Anda di halaman 1dari 3

BAB II

PEMBAHASAN

DEFINISI LAHAN PASANG SURUT

Lahan pasang surut merupakan lahan yang penyebarannya cukup luas. Di Indonesia
terdapat sekitar 20,10 juta ha lahan pasang surut di tiga pulau besar, yaitu Sumatera,
Kalimantan dan Irian Jaya (Widjaja Adhi et al., 1992). Sebagian besar dari luasan tersebut
belum dimamfaatkan secara maksimal. Usaha pemanfaatan lahan pasang surut di kawasan
Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah dimulai sekitar 200 tahun yang lalu secara
tradisional. Lahan pasang surut mempunyai potensi yang besar untuk pengembangan
pertanian dengan produk-tivitas tinggi bila dilakukan dengan menerap-kan teknologi spesifik
lokasi dan didukung oleh kelembagaan yang konduktif. Pemanfaatan lahan pasang surut
belum optimal karena berbagai kendala, hal ini terlihat dari tingkat produksi dan indeks
pertanaman yang rendah.

Dalam keadaan alamiah, tanah-tanah pada lahan rawa pasang surut merupakan tanah yang
jenuh air atau tergenang dangkal, sepanjang tahun atau dalam waktu yang lama, beberapa
bulan, dalam setahun. Dalam klasifikasi Taksonomi Tanah, tanah rawa termasuk tanah
basah, atau "wetsoils", yang dicirikan oleh kondisi aquik, yakni saat ini mengalami
penjenuhan air dan reduksi secara terus-menerus atau periodik. Proses pembentukan tanah
yang dominan adalah pembentukan horison tanah tereduksi berwarna kelabu-kebiruan,
disebut proses gleisasi, dan pembentukan lapisan gambut di permukaan. Bentuk wilayah,
atau topografi lahan rawa pasang suruta dalah sangat rata (flat) sejauh mata memandang,
dengan ketinggian tempat relatif kecil, yaitu sekitar 0-0,5 m dpl di pinggir laut sampai sekitar
5 m dpl diwilayah lebih kepedalaman.

Pirit adalah zat yang hanya ditemukan di tanah di daerah pasang surut saja. Zat ini dibentuk
pada waktu lahan digenangi oleh air laut yang masuk pada musim kemarau. Pirit adalah
mineral berkristal oktahedral, termasuk sistem kubus, dari senyawa besi-sulfida (FeS2) yang
terbentuk di dalam endapan marin kaya bahan organik, dalam lingkungan airlaut/payau yang
mengandung senyawa sulfat (SO4) larut. Dengan menggunakan teknik SEM (Scanning
Electron Microscope) diketahui bahwa partikel-partikel pirit berada dalambentuk kristal, yang
individu-individu kristal tunggalnya sangat halus, terbanyak berukuran<1 mikron
(1mikron=0,001 mm), dan sebagian kecil 2-9 mikron. Bentuk kristal tunggaldarikubus
bervariasi, dan bentuk (kristal) oktahedral adalah yang paling dominan,diikutibentuk
piritohedral, yang semuanya termasuk sistem (kristalografi) kubus,atau isometrik.Pirit
mengandung 46,55% Fe (berdasarkan berat), dan 53,45% S.
Kendala di Lahan Pasang Surut Secara Umum

Kendala dalam Upaya Pemanfaatan Lahan Pasang Surut Lahan pasang surut biasanya
dicirikan oleh kombinasi beberapa kendala seperti (Anwarhan dan Sulaiman, 1985):

1.Ph rendah

2.Genangan yang dalam

3.Akumulasi zatzat beracun ( besi dan aluminium)

4.Salinitas tinggi, kekurangan unsur hara

5.Serangan hama dan penyakit

6.Tumbuhnya gulma yang dominan.

Menurut Widjaja Adhi et.al (1992), faktor penting yang perlu dipertimbangkan di dalam
pengembangan dan pengelolaan lahan pasang surut diantaranya adalah :

1.Lama dan kedalaman air banjir atau air pasang serta kualitas airnya;

2.Ketebalan, kandungan hara, dan kematangan gambut;

3.Kedalaman lapisan pirit dan kemasaman total potensial dan aktual setiap lapisan
tanahnya; 4.Pengaruh luapan atau intrusi air asin/payau; dan

5.Tinggi muka air tanah dan keadaan substratum lahan, apakah endapan sungai, laut, atau
pasir kuarsa.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Lahan rawa pasang surut adalah suatu wilayah rawa yang dipengaruhi oleh gerakan pasang
surut air laut yang secara berkala mengalami luapan air pasang. Berdasarkan pola
genangannya (jangkauan air pasang), lahan pasang surut ini dibedakan menjadi 4 tipe
luapan:

a. Tipe A: Lahan yang selalu terluapi air pasang, baik pasang besar,maupun pasang
kecil.
b. Tipe B: Lahan yang hanya terluapi oleh pasang besar.
c. Tipe C: Lahan yang tidak pernah terluapi walaupun pasang besar. Air pasang
mempengaruhinya secara tidak langsung, kedalaman air tanah dari permukaan
tanah pada waktu pasang kurang dari 50 Cm.
d. Tipe D: Lahan yang tidak terluapi air pasang dan air tanahnya lebih dalam dari 50
Cm tetapi pasang surut air masih terasa tampak pada saluran tersier.

Lahan pasang surut mempunyai potensi besar untuk dikembangkan namun dalam
pengembangannya mememiliki kekurangan. Kendala dalam Upaya Pemanfaatan Lahan
Pasang Surut Lahan pasang surut biasanya dicirikan oleh kombinasi beberapa kendala
seperti (Anwarhan dan Sulaiman, 1985):

a. Ph rendah
b. Genangan yang dalam
c. Akumulasi zatzat beracun ( besi dan aluminium)
d. Salinitas tinggi, kekurangan unsur hara
e. Serangan hama dan penyakit
f. Tumbuhnya gulma yang dominan.

Saran

Banyak sekali manfaat yang didapat dengan adanya lahan pasang surut, apabila dikelola
dengan baik dan benar maka tentu saja bisa mendatangkan keuntungan ekonomi. Untuk itu
diperlukan upaya pengelolaan yang tepat. Dalam pengelolaannya juga harus
mementingkan kondisi lingkungan sehingga diperlukan keseimbangan antara pemanfaatan
dan perlindungannya agar bisa selalu tetap bisa dirasakan manfaatnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai