Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN TETAP

DASAR REPRODUKSI TERNAK


PEMBENTUKAN SPERMATOZOA PADA SAPI
JANTAN SECARA MIKROSKOPIS

Kelompok 8 :

1. Ahmad Ridho Prasetyo : 05041381722049


2. Alqyfary : 05041281722019
3. Farah Hafizhah Siregar : 05041381722051
4. Febriandi : 05041281722026
5. Icha Purnama Sari : 05041181722028

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sistem reproduksi sangat penting dalam kehidupan karena reproduksi yang
baik akan menjamin keberlangsungan ternak. Organ reproduksi jantan terdiri atas
testis, epididimis, ductus deferens, kelenjar vesicularis, kelenjar prostata, kelenjar
bulbourethralis, urethra, dan penis. Masing – masing alat reproduksi jantan
tersebut tersusun atas sel – sel yang memiliki fungsi masing – masing.
Spermatogenesis adalah suatu proses dimana sel – sel kelamin primer dalam testis
menghasilkan spermatozoa. Spermatogenesis meliputi serangkaian tahapan dalam
pembentukan spermatozoa, diantaranya spermatogonia, spermatosit primer, dua
spermatosit sekunder, spermiogenesis, dan spermatozoa yang membutuhkan
waktu 13 – 14 hari. Lingkar skrotum erat hubungannya dengan potensi produksi
semen seekor pejantan.
Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal melalui proses
pembelahan dan diferensiasi sel, yang bertujuan untuk membentuk sperma
fungsional. Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus yang kemudian
disimpan di epididimis. Dinding tubulus seminiferus tersusun dari jaringan ikat
dan jaringan epitelium germinal yang berfungsi pada saat spermatogenesis. Sel
sperma akan membentuk zigot. Zigot adalah sebuah sel dengan kromosom
lengkap yang akan berkembang menjadi embrio. Peran aktif spermatozoon
sebagai gamet jantan sehingga penting pada keberhasilan munculnya individu
baru oleh karena itu di dalam reproduksi sering diperlukan adanya standar kualitas
spermatozoa. Analisis sperma yang dimaksud meliputi pemeriksaan jumlah milt
yang dapat distriping dari seekor sapi jantan masak kelamin, kekentalan sperma,
warna, bau, jumlah spermatozoa mati, motilitas, dan morfologi. Spermatozoa di
produksi oleh testis, spermatogenesis harus berlangsung sempurna agar kualitas
sperma yang dihasilkan baik dan dapat maksimal melakukan fertilisasi.
Spermatogenesis terjadi melalui beberapa tahapan – tahapan yang spesifik. Proses
pembentukan dan pemasakan spermatozoa disebut spermatogenesis. Tubulus
seminiferus terdiri dari sejumah besar sel epitel germinal spermatogonia.
Spermatogonia terletak di dua sampai tiga lapisan luar sel – sel epitel
tubulus seminiferus. Spermatogonia terus – menerus membelah untuk
memperbanyak diri, sebagian dari spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap –
tahap perkembangan tertentu untuk membentuk sperma. Dalam sistem reproduksi,
jantan memiliki organ genetalia primer yang berfungsi memproduksi
spermatozoa, yang disebut testis. Spermatozoa di produksi oleh testis disebut
spermatogenesis. Spermatozoa adalah unit penting yang berperan dalam sistem
reproduksi. Spermatogenesis merupakan proses pembentukan spermatozoa.
Proses ini dimulai dengan sel benih primitif, yaitu spermatogonium. Pada saat
terjadinya perkembangan sel kelamin, sel ini mulai mengalami mitosis, dan
menghasilkan generasi sel – sel yang baru. Sel – sel yang baru dibentuk dapat
mengikuti satu dari dua jalur. Sel – sel ini dapat terus membelah sebagai induk,
yang disebut spermatogonium tipe A, atau dapat berdeferensiasi selama siklus
mitosis yang progresif menjadi spermatogonium B.
Spermatogonium B merupakan sel progenitor yang akan berdeferensiasi
menjadi spermatosit primer. Segera setelah terbentuk, sel – sel ini memasuki tahap
profase dari pembelahan meiosis pertama. Spermatosit primer merupakan sel
terbesar dalam garis keturunan spermatogenik ini dan ditandai dengan adanya
kromosom dalam berbagai tahap proses penggelungan di dalam intinya. Dari
pembelahan meiosis pertama ini timbul sel berukuran lebih kecil yang disebut
spermatosit sekunder. Spermatosit sekunder sulit diamati dalam sediaan testis
karena merupakan sel berumur pendek dan berada dalam tahap interfase yang
sangat singkat dan dengan cepat memasuki pembelahan meiosis kedua.
Pembelahan spermatosit sekunder menghasilkan spermatid. Karena tidak ada fase
sintesis DNA yang terjadi antara pembelahan meiosis pertama dan kedua pada
spermatosit, jumlah DNA per sel berkurang setengah selama pembelahan kedua
ini, yang menghasilkan sel haploid.

1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum pembentukan spermatozoa pada sapi jantan
secara mikroskopis untuk mengetahui perkembangan spermatozoa dan kualitas
sperma pada sapi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sapi Jantan


Sapi jantan yang digunakan sebagai pemacek harus memiliki libido dan
kualitas semen yang baik serta karakteristik morfologis yang unggul dibandingkan
sapi jantan dilingkungan sekitarnya. Untuk dapat memperoleh bibit perlu
dilakukan seleksi atau pemilihan sapi – sapi jantan dengan kriteria umum seperti
kepala panjang dan dahi lebar, moncong pendek, badan tinggi, dada dalam, kulit
tipis, kaki dan kuku kuat, punggung lurus, pinggul tidak terlalu turun, dan kondisi
tubuh tidak terlalu kurus. Dan juga harus pemilihan sapi jantan dengan kriteria
khusus seperti sapi jantan berasal dari luar wilayah pelayanan pejantan alami,
umur pejantan minimal sekitar 2,5 tahun, memiliki bobot badan awal lebih dari
300 kg dan tinggi gumba lebih dari 140 cm, ternak sehat dan bebas penyakit
reproduksi seperti Brucellosis, Leptospirosis, Enzootic, Bovine Leucosis dan
Infectious Bovine Rhinotracheitis. Warna bulu sesuai dengan bangsa sapi.
Mengetahui ciri – ciri sapi pejantan sehat yaitu aktif dan respon terhadap
perubahan situasi di sekitarnya, kondisi tubuhnya seimbang tidak sempoyongan
atau pincang dan langkah kaki teratur dapat bertumpu dengan empat kaki serta
punggung rata, mata bersinar mempunyai sudut mata bersih dan tidak kotor dan
juga tidak ada perubahan pada selaput lendir kornea mata.
Salah satu metode yang digunakan untuk menguji tingkat perfomans atau
penampilan sapi untuk memperoleh penampilan yang terbaik yang kemudian
diturunkan pada anaknya, sapi jantan umur 1 – 2 tahun baru memasuki tahap awal
pertumbuhan yang optimal sebelum mencapai dewasa kelamin. Dengan
mengetahui perkembangan dan pertumbuhan ternak akan diperoleh calon pejantan
yang memiliki produktivitas tinggi dan berkualitas. Memilih ternak sapi pejantan
yang mempunyai perfomans yang baik harus memilih melalui tingkat kualitas dan
kuantitas dari sapi pejantan tersebut seperti pengukuran yaitu panjang badan,
tinggi gumba, dan lingkar dada. Penimbangan yaitu berat badan, berat lahir, dan
berat sapih ternak tersebut. Kemudian pengamatan yaitu warna rambut, bentuk
rangka, bentuk kepala, bentuk kaki, bentuk kuku, bentuk skrotum.
2.2. Spermatozoa
Spermatozoa atau gamet jantan dihasilkan oleh sepasang testis di mana pada
hampir sebagian besar golongan hewan domestik tergantung di luar tubuh. Testis
berfungsi menghasilkan spermatozoa atau sel – sel kelamin jantan dan hormon
kelamin jantan yang disebut hormon testosteron. Testis terletak pada daerah
prepubis, terbungkus dalam kantong skrotum dan digantung oleh funikulus
spermatikus yang mengandung unsur – unsur yang terbawa oleh testis dalam
perpindahannya dari cavum abdominalis melalui canalis inguinalis ke dalam
skrotum. Skrotum adalah kulit berkantong yang ukuran, bentuk, dan lokasinya
menyesuaikan dengan testis yang dikandungnya. Selapis jaringan fibroelastis
bercampur dengan serabut otot polos disebut tunica dartos, terdapat di sebelah
dalam kulit. Sel spermatozoa, disingkat sperma yang bersifat haploid (n) dibentuk
di dalam testis melewati sebuah proses kompleks. Ciri utama spermatozoa adalah
motilitas yang digunakan sebagai patokan paling sederhana dalam penilaian
kualitas semen. Persentase spermatozoa motil dapat digunakan sebagai ukuran
kesanggupan untuk membuahi ovum. Motilitas dipengaruhi oleh umur sperma,
maturasi sperma, penyimpanan energi, agen aktif, biofisik dan fisiologik, cairan
suspensi, dan adanya rangsangan atau hambatan.
Spermatozoa atau sperma sebagian besar terdiri dari,
deoxyribonucleoprotein yang terdapat dalam nukleus yang merupakan kepala
sperma. Nukleoprotein dalam inti sperma semua spesies, terbentuk oleh asam
deoxyribonucleus yang terikat pada protein. Muco – polysaccharide yang terikat
pada molekul – molekul protein terdapat di akrosom, yaitu bagian pembungkus
kepala. Fungsi dari muco – polysaccharide yang terikat pada molekul protein
dalam metabolisme sperma tidak diketahui. Plasmogen atau lemak aldehydrogen
yang terdapat dibagian leher, badan dan ekor dari sperma, merupakan bahan yang
dipergunakan oleh sperma itu untuk respirasi endrogen. Protein yang menyerupai
keratin yang merupakan selubung tipis yang meliputi seluruh badan, kepala dan
ekor sperma. Protein ini banyak mempunyai ikatan dengan unsur zat tanduk yaitu
sulfur. Enzim dan co – enzim. Sperma mengandung bermacam – macam enzim
dan co – enzim yang pada umumnya digunakan untuk proses hidrolisis dan
oksidasi. Misalnya semua enzim dan co – enzim yang di perlukan di sperma.
2.3. Mortilitas
BAB 3
METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat


Adapun praktikum dasar reproduksi ternak ini dilaksanakan pada hari Rabu,
31 Oktober 2018 pada pukul 15.00 WIB s/d selesai. Praktikum ini dilaksanakan di
Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Pertanian Universitas
Sriwijaya.

3.2. Alat dan Bahan


3.2.1. Alat
1. Mikroskop Digital
2. Gunting
3. Kaca Preparat
4. Botol
3.2.2. Bahan
1. Semen Sapi
2. Air Dingin

3.3. Cara Kerja


1. Siapkan alat dan bahan praktikum.
2. Ambil semen sapi yang akan digunakan untuk melihat pergerakan sperma.
3. Gunting bagian ujung straw yang berisi semen sapi dan letakkan pada kaca
preparat dengan menggunakan mikroskop digital.
4. Amati pergerakan pada sperma sapi tersebut.
5. Catat dan gambar bagaimana pergerakan sperma serta banyaknya yang
mengalami kematian ( mortalitas ).
BAB 4
PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan pada pembentukan
spermatozoa sapi jantan secara mikroskopis didapatkan gambar sperma.

Gambar Sperma

Gambar Pergerakan Sperma


4.2. Pembahasan
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
(point)
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Cahyani, Indah. 2016. Spermatozoa. https://www/scribd.com/doc/Spermatozoa.


05 November 2018.

Munarto, Ri., Permata, Endi., dan Orlando, Giovani., 2016. Identifikasi Sperma
Sapi Normal dan Abnormal Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan
Algoritma Backpropagation. Jurnal Ilmiah SETRUM. Vol 5 (1, 1 –
10).

Padmawati, et al. 2013. Seleksi Awal Pejantan Sapi Bali Berbasis Uji
Perfomans.Jurnal Ilmu dan Kesehatan Hewan. Vol 1 (1, 29 – 33).

Windana, Arya. 2013. Manajemen Pemeliharaan Sapi Pejantan Tanjung.


https://www.scribd.com/doc/Manajemen Pemeliharaan Sapi Pejantan
Tanjung. 06 November 2018.

Anda mungkin juga menyukai