Anda di halaman 1dari 4

1

Nama : Ni Putu Ratih Novyanti Dewi

Judul :
Sosialisasi Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam Upaya Peningkatan Kapasitas Kelembagaan di
Lingkungan Direktorat PKP, Ditjen Cipta Karya

Isu yang diangkat :


Belum adanya kegiatan peningkatan kapasitas kelembagaan terkait PUG di lingkungan Direktorat
PKP, Ditjen Cipta Karya.

Kebijakan Nasional terkait Gender dan PUG :


 UUD 1945 Pasal 4 dan pasal 27 ayat (1) memuat tentang hak, kewajiban, dan kesempatan
yang sama antara laki-laki dan perempuan dalam segala aspek kehidupan
 UU RI Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan
Segala Bentuk Diskiriminasi Terhadap Wanita tentang penghapusan perlakuan
diskriminasi terhadap perempuan
 UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia menjadi landasan bahwa
perempuan, laki-laki, anak-anak, lansia dan kaum marjinal lainnya mempunyai hak yang
sama dalam pembangunan
 UU Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(2005- 2025) yang menyatakan bahwa arah pembangunan dilakukan dengan memperkuat
PUG, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak
 Perpres Nomor 2 Tahun 2015 (RPJMN 2015-2019) memuat tentang strategi di
Kementerian/Lembaga yang diinginkan untuk meningkatnya kesetaraan gender
 Inpres Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan gender dalam pembangunan
nasional. Seluruh K/L, daerah agar melaksanakan PUG ke dalam perencanaan,
penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi atas kebijakan dan program
pembangunan, sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing
 Permendagri Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan PUG di daerah
2

Latar Belakang :
Inpres Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam
Pembangunan Nasional menginstruksikan kepada seluruh menteri untuk melaksanakan PUG
guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas
kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang
tugas dan fungsi, serta kewenangan masing-masing. Hal ini juga termuat pada goal ke-5 dari
Sustainable Development Goals (SDG’s), yaitu tercapainya kesetaraan gender. Selain itu kebijakan
PUG juga dijadikan salah satu indikator pembangunan sumber daya manusia (SDM) dalam
peningkatan kesejahteraan rakyat, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 17
Tahun 2007 tentang RPJPN 2005 – 2025, dan menjadi salah satu tujuan yang akan dicapai dalam
RPJMN 2010 – 2014. Berdasarkan hal tersebut Kementerian PUPR sebagai kementerian yang
berperan dalam pembangunan infrastruktur wajib turut serta dalam penerapan PUG.
Untuk dapat menerapkan PUG dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan perlu adanya
pemahaman yang baik dari seluruh SDM, khususnya di lingkungan Direktorat Pengembangan
Kawasan Permukiman (PKP), Ditjen Cipta Karya, Kementerian PUPR. Hal ini dikarenakan sifat
kegiatan yang dilaksanakan di Direktorat PKP ini bersentuhan langsung dengan masyarakat
sehingga kegiatan tersebut harus responsif gender. Untuk mewujudkan hal tersebut salah satu
cara yang dapat dilakukan adalah penguatan kapasitas kelembagaan dari institusi terkait, baik di
lingkungan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Sesuai dengan tugas dan fungsinya, Subdit Standardisasi dan Kelembagaan memiliki
kewajiban untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan di lingkungan Direktorat PKP. Untuk itu
Subdit Standardisasi dan Kelembagaan perlu mengadakan kegiatan yang bersifat peningkatan
kapasitas kelembagaan, khususnya tentang PUG. Kondisi saat ini, di Subdit Standardisasi dan
Kelembagaan belum pernah mengadakan kegiatan peningkatan kapasitas kelembagaan terkait
PUG, sehingga dikhawatirkan penerapannya di setiap kegiatan belum optimal. Berdasarkan hal
tersebut maka isu tentang belum adanya kegiatan peningkatan kapasitas kelembagaan ini perlu
diangkat dalam suatu rancangan aktualisasi.
3

