari

Gejala yang Khas :


o Konjungtivitis tanpa disertai eksudat serous/porulen (kemerahan pada mata)

10
o Rasa nyeri pada otot-otot Stadium Kedua
o Terbentuk anti bodi di dalam tubuh penderita
o Gejala yang timbul lebih bervariasi dibandingkan dengan stadium pertama
o Apabila demam dengan gejala-gejala lain timbul kemungkinan akan terjadi
meningitis.
o Stadium ini terjadi biasanya antara minggu kedua dan keempat.

G. Pengobatan
Pengobatan kasus leptospirosis masih diperdebatkan. Sebagian ahli mengatakan
bahwa pengobatan leptospirosis hanya berguna pada kasus kasus dini (early stage)atau
fase awal sedangkan pada fase ke dua atau fase imunitas (late phase) yang paling penting
adalah perawatan.
Tujuan pengobatan dengan antibiotik adalah:
1. Mempercepat pulih ke keadaan normal
2. Mempersingkat lamanya demam
3. Mempersingkat lamanya perawatan
4. Mencegah komplikasi seperti gagal ginjal (leptospiruria)
5. Menurunkan angka kematian
Obat pilihan adalah Benzyl Penicillin. Selain itu dapat
digunakan Tetracycline,Streptomicyn, Erythromycin, Doxycycline, Ampicillin atau moxici
llin.
Pengobatan dengan Benzyl Penicillin 6-8 MU iv dosis terbagi selama 5-7 hari.
Atau Procain Penicillin 4-5 MU/hari kemudian dosis diturunkan menjadi setengahnya
setelah demam hilang, biasanya lama pengobatan 5-6 hari.
Jika pasien alergi penicillin digunakan Tetracycline dengan dosis awal 500 mg,
kemudian 250 mg IV/IM perjam selama 24 jam, kemudian 250-500mg /6jam peroral
selama 6 hari. Atau Erythromicyn dengan dosis 250 mg/ 6jam selama 5
hari.Tetracycline dan Erythromycin kurang efektif
dibandingkan dengan Penicillin.Ceftriaxone dosis 1 g. iv. selama 7 hari hasilnya tidak
jauh berbeda dengan pengobatan menggunakan penicillin.

11
Oxytetracycline digunakan dengan dosis 1.5 g. peroral, dilanjutkan dengan 0.6 g.
tiap 6 jam selama 5 hari; tetapi cara ini menurut beberapa penelitian tidak dapat
mencegah terjadinya komplikasi hati dan ginjal.Pengobatan dengan Penicillin dilaporkan
bisa menyebabkan komplikasi berupa reaksi Jarisch-Herxheimer. Komplikasi ini
biasanya timbul dalam beberapa waktu sampai dengan 3 jam setelah pemberian penicillin
intravena; berupa demam, malaise dan nyeri kepala; pada kasus berat dapat timbul
gangguan pernafasan.

BAB III
PENUTUP

12
A. Kesimpulan
Dari uraian makalah tersebut dapat disimpulkan :
1. Leptospirosis adalah penyakit infeksi akut yang dapat menyerang manusia maupun
hewan yang disebabkan kuman leptospira pathogen dan digolongkan sebagi zoonosis
yaitu penyakit hewan yang bisa menjangkiti manusia.
2. Hewan yang paling banyak mengandung bakteri leptospira ini (resevoir) adalah
hewan pengerat dan tikus
3. Penyakit leptospirosis mungkin banyak terdapat di Indonesia terutama di musim
penghujan.
4. Penularan dari hewan ke manusia dapat terjadi secara langsung ataupun tidak
langsung, sedangkan penularan dari manusia ke manusia sangat jarang.
5. Pengobatan dengan antibiotik merupakan pilihan terbaik pada fase awal ataupun fase
lanjut (fase imunitas).
6. Selain pengobatan antibiotik, perawatan pasien tidak kalah pentingnya untuk
menurunkan angka kematian.
7. Angka kematian pada pasien leptospirosis menjadi tinggi terutama pada usia lanjut,
pasien dengan ikterus yang parah, gagal ginjal akut, gagal pernafasan akut.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini, penulis menyarankan :
1. Pada orang berisiko tinggi terutama yang bepergian ke daerah berawa-rawa
dianjurkan untuk menggunakan profilaksis dengan doxycycline.
2. Masyarakat terutama di daerah persawahan, atau pada saat banjir mungkin ada
baiknya diberi doxycycline untuk pencegahan.
3. Para klinisi diharapkan memberikan perhatian pada leptospirosis ini terutama di
daerah-daerah yang sering mengalami banjir.

DAFTAR PUSTAKA

13
Subronto,Tjahajati. 2008. Ilmu penyakit ternak III (Mamalia)Farmokologi. Gadjah Mada
University Press.Yogyakarta : Indonesia
Subronto 2008.Ilmu PenyakitTernakI-b(Mamalia)PenyakiKulit(Integumentum)Penyakit
Bakterial.Gadjah Mada University. Yogyakarta: Indonesia
Dharmojo. 2002. Leptosirosis Pada Hewan Kesayangan. Yogyakarta : Disampaikan
dalam seminar nasional bahaya dan ancaman leptospirosis
Widarso HS.2007. Leptospirosis Pada Manusia dan Hewan. Yogyakarta
Akoso, Budi Tri. 1996. Kesehatan Sapi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
http://hidupsehatgembira.blogspot.com/2012/02/leptospirosis.html

14

Anda mungkin juga menyukai