Anda di halaman 1dari 20

Karya Tulis Ilmiah

OPTIMALISASI PELAKSANAAN
PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) BIDANG
PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN (PKP) MELALUI
PENINGKATAN KAPASITAS PEMERINTAH DAERAH

NAMA : NI PUTU RATIH NOVYANTI DEWI


NIP : 199111262018022001
JABATAN : TEKNIK TATA BANGUNAN DAN PERUMAHAN AHLI
PERTAMA

CPNS FORMASI 2017


KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
OPTIMALISASI PELAKSANAAN PUG BIDANG PKP MELALUI PENINGKATAN KAPASITAS PEMERINTAH DAERAH

2018

KARYA TULIS ILMIAH CPNS KEMENTERIAN PUPR FORMASI 2017 II


OPTIMALISASI PELAKSANAAN PUG BIDANG PKP MELALUI PENINGKATAN KAPASITAS PEMERINTAH DAERAH

LEMBAR PERSETUJUAN MENTOR

Judul :

OPTIMALISASI PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) BIDANG


PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN (PKP) MELALUI
PENINGKATAN KAPASITAS PEMERINTAH DAERAH

Oleh :
Nama : Ni Putu Ratih Novyanti Dewi, S.T.

NIP : 19911126 201802 2 001

Unit Kerja : Subdirektorat Standardisasi dan Kelembagaan, Direktorat


Pengembangan Kawasan Permukiman, Direktorat Jenderal
Cipta Karya

Menyetujui,
Penulis Mentor

(Ni Putu Ratih Novyanti Dewi, S.T.) (Dr. Taufan Madiasworo, S.T., M.T.)

KARYA TULIS ILMIAH CPNS KEMENTERIAN PUPR FORMASI 2017 I


OPTIMALISASI PELAKSANAAN PUG BIDANG PKP MELALUI PENINGKATAN KAPASITAS PEMERINTAH DAERAH

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN MENTOR ............................................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................................... 2
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan ...................................................................................................... 2
1.4 Ruang Lingkup ................................................................................................................................ 2
BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................................................................... 3
2.1 Gambaran Umum Pengarusutamaan Gender (PUG) ..................................................................... 3
2.2 Kebijakan Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam Pembangunan Nasional ................................ 4
2.3 Indikator dan Aspek-Aspek untuk Mengidentifikasi Kesenjangan Gender .................................... 5
BAB III METODOLOGI PENULISAN ............................................................................................................ 8
3.1 Jenis Penulisan ............................................................................................................................... 8
3.2 Metode Analisis .............................................................................................................................. 8
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................................................................... 9
4.1 Permasalahan dalam Pelaksanaan PUG bidang PKP di Daerah ................................................... 10
4.1.1 Aspek Kebijakan .................................................................................................................... 10
4.1.2 Aspek SDM Pemerintah Daerah ............................................................................................ 11
4.1.3 Aspek Masyarakat ................................................................................................................. 12
4.2 Rekomendasi untuk Mengoptimalkan Pelaksanaan PUG bidang PKP di Daerah......................... 13
BAB V PENUTUP ..................................................................................................................................... 15
5.1 Simpulan ....................................................................................................................................... 15
5.2 Saran............................................................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................... 16

KARYA TULIS ILMIAH CPNS KEMENTERIAN PUPR FORMASI 2017 II


OPTIMALISASI PELAKSANAAN PUG BIDANG PKP MELALUI PENINGKATAN KAPASITAS PEMERINTAH DAERAH

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Isu kesetaraan gender belakangan ini telah menjadi perbincangan dan diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Di Indonesia kesetaraan gender belum sepenuhnya terpenuhi.
Pada perkembangannya, dalam kehidupan bermasyarakat masih saja ditemukan berbagai
bentuk tindakan maupun kondisi yang mendiskriminasikan salah satu pihak (Rahayu, 2016).
Kondisi seperti ini menuntut adanya tindakan nyata dari stakeholders agar tercipta keadilan
bagi semua gender. Salah satu strategi yang dikembangkan oleh Pemerintah adalah
Pengarusutamaan Gender (PUG). PUG merupakan strategi pembangunan yang dilakukan
untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender melalui persamaan akses, partisipasi, kontrol,
dan manfaat terhadap hasil pembangunan.
Dalam UUD 1945 Pasal 27 dinyatakan bahwa adanya jaminan kesamaan hak bagi
seluruh warga negara, baik laki-laki maupun perempuan termasuk anak-anak di depan hukum.
Inpres Nomor 9 Tahun 2000 tentang PUG dalam Pembangunan Nasional menginstruksikan
kepada seluruh menteri untuk melaksanakan PUG guna terselenggaranya perencanaan,
penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program
pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi,
serta kewenangan masing-masing. Hal ini juga termuat pada goal ke-5 dari Sustainable
Development Goals (SDG’s), yaitu tercapainya kesetaraan gender. Selain itu kebijakan PUG juga
dijadikan salah satu indikator pembangunan sumber daya manusia (SDM) dalam peningkatan
kesejahteraan rakyat, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun
2007 tentang RPJPN 2005 – 2025, dan menjadi salah satu tujuan yang akan dicapai dalam
RPJMN 2010 – 2014. Berdasarkan hal tersebut Kementerian PUPR yang berperan dalam
penyelenggaraan kawasan permukiman wajib turut serta dalam pelaksanaan PUG.
Untuk dapat menerapkan PUG dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan, khususnya di
bidang Pengembangan Kawasan Permukiman (PKP) perlu adanya pemahaman yang baik dari
seluruh SDM, terutama pada Pemerintah Daerah bidang PKP. Hal ini dikarenakan sifat kegiatan
yang dilaksanakan di Direktorat PKP ini bersentuhan langsung dengan masyarakat sehingga
kegiatan tersebut harus responsif gender. Untuk mewujudkan hal tersebut cara yang dapat

KARYA TULIS ILMIAH CPNS KEMENTERIAN PUPR FORMASI 2017 1


OPTIMALISASI PELAKSANAAN PUG BIDANG PKP MELALUI PENINGKATAN KAPASITAS PEMERINTAH DAERAH

dilakukan adalah penguatan kapasitas kelembagaan dari institusi terkait, khususnya di


lingkungan pemerintah daerah.
Sesuai dengan tugas dan fungsinya, Subdirektorat Standardisasi dan Kelembagaan
memiliki kewajiban untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan di lingkungan Direktorat PKP.
Untuk itu Subdirektorat Standardisasi dan Kelembagaan perlu mengadakan kegiatan yang
bersifat peningkatan kapasitas kelembagaan, khususnya tentang pelaksanaan PUG. Kondisi
saat ini pelaksanaan PUG di daerah masih belum maksimal (Martiany, 2012), padahal
seharusnya setiap penyelenggaraan kawasan permukiman harus responsif gender. Oleh sebab
itu penulis ingin mengkaji masalah-masalah yang dihadapi sehingga mengakibatkan
pelaksanaan PUG di daerah belum optimal dan memberikan solusi yang dapat mengatasi
permasalahan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut rumusan masalah dari tulisan ini adalah:
1. Apa sajakah permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah daerah sehingga
pelaksanaan PUG bidang PKP belum optimal?
2. Apa saja rekomendasi yang dapat diberikan untuk mengoptimalkan pelaksanaan
PUG bidang PKP di daerah?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan


Adapun tujuan dan manfaat dari tulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Pemerintah pusat, khususnya Direktorat Jenderal Cipta Karya, dapat mengetahui
permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah daerah yang menyebabkan
pelaksanaan PUG belum optimal.
2. Penulis dapat memberikan rekomendasi-rekomendasi untuk menangani hambatan
yang dihadapi pemerintah daerah dalam pelaksanaan PUG.

1.4 Ruang Lingkup


Ruang lingkup dari penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Permasalahan yang dihadapi pemerintah daerah yang menyebabkan pelaksanaan
PUG belum optimal.
2. Rekomendasi untuk mengatasi permasalahan tersebut.

KARYA TULIS ILMIAH CPNS KEMENTERIAN PUPR FORMASI 2017 2


OPTIMALISASI PELAKSANAAN PUG BIDANG PKP MELALUI PENINGKATAN KAPASITAS PEMERINTAH DAERAH

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Gambaran Umum Pengarusutamaan Gender (PUG)


Kata gender berasal dari Bahasa Inggris yang menunjukan adanya pengklasifikasikan
dua jenis kelamin secara biologis, yaitu laki-laki dan perempuan. Ada pula beberapa definisi
tentang pengertian gender, diantaranya dikemukakan oleh ahli-ahli. Baron (2000: 188)
mengartikan bahwa gender merupakan sebagian dari konsep diri yang melibatkan identifikasi
individu sebagai seorang laki-laki atau perempuan sedangkan Santrock (2003: 365)
mengemukakan bahwa istilah gender mengacu pada dimensi sosial-budaya seorang laki-laki
dan perempuan. Setelah mengkaji beberapa definisi gender yang dikemukakan para ahli
tersebut, maka dapat dipahami bahwa yang dimaksud gender adalah karakteristik laki-laki dan
perempuan berdasarkan dimensi sosial-kultural yang tampak dari nilai dan tingkah laku.
Pada awalnya gender adalah suatu konsep kultural yang merujuk pada karakteristik
yang membedakan antara wanita dan pria baik secara biologis, perilaku, mentalitas, dan sosial
budaya. Pria dan wanita memang berbeda secara biologis, begitu pula secara perilaku dan
mental, namun perannya di masyarakat dapat di sejajarkan dengan batasan-batasan tertentu.
Pengertian gender di definisikan sebagai aturan atau normal perilaku yang berhubungan
dengan jenis kelamin dalam suatu sistem masyarakat. Seiring dengan perkembangan jaman
maka pemahaman tentang konsep gender pun mengalami perluasan. Gender diartikan
sebagai perbedaan sifat, peranan, fungsi dan status, baik laki-laki dan perempuan, maupun
lansia, anak-anak, penyandang disabilitas, dan kelompok rentan lain yang bukan berdasarkan
perbedaan biologis, melainkan atas dasar relasi sosial budaya yang dipengaruhi oleh struktur
masyarakat yang lebih luas (etnis/suku, ras, agama/kepercayaan). Secara ringkas gender
merupakan konstruksi sosial budaya dan dapat berubah sesuai perkembangan jaman. Gender
harus diterapkan di setiap aspek kehidupan dalam kehidupan bermasyarakat. Untuk
mendukung pelaksanaan tersebut pemerintah telah mengembangkan strategi
Pengarusutamaan Gender (PUG) dimuat dalam kebijakan-keibjakan.
Pengarusutamaan Gender (PUG) adalah suatu strategi untuk mencapai keadilan dan
kesetaraan gender melalui kebijakan dan program yang memperhatikan kepentingan laki-laki
dan perempuan secara seimbang mulai dari tahap penegakan hak-hak laki-laki dan perempuan
untuk mendapatkan kesempatan, pengakuan dan perhargaan yang sama di masyarakat.

KARYA TULIS ILMIAH CPNS KEMENTERIAN PUPR FORMASI 2017 3


OPTIMALISASI PELAKSANAAN PUG BIDANG PKP MELALUI PENINGKATAN KAPASITAS PEMERINTAH DAERAH

Sasongko (2009). Menurut United Nation Economic and Social Council (1997) dalam Dewi
(2006) mengarusutamakan persepektif gender adalah proses memeriksa pengaruh terhadap
perempuan dan laki-laki setelah dilaksanakannya sebuah rencana, termasuk legislasi dan
program-program dalam berbagai bidang dalam semua tingkat. PUG merupakan sebuah
strategi untuk membuat masalah dana pengalaman perempuan dan laki-laki menjadi bagian
yang menyatu dengan rencana, pelaksanaan, pengawasan dan penilaian kebijakan dan
program dalam semua aspek politik, ekonomi, dan sosial agar perempuan dan laki-laki
mendapatkan manfaat dan ketidaksetaraan (inequality) tidak berlanjut dengan tujuan akhirnya
yaitu kesetaraan gender.

2.2 Kebijakan Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam Pembangunan Nasional


Hakekat pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh
masyarakat. Pembangunan juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia,
baik sebagai pelaku ataupun penerima manfaat dari pembangunan itu sendiri, yang
dilaksanakan oleh berbagai sektor dan daerah. PUG merupakan strategi yang dilakukan secara
rasional dan sistematis untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender dalam aspek
kehidupan manusia melalui perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pemantauan dan
evaluasi seluruh kebijakan, program dan kegiatan yang memperhatikan pengalaman, aspirasi,
kebutuhan, dan permasalahan perempuan dan laki-laki (dan orang lanjut usia, anak-anak di
bawah umur, orang-orang dengan kebiasaan berbeda/difable, serta orang-orang yang tidak
mampu secara ekonomi), di berbagai bidang kehidupan pembangunan nasional dan daerah.
PUG perlu diintegrasikan dalam pembangunan karena sejauh ini masih ada kesenjangan hasil
capaian pembangunan antar Gender hampir di semua bidang pembangunan. Selain itu PUG
juga dapat meningkatkan akuntabilitas pemerintah serta memperkuat kehidupan sosial, politik
dan ekonomi suatu bangsa
Untuk dapat mengintegrasikan PUG dalam pembangunan nasional maka PUG termuat
dalam beberapa kebijakan berikut, yaitu:
1. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam
Pembangunan Nasional;
2. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN);
3. Surat Edaran Nomor 270/M.PPN/11/2012; Nomor SE-33/MK02/2012; Nomor
050/4379A/SJ; Nomor SE 46/MPP-PA/11/2012 tentang Strategi Nasional

KARYA TULIS ILMIAH CPNS KEMENTERIAN PUPR FORMASI 2017 4


OPTIMALISASI PELAKSANAAN PUG BIDANG PKP MELALUI PENINGKATAN KAPASITAS PEMERINTAH DAERAH

Percepatan Pengarusutamaan Gender melalui Perencanaan dan Penganggaran


yang Responsif Gender.
4. Permen PU No 30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksessibilitas
pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
5. SE Dirjen Cipta karya tentang Manual Panduan Integrasi Gender dalam
Pengelolaan Air Limbah Berbasis Kelembagaan.
6. SE Menteri PU No 07/SE/m/2011 tentang Ruang Khusus Laktasi di Lingkungan
Kementerian PUPR.

2.3 Indikator dan Aspek-Aspek untuk Mengidentifikasi Kesenjangan Gender


Pada umumnya indikator didefinisikan sebagai suatu alat ukur untuk menunjukkan
suatu keadaan atau kecenderungan keadaan dari suatu hal yang menjadi pokok perhatian. Ini
dapat menyangkut fenomena sosial, ekonomi, penelitian, proses suatu usaha peningkatan
kualitas atau hal lainnya. Indikator dapat berupa informasi kuantitatif seperti ukuran dan angka,
atau informasi kualitatif seperti atribut dan pendapat yang dapat menunjukkan kemungkinan
perubahan. Indikator digunakan apabila fenomena yang akan dinilai perubahannya tidak
langsung terlihat seperti halnya perubahan harga atau berat badan yang secara kuantitatif
mudah diukur. Nugroho (2004) berpendapat bahwa pada awalnya kebijakan publik adalah
netral gender, namun terdapat bias gender dalam implementasinya. Kondisi ini dapat
berpotensi menimbulkan faktor kesenjangan antara perempuan dan laki-laki, baik sebagai
objek maupun subjek pembangunan. Ada 4 indikator kesenjangan gender, yaitu:
1. Akses
Indikator akses menunjukkan keadilan/kesetaraan setiap Gender dalam
mendapatkan peluang dan kesempatan memperoleh informasi dan menyampaikan
aspirasi dalam mendukung penyelenggaraan kawasan permukiman.
2. Partisipasi
Indikator partisipasi menunjukkan keadilan dan kesetaraan setiap Gender dalam
mendapat peluang dan kesempatan untuk berperan/terlibat dalam
penyelenggaraan kawasan permukiman.
3. Kontrol
Indikator kontrol menunjukkan keadilan dan kesetaraan bagi setiap Gender dalam
menjalankan fungsi kontrol/pengambilan keputusan/pengawasan terhadap
penyelenggaraan kawasan permukiman.

KARYA TULIS ILMIAH CPNS KEMENTERIAN PUPR FORMASI 2017 5


OPTIMALISASI PELAKSANAAN PUG BIDANG PKP MELALUI PENINGKATAN KAPASITAS PEMERINTAH DAERAH

4. Manfaat
Indikator manfaat menunjukkan keadilan dan kesetaraan bagi setiap Gender dalam
memanfaatkan hasil hasil pembangunan infrastruktur, baik fisik maupun non fisik.
Ada pula pendapat lain tentang indikator-indikator kesenjangan gender. Menurut
(Hungu, 2012) terdapat 4 jenis indikator yang terdiri dari:
1. Indikator tingkat dampak, yaitu indikator yang bersifat makro yang biasanya
mengacu pada indikator yang disepakati secara nasional, misalnya:
a. Indeks Pembangunan Gender (Gender Development Index-GDI) merupakan
indeks pencapaian kemampuan dasar pembangunan manusia untuk
mengetahui kesenjangan pembangunan manusia antara laki-laki dan
perempuan. Variabel GDI: angka harapan hidup, pendidikan, pendapatan;
b. Indeks Pemberdayaan Gender (Gender Empowerment Measures-GEM)
merupakan indeks yang mengukur peran aktif perempuan dan kehidupan
ekonomi dan politik. Variabel GEM: partisipasi perempuan dalam politik,
partisipasi dalam bidang ekonomi, partisipasi dalam pengambilan keputusan
serta penguasaan sumber daya ekonomi;
c. Tujuan Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals (MDGs),
yaitu mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan.
2. Indikator pada tingkat hasil/outcome, yaitu indikator yang merupakan hasil
langsung dari pelayanan yang diberikan oleh suatu organisasi/SKPD dalam jangka
waktu satu sampai lima tahun. Contohnya adalah data/indeks yang menjelaskan
hasil suatu layanan; misalnya:
a. populasi laki-laki dan perempuan yang mendapatkan pelayanan yang
berkualitas;
b. jumlah rumah tangga miskin yang mendapat pelayanan air bersih;
c. pekerja laki-laki dan perempuan mendapatkan jaminan sosial tenaga kerja,
d. perempuan korban kekerasan yang mendapatkan pelayanan terpadu.
3. Indikator pada tingkat output, yaitu indikator yang merupakan hasil langsung dari
suatu kegiatan; misalnya:
a. Rasio laki-laki dan perempuan yang mendapatkan pelatihan agribisnis;
b. Perempuan yang terlibat dalam Musrenbang.

4. Indikator spesifik gender, yaitu indikator yang secara khusus terkait dengan satu
jenis kelamin saja, misalnya:

KARYA TULIS ILMIAH CPNS KEMENTERIAN PUPR FORMASI 2017 6


OPTIMALISASI PELAKSANAAN PUG BIDANG PKP MELALUI PENINGKATAN KAPASITAS PEMERINTAH DAERAH

a. Angka kekerasan terhadap perempuan,


b. Jumlah kasus trafficking di kalangan perempuan

Dalam mengidentifikasi kesenjangan Gender, ada 4 aspek yang perlu ditinjau, yaitu:
1. Pengaturan, yaitu norma,standar, pedoman, dan kriteria (NSPK);
2. Pembinaan/pemberdayaan, yaitu pelatihan, sosialisasi, pendidikan, manajemen
sdm, pemetaan mitra, pemetaan kelembagaan, perkuatan kelembagaan,
pembangunan dan pemeliharaan prasarana dan sarana internal;
3. Pembangunan/pelaksanaan, yaitu pra studi kelayakan, studi kelayakan, survey,
investigasi, perencanaan teknik, amdal, pengawasan teknik/supervisi, litbang,
rehabilitasi, peningkatan pembangunan, pembebasan tanah, fisik penunjang;
4. Pengawasan, yaitu monitoring, evaluasi, manajemen pengendalian, kajian makro
pengawasan, dan pengawasan lainnya.

KARYA TULIS ILMIAH CPNS KEMENTERIAN PUPR FORMASI 2017 7


OPTIMALISASI PELAKSANAAN PUG BIDANG PKP MELALUI PENINGKATAN KAPASITAS PEMERINTAH DAERAH

BAB III
METODOLOGI PENULISAN

3.1 Jenis Penulisan


Penulisan ini termasuk jenis studi literatur dengan mencari referensi berupa teori yang
relevan dengan kasus atau permasalahan yang ditemukan. Penulis menggunakan teknik
penyusunan yang sistematis untuk memudahkan langkah-langkah yang akan diambil. Langkah
pertama yaitu dengan melakukan studi literatur pada buku-buku maupun jurnal-jurnal
penelitian yang membahas tentang pelaksanaan PUG di daerah. Langkah selanjutnya adalah
mencari teori-teori yang berhubungan dengan rumusan masalah. Kemudian langkah terakhir
adalah dengan mengatikan fakta-fakta di lapangan dengan teori-teori yang didapat.

3.2 Metode Analisis


Data-data yang sudah diperoleh kemudian dianalisis dengan metode analisis
deskriptif. Metode analisis deskriptif dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang
kemudian disusul dengan analisis, tidak hanya menguraikan, melainkan juga memberikan
pemahaman dan penjelasan secukupnya. Dalam tulisan ini dilakukan studi literatur untuk
mencari permasalahan apa saja yang terjadi dalam proses pelaksanaannya dan rekomendasi-
rekomendasi yang dapat diberikan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut.

