Anda di halaman 1dari 21

Karakteristik dan Klasifikasi Kelas

Gastropoda
Pasti kita sering bertanya-tanya apa itu Gastropoda? kelas Gastropoda adalah kelas terbesar dari
filum Mollusca yang terdiri dari siput (en: snails) dan siput telanjang (en: slugs). Sebanyak
sekitar 75% dari spesies Mollusca hidup adalah termasuk dalam kelas ini. Nama Gastropoda
berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu gastros yang berarti perut dan podos yang berarti kaki.
[1][2]
Hal ini disebabkan karena hewan ini bergerak menggunakan otot-otot kaki yang terletak di
perut untuk bergerak. Sebagian besar hewan ini hidup di air laut, tetapi ada juga yang hidup di
air tawar, dan ada juga yang sudah beradaptasi dengan lingkungan darat.

Karakteristik Gastropoda
Ciri-ciri utama Gastropoda adalah mempunyai cangkang tunggal, sehingga dulu kelas ini disebut
sebagai univalve. Akan tetapi, tidak semua anggota kelas ini mempunyai cangkang. Siput yang
tidak bercangkang disebut juga siput telanjang; hewan ini telah kehilangan cangkangnya karena
proses evolusi. [3]

Hewan pada kelas Gastropoda biasanya memiliki kepala dengan dua sampai empat tentakel yang
berfungsi sebagai reseptor kimiawi atau mekanis, dengan mata pada ujungnya. Hewan lunak ini
juga memiliki kaki pada bagian ventralnya. Kaki bagian paling depan disebut dengan
propodium yang berfungsi untuk mendorong sedimen saat siput merayap.

Karakteristik hewan ini dalam hal memperoleh makanan adalah dengan struktur seperti tali atau
lidah kasar yang disebut radula. Radula ini sering disebut juga lidah parut, yang terdari dari
ratusan gigi mikroskopis yang digunakan untuk mengikis (memarut) makanan seperti ganggang
dan zat makanan lain.

FAQ: Mengapa Gastropoda disebut juga Pulmonata?


Pulmonata adalah kelompok tidak resmi dari siput dan siput telanjang. Disebut demikian karena
karakteristik sebagian dari kedua hewan tersebut yang mampu bernafas menggunakan paru-paru
sederhana (disebut paru-paru pallial). Tetapi sebaiknya diingat bahwa tidak semua hewan pada
kelas Gastropoda adalah Pulmonata, karena sebagian besar siput laut bernafas dengan insang.
Takson yang terdiri dari banyak siput air tawar dan darat ini diketahui merupakan kelompok
yang polifiletik (tampak sama namun sebenarnya berasal dari nenek moyang yang berbeda),
sehingga tidaklah resmi digunakan. [4]

Anatomi Gastropoda
Anatomi Gastropoda | Photo by Deadstar is licensed under CC-BY-3.0

Anatomi Gastropoda
Nomor (Kiri) – Keterangan (Kanan)
1 cangkang 7 sungut (tentakel) 13 pori kelamin 19 kaki
2 hati 8 ganglion otak 14 kelamin jantan 20 perut
3 paru-paru 9 saluran air liur 15 kelamin betina 21 ginjal
4 dubur 10 mulut 16 kelenjar lendir 22 mantel
5 pori pernapasan 11 tembolok 17 saluran telur 23 jantung
6 mata 12 kelenjar ludah 18 kantung panah 24 vas deferens

Susunan Cangkang Gastropoda

Cangkang hewan pada kelas Gastropoda memiliki tiga lapisan utama yang disekresikan oleh
mantel, yaitu: [5]

 Ostrakum (en: ostracum): merupakan lapisan berkapur yang ada di bagian tengah.
Lapisan ini biasanya terbuat dari kalsium karbonat.
 Periostrakum (en: periostracum): merupakan lapisan terluar yang tahan terhadap
goresan, dan memberikan warna pada cangkang.
 Lapisan nakreas atau lapisan mutiara (en: shell nacre): merupakan lapisan dalam
bertekstur halus yang bersentuhan dengan tubuh siput.

Reproduksi Gastropoda

Reproduksi pada Gastropoda memiliki banyak variasi karena kelas ini terdiri dari berbagai jenis
siput yang hidup di laut, air tawar, maupun di darat. Pada siput darat yang hermafrodit (memiliki
kelamin jantan dan betina pada satu tubuh), ketika dua siput bertemu, mereka menembakkan
“anak panah” dari zat kaput pada tubuh yang satu dengan yang lainnya sebelum perkawinan.
Kemudian tiap-tiap siput mulai memasukkan kelamin jantan ke kelamin betina yang lain untuk
membuahi telur. Telur tersebut akan dikeluarkan ke tanah, dan kemudian menetas menjadi larva
siput. [1]

Secara umum, siklus hidup hewan pada kelas ini adalah: [6]

1. Siput bertelur.
2. Perkembangan embrio pada telur.
3. Telur menetas menjadi larva, dapat berupa larva trokofor atau veliger.
4. Dalam beberapa jenis melibatkan estivasi dan hibernasi.
5. Perkembangan siput muda menjadi dewasa.
6. Perkawinan, dapat berupa fertilisasi eksternal (umumnya spesies siput laut) atau
fertilisasi internal.

Klasifikasi Kelas Gastropoda


Saat ini klasifikasi kelas Gastropoda (taksonomi) masih terus mengalami revisi karena taksonomi
modern ingin lebih akurat dalam mengelompokkan organisme berdasarkan evolusinya (urutan
DNA). Taksonomi Gastropoda saat ini sedang disusun ulang untuk menjadi kelompok-kelompok
yang monofiletik. Namun demikian, masih menarik untuk membahas klasifikasi lama dari
kelompok hewan ini. Klasifikasi lama membagi kelas ini menjadi empat subkelas, yaitu:

 Opisthobranchia: insang di sebelah kanan dan di belakang jantung.


 Gymnomorpha: tidak memiliki cangkang.
 Prosobranchia: insang di sebelah depan jantung.
 Pulmonata: memiliki paru-paru (tidak memiliki insang).

Contoh-Contoh Gastropoda
1. Achatina fulica – sering kita sebut dengan bekicot, hewan ini sebenarnya adalah siput
Afrika raksasa.
2. Helix pomatia – adalah siput escargot yang digunakan untuk masakan ala Perancis.
3. Chromodoris annae – merupakan siput telanjang yang hidup di laut, hewan ini miliki
corak warna yang menarik.
(1) Achatina fulica; (2) Helix pomatia; (3) Chromodoris annae | Photo by Tentorku (source:
Alexander R. Jenner, Waugsberg, and Steve Childs) is licensed under CC-BY-

Ciri, Klasifikasi, dan Struktur Tubuh


Gastropoda
Oleh : Tedi Mulyadi

Ciri, Klasifikasi, dan Struktur Tubuh Gastropoda – Gastropoda paling aktif di malam hari
atau pada cuaca berawan dimana mereka dapat menghindari dari teriknya sinar matahari.

Kelompok terbesar dari moluska disebut gastropoda termasuk siput air tawar, siput kebun, siput
laut, dan bekicot. Setiap hewan dalam kelompok ini memiliki satu cangkang kecuali untuk
kelinci laut karena hewan tersebut tidak memiliki cangkang.
Hewan ini menggunakan “radula” yang merupakan organ seperti lidah dengan deretan gigi untuk
mendapatkan makanan. Kebanyakan hewan gastropoda beradaptasi dengan kehidupan di darat.
mereka bergerak dengan kontraksi ritmik dari kaki berotot. Kelenjar di kaki mengeluarkan
lapisan lendir.

Gastropoda paling aktif di malam hari atau pada hari berawan dimana mereka dapat menghindari
sinar matahari. Siput tidak memiliki cangkang, tapi mereka dilindungi oleh lapisan lendir di
sekitar tubuh mereka, sehingga mereka harus tinggal di daerah basah dan lembab. Siput darat
dapat merusak tanaman karena mereka makan daun dan batang.

Ciri-ciri Gastropoda
Merupakan klas yang terbesar dari Phylum Mollusca, dengan ciri-ciri :

 Hidup di air laut & air payau


 Rumahnya terdiri dari satu test yang terputar (terpilin) memanjang melalui satu sumbu
 Tubuhnya terdiri dari kepala, kaki dan alat pencernaan
 Kepala dilengkapi dengan alat pengunyah yang disebut rongga mantel (berfungsi sebagai
insang pada air laut & berfungsi sebagai paru-paru pada lingkungan darat)
 Test terdiri dari zat gampingan dan terputar secara spiral melalui satu garis lurus (putaran
involut & evolut)
 Arah putaran test gastropoda terdiri dari Dextral (searah jarum jam) & Sinistral
(berlawanan putaran jarum jam)
 Sistem pencernaan makanan meliputi rongga mulut, kerongkongan, kelenjar ludah,
tembolok, lambung kelenjar, dan usus.
 Sistem peredaran darah terbuka dengan jantung dan saluran darah sebagai organ
transportasi.
 Sistem saraf berupa ganglion yang bercabang di seluruh tubuh.

Anatomi Gastropoda

Anatomi Gastropoda

Struktur anatomi Gastropoda dapat dilihat pada susunan tubuh gastropoda yang terdiri atas:
kepala, badan, dan alat gerak. Pada kepala terdapat sepasang alat peraba yang dapat dipanjang
pendekkan. Pada alat peraba ini terdapat titik mata untuk membedakan antara terang dan gelap.
Pada mulut terdapat lidah parut dan gigi rahang. Alat geraknya dapat mengeluarkan lendir, untuk
memudahkan pergerakannya.

