LKM Sistem Imun Kel 6 Off I Fixx 2018
LKM Sistem Imun Kel 6 Off I Fixx 2018
Disusun Oleh:
Kelompok 6 / Offering I
Endah Retno Atdha Sari (170342615502)
Farida Ariyani (170342615518)
Muhammad Haidar Amrullah (130342615319)
Mega Berliana (170342615550)
Vina Rizkiana (170342615504)
Pertanyaan
1. Imunitas
a. Apa yang dimaksud dengan imunitas?
b. Bedakan antara imunitas aktif dan pasif!
5. Autoimunitas
Rheumatoid Arthritis (RA) merupakan penyakit autoimun yang merusak sinovium
(bagian dari sendi) yang berfungsi untuk memberikan nutrisi pelumas sendi supaya
sendi mudah bergerak. Gejala klinis biasanya ditandai dengan bengkak pada jari-jari
tangan, pergelangan tangan, kedua siku, bahu, lutut, pergelangan kaki. Selain bengkak
juga nyeri terutama pagi hari. Selain gejala nyeri sendi biasanya juga disertai demam,
nafsu makan menurun, berat badan menurun dan gejala anemia. Penyakit ini bila tidak
ditangani sedini mungkin akan menimbulkan kerusakan tulang sekitar sendi sehingga
menimbulkan kecacatan.
Uraikanlah mekanisme fisiologi penyebab penyakit RA.
Jawab:
1. Imunitas
a. Kemampuan tubuh untuk melindungi diri dari dirinya sendiri maupun dari virus,
bakteri, dan entitas penyebab penyakit lainnya dikenal sebagai kekebalan
(imunitas), dalam bahasa Latin immunis, berarti “dikecualikan”. Sistem
kekebalan manusia terdiri dari jaringan limfoid tubuh, sel-sel kekebalan, dan
bahan kimia (baik intraseluler dan disekresikan (ekstraseluler)) yang
mengkoordinasikan dan menjalankan fungsi kekebalan. Sebagian besar fungsi
kekebalan sangat bergantung pada komunikasi antar sel-ke-sel, khususnya
komunikasi lokal oleh sitokin dan contact-dependent-signalling (Silverthorn,
2013).
b. Imunitas yang didapat dapat dibagi menjadi imunitas aktif dan imunitas pasif.
Imunitas aktif terjadi ketika tubuh terkena patogen dan menghasilkan antibodi
sendiri. Imunitas aktif dapat terjadi secara alami, ketika patogen menyerang
tubuh, atau secara artifisial, seperti ketika kita diberikan kandungan vaksinasi
yang mematikan atau menonaktifkan patogen.
Imunitas pasif terjadi ketika kita memperoleh antibodi dibuat oleh organisme
lain. Pengalihan antibodi dari ibu ke janin di seluruh plasenta adalah salah satu
contoh. Injeksi yang mengandung antibodi salah satunya. Wisatawan yang pergi
ke luar negeri mungkin diinjeksi dengan gamma globulin (ekstraksi antibodi
yang diambil dari plasma manusia), tetapi imunitas pasif ini hanya berlangsung
selama tiga bulan karena injeksi protein yang terdegradasi dan dibersihkkan
melalui sirkulasi (Silverthorn, 2013).
Gambar 1. Mekanisme bakteri masuk pada kulit yang rusak (Sherwood, 2010).
5. Autoimunitas
Penyakit rheumatoid arthritis (RA) merupakan salah satu penyakit autoimun
berupa inflamasi arthritis pada pasien dewasa. Rasa nyeri pada penderita RA pada
bagian sinovial sendi, sarung tendo, dan bursa akan mengalami penebalan akibat
radang yang diikuti oleh erosi tulang dan destruksi tulang disekitar sendi hingga
dapat menyebabkan kecacata. Namun demikian, kebanyakan penyakit rematik
berlangsung kronis, yaitu sembuh dan kambuh kembali secara berulang-ulang
sehingga menyebabkan kerusakan sendi secara menetap pada penderita RA
(Chabib, 2016).
Rheumatoid arthritis akibat reaksi autoimun dalam jaringan sinovial yang
melibatkan proses fagositosis. Dalam prosesnya, dihasilkan enzim-enzim di dalam
sendi. Enzim-enzim tersebut selanjutnya akan memecah kolagen sehingga terjadi
edema, proliferasi membran sinovial dan akhirnya terjadi pembentukan pannus.
Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang.
Akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak
sendi. Otot akan merasakan nyeri akibat serabut otot mengalami perubahan
degeneratif dengan menghilangnya kemampuan elastisitas beberapa bulan, bila
diraba akan terasa hangat, terjadi kemerahan dan terasa sakit/nyeri, bila sudah tidak
tertahan dapat menyebabkan demam dan terjadi berulang (Chabib, 2016).
RA pada umumnya sering di tangan, sendi siku, kaki, pergelangan kaki dan lutut.
Nyeri dan bengkak pada sendi dapat berlangsung dalam waktu terus-menerus dan
semakin lama gejala keluhannya akan semakin berat. Keadaan tertentu, gejala
hanya berlangsung selama beberapa hari dan kemudian sembuh dengan melakukan
pengobatan. Rasa nyeri pada persendian berupa pembengkakan, panas, eritema dan
gangguan fungsi merupakan gambaran klinis yang klasik untuk rheumatoid
arthritis. Persendian dapat teraba hangat, bengkak, kaku pada pagi hari berlangsung
selama lebih dari 30 menit.
Pola karakteristik dari persendian yang terkena adalah : mulai pada persendian
kecil di tangan, pergelangan, dan kaki. Secara progresif mengenai persendian, lutut,
bahu, pinggul, siku, pergelangan kaki, tulang belakang serviks, dan
temporomandibular. Adapun tanda dan gejala yang umum ditemukan atau sangat
serius terjadi pada lanjut usia yaitu: sendi terasa kaku pada pagi hari dan kekakuan
pada daerah lutut, bahu, siku, pergelangan tangan dan kaki, juga pada jari-jari,
mulai terlihat bengkak setelah mengurangi nyeri sendi dan bengkak, serta
meringankan kekakuan dan mencegah kerusakan sendi sehingga dapat
meningkatkan kualitas hidup pasien meringankan gejala tetapi juga memperlambat
kemajuan penyakit. Penderita RA memulai pengobatan mereka dengan DMARDs
(Disease Modifying Anti-Rheumatic Drugs) seperti metotreksat, sulfasalazin dan
leflunomid (Chabib, 2016).
Respon antigen-antibodi yang berlebihan secara tidak sengaja menyebabkan
kerusakan sel-sel normal serta menyerang sel asing. Kompleks antigen-antibodi,
terbentuk sebagai respons terhadap invasi asing, dihilangkan oleh sel fagositik
setelah mempunyai membentuk strategi pertahanan nonspesifikasi. Jika sejumlah
besar kompleks ini terus diproduksi, fagosit tidak dapat membersihkan semua
kompleks imun yang terbentuk. Antigen-antibodi kompleks yang tidak dihapus
terus mengaktifkan sistem pelengkap. Jumlah yang berlebihan dari pelengkap yang
diaktifkan dan obat-obat inflamasi lainnya dapat "tumpah", merusak sel-sel normal
di sekitarnya serta sel-sel yang tidak diinginkan. Selain itu, perusakan tidak selalu
terbatas pada situs awal inflamasi. Kompleks antigen-antibodi dapat bersirkulasi
dengan bebas dan terperangkap di ginjal, persendian, otak, pembuluh kecil kulit,
dan di tempat lain, menyebabkan inflamasi luas dan kerusakan jaringan. Kerusakan
seperti yang dihasilkan oleh kompleks imun disebut sebagai penyakit kompleks
imun, yang dapat menjadi hasil yang rumit dari infeksi bakteri, virus, atau parasit.
Lebih parah, penyakit kompleks imun juga dapat berasal dari aktivitas inflmatory
yang berlebihan yang didorong oleh kompleks imun yang dibentuk oleh "self-
antigen" (protein yang disintesis oleh tubuh orang itu sendiri) dan antibodi yang
diproduksi secara salah terhadap mereka (Sherwood, 2010).
Terdapat tiga macam terapi farmakologi untuk mengobati RA, yaitu :
a. Disease Modifying Anti Rheumatic Drugs (DMARDs), memiliki potensi untuk
mengurangi kerusakan pada sendi, mempertahankan integritas dan fungsi sendi
dan pada akhirnya mengurangi biaya perawatan dan meningkatkan produktivitas
pasien RA. Pemberian dalam dosis terapeutik yang penuh, obat-obat tersebut
akan memberikan efek anti inflamasi maupun analgesik.
b. Agen biologik, diberikan dengan infeksi bakterial yang serius aktif seperti
aktivasi hepatitis B dan aktivasi TB.
c. Kortikosteroid, diberikan dalam jangka waktu sesingkat mungkin dan dosis
rendah yang dapat mencapai efek klinis. Dikatakan dosis rendah jika diberikan
kortikosteroid setara prednison < 7,5 mg sehari dan dosis sedang jika diberikan
7,5 mg - 30 mg sehari. Selama penggunaan kortikosteroid harus diperhatikan
efek samping yang dapat ditimbulkannya seperti hipertensi, retensi cairan,
hiperglikemi, osteoporosis, katarak dan kemungkinan terjadinya aterosklerosis
dini (Chabib, 2016).
DAFTAR RUJUKAN
Chabib, L., Ikawati, Z., Martien, R., dan Ismail, H. 2016. Review Rheumatoid
Arthritis: Terapi Farmakologi, Potensi Kurkumin dan Analognya, serta
Pengembangan Sistem Nanopartikel. Jurnal Pharmascience, Vol 3, No.
1, Februari 2016, hal: 10 – 18.
Reece, J. B., Urry, L. A., Cain, M. L., Wasserman, S. A., Minorsky, P. V., &
Jackson, R. B. 2014. Campbell biology. Boston: Pearson.
Sherwood, L. 2010. Human Phiysiology : From Cells to Systems. Seventh Edition.
Department of Physiology and Pharmacology School of Medicine West
Virginia University : Brooks/Cole Cengage Learning
Silverthorn, D. U., Johnson, B. R. 2009. Human Physiology. San Fransisco: Pearson
Education, Inc., publishing as Pearson Benjamin Cummings.
Silverthorn, Dee Unglaub. 2013. Human Physiology: An Integrated Approach,
Sixth Edition. San Fransisco: Pearson Education, Inc., publishing as
Pearson Benjamin Cummings.
Soewolo. 2000. Fisiologi Manusia. Malang: FMIPA Universitas Negeri Malang.
Sudiono, J. 2014. Sistem Kekebalan Tubuh. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.