Anda di halaman 1dari 8

Enggan Taubat Jauh dari Rahmat

Allah

SIKAP HIDUP UNTUK


MEMBANGUN KEHIDUPAN
DUNIA DAN AKHIRAT
OLEH : H. MAS’OED ABIDIN

--- ً‫جا‬ ‫خرر ج‬ ‫م خ‬‫ه ر‬ ‫ل لر ه‬ ‫جعر خ‬ ‫ه ير خ‬‫ق الل ل ر‬


‫ن ي رت ل ق‬ ‫م خ‬‫ور ر‬
‫ن‬
‫م خ‬‫ب ور ر‬ ‫س ه‬ ‫حت ر ق‬ ‫ث ل ير خ‬ ‫حي خ ه‬‫ن ر‬ ‫م خ‬
‫ه ق‬‫وري رخرهزقخ ه‬
‫ن الل ل ر‬
‫ه‬ ‫ه إق ل‬ ‫سب ه ه‬
‫ح خ‬ ‫ل ع ررلىَ الل لهق فرههور ر‬ ‫ي رت رورك ل خ‬
‫ر‬
‫يءْء‬‫ش خ‬ ‫ل ر‬ ‫ه ل قك ه ل‬ ‫ل الل ل ه‬‫جعر ر‬ ‫مرقهق قرد خ ر‬ ‫رباًل قغه أ خ‬
‫قرد خجرا‬
“Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya
Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan
memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-
sangka. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada
Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan
urusan (yang dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah
1 H. Mas’oed Abidin
Segeralah Mengejar Raedha Allah

telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap


sesuatu”. (Q.S. Ath Thalaq : 2-3)
Rasulullah ْ‫ ء‬SAW. memberikan suatu
petunjuk tentang sikap hidup yang akan
membahagiakan kehidupan kita baik di dunia
maupun di akhirat kelak.

Rasulullah saw. bersabda: “Hiduplah kamu


di dunia ini seperti tamu, dan jadikanlah masjid--
masjid seperti rumah. Dan hendaklah kamu
lunakkan hatimu, dan perbanyaklah tafakkur dan
menangis. Dan janganlah hawa nafsu kepada dunia
ini memutuskan persiapanmu untuk kepentingan
akhirat, yaitu kamu membangun bangunan yang
tidak kamu diami, dan mengumpulkan harta yang
tidak kamu makan, dan mengharapkan sesuatu
yang tidak akan tercapai” (H.R. Abu Na’im)
1. Jadilah kamu di dunia
seperti tamu
Harus di sadari. bahwa kehadiran kita di dunia
yang fana ini hanya untuk sementara, bukan

2 H. Mas’oed Abidin
Enggan Taubat Jauh dari Rahmat
Allah

untuk selamanya; apalagi untuk hidup abadi.


Karena sesungguhnya kehidupan yang kekal dan
abadi hanya setelah kehidupan yang sementara
ini, yaitu kehidupan akhirat.

Di samping itu, perlu pula disadari bahwa bumi


yang kita diami ini dengan segala macam
fasilitasnya adalah ciptaan dan milik Allah SWT,
bukan ciptaan kita dan tidak pula milik kita. Jadi,
kita berada di dunia ini sekarang, di atas bumi
milik Allah. Status kita tak lebih dari “seorang
tamu” Allah yang mendapatkan jamuan dengan
berbagai fasilitasnya.

Sebagai tamu, sudah semestinya kita


memahami untuk apa tujuan kita bertamu. Tentu,
tidak lain hanyalah menjalankan amanah sebagai
khalifah-Nya di bumi, dan untuk beribadah,
mengabdi kepada-Nya. Tamu yang baik tentulah
« tahu diri », dan selalu berupaya menyesuaikan
diri serta mengikuti “aturan” yang ditetap kan
oleh “pemilik/tuan rumah”, yakni Allah Ta’ala.

3 H. Mas’oed Abidin
Segeralah Mengejar Raedha Allah

Rasulullah SAW bersabda: “Akan datang suatu


masa kepada umatku, di mana mereka lebih
mencintai lima perkara dan melupakan lima
perkara ;

a) mereka mencintai dunia dan


melupakan hari pembalasan,

b) mereka mencintai gedung-


gedung (megah) dan melupakan
kubur,

c) mereka mencintai harta dan


melupakan hari penghitungan (hisab),

d) mereka mencintai keluarga


dunianya dan melupakan keluarga
(bidadari) di surqa,

e) mereka mencintai diri sendiri


dan melupakan Allah. Mereka itu
terlepas dariku dan aku pun
melepaskan diri dari mereka”. (H.R.
Ibnu Hajar)

2. Jadikanlah masjid
seperti rumah.

4 H. Mas’oed Abidin
Enggan Taubat Jauh dari Rahmat
Allah

“Masjid adalah rumah setiap orang yang


bertaqwa, dan Allah menjamin kepada siapa
yang menjadikan masjid sebagai rumahnya
dengan kesenangan, rahmat dan kemudahan
melintasi titian (shirath) hingga sampai kepada
keridhaan Allah, yaitu ke surqa” (H.R. Ath
Thabrani)

Rumah kita bangun agar dapat dipergunakan


dalam keperluan hidup kita. Demikian pula
hendaknya dengan masjid yang kita dirikan, harus
digunakan sebagaimana fungsinya.

Saat masjid dibangun. konstrukisi atau


arsitekturnya bukan hal yang utama. Dan yang
paling utama adalah menjadikan masjid sebagai
tempat yang efektif dalam mencetak umat yang
bertaqwa kepada Rabbnya.

Membangun masjid janganlah seperti


membangun usungan mayat (keranda) yang pada
saat membangun kita lakukan beramai-ramai,
bergotong royong, namun setelah masjid terbangun
dengan megahnya, kita enggan memakmurkan.
5 H. Mas’oed Abidin
Segeralah Mengejar Raedha Allah

Sehingga jadilah masjid bangunan yang sepi,


menyendiri tanpa ada yang meramaikan, baik
dengan melaksanakan kegiatan ibadah fardhu
seperti shalat. atau dengan kegiatan-kegiatan
islami lainnya.

Rumah kita gunakan untuk menyimpan segala


kekayaan, dan kita merasa betah di dalamnya.
Maka mesjidpun haruslah pula kita gunakan untuk
menabung amal jari’ah dan amal shalih lainnya dan
kita mestinya merasa senang di dalamnya. Hidup
seorang muslim tidak dapat dipisah dengan
masjidnya.

3. Melunakkan hati
Hati adalah organ tubuh amat penting dan
menentukan. Baik buruknya seseorang
tergantung kepada baik dan buruk hatinya.
Gerak-gerik serta lintasan hati seseorang yang
akan dinilai oleh Allah. Bukan semata bentuk
fisiknya dan tidak juga sedikit atau banyaknya
materi yang dimilikinya.

Hati yang lunak adalah hatinya para muttaqin.


Orang yang bertaqwa adalah orang yang selalu

6 H. Mas’oed Abidin
Enggan Taubat Jauh dari Rahmat
Allah

memelihara hatinya. Solidaritas dan dedikasinya


sangat tinggi, dan sikapnya lemah lembut, tidak
pemarah, serta penuh maaf tanpa menyimpan rasa
dendam, menjadi tanda kelembutan hatinya.

Hanya dengan ketaqwaan, hati dapat kita


lunakkan.

4. Banyak tafakkur dan


menangis
Tafakkur adalah memikirkan segala ciptaan dan
kekuasaan Allah SWT.

Melalui tafakkur, akan terungkap segala


kegunaan dan rahasia alam ini.

Bertafakkur akan mengantarkan kita kepada


musyahadah (penyaksian) akan keagungan Rabbul
‘Alamin. Sehingga menumbuhkan rasa syukur atas
karunia yang telah dilimpahkan. Hati dengan
sendirinya akan menangis, menyadari betapa
naifnya kita, betapa banyaknya nikmat Allah yang
tak sempat kita syukuri.

7 H. Mas’oed Abidin
Segeralah Mengejar Raedha Allah

Dengan bertafakkur, hati akan merunduk


(muraqabah), serta menjadikan jiwa menghamba
kepada Sang Maha Kuasa.

Adakalanya hati menangis karena sadar akan


kesalahan dan dosa, adakalanya pula hati menangis
karena tak mampu meredam kerinduan ingin
bertemu kepada-Nya.

5. Mengendalikan hawa
nafsu
Nafsu hanya dapat terkendali dengan zikrullah.
Dengan mengingat Allah, nafsu akan terkendali
dan hatipun akan menjadi tentram. “Alaa
Bidzikrillahi Tathmainnul Quluub”

َ ‫اللممهمم َاؤغتفؤر َتلؤلمؤؤتمتنؤيون َوو َالمؤؤتموناَتت َوو‬


َ ‫لؤحوياَتء َتمؤنمهؤم َوو‬‫ِ َوا و‬،‫المؤستلتمؤيون َوو َؤالمؤستلوماَتت‬
َ ‫لؤخوواتنوناَ َاملتذؤيون‬ ‫و‬
‫ِ َورمبوناَ َاؤغتفؤرولوناَ َتوو ت‬.‫ؤالؤموواتت‬
َ‫ل َوتؤجوعؤل َفتي َمقلمؤوتبونا‬‫ليــْوماَتن َوو و‬ ‫وسوبمقؤووناَ َتبؤاَ ت‬
ِ.‫ل َتلملتذؤيون َآوممنؤوا َورمبوناَ َإتمنوك َورمءؤومف َورتحؤيمم‬ ‫تغ ل‬

8 H. Mas’oed Abidin

Anda mungkin juga menyukai