Klasifikasi Gastropoda
kelas Gastropoda dibagi dalam tiga sub kelas yaitu :

Prosabranchia,

Memiliki dua buah insang yang terletak di anterior, sistem syaraf terpilin membentuk angka
delapan, tentakel berjumlah dua buah. Cangkang umumnya tertutup oleh operkulum. Contohnya:
Trochus sp

Sub kelas ini dibagi lagi ke dalam tiga ordo yaitu :

 Archaeogastropoda , Contoh: Acmaea sp


 Ordo Mesogastropoda, Contoh: Pleurocera sp
 Ordo Neogastropoda , Contoh: Urosalpinx sp

Ophistobranchia,

Kelompok gastropoda ini memiliki dua buah insang yang terletak di posterior, nefridia berjumlah
satu buah, jantung satu ruang dan organ reproduksi berumah satu. Kebanyakan hidup di laut.
Contohnya: Aplysia sp

Subkelas ini dibagi kedalam delapan ordo yaitu:

 Cephalaspidea , Contoh: Bulla sp


 Anaspidea, Contoh: Aplysia Sp
 Thecosomata, Contoh: Cavolinia sp
 Gymnosomata, Contoh: Clione sp
 Nataspidea, Contoh: Umbraculum sp
 Acochilidiacea, Contoh: Microhedyle sp
 Sacoglossa, Contoh: Berthelinia sp
 Nudibranchia, Contoh: Glossodoris

Pulmonata.

Bernapas dengan paru-paru, cangkang berbentuk spiral, kepala dilengkapi dengan satu atau dua
pasang tentakel, sepasang diantaranya mempunyai mata, rongga mentel terletak di interior, organ
reproduksi hermaprodit atau berumah satu. Contohnya: Achatina

Sub kelas ini dibagi menjadi dua ordo yaitu:


 Stylomatophora, Contoh: Achatina sp
 Basomatophora, Contoh: Physa sp

Habitat Gastropoda
Gastropoda umumnya hidup di laut, pada perairan dangkal, perairan dalam, di atas tanah yang
berlumpur atau tergenang air, dan ada pula yang menempel pada akar atau batang, dan
memanjat, misalnya pada littoria, Cassidula, Cerithiidae dan lain-lainnya.

Conus lebih banyak variasinya, ada yang menempel di atas terumbu karang, di bawah karang, di
atas pasir ataupun yang membenamkan dirinya di dalam pasir. Murex ada yang hidup di atas
terumbu karang, dibalik karang atau di atas pasir

Morfologi
Gastropoda Merupakan hewan Mollusca yang berjalan dengan bagian kaki perut, berasal dari bahasa
Yunani (gaster = perut; podas = kaki) artinya hewan yang memiliki kaki perut.
Morfologi Gastropoda terwujud dalam morfologi cangkangnya. Menurut Oemarjati (1990), hewan kelas
gastropoda umumnya bercangkang tunggal, yang terpilin membentuk spiral, beberapa jenis diantaranya
tidak mempunyai cangkang, kepala jelas, umunya dengan dua pasang tentakel kaki lebar dan pipih,
memiliki rongga mantel dan organ-organ internal, bagi yang bercangkang, antara kepala dan kaki
terputus, insang berjumlah kurang lebih satu atau dua buah, bernafas dengan paru-paru, organ
reproduksi jumlah satu atau dua fertilasi secara internal dan eksternal.
Sebagian besar cangkangnya terbuat dari bahan kalsium karbonat yang di bagian luarnya dilapisi
periostrakum dan zat tanduk. Cangkang Gastropoda yang berputar ke arah belakang searah dengan
jarum jam disebut dekstral, sebaliknya bila cangkangnya berputar berlawanan arah dengan jarum jam
disebut sinistral. Siput-siput Gastropoda yang hidup di laut umumnya berbentuk dekstral dan sedikit
sekali ditemukan dalam bentuk sinistral. Pertumbuhan cangkang yang melilin spiral disebabkan karena
pengendapan bahan cangkang di sebelah luar berlangsung lebih cepat dari yang sebelah dalam.

SISTEM METABOLISME
Achatina fulica

Bekicot(
Achatina Fulica
)
Menurut taksonomi hewan, bekicot diklasifikasikan sebagai berikut: Divisi : Mollusca Kelas : Gastropoda Ordo :
Pulmonata Famili : Achatinidae Genus : Achatinidae Spesies :
Achatina fulica
Bekicot berbeda dengan gastropoda lainnya, pertama dalam hal pernafasan ia sudah tidak memiliki Ctenidia yaitu
semacam insang dan fungsinya telah diganti oleh bagian pillium yang tipis dan kaya dengan pembuluh darah.
Sistem metabolisme
Achatina fulica yaitu :
Ingluvies berupa sebuah kantong besar dengan deretan glandulae salivales dalam sepanjang dindingnya dan
saluran- salurannya bermuara di ujung anterior esophagus. Mereka menghasilkan lendir berair yang berisi enzim

enzim diastase,yaitu yang menguraikan hidrat arang. Ingluvies juga berisi cairan yang berasal dari glandulae
digestoriae yang mengalir dari tempat keluarnya kedalam ventriculus. Cairan ini berisi enzim

enzim. Rupa

rupanya termasuk juga didalamnya ezim cytase yang mencerna selulosa,seperti halnya pada
Helix
,yaitu sejenis siput darat yang ada di Eropa. Penelitian Soedigdo et al, 1962 menunjukkan bahwa cytase itu berasal
dari bakteri hidup di dalam intestinum dan ingluives. Enzim ini menghancurkan dinding sel tumbuh- tumbuhan
sehingga isi sel dapat dilepaskan keluar.Bagian berikutnya setelah ingluives adalah
ventriculus
yang berupa kantong yag cukup luas tetapi sederhana,dilingkupi oleh glandulae digestoriae yang menggerombol
di sekeliling kebanyakan alat

alat dalam. Glandulae digestoriae terdiri dari kumpulan tubuli yang bercabang

cabang dan berakhir buntu pada gerombolan sel

sel. Dikenal ada tiga macam sel,yaitu:

1). Sel

sel yang menghasilkan enzim- enzim untuk pencernaan ekstraseluler. 2). Sel

sel yang menyerap partikel- partikel makanan dan mencernakannya intra-seluler,juga menyerap hasil

hasil pencernaan di luar sel. 3). Sel

sel yang mengasilkan CaCO3 , fungsinya terutama ialah untuk membetuk concha; lanjutan ventriculus ialah
intestinum
yang berjalan berkelok

kelok yang berakhir pada
rektum
yang bermuara keluar melalui anus. Bekicot adalah salah satu hewan yang hidupnya bergantung pada enzim
selulolitik untuk mencerna makanannya. Pada tahun 1970,Soedigdo,dkk.melaporkan bahwa bekicot tidak
memiliki enzim selulase,melainkan oleh mikroba selulolitik yang berasal dari luar tubuhnya.Mengenai jenis
mikroba selulolitik maupun non selulolitik dalam saluran pencernaan bekicot,hingga kini belum pernah diungkap
atau diteliti oleh para peneliti sebelumnya. Pada sistem pencernaan bekicot, selulosa dan senyawa polisakarida
lainnya dicerna dalam lambung dan intestin, yang berarti bahwa mikroba selulolitik ditemukan banyak disekitar
organ tersebut. Enzim yang diproduksi sebagian disimpan dalam hepatopankreas yang salurannya bermuara ke
sistem pencernaan yang mungkin sebagai cadangan enzim. Mengingat bahwa bekicot menggunakan selulosa
natif sebagai makanannya,tentu ia telah menyeleksi secara alami mikroba yang efektif membantu sistem
pencernaannya. Saluran pencernaan hewan ini sangat sederhana yang memungkinkan bagi hidupnya mikroba
aerob maupun fakultatif aerob. Penelusuran mengenai mikroba aerob ini perlu dilakukan agar mudah
memanfaatkannya,mengingat bahwa peristiwa alami umumnya berlangsung secara aerob (Silaban, 1999).
Komponen yang berperan dalam proses metabolisme
Achatina fulica
yaitu :

Enzim
Kata enzim berasal dari “en
-
zyme” yang berarti dalam ragi (yeast), mulai dipakai
sejak 1877. Sebelumnya telah dikenal diastase (A.Payen dan J.Persoz,1833), pepsin (T.Schwan,1836), emulsion
(J.V.Liebig dan F.Wohler,1837), masing

masing adalah senyawa organik yang dapat menghidrolisis pati, protein dan glikosida. Enzim adalah suatu
biokatalisator yang dapat bertindak menguraikan molekul yang rantainya panjang menjadi lebih sederhana, serta
dapat juga membantu mekanisme reaksi yang mana tergantung pada enzimnya. Walaupun

enzim ikut serta dalam reaksi dan mengalami perubahan fisik selama reaksi, enzim akan kembali kepada keadaan
semula bila reaksi telah selesai. Enzim mempunyai tenaga katalitik yang luar biasa dan biasanya jauh lebih besar
dari katalisator sintetik. Spesifitas enzim sangat tinggi terhadap substratnya. Enzim mempercepat reaksi kimia
secara spesifik tanpa pembentukan produk samping. Enzim merupakan unit fungsional untuk metabolisme dalam
sel, bekerja menurut urutan yang teratur. Sistem enzim terkoordinasi dengan baik menghasilkan suatu hubungan
yang harmonis diantara sejumlah aktivitas metabolik yang berbeda. Kebanyakan enzim diberi nama dengan
penambahan akhiran

ase
pada kata yang menunjukkan senyawa asal yang diubah oleh enzim atau pada nama jenis reaksi kimia yang
dikatalisis enzim.
Struktur tubuh yang berperan dalam metabolisme
Achatina fulica
yaitu :
1.

Mulut 2.

Radula 3.

Ingluvies 4.

Lambung
Faktor yang mempengaruhi metabolisme
Achatina fulica
yaitu :
1.

Pengaruh suhu : Aktivitas enzim sangat dipengaruhi oleh suhu. Suhu optimalnya adalah antara 35oC dan 40oC,
yaitu suhu tubuh. Pada suhu diatas dan dibawah optimalnya, aktivitas enzim berkurang. 2.

Pengaruh pH : Masing

masing reaksi yang dikatalisis oleh enzim paling cepat terjadi pada pH yang tertentu. Untuk kebanyakan enzim
pH optimal adalah sekitar pH 7 (netral) dan jika medium menjadi sangat asam atau sangat alkalis enzim
mengalami inaktivasi.

Alat pencernaannya terdiri atas mulut dengan lidah perut (radula), gigi rahang, kerongkongan, kelenjar
ludah, tembolok, lambunng, kelenjar pencernaan, usus dan anus. Saluran pencernaan berbentuk huruf
U. Makanan dipotong-potong oleh rahang tanduk dan dikunyah oleh radula dan dibasahi dengan lender
dari kelenjar ludah. Kemudian makanan dutelan ke kerongkongan dan berturut-turut menuju tembolok,
lambung, Di dekat lambung terdapat hati yang berwarna kecoklatan. Hati melingkar-lingkar menuju ke
cangkang dan mengikuti belitan cangkang, lalu zat sisa dibuang lewat anus yang terdapat di kepala.
Makanannya yang banyak mengandung calsium carbonat dan pigment masuk ke dalam plasma darah dan
diedarkan ke seluruh tubuh, kemudian calsium carbonat serta pigmen tersebut diserap oleh mantle, dan
kemudian mantle ini mengeluarkan sel-sel yang dapat membentuk struktur cangkang serta corak warna
pada cangkang. Tergantung dari pada faktor keturunan, struktur cangkang dapat dibuat tonjolan-tonjolan
ataupun duri-duri. Jadi mantel tersebut merupakan arsitek dalam pembentukan struktur serta
corak warna dari cangkang. Alat ekskresi berupa nefridia (ginjal) terdapat di dekat jantung dan saluran
ureternya terletak di dekat anus. Ginjal ini memiliki saluran ekskresi yang bermuara pada mantel.

Gastropoda

2.1 Gastropoda

2.1.1 Karakteristik Gastropoda

Gastpoda berasal dari bahasa Yunani (Gaster = perut, Podos = kaki). Artinya hewan

Gastropoda berarti hewan-hewan yang memiliki kaki perut (Sutikno, 1995).


Menurut Oemarjati (1990), hewan kelas gastropoda umumnya bercangkang tunggal, yang

terpilin membentuk spiral, beberapa jenis diantaranya tidak mempunyai cangkang, kepala jelas,

umunya dengan dua pasang tentakel kaki lebar dan pipih, memiliki rongga mantel dan organ-

organ internal, bagi yang bercangkang, antara kepala dan kaki terputus, insang berjumlah kurang

lebih satu atau dua buah, bernafas dengan paru-paru, organ reproduksi jumlah satu atau dua

fertilasi secara internal dan eksternal.

2.1.2 Morfologi

Sebagian besar struktur cangkang siput Gastropoda terbuat dari kalsium karbonat, dan

sebagian lainnya terdiri dari phosphate, bahan organic Chorchiolin dan air (Sutikno, 1995).

Siput-siput gastropoda yang hidup di air laut umumnya berbentuk Dekstral.

Menurut Sutikno (1990), Gastropoda berupa suatu bangunan yang berputar spiral.

Bangunan ini terbentuk dari tiga lapisan, dari luar ke dalam, ialah :

1. Periostrakum, dari bahan tanduk yang disebut Conchiolin

2. Lapisan prismatik, terdiri dari calcit atau arragonit

3. Lapisan mutiara, terdiri dari CaCO3, jernih dan mengkilap.

2.1.3 Anatomi

Menurut Hadmadi (1984) struktur anatomi Gastropoda dapat dilihat pada susunan tubuh

Gastropoda yang terdiri atas :

1. Kepala
Pada kepala terdapat sepasang alat peraba yang dapat dipanjang pendekan. Pada alat peraba

ini terdapat titik mati untuk membedakan terang dan gelap. Pada mulut terdapat lidah parut

dan gigi rahang.

2. Badan

Didalam badannya terdapat alat-alat penting untuk hidupnya diantaranya ialah alat

pencernaan, alat pernafasan serta alat genetalis untuk pembiakannya. Saluran pencernaan

terdiri atas :

1. mulut

2. pharynx yang berotot

3. kerongkongan, lambung

4. usus

5. anus.

3. Alat gerak

Alat gerak mengeluarkan lendir, untuk memudahkan pergerakannya.

4. Fisiologi

1. Pertumbuhan

Gastopoda mempunyai badan yang tidak simetri dengan mantelnya terletak di depan,

cangkang berikut isi perutnya tergulung spiral ke arah belakang. Pertumbuhan dari
gastropoda terjadi lebih cepat di waktu umurnya masih muda dibandingkan dengan siput

yang sudah dewasa. Ada gastropoda yang tumbuh terus sepanjang hidupnya, tetapi ada pula

pertumbuhannya terhenti setelah dewasa.

2. Respirasi dan Peredaran darah

Pada gastropoda darat, pernafasan menggunakan sebuah paru-paru yang disebut

“Pulmonate”, pada Gastropoda yang hidup di air tempat pulmonate itu ditempati oleh

insang, paru-paru merupakan anyaman pembuluh darah pada dinding luar. Udara masuk

dan keluar melalui porus respiratorius. Darah yang berasal dari tubuh mengalami aerasi di

dalam paru-paru dan kemudian dipompakan oleh jantung melalui arteri ke arah kepala,

kaki dan viscera (alat-alat dalam), Sutikno (1995).

3. Ekskresi

Menggunakan sebuah ginjal, mengeluarkan zat-zat sisa dari rongga Pericardial yang

mengelilingi jantung dan membuangnya ke dalam rongga mantel, Sutikno (1995).

4. Sistem Reproduksi

Setiap individu Gastropoda mempunyai alat kelamin jantan dan betina

(Hermaprodit). Gastropoda yang melangsungkan perkawinannya dengan cara sel telur

setelah dibuahi oleh sperma akan terjadi zigot dan menjadi telur. Telur ini akan

dikeluarkan dari saluran telur satu persatu dari saluran telur siput betina. Gastropoda yang

hidup di laut mengamankan telur-telurnya dengan meletakkan di dalam selaput agar-agar.


Bentuk selaput perlindungan ini bermacam-macam banyak diantaranya yang berbentuk

kapsul dan setiap kapsul dapat berisi satu sampai ratusan telur didalamnya. Ada induk

yang menjaga tetlurnya tetapi ada pula yang meninggalkan telurnya (Dharma, 1988).

4.5. Habitat

Mollusca termasuk hewan yang sangat berhasil menyesuaikan diri untuk hidup di

berbagai tempat dan cuaca. Sebagian mgastropoda yang hidup di daerah hutan-hutan

bakau, ada yang hidup di atas tanah yang berlumpur atau tergenang air, ada pula yang

menempel pada akar atau batang, dan memanjat, misalnya pada littoria, Cassidula,

Cerithiidae dan lain-lainnya. Pada umumnya Gastropoda lambat pergerakannya dan bukan

merupakan binatang yang berpindah-pindah. Kebanyakan Cypraea ditemukan dibalik

koral atau karang yang telah mati. Conus lebih banyak variasinya, ada yang menempel di

atas terumbu karang, di bawah karang, di atas pasir ataupun yang membenamkan dirinya

di dalam pasir. Murex ada yang hidup di atas terumbu karang, dibalik karang atau di atas

pasir. Beberapa Cypraea, Conus, Muerx ditemukan hidup didasar laut yang dalamnya

sampai ratusan meter (Dharma, 1988).

6. Klasifikasi

Di perairan Indonesia dapat ditemukan lebih dari 20.000 jenis (Dharma, 1988).

Berdasarkan organ pernafasannya maka Gastropoda menurut Oemajati (1990) dibagi

menjadi tiga sub kelas yaitu :

1. Sub kelas Prosobranchia


Gastropoda yang termasuk dalam sub kelas ini memiliki dua buah insang yang

terletak di anterior. Sistem syaraf membentuk angka delapan tentakel berjumlah dua

buah, cangkang umumnya tertutup oleh overkulum.

Sub kelas ini dibagi lagi kedalam tiga ordo yaitu :

1. OrdoArcheogastropoda, yaitu berjumlah satu atau dua buah, tersusun dalam dua

baris filament, jantung beruang dua. Contoh ordo ini adalah trochus.

2. Ordo Mesogastropoda, yaitu satu buah tersusun dalam satu baris filamen, jantung

beruang satu, mulut dilengkapi radula yang berjumlah tujuh buah dalam satu

baris. Contoh ordo ini adalah Lambis, Turitella.

3. Ordo Neogastropoda, yaitu insang sebuah tersusun dalam satu baris filament,

jantung beruang satu, mulut dilengkapi radula tiga buah dalam satu baris. Contoh

ordo ini adalah Murek.

2. Sub kelas Opistobranchia

Kelompok gastropoda ini memiliki dua insang terletak di posterior, cangkang

umumnya tereduksi dan terletah di dalam mantel, jantung satu ruangan dan

reproduksi berumah satu.

Sub kelas ini dibagi dalam delapan ordo, yaitu :

1. Ordo Cephalaspidea, yaitu cangkang terletak eksternal, besar dan pipih, beberapa jenis

mempunyai cangkang internal. Contoh ordo ini adalah Bulla.


2. Ordo Anaspidea, yaitu cangkang tereduksi bila ada terletak internal, rongga mantel pada

sisi kanan menyempit dan tertutup oleh parapodia yang lebar. Contoh ordo ini adalah

Aplysia.

3. Ordo Thecosonata, yaitu cangkang berbentuk kerucut mantel lebar, dan merupakan hasil

modifikasi dari kaki yang berfungsi sebagai alat renang bersifat planktonik. Contoh ordo

ini adalah Cavolinia.

4. Ordo Gimnosonata, yaitu tanpa cangkang dan mantel, parapodia sempit, berukuran

mikroskoptik dan bersifat planktonik. Contoh ordo ini adalah Clione.

5. Ordo Nataspide, yaitu cangkang terletak internal, eksternal atau cangkang, rongga mantel

tidak ada. Contoh ordo ini adalah Umbraculum.

6. Ordo Acocchilideacea, yaitu tubuh kecil melipiti spikula, tanpa cangkang, insang ataupun

gigi. Contoh ordo ini adalah Hedylopis.

7. Ordo Sacoglosa, yaitu insang dengan atau tanpa cangkang, radula mengalami modifikasi

menjadi alat penusuk dan penghisap alga. Contoh ordo ini adalah Berthelinia.

8. Ordo Nudibranchia, yaitu cangkang tereduksi, tanpa insang sejati, bernafas dengan

insang sekunder yang terdapat disekeliling anus, permukaan dorsal. Contoh ordo ini

adalah Glossodaris.

4.6.3. Sub KelasPulmonata

Sub kelasPulmonata bernafas dengan paru-paru, cangkang berbentuk spiral, kepala

dilengkapi dengan satu atau dua pasang tentakel, sepasang diantaranya mempunyaoi

mata, rongga mantel terletak di anterior, organ reproduksi hermaprodit atau

berumah dua.
Sub kelas ini dibagi menjadi dua ordo, yaitu :

1. Ordo Stylomotophora, yaitu tentakel dua pasang, sepasang diantaranya mata di ujungnya,

umumnya hidup terrestrial. Contoh ordo ini adalah Achatina fulica.

2. 1Ordo Basommataphora, yaitu tentakel berjumlah dua pasang, sepasang diantaranya

mempunyai mata depannya, kebanyakan anggotanya hidup di air tawar. Contoh ordo ini

adalah Physa.

2.2. Faktor Lingkungan

Seperti hewan lainnya, hewan mollusca kelas Gastropoda untuk kelangsungan hidupnya

membutuhkan lingkungan tertentu. Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh antara lain :

1. Suhu

Suhu merupakan yang banyak perhatian dalam pengkajian laut. Suhu di daerah tropic

berkisar 20˚C sampai 28˚C dan suhu menurun dengan bertambahnya kedalaman air, namun

permukaan tidak sebanding dengan seluruh kedalaman sampai dasar laut (Ewusie, 1980). Suhu

merupakan faktor lingkungan yang penting yang dapat menentukan ada tidaknya beberapa jenis

hewan. Hewan yang hidup di daerah pasang surutdan sering mengalami kekeringan mempunyai

daya tahan yang besar terhadap perubahan suhu.

2. Salinitas
Salinitas adalah jumlah keseluruhan garam yang terlarut dalam volume air tertentu.

Salinitas ini dinyatakan sebagai bagian garam per seribu bagian air (‰). Salinitas rata-rata air

laut dalam samudra adalah 35‰. Perubahan salinitas dapat mempengaruhi konsumsi Oksigen.

Menurut Fantaine dan Raffi (1935) dan Supriharyono (2000) bahwa konsumsi oksigen naik

dengan turunnya salinitas.

3. Substrat

Adanya substrat yang berbeda-beda yaitu pasir, berbatu dan Lumpur serta berkarang

menyebabkan perbedaan fauna dan struktur komunitas dari daerah litoral. Menurut Nybakken

(1992) dari semua pantai pasang surut, pantai berbatu yang tersusun dari bahan yang keras

merupakan daerah yang paling padat mikroorganisme dan mempunyai keragaman terbesar untuk

jenis hewan maupun tumbuhan.

4. pH

Menurut Shahab (1986) kadar pH di perairan merupakan salah satu parameter lingkungan yang

berpengaruh terhadap proses kehidupan dan susunan spesies dalam komunitas organisme hidup

membutuhkan pH optimum. Menurut Asikin (1982) pH optimum untuk kehidupan organisme

laut antara 6-8.

5. Intesitas Cahaya

Menurut Odum (1972), intesitas cahaya mempengaruhi pola sebaran organisme. Ada

sebagian organisme yang menyukai cahaya dengan intesitas cahaya yang besar, namun ada juga

organisme yang lebih menyukai cahaya yang redup. Hewan mollusca kelas Gastropoda
merupakan hewan yang menyukai cahaya redup, dimana aktifitas hidupnya banyak dilakukan

pada malam hari. Menurut Syafei (1990), intesitas cahaya yang optimum untuk organisme laut

yaitu 10 Klux.

2.3. Kelimpahan relatif, Indeks Keanekaragaman, dan Indeks keseragaman

Menurut Odum (1971), bahwa kelimpahan relatif merupakan prosentase jumlah individu suatu

spesies terhadap jumlah total individu yang terdapat di daerah tertentu. Kelimpahan organisme

akan ditentukan oleh faktor-faktor lingkungan.

Wilhm dan Doris (1968) mendefinisikan indeks keanekaragaman sebagai suatu pernyataan atau

suatu penggambaran secara sistematik yang melukiskan struktur komunitas dan dapat

mempermudah menganalisa informasi-informasi tentang jumlah dan macam organisme. Adapun

cara sederhana untuk menyatakan indeks keanekaragaman adalah dengan menentukan prosentase

komposisi spesies dalam contoh, dimana semakin tinggi nilai indeks keanekaraganmannya

berarti semakin banyak spesies yang ada dalam contoh (Odum, 1971). Sedangkan Wilhm (1975)

mengelompokkan tinggi rendah keanekaragaman berdasarkan nilai indeks keanekaragaman (H’)

sebagi berikut :

1. H’ <>

2. 1 <>

3. H’ > 3 : keanekaragaman tinggi

Untuk mengetahui keseragaman jenis dalam suatu perairan dapat diketahui dari indeks

keseragaman, dimana besarnya nilai indeks keseragaman berkisar antara 0 – 1 (Wilhm, 1975).

Menurut Krebs (1978) menggolongkan indeks keseragaman (e) sebagai berikut :


1. e <>

2. 0,4 <>

3. e > 0,6 : keseragaman tinggi

Selanjutnya disebutkan bahwa indeks keseragaman renfdah dan sedang ada

kecenderungan suatu komunitas didominasi oleh spesies tertentu. Sedangkan indeks

keseragaman tinggi berarti kelimpahan tiap jenis dapat dikatakan sama atau dalam suatu

komunitas tersebut tidak didominasi oleh satu spesies. Ada tidaknya dominasi pada suatu

komunitas dapat dilihat dari indeks dominansinya, yaitu 0 <>

Siklus Hidup
Kebanyakan gastropoda adalah hermafrodit, yang berarti bahwa setiap hewan memiliki baik
organ reproduksi laki-laki dan perempuan dalam tubuh yang sama. Ketika dua individu siput
atau keong bertemu mereka bertukar bundel sperma, biasanya melalui anak panah ke jaringan
yang lain. Telur kemudian biasanya diletakkan di celah-celah di dalam tanah atau di bawah batu,
sementara beberapa spesies mungkin melahirkan hidup muda.

E. Peranan Gastropoda
Peranan Gastropoda dalam kehidupan :
Menguntungkan :
1. Sebagai makanan yang mempunyai nilai ekonomi.
2. Sebagi komponen penting dalam ekosistem, misal sebagai inang perantara dari kehidupan Fasciola
hepatica.
3. Sebagai bahan kolektor yang indah, misal cangkang.

Merugikan :
Beberapa Gastropoda merusak pada tanaman pertanian, misal bekicot (Achatina fulica), keong,
siput.
Manfaat Gastropoda:
1. Dagingnya baik untuk pengobatan penyakit liver dan Hepatitis B.
2. Lendir pada bagian dalam cangkangnya dapat digunakan sebagai obat luar untuk luka sayat dan
luka robek, juga untuk mempercepat pematangan bisul.
3. Lendir bekicot sebagai obat dalam (oral) bagi diabetes, gagal ginjal, juga ambeien.
Contoh contoh peranan gastropoda yang merugikan dan menguntungkan bagi manusia antara lain
sebagai berikut ini:

Gastropoda yang menguntungkan antara lain:

1. sebagai bahan makanan, misalnya bekicot (Achatina fulica) dan siput laut (Lifforina dan
Buccinum) serta keong sawah untuk dibuat olahan sate keong

2. keong mas dapat dijadikan bahan makanan tambahan bagi peternak itik atau peternak lele
karena kandungan protein yang tinggi dalam daging keong mas

3. cangkang keong yang ditumbuk dapat menjadi asupan kalsium bagi hewan ternak seperti bebek
dan ayam sehingga telurnya mempunyai kandungan kalsium yang kuat dan kokoh

4. cangkang keong atau bekicot dapat dijadikan bahan baku kerajinan tangan

Gastropoda yang merugikan antara lain:

1. memakan tanaman perkebunan dan pertanian terutama siput darat, misalnya bekicot dan
keong mas.

2. Bekicot sering menjadi hama di daerah perkebunan tanaman hias karena merusak dan
memakan daun daun tanaman hias

3. siput laut pemakan kerang mutiara yang merugikan peternakan kerang mutiara dan
menyebabkan kerang mutiara sulit berkembang atau bahkan mati

4. siput air tawar (Limnaea) sebagai inang perantara cacing hati.

5. Siput laut yang menempel pada kayu kayu kapal dapat merusak kayu sehingga menyebabkan
kapal jadi cepat rusak

6. Cangkang siput yang telah mati kadang melukai kaki petani yang sedang bekerja di sawah
karena cangkang siput tergolong tajam

Simak lebih lanjut di Brainly.co.id - https://brainly.co.id/tugas/226503#readmore

Anda mungkin juga menyukai