KARYA TULIS ILMIAH CPNS KEMENTERIAN PUPR FORMASI 2017 8


OPTIMALISASI PELAKSANAAN PUG BIDANG PKP MELALUI PENINGKATAN KAPASITAS PEMERINTAH DAERAH

BAB IV
PEMBAHASAN

Di Indonesia Pengarusutamaan Gender (PUG) telah mendapat perhatian dari


pemerintah sejak Tahun 2010. Kebijakan yang mengawali PUG ini adalah Instruksi Presiden
Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional. Dalam
kebijakan ini disebutkan bahwa PUG merupakan strategi yang dibangun untuk
mengintegrasikan gender menjadi satu dimensi integral dari perencanaan, penyusunan,
pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional.
Dalam pembahasan ini penulis menitikberatkan pada aspek pelaksanaan PUG. Aspek
pelaksanaan tersebut meliputi analisa gender serta upaya komunikasi, informasi, dan edukasi
(KIE) tentang PUG pada instansi dan lembaga pemerintah di tingkat pusat dan daerah,
khususnya pada penyelenggaraan kawasan permukiman.
Analisa gender dilaksanakan untuk mengidentifikasi dan memahami ada atau tidak
adanya dan sebab-sebab terjadinya ketidaksetaraan dan ketidakadilan gender, termasuk
pemecahan permasalahannya. Kegiatan analisa gender meliputi:
1. Mengidentifikasi kesenjangan antara laki-laki dan perempuan dalam memperolah
manfaat dari kebijakan dan program pembangunan dalam berbagai aspek
kehidupan;
2. Mengidentifikasi dan memahami sebab-sebab terjadinya ketidaksetaraan dan
ketidakadilan gender dan menghimpun faktor-faktor penyebabnya;
3. Menyusun langkah-langkah yang diperlukan untuk mewujudkan kesetaraan dan
keadilan gender;
4. Menetapkan indikator gender untuk mengukur capaian dari upaya-upaya
mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender.
Untuk menghadapi permasalahan dalam pelaksanaan pelaksanaan PUG perlu adanya
rekomendasi pemecahan masalah yang didapat dari hasil analisa gender serta diwujudkan dan
diintegrasikan dalam perencanaan kebijakan dan proses pembangunan nasional. Berdasarkan
hasil kajian dari beberapa literatur yang penulis temukan terdapat permasalahan terkait PUG
di bidang PKP yang relatif sering terjadi di daerah sehingga perlu penanganan, baik dari
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

KARYA TULIS ILMIAH CPNS KEMENTERIAN PUPR FORMASI 2017 9


OPTIMALISASI PELAKSANAAN PUG BIDANG PKP MELALUI PENINGKATAN KAPASITAS PEMERINTAH DAERAH

4.1 Permasalahan dalam Pelaksanaan PUG bidang PKP di Daerah


Permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan PUG bidang PKP di daerah disebabkan
beberapa hal yang mendasar. Penyebab permasalahan ini ditinjau dari 3 aspek, yaitu aspek
kebijakan, aspek sumber daya manusia (SDM) instansi pemerintah, serta aspek masyarakat.
Penentuan permasalahan juga memperhatikan indikator-indikator kesenjangan gender, yaitu
akses, partisipasi, kontrol, dan manfaat.

4.1.1 Aspek Kebijakan

Ditinjau dari aspek kebijakan, permasalahan yang ada terdiri dari:


1. Dasar hukum belum cukup kuat (indikator akses)
Untuk tahap uji coba, SK Gubernur ataupun Surat Edaran Gubernur atau bahkan
Surat Edaran Sekretaris Daerah tentang pelaksanaan PPRG dalam penyusunan RKA-
SKPD saat ini cukup kuat, namun diharapkan kontennya lebih tegas mewajibkan
SKPD melakukan PPRG dan untuk PPRG jangka panjang diperlukan dasar hukum
yang lebih kuat dan jelas, dalam bentuk Peraturan Daerah.
2. Peraturan Daerah (Perda) belum sepenuhnya responsif gender (indikator akses)
Hiingga saat ini Peraturan Daerah yang sudah ada dinilai masih ada yang
mengandung unsur diskriminasi gender (belum responsif gender). Komnas
Perempuan menyatakan ada 342 peraturan daerah diskriminatif atas nama agama
dan moralitas di Indonesia, meningkat dari dua tahun sebelumnya (VOA, 2013).
Kondisi terbaru, yaitu hingga Mei 2018 ini masih ada Provinsi yang belum memiliki
Perda PUG.
Di bidang PKP, saat ini salah satu Perda yang sedang didampingi percepatan
penyusunan dan implementasinya adalah Perda tentang Pencegahan dan
Peningkatan Kualitas terhadap Perumaan Kumuh dan Permukiman Kumuh.
Masyarakat yang tinggal di permukiman kumuh ini pun merupakan gender yang
kesetaraannya sedang diperjuangkan. Kesetaraan akan dicapai saat seluruh
masyarakat Indonesia mendapatkan haknya, yaitu perumahan layak huni serta
penghidupan yang juga layak. Keberadaan Perda tentang PUG sangat diperlukan
sebagai salah satu strategi untuk mewujudkan kesetaraan gender dalam
pembangunan yang lebih adil dan merata.

KARYA TULIS ILMIAH CPNS KEMENTERIAN PUPR FORMASI 2017 10


OPTIMALISASI PELAKSANAAN PUG BIDANG PKP MELALUI PENINGKATAN KAPASITAS PEMERINTAH DAERAH

4.1.2 Aspek SDM Pemerintah Daerah

Ditinjau dari aspek sumber daya manusia di instansi pemerintahan daerah,


permasalahan yang ada terdiri dari:
1. Kurangnya pemahaman, komitmen, dan kelembagaan instansi pemerintah daerah
Pemahaman dan komitmen pejabat daerah mengenai PUG dan PPRG masih kurang
sehingga kegiatan penyusunan Lembar Anggaran Responsif Gender (ARG) hanya
diserahkan kepada 1 atau 2 staf pelaksana dan pelaksanaan PPRG
dilimpahkan/dimasukkan dalam tugas Focal Point Gender, padahal Focal Point
Gender dari segi kelembagaan lebih bersifat formalitas, ad hoc, merujuk kepada
individu (bukan jabatan) sehingga menjadi kendala saat ada rotasi pejabat, dan
kurang berfungsi. Beberapa daerah ada yang sudah memiliki kelompok kerja
pengarusutamaan gender (Pokja PUG), namun ada pula yang belum. Pokja PUG
nantinya akan memiliki tugas mempromosikan dan memfasilitasi PUG kepada
masing-masing SKPD serta melaksanakan sosialisasi dan advokasi PUG kepada
camat dan desa/kelurahan dan menyusun rencana kerja Pokja PUG setiap tahun.
Berbeda halnya dengan Tim Focal Point yang bertindak mempromosikan dan
memfasilitasi PUG pada unit kerja masing-masing, memfasilitasi penyusunan
rencana kerja SKPD yang berperspektif gender, serta melakukan sosialisasi dan
advokasi PUG kepada seluruh pejabat dan staf di lingkungan SKPD
2. Belum adanya instrumen PPRG
Dasar hukum instrumen PPRG belum ada, sehingga instrumen yang digunakan
merupakan adaptasi dari PMK, instrumen analisis gender GAP dianggap sangat
sulit, dengan kesulitan terbesar dalam hal penentuan isu gender, keterbatasan data
pembuka wawasan, dan membedakannya dengan data dasar/baseline, dan
indikator gender, serta fungsi Lembar ARG setelah penyerahan ke Bappeda dan
BP3AKB/ BPPMD tidak jelas, baik dalam hal pemanfaatannya maupun
penghargaannya. Pembinaan terkait instrument PPRG ini dapat diberikan secara
langsung oleh Pokja PUG ke setiap SKPD.
3. Kurangnya keselarasan antara perencanaan dan penganggaran responsif gender
(PPRG) dengan kebijakan serta program pemerintah daerah
Dalam perencanaan penganggaran di daerah masih ada saja ditemui perencanaan
anggaran yang berlum memberi alokasi untuk kegiatan yang bersifat responsif

KARYA TULIS ILMIAH CPNS KEMENTERIAN PUPR FORMASI 2017 11


OPTIMALISASI PELAKSANAAN PUG BIDANG PKP MELALUI PENINGKATAN KAPASITAS PEMERINTAH DAERAH

gender. Kejadian semacam ini harus diminimalisasi karena dapat membatasi


bahkan menggagalkan kebijakan yang sudah dicanangkan oleh pemerintah daerah.
4. Kapasitas SDM di daerah belum memadai
Kompetensi perencanaan pada SDM pelaksana PPRG di sebagian besar SKPD
kurang memadai, terlihat dari kerancuan dalam pengisian level kegiatan dan sub
kegiatan. Akibatnya ada beberapa sub kegiatan dalam penyelenggaraan kawasan
permukiman yang seharusnya melibatkan berbagai gender. Pelibatan gender ini
sangat mempengaruhi kebermanfaatan/outcome yang didapat dari infrastruktur
permukiman yang telah dilaksanakan. Oleh sebab itu disebutkan bahwa
keterlibatan gender sangat menentukan keberhasilan dari pembangunan.

4.1.3 Aspek Masyarakat

Ditinjau dari aspek masyarakat, permasalahan yang ada terdiri dari:


1. Kurangnya pemahaman masyarakat tentang gender dan PUG
Sebagian masyarakat masih belum memahami gender dan PUG sehingga
pelaksanaannya pun belum dilaksanakan. Selain itu masih ada kelompok
masyarakat yang menganggap bahwa kesetaraan gender adalah budaya luar yang
tidak cocok diterapkan di Indonesia. Pemahaman seperti ini harus segera ditangani
agar tidak berkembang dan dikhawatirkan akan semakin jauh dengan sasaran
capaian pembangunan nasional. Dalam setiap tahapan penyelenggaraan
infrastruktur permukiman, pemerintah sebaiknya memperhatikan kebutuhan setiap
gender yang ada di lingkungan masyarakat setempat. Koordinasi antar pemangku
kepentingan yang kurang sinkron
Untuk melaksanakan PUG dengan optimal perlu kerja sama dari berbagai sektor
pemerintahan. Kegiatan responsif gender tidak dapat tercapai jika setiap sektor
bergerak sendiri-sendiri. Perlu adanya penyelarasan atau sinkronisasi dari kegiatan-
kegiatan setiap SKPD agar pelaksanaan PUG tidak saling tumpang tindih.
2. Kondisi masyarakat sasaran yang belum kondusif
Misalnya adalah budaya patriarki dan gender stereotype, yaitu laki-laki selalu
dianggap sebagai kepala keluarga; dan pekerjaan tertentu dianggap sebagai
pekerjaan perempuan atau pekerjaan laki-laki. Kondisi seperti ini dapat membatasi
ruang gerak perempuan sehingga akan sulit untuk mencapai kesetaraan gender.
3. Ketersediaan data terpilah dan informasi belum memadai

KARYA TULIS ILMIAH CPNS KEMENTERIAN PUPR FORMASI 2017 12


OPTIMALISASI PELAKSANAAN PUG BIDANG PKP MELALUI PENINGKATAN KAPASITAS PEMERINTAH DAERAH

Kurangnya data terpilah dan informasi masih menjadi kendala utama dalam analisis
gender, walaupun sebagian besar provinsi telah lama menjalankan
pengarusutamaan gender dan telah berkali-kali mengalami kesulitan dalam hal
data terpilah dan informasi. Pendataan secara terpilah belum menjadi mekanisme
yang terintegrasi di dalam pendataan daerah. Bila permasalahan ini tidak segera
diatasi, maka pelaksanaan PUG tidak akan efisien, dan perencanaan serta
penganggaran tanpa basis data akan menjadi kurang efektif.

4.2 Rekomendasi untuk Mengoptimalkan Pelaksanaan PUG bidang PKP di Daerah


Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang telah disebutkan di atas, terdapat
beberapa rekomendasi yang dapat diberikan penulis. Secara umum permasalahan-
permasalahan yang telah dijabarkan di subbab sebelumnya dapat ditangani dengan
peningkatan kapasitas kelembagaan. Dilihat dari ketiga aspek, yaitu kebijakan, SDM
pemerintah daerah, maupun masyarakat, maka penanganan dapat dilakukan dengan adanya
pengaturan dalam organisasi atau kelompok masyarakat untuk membantu anggotanya agar
dapat berinteraksi satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan yang diingnkan. Dengan kata
lain kelembagaan perlu diperkuat dan ditingkatkan kapasitasnya.
Secara praktis masukan diberikan pada tingkat kelembagaan dan implementasi. Pada
tingkat kelembagaan diperlukan suatu sistem dan mekanisme mutasi dan pergantian
pimpinan/staf SKPD, agar sosialisasi dan pelaksanaan pembangunan gender dapat dilakukan
secara berkesinambungan. Pada tingkat implementasi, misalnya: pemerintah daerah perlu
bekerja sama dengan pakar atau ahli terkait untuk mengintegrasikan gender dalam
pembangunan daerah. Namun demikian ada pula rekomendasi yang diberikan untuk
membenahi sistem pelaksanaan PUG bidang PKP secara mendasar. Beberapa rekomendasi
yang dapat diberikan antara lain:
1. Pemberian sosialisasi terkait gender dan penyusunan PPRG ke Pemda dan institusi
terkait (indikator akses)
Pemerintah pusat, khususnya Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman,
Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian PUPR perlu mengoptimalkan program
kerja yang dapat menjalin hubungan antara pemerintah pusat dengan pemerintah
daerah. Sosialisasi tentang gender dan PUG ini dapat dilakukan pada program-program
tersebut. Misalnya pada acara Rapat Koordinasi Nasional tentang penyusunan suatu
Perda dapat disisipkan materi tentang PUG dan keterkaitannya dengan Perda yang

KARYA TULIS ILMIAH CPNS KEMENTERIAN PUPR FORMASI 2017 13


OPTIMALISASI PELAKSANAAN PUG BIDANG PKP MELALUI PENINGKATAN KAPASITAS PEMERINTAH DAERAH

akan disusun. Dapat pula ditambahkan mengenai tahapan yang harus dilakukan dalam
melaksanakan PUG di bidang PKP. Dengan adanya materi khusus tentang PUG di setiap
pertemuan dengan Pemerintah Daerah maka PUG tidak akan asing lagi dan segera
dapat dilaksanakan di daerah.
2. Perlu adanya dukungan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah terkait Perda
tentang PUG, khususnya di bidang PKP (indikator partisipasi)
Pemerintah pusat perlu memberikan bimbingan dan pendampingan penyusunan Perda
kepada pemerintah daerah bagi daerah yang belum memiliki Perda serta bimbingan
dan pendampingan implementasi Perda bagi daerah yang sudah memiliki Perda.
Aturan-aturan yang dicantumkan juga harus disertai dengan sanki hukum apabila tidak
dilaksanakan sebagaimana mestinya. Di samping itu juga perlu adanya pengawasan di
masing-masing kelompok masyarakat untuk memastikan kebijakan dilaksanakan
dengan benar dan sesuai target.
3. Perlu adanya kunjungan lapangan untuk dokumentasi Best Practices Kegiatan PUG
(indikator kontrol)
Pemerintah pusat sebaiknya memiliki data dan dokumentasi setiap daerah yang
tergolong berhasil dalam pelaksanaan PUG bidang PKP. Misalnya pada daerah yang
telah memiliki Perda tentang PUG, melaksanakan PPRG, menyelenggarakan
infrastruktur yang responsif gender sesuai kebutuhan masyarakat setempat, serta
melaksanakan KIE tentang PUG kepada penduduk daerah tersebut. Data dan
dokumentasi ini dapat dijadikan Best Practices kegiatan PUG guna memberi wawasan
kepada pemerintah daerah lain yang belum optimal dalam pelaksanaan PUG.
4. Perlu adanya sosialisasi tentang gender kepada masyarakat (indikator manfaat)
Lembaga dan institusi terkait di daerah perlu mengadakan kegiatan penyebarluasan,
sosialisasi, penyuluhan, maupun kampanye ke masyarakat tentang pentingnya
penerapan gender dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan ini harus dapat menjelaskan
tentang gender secara praktis dan mudah dipahami serta contoh-contoh perilaku yang
mencerminkan kesetaraan gender, baik bagi perempuan, anak-anak, lansia, para
penyandang disabilitas, para etnis atau penganut kepercayaan minoritas, dan lainnya
yang tergolong gender.

KARYA TULIS ILMIAH CPNS KEMENTERIAN PUPR FORMASI 2017 14


OPTIMALISASI PELAKSANAAN PUG BIDANG PKP MELALUI PENINGKATAN KAPASITAS PEMERINTAH DAERAH

BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan di bab sebelumnya maka kesimpulan dari tulisan ini adalah
sebagai berikut:
1. Permasalahan pelaksanaan PUG bidang PKP di daerah dapat ditinjau dari 3 aspek,
yaitu aspek kebijakan, aspek SDM pemerintah daerah, dan aspek masyarakat.
2. Rekomendasi yang diberikan penulis untuk menangasi permasalahan PUG bidang
PKP di daerah secara umum adalah dengan peningkatan kapasitas kelembagaan di
tingkat daerah oleh pemerintah pusat.

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan dari tulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Penulisan ini masih sangat umum sehingga perlu dilakukan penelitian lebih
mendalam terkait keberhasilan pelaksanaan PUG di daerah tertentu. Penelitian
dapat mengambil studi kasus di suatu Provinsi atau Kabupaten/Kota tertentu.
2. Metodologi dalam penulisan ini masih sangat sederhana, sehingga informasi yang
didapat juga terbatas. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan
data primer seperti wawancara dengan lembaga, institusi terkait, maupun
masyarakat di daerah.
3. Perlu dientukan indikator-indikator sehingga tingkat keberhasilan pelaksanaan PUG
di daerah jelas terukur.

KARYA TULIS ILMIAH CPNS KEMENTERIAN PUPR FORMASI 2017 15


OPTIMALISASI PELAKSANAAN PUG BIDANG PKP MELALUI PENINGKATAN KAPASITAS PEMERINTAH DAERAH

DAFTAR PUSTAKA

Hartono, S. (2015). Pengarusutamaan Gender (PUG) Dalam Pembangunan Nasional. Diambil


kembali dari Slide Player: https://slideplayer.info/slide/3729907/

Hungu, F. T. (2012, Oktober 1). Kesetaraan Gender dan Indikator Kesetaraan Gender. Diambil
kembali dari Genderpedia: http://genderpedia.blogspot.com/2012/10/kesetaraan-
gender-dan-indikator.html

Indonesia, P. R. (2000). Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2000 tentang
Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional. 7.

Lestari, P. (2010). Model Komunikasi dalam Sosialisasi Pengarusutamaan Gender dan Anggaran
Responsif Gender di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Ilmu Komunikasi, 191-
203.

Mardana, A. (2017, April 14). Ini Kunci Keberhasilan Pengarusutamaan Gender. Diambil kembali
dari www.majalahkartini.co.id: https://majalahkartini.co.id/berita/peristiwa/ini-kunci-
keberhasilan-pengarusutamaan-gender/

Martiany, D. (2012, Desember 22). Implementasi Pengarusutamaan Gender (PUG) sebagai


Strategi Pencapaian Kesetaraan Gender (Studi di Provinsi Sumatera Utara dan Jawa
Tengah). 16.

Muttaqin, A. (2010). Pengarusutamaan Gender dalam Penanggulangan Kemiskinan. Jurnal


Studi Gender & Anak (YINYANG), 10.
Naharoh, A. N. (2017). Hambatan-Hambatan dalam Implementasi Kebijakan Pengarusutamaan
Gender Bidang Ketenagakerjaan di Kabupaten Kebumen Jawa Tengah. Jurnal
Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum 2017, 7.

Publik, Biro Komunikasi. (2018, Agustus 16). Berita PUPR> Pengarusutamaan Gender dalam
Pembangunan Infrastruktur Menjadi Perhatian Kementerian PUPR. Diambil kembali dari
PU-net: https://www.pu.go.id/berita/view/16058/pengarusutamaan-gender-dalam-
pembangunan-infrastruktur-menjadi-perhatian-kementerian-pupr

Rahayu, W. K. (2016). Analisis Pengarusutamaan Gender dalam Kebijakan Publik. Jurnal Analisis
Kebijakan dan Pelayanan Publik, 16.
Syafii, I. (2017, Mei 3). Program Pengarusutamaan Gender Dukung Infrastruktur Pekerjaan
Umum dan Permukiman Kota Malang. Diambil kembali dari malangtimes.com:
https://www.malangtimes.com/baca/18293/20170503/185845/program-
pengarusutamaan-gender-dukung-infrastruktur-pekerjaan-umum-dan-permukiman-
kota-malang/

VOA. (2013, Agustus 25). Komnas Perempuan: Ada 342 Perda Diskriminatif di Indonesia.
Diambil kembali dari https://www.voaindonesia.com/a/komnas-perempuan-ada-342-
perda-diskriminatif-di-indonesia/1736465.html

KARYA TULIS ILMIAH CPNS KEMENTERIAN PUPR FORMASI 2017 16

Anda mungkin juga menyukai