Dosen
Asep Anwar, S.T., M.T.
Oleh:
Sofyan Wahidjul Adhdarruu (0516104034)
A. LATAR BELAKANG
Pada hakikatnya tujuan dari pengelolaan sistem pengadaan adalah mencari jawaban terbaik
terhadap permasalahan yang timbul, baik permasalahan kebijakan pengadaan maupun
permasalahan sistem pengoperasian sehingga pengadaan barang/jasa dapat berfungsi
mencapai kinerja sebagaimana yang diharapkan.
Harapan dan kriteria kinerja ini tidak berlaku umum namun tergantung pada sudut pandang
dan kepentingan siapa, apakah dari sudut pandang dan kepentingan pengguna, sudut pandang
dan kepentingan pelaksana pengadaan/pengelola atau dari sudut pandang dan kepentingan
masyarakat. Oleh sebab itu, kinerja sistem pengadaan akan bergantung pada siapa yang akan
menilainya.
Bagi pengguna barang/jasa atau konsumen, baik buruknya sistem pengadaan akan diukur
berdasarkan tingkat ketersediaan barang/jasa dan seberapa baik tingkat pelayanan yang
mampu diberikan oleh pengelola sistem pengadaan kepadanya dengan harga yang terjangkau.
Bagi pengguna yang penting adalah barang/jasa tersedia pada saat diperlukan dan dengan
pelayanan yang sebaik mungkin.
Pengguna biasanya tidak mau peduli apakah untuk memenuhi tuntutannya tersebut pihak
pengelola harus mengeluarkan ongkos yang besar atau kecil. Bahkan pengguna tidak peduli
apakah pengelola merugi atau untung, yang terpenting adalah terpenuhi kebutuhannya
dengan pelayanan yang baik.
Bagi pengelola, kinerja pengadaan diukur berdasarkan atas ongkos operasional pengadaan
untuk suatu kurun waktu horison perencanaan operasi tertentu biasanya dalam waktu satu
tahun tanpa mengabaikan tuntutan pelayanan penggunanya. Oleh sebab itu, pengelola barang
akan memilih barang dengan harga yang paling murah. Namun, jika kualitas barang dan
umur pakainya berbeda maka harga yang paling murah belum tentu akan memberikan ongkos
operasional yang paling rendah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PROSES PENGADAAN
Secara internal, bahan bakar proses Pengadaan adalah anggaran. Besar kecilnya anggaran
yang tersedia akan sangat berpengaruh terhadap proses Pengadaan. Namun demikian,
pengadaan tidak hidup di ruang kosong, begitu celoteh sahabat saya Alkaf. Kepala LKPP,
Agus Prabowo mengenalkan ekosistem Pengadaan untuk menggambarkan bahwa Pengadaan
tidak berdiri sendiri. Ungkapan-ungkapan tersebut menyiratkan bahwa Pengadaan terkait
dengan sistem-sistem lainnya, misalnya sistem penganggaran perbendaharaan dan
perpajakan. Bahkan, Pengadaan di lingkungan Pemerintah Pusat dan Daerah juga dipengaruhi
oleh sistem organisasi pemerintahan. Yang sering menjadi ganjalan adalah sistem penegakan
hukum juga mempengaruhi proses pengadaan. Dengan banyaknya sistem yang berpengaruh
terhadap Pengadaan, maka hal-hal tersebut dapat mempengaruhi proses dan output yang
dihasilkan.
Proses pengadaan sendiri terdiri dari unsur Kelembagaan, Pedoman, Sarana dan Prasarana
(termasuk teknologi informasi) serta Sumber Daya Manusia. Keseluruhan itu harus
menghasilkan output barang/jasa yang terjangkau dan berkualitas. Sebagai outcome dari
proses Pengadaan, maka barang/jasa hasil Pengadaan harus dapat meningkatkan pelayanan
publik.
3
ukuran tersebut belum dapat mencerminkan kinerja pengadaan yang sesungguhnya sehingga
memerlukan kriteria lain yang lebih representatif.
Sesuai dengan prinsip - prinsip pengadaan maka kinerja pengadaan sebenarnya dapat diukur
melalui beberapa kriteria yaitu efisiensi, efektifitas, persaingan sehat, transparan, terbuka,
tidak diskriminatif dan akuntabel. Di samping itu pula kinerja pengadaan juga bisa diukur
dengan kriteria kualitas dan beberapa kriteria ukuran finansial lainnya. Ukuran kinerja dapat
ditunjukan oleh rasio antara target hasil pengadaan dibandingkan dengan aktual pelaksanaan
kegiatannya. Berikut ini beberapa kriteria yang bisa diidentifikasi dan dikembangkan untuk
pengukuran kinerja pengadaan antara lain sebagai berikut :
1. Kinerja Efisiensi
• Mengurangi biaya pelaksanaan pengadaan
• Mempercepat waktu pelaksanaan pengadaan
• Mengurangi jumlah personil yang melaksanakan pengadaan
2. Kinerja Efektifitas
• Mendapatkan harga barang yang sesuai harga pasar
• Mengoptimalkan jumlah barang yang dibutuhkan
• Meningkatkan kualitas barang
• Mempercepat waktu pengiriman
3. Kinerja Kualitas
• Mengurangi penyedia barang yang tidak memenuhi kualifikasi/kompetensi tertentu
• Menurunkan pemborosan biaya pengadaan
• Mengurangi pemborosan waktu pengadaan
• Mengurangi jumlah personil non aktif
• Menurunkan terjadinya praktek KKN di antara calon peserta lelang
• Mengurangi jumlah sanggahan yang muncul
• Mengurangi jumlah lelang yang gagal
• Mengurangi jumlah calon peserta yang terkena daftar hitam
• Mengurangi tingkat kesalahan prosedur akibat ketidak mampuan panitia
• Mengurangi jumlah barang yang harganya di atas harga pasar (HPS)
• Mengurangi jumlah barang yang tidak sesuai dengan jadual pengiriman
• Mengurangi jumlah barang yang tidak sesuai kebutuhan (di luar spesifikasi)
4. Kinerja Budgetabilitas
• Meningkatkan penghematan biaya pengadaan
• Mendapatkan barang dengan harga penawaran tidak melebihi anggaran
• Meningkatkan penghematan anggaran belanja untuk pengadaaan
A. KESIMPULAN
Secara internal, bahan bakar proses Pengadaan adalah anggaran. Besar kecilnya anggaran
yang tersedia akan sangat berpengaruh terhadap proses Pengadaan. Berikut ini beberapa
kriteria proses pengadaan barang dan jasa yang kita bisa rangkum yaitu :
1. Pengukuran Dan Analisis Kinerja Pengadaan
Sesuai dengan prinsip - prinsip pengadaan maka kinerja pengadaan sebenarnya dapat diukur
melalui beberapa kriteria yaitu efisiensi, efektifitas, persaingan sehat, transparan, terbuka,
tidak diskriminatif dan akuntabel. Di samping itu pula kinerja pengadaan juga bisa diukur
dengan kriteria kualitas dan beberapa kriteria ukuran finansial lainnya. Beberapa kriteria
tersebut diantaranya adalah :
a. Kinerja Efisiensi
b. Kinerja Efektifitas
c. Kinerja Kualitas
d. Kinerja Budgetabilitas
2. Kondisi Saat Ini
Berbagai publikasi yang ada saat ini tidak dapat menghasilkan data yang dapat digunakan
untuk mengukur kinerja Pengadaan dengan pemodelan tersebut di atas. Data yang disajikan
untuk publik masih sepotong-sepotong pada sisi input dan output, belum manjangkau
outcome. Sebagai contoh, serapan anggaran adalah mencerminkan presentase penggunaan
anggaran atau input. Data tersebut diasumsikan juga sebagai nilai output dengan
mengabaikan pekerjaan yang terlambat atau yang tidak selesai. Di sisi lain, ada beberapa
berita tentang kegiatan Pengadaan yang tidak menghasilkan output atau menghasilkan output
yang tidak sesuai Kontrak atau bahkan menghasilkan output yang tidak bisa dirasakan oleh
masyarakat.
7
3. Tantangan Ke Depan
Berdasarkan uraian di atas, sulit menyimpulkan kinerja Pengadaan saat ini. Sebagai
sumbangsih pemikiran untuk perbaikan berkelanjutan, menurut penulis ada 4 (empat) hal
yang saat ini harus dilakukan :
Mengetahui kondisi pelayanan publik saat ini;
Identifikasi kebutuhan barang/jasa dengan lebih akurat;
Perbaikan unsur-unsur yang terkait dalam proses Pengadaan; dan
Dukungan ekosistem Pengadaan yang procure-friendly.
Urain di atas menunjukan bahwa ukuran kinerja pengadaan tidak hanya mencakup aspek
anggaran/budgetabilitas saja namun dapat dikembangkan sampai dengan kriteria efisiensi,
efektifitas dan kualitas.
Kriteria tersebut mencakup kinerja pada tahap persiapan sampai tahap pelaksanaan. Masing
masing kriteria ini kemudian diberikan bobot kepentingan dan diukur kinerjanya (dengan
model skor) untuk dijadikan satu penilaian total kinerja pengadaan.
Jika dalam pengukuran kinerja ini total skor kinerja masih buruk maka dapat ditentukan
kriteria apa saja yang menyebabkan penurunan nilai kinerja pengadaan secara signifikan.
Kemudian melalui hasil analisis kinerja ini pula dapat dipertimbangkan kriteria-kinerja pada
saja yang memiliki potensi tinggi (bobot tinggi) yang dapat diprioritaskan untuk
meningkatkan keseluruhan nilai kinerja pengadaan.