Rencana Kegiatan :
1. Merencanakan konsep kegiatan sosialisasi pengembangan kapasitas kelembagaan
2. Menyiapkan materi PUG untuk disosialisasikan. (Jika memungkinkan, materi akan
dibawakan oleh narasumber yang berkompetensi di bidang PUG).  nilai Komitmen
Mutu
3. Membuat dan menyebarkan surat undangan kepada Subdit lain di Direktorat PKP  nilai
Etika Publik, Whole of Government
4. Melaksanakan kegiatan sosialisasi dan membuat daftar hadir  nilai Akuntabilitas,
Pelayanan Publik
5. Menyiapkan soal-soal pre test dan post test untuk peserta sosialisasi  nilai
Akuntabilitas, Manajemen ASN
6. Membuat laporan hasil kegiatan.  nilai Akuntabilitas

N/B : Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi (ANEKA)
merupakan bagian dari Agenda II. Sedangkan manajemen ASN, pelayanan publik,dan whole of
government merupakan bagian dari Agenda III.

Catatan :
Isu yang diambil saya ganti menjadi “Belum adanya kegiatan peningkatan kapasitas
kelembagaan terkait PUG di lingkungan Direktorat PKP, Ditjen Cipta Karya” karena isu sebelumnya
yaitu “kurangnya pemahaman…..” atau sama artinya dengan “belum optimalnya …….” tidak bisa
saya tunjukkan apa alasan yang mendasarinya. Sebelum memutuskan mengambil isu ini, saya
hanya bertanya lisan kepada beberapa rekan CPNS di Dit. PKP, dan hasilnya adalah sebagian besar
dari CPNS belum mengetahui tentang PUG. Menurut saya alasan ini tidak valid dan kurang kuat
untuk digunakan, sehingga isunya yang saya ubah. Meskipun demikian, rencana kegiatan yang
saya tawarkan tetap sama dan menurut saya dapat dijadikan solusi untuk mengatasi isu tersebut.
Terkait pelaksanaannya nanti, saya memutuskan untuk menyusun rencana kegiatan pada
lingkup Direktorat pada kegiatan Coffee Morning. Namun pada pelaksanaannya nanti, jika
memungkinkan saya ingin melaksanakan pada kegiatan kampanye publik Subdit Standbag.
Namun jika ternyata Coffee Morning pun tidak bisa terlaksana, saya akan melaksanakannya di
lingkup Subdit saja. (terkait adanya perbedaan antara pelaksanaan dengan rancangan kegiatan,
4

kami sudah membahasnya bersama WI, dan beliau menyampaikan bahwa hal ini diperbolehkan
asalkan ada alasan yang jelas)
Pada laporan akhir nanti, latar belakang yang dibuat adalah latar belakang dari Aktualisasi,
bukan latar belakang pemilihan isu, sehingga saya belum mengaitkan nilai-nilai Agenda II dan III
dengan isu. Berdasarkan penjelasan WI, yang dikaitkan dengan nilai-nilai Agenda II dan III adalah
setiap tahapan kegiatan yang dilaksanakan, bukan isunya. Saran Bapak untuk mengaitkan nilai-
nilai Agenda II dan III dengan Gender mungkin nanti akan saya cantumkan juga di laporan. Saat
ini kami belum mulai membuat laporan rancangan aktualisasinya dikarenakan format yang masih
tidak jelas. Rencana kami saat coaching hari Jumat, 13 Juli 2018 nanti kami akan memastikan
format yang digunakan.

Mohon arahan Bapak terkait :


1. Apakah isu dan latar belakang yang saya sampaikan sudah konsisten dan
berkesinambungan?
2. Terkait masukan Bapak tentang output yang lebih terukur, saya masih belum paham Pak.
Sebagai instrumen evaluasi saya menggunakan pre test dan post test, maka
bagaimanakah caranya agar dapat lebih terukur? Mohon penjelasan lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai