Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN

DENGAN SEHAT JIWA


Makalah ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa yang
dibina oleh Ibu Endang Caturini S.,SKp.,Ns

Disusun Oleh Kelompok 3 :

Makmun Wicaksono Sara Shouffa Styaningsih


Muhammad Fahreza Ridhani Siti Aisyah
Rizki Vita Astuti Vera Rizki Febriana

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI NERS
2018
KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan Alhamdulillahirobbil ‘alamin, puji syukur kepada


Allah SWT yang telah memberikan pertolongan; petunjuk; dan tuntutan sehingga
penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada
Pasien dengan Sehat Jiwa”. Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memenuhi tugas Keperawatan Jiwa yang dibimbing oleh
Makalah ini disusun dengan kerja sama anggota kelompok dan bantuan
dari berbagai pihak, penulis megucapkan terima kasih kepada berbagai pihak,
yaitu saudara/I yang menjadi daftar rujukan dalam penyusunan makalah ini,
kemudian terima kasih kepada orang tua/wali yang telah mendoakan penulis,
serta dukungan materi maupun moril sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bermanfaat untuk
pembuatan makalah-makalah selanjutnya.

Surakarta, 01 Agustus 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i


BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
C. Tujuan Masalah ....................................................................................................... 3
BAB II................................................................................................................................. 4
URAIAN TEORI ................................................................................................................ 4
A. Pengertian Sehat Jiwa ............................................................................................. 4
B. Kriteria Sehat Jiwa .................................................................................................. 4
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Jiwa ............................................... 7
D. Sasaran Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa ............................................................... 8
E. Diagnosa Keperawatan Sehat Jiwa Berdasarakan Usia ........................................ 14
BAB III ............................................................................................................................. 38
PENUTUP ........................................................................................................................ 38
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 38
B. Saran ..................................................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 39

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tingginya kasus gangguan kejiwaan di seluruh dunia menjadi
perhatian khusus para pemangku kepentingan yang terkait dengan
kebijakan kesehatan mental. Pada tahun 2014, WHO menetapkan Living
with Schizophrenia sebagai tema hari kesehatan mental sedunia yang
diperingati tiap tanggal 12 Oktober. Tema ini dipilih karena Skizofrenia
merupakan gangguan psikotik yang paling lazim terjadi dan memiliki
prevalensi global cukup tinggi, yaitu 0.7-1% dari total populasi seluruh
dunia (World Federation of Mental Health (WFMH), 2014). Referensi lain
menyebutkan rentang 0.5-2% dari total populasi global sebagai prevalensi
Skizofrenia di dunia (Davey, 2008).
WFMH sebagai bagian dari WHO, menyatakan bahwa kasus
Skizofrenia tidak dapat lagi dilihat secara individual, namun harus
diintervensi dalam skala makro/sistem. Skizofrenia, gangguan psikotik,
dan gangguan neurotik umumnya terjadi karena tekanan yang berasal dari
keluarga ataupun masyarakat. Oleh karena itu, pengetahuan praktis
mengenai gangguan jiwa berat tersebut selayaknya juga dipahami oleh
masyarakat.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (Balai Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, 2013) menunjukkan angka prevalensi
gangguan jiwa berat di Indonesia 1.7 permil, artinya ada sekitar 1.7 kasus
gangguan jiwa berat di antara 1000 orang penduduk Indonesia. Gangguan
jiwa berat adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan terganggunya
kemampuan menilai realitas dan tilikan diri (insight) yang buruk. Gejala
yang menyertai gangguan ini antara lain berupa halusinasi, wahan,
gangguan proses pikir dan kemampuan berpikir, dan tingkah laku aneh
seperti katatonik. Skizofrenia dan gangguan psikotik adalah contoh dari
gangguan jiwa berat yang lazim terjadi di masyarakat. Orang yang

1
mengalami gejala psikotik disebut dengan Orang Dengan Gangguan Jiwa
(ODGJ).
Prevalensi gangguan jiwa berat tertinggi terdapat di Daerah
Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Aceh, dengan angka 2.7 kasus per 1000
penduduk. Angka ini bahkan lebih tinggi 1 permil daripada prevalensi
kasus gangguan jiwa berat nasional. Ada banyak faktor yang
menyebabkan tingginya kasus gangguan jiwa berat di kedua provinsi
tersebut. Untuk Aceh, kasus gangguan jiwa mayoritas disebabkan oleh
trauma pasca bencana dan trauma pasca konflik bersenjata. Sementara
untuk DIY mayoritas gangguan jiwa berat disebabkan oleh faktor kesulitan
ekonomi (Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013).
Undang-Undang Nomor 18 tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa
dalam pasal 1 ayat 4 menyebutkan bahwa upaya kesehatan jiwa adalah
setiap kegiatan untuk mewujudkan derajat kesehatan jiwa yang optimal
bagi setiap individu, keluarga, dan masyarakat dengan pendekatan
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang diselenggarakan secara
menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah, dan/atau masyarakat. Menurut amanat undang-undang,
penatalaksanaan masalah kejiwaan tidak hanya menjadi tugas pemerintah,
namun juga ada peran masyarakat di dalamnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari kesehatan jiwa?
2. Apa kriteria dari sehat jiwa?
3. Apa faktor yang mempengaruhi kesehatan jiwa?
4. Apa sasaran asuhan keperawatan sehat jiwa?
5. Apa diagnosa keperawatan sehat jiwa berdasarkan usia?

2
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari kesehatan jiwa.
2. Untuk mengetahui kriteria dari sehat jiwa.
3. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi kesehatan jiwa.
4. Untuk mengetahui sasaran asuhan keperawatan sehat jiwa.
5. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan sehat jiwa berdasarkan sehat
jiwa.

3
BAB II
URAIAN TEORI
A. Pengertian Sehat Jiwa
Pengertian kesehatan jiwa banyak dikemukakan oleh para ahli
termasuk oleh organisasi, diantaranya Pengertian kesehatan (UU KES.NO
23,1992) Adalah Keadaan sejahtera badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis
sedangkan menurut WHO adalah Kesehatan jiwa bukan hanya tidak ada
gangguan jiwa, melainkan mengandung berbagai karakteristik yang positif
yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang
mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.
Kesehatan Jiwa adalah Kondisi yang memungkinkan
perkembangan fisik, intelectual, emocional secara optimal dari seseorang
dan perkembangan ini berjalan selaras dengan orang lain (UU Kesehatan
Jiwa No 3 tahun 1996). Indikator sehat jiwa meliputi sifat yang positif
terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki aktualisasi diri,
keutuhan, kebebasan diri, memiliki persepsi sesuai kenyataan dan
kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan (Stuart & Laraia, 1998).

B. Kriteria Sehat Jiwa


Karakteristik jiwa yang sehat Kementrian Kesehatan RI (2012)
menyebutkan individu dengan jiwa yang sehat memiliki beberapa karakteristik,
diantaranya :
1. Menerima dirinya apa adanya dengan kriteria mampu mengatasi perasaan-
perasaan negatif atau positif dengan baik, memiliki harga diri yang normal,
tidak merendahkan maupun menyombongkan dirinya, dan dapat menerima
kehidupannya dengan baik.
2. Memiliki hubungan yang baik dengan orang lain dengan kriteria dapat
mencintai dan dicintai, tidak berbuat curang maupun dicurangi oleh orang
lain, memiliki rasa kepercayaan terhadap orang lain, tidak meremehkan
pendapat orang lain, dan menjadi bagian dari kelompok.

4
3. Mampu menjalani kehidupannya secara terarah dengan kriteria memiliki
tujuan hidup yang realistis, dapat mengambil keputusan, memiliki rasa
tanggung jawab, dan menjalani pekerjaannya dengan senang hati.
Karakteristik jiwa yang sehat juga telah diriwayatkan dalam beberapa
hadist Rasulullah SAW. Beberapa indikasi seseorang yang memiliki kesehatan
dan kestabilan mental/ jiwa di antaranya yaitu :
1. Adanya rasa aman Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang menyongsong
pagi hari dengan perasaan aman terhadap lingkungan sekitar, kondisi tubuh
yang sehat, serta adanya persediaan makanan untuk hari itu maka seakan-
akan dia telah memperoleh seluruh kenikmatan dunia.” (HR Tirmidzi).
Hadist ini menunjukkan bahwa seseorang yang merasa aman, atau tidak
merasa curiga terhadap sekelilingnya mengindikasikan seseorang yang
memiliki jiwa yang sehat.
2. Tidak meminta-minta kepada orang lain / merasa berkecukupan Rasulullah
SAW bersabda, “Demi jiwaku yang berada dalam genggaman-Nya.
Tindakan kalian mengambil seutas tali lalu mencari kayu bakar kemudian
memikulnya di atas punggung adalah lebih baik (mulia serta terhormat)
ketimbang mendatangi seseorang lalu meminta-minta kepadanya, baik ia
kemudian diberi sedekah atau tidak.” (HR Bukhari) Hadist ini menunjukkan
bahwa seseorang yang merasa berkecukupan terhadap kehidupannya dan
tidak meminta belas kasihan orang lain, mengindikasikan jiwa yang sehat.
3. Percaya diri Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah kalian menghinakan diri
kalian sendiri.” Para sahabat bertanya (dengan rasa heran), “Wahai
Rasulullah SAW bagaimana mungkin kami akan menjadikan diri kami
sendiri hina?” Rasulullah menjawab, “Seseorang mengetahui bahwa ada
sebuah perintah Allah yang wajib dia sampaikan (kepada orang banyak),
namun dia tidak menyampaikannya.” Terhadap orang seperti ini, pada hari
Kiamat kelak, Allah akan bertanya, “Apa yang telah menyebabkanmu tidak
menyampaikan hal ini dan itu?” Ia menjawab,”Rasa takut terhadap
manusia.” Allah kemudian berkata, “Kepada-Kulah engkau lebih pantas
untuk takut.” (HR Ibnu Maajah) Hadist ini menunjukkan bahwa seseorang

5
yang merasa takut kepada orang lain berarti tidak memiliki kepercayaan
diri. Seseorang yang percaya diri merupakan indikasi dari seseorang yang
memiliki jiwa yang sehat.
4. Tidak pernah merugikan hak orang lain
Rasulullah SAW bersabda, “Haram hukumnya bagi seorang mukmin
merongrong harta, kehormatan, atau jiwa muslim yang lain. Seseorang telah
dicatat melakukan suatu kejahatan jika menghina saudaranya sesama
muslim.” (HR Abu Dawud) Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah saling
mendengki, menyiarkan aib orang lain, membenci, dan saling
membelakangi (bermusuh-musuhan). Selain itu, janganlah seorang membeli
(barang) yang telah dibeli orang lain, tetapi jadilah kalian hamba Allah yang
saling bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain.
Oleh karena itu, dia tidak boleh menzaliminya, merendahkannya, maupun
menghinanya. Takwa itu berada di sini (sambil menunjuk ke dada beliau
tiga kali).
Seorang muslim sudah dipandang melakukan kejahatan jika dia mengejek
saudaranya sesama muslim. Seorang muslim diharamkan meng-ganggu
jiwa, harta, maupun kehormatan muslim yang lain.” (HR Ahmad) Hadist di
atas menerangkan bahwa seseorang yang memiliki jiwa yang sehat maka
tidak akan merugikan hak orang lain, misalnya seperti tidak mendzalimi,
tidak menghina, maupun menyakiti orang lain.
5. Memiliki rasa tanggung jawab Abdullah bin Umar berkata bahwa
Rasulullah SAW bersabda, “Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap
kalian bertanggung jawab terhadap yang dipimpinnya. Seorang penguasa
adalah pemimpin dan bertanggung jawab terhadap rakyatnya. Seorang ayah
adalah pemimpin di rumah tangganya dan bertanggung jawab terhadap yang
dipimpinnya. Seorang istri adalah pemimpin di rumah suaminya dan
bertanggung jawab terhadap yang dipimpinnya. Demikian juga, seorang
pembantu adalah pemimpin (penjaga) harta tuannya dan bertanggung jawab
terhadap yang dipimpinnya itu. Ketahuilah bahwa setiap kalian adalah

6
pemimpin dan setiap kalian bertanggung jawab terhadap yang
dipimpinnya.” (HR Bukhari)
Hadist di atas menerangkan bahwa setiap manusia memiliki tanggung
jawabnya masing-masing. Di mana manusia yang memiliki jiwa yang sehat
pasti akan bertanggung jawab terhadap apa yang menjadi tanggungannya.
Hadis-hadist yang telah dipaparkan di atas, memperlihatkan dengan jelas
bahwa Rasulullah SAW sangat memahami tabiat jiwa manusia dan
mengetahui cara-cara yang harus ditempuh oleh manusia agar memiliki
kesehatan jiwa yang baik (Riyadh, 2007).

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Jiwa


Kesehatan jiwa atau psikologis tidak hanya dipengaruhi oleh karakteristik
individu saja, tetapi juga dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi serta
lingkungan dimana orang tersebut berada. Berikut ini penjabaran dari faktor-
faktor yang berkontribusi terhadap kesehatan jiwa dan kesejahteraan menurut
WHO (2012) :
1. Karakteristik dan perilaku individu Karakteristik dan perilaku individu
berhubungan dengan kecerdasan emosional dan kecerdasan sosial yang
dimilikinya, serta dipengaruhi oleh faktor genetiknya. Kecerdasan
emosional berhubungan dengan pembawaan seseorang serta kemampuan
belajar untuk menghadapi perasaan dan pikiran serta mengelola dirinya
dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan kecerdasan sosial yaitu kapasitas
untuk menghadapi dunia sosial disekitarnya seperti mengambil bagian
dalam kegiatan sosial, bertanggung jawab atau menghormati pendapat orang
lain. Dan faktor genetik yang mempengaruhi karakteristik dan perilaku
individu yaitu bawaan 18 individu semenjak lahir, seperti kelainan
kromosom misalnya down’s syndrome, atau cacat intelektual yang
disebabkan oleh paparan saat masih di kandungan serta kekurangan oksigen
ketika dilahirkan.

7
2. Keadaan sosial dan ekonomi Kapasitas seorang individu untuk
mengembangkan resiko masalah kesehatan jiwa sangat dipengaruhi oleh
lingkungan sosial mereka sendiri, dimana lingkungan sosial tersebut
mengharuskan mereka untuk untuk terlibat secara positif dengan anggota
keluarga, teman, ataupun kolega, dan mencari nafkah untuk diri mereka dan
keluarga. Selain itu, keadaan sosial ekonomi, seperti kesempatan yang
terbatas atau hilang untuk memperoleh pendidikan dan pendapatan, serta
stres pekerjaan dan pengangguran.
3. Keadaan lingkungan Lingkungan sosial budaya dan geopolitik dimana
individu berada juga mempengaruhi diri mereka sendiri, rumah tangga, serta
status kesehatan mental dan kesejahteraannya. Keadaan lingkungan yang
dapat mempengaruhi diantaranya yaitu tingkat akses ke kebutuhan pokok
dan jasa, misalnya air, pelayanan kesehatan esensial, dan aturan hukum;
paparan yang mendominasi keyakinan sosial, budaya, sikap atau praktik;
kebijakan ekonomi yang dibentuk di tingkat nasional, misalnya sedang
berlangsungnya krisis keuanganan global. WHO juga menjelaskan bahwa
kesehatan mental dan gangguan mental umum sebagian besar dibentuk oleh
lingkungan sosial, ekomomi, dan fisik tempat individu tersebut menetap
(WHO, 2014).
Faktor-faktor di atas dapat mempengaruhi kondisi kesehatan jiwa seseorang,
sehingga dapat menjadi stresor bagi individu. Individu dengan jiwa yang
sehat mampu mengontrol dirinya untuk menghadapi stresor yang ada serta
selalu memiliki pikiran yang positif tanpa adanya tekanan fisik dan
psikologis (Nasir & Muhith, 2011).

D. Sasaran Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa


Sehat jiwa merupakan kondisi dimana antara badan, jiwa dan sosial
yang setiap memungkinkan setiap individu hidup produktif dan harmonis,
maka asuhan keperawatan harus menyeluruh dilakukan kepada seorang
individu tidak membedakan usia. asuhan keperawatan sehat jiwa dilakukan
pada semua umur mulai usia infant sampai lansia.

8
Menurut Rocmawati (2014) askep sehat jiwa dilakukan sesuai tahap
perkembangan.
1. Infant
Tahap Bayi (Basic Trust Vs Miss Trust) merupakan tahap perkembangan
bayi usia 0-18 bulan dimana pada usia ini bayi belajar terhadap kepercayaan
dan ketidakpercayaan. Masa ini merupakan krisis pertama yang dihadapi
oleh bayi.
Karakteristik Perilaku Normal :
a. Menangis ketika ditinggalkan oleh ibunya
b. Menangis saat basah, lapar, haus, dingin, panas, sakit.
c. Menolak atau menangis saat digendong oleh orang yang tidak dikenalnya
d. Segera terdiam saat digendong, dipeluk atau dibuai
e. Saat menangis mudah dibujuk untuk diam kembali
f. Menyembunyikan wajah dan tidak langsung menangis saat
g. Bertemu dengan orang yang tidak dikenalnya
h. Mendengarkan musik atau bernyanyi dengan senang
i. Menoleh mencari sumber suara saat namanya dipanggil
j. Saat diajak bermain memperlihatkan wajah senang
k. Saat diberikan mainan meraih mainan atau mendorong dan
membantingnya.
2. Usia toddler (otonomi vs rasa malu)
fase ini merupakan tahap perkembangan anak usia 1.5 – 3. Tahun dimana
pada usia ini anak akan Belajar mengerjakan segala sesuatu yang Berkaitan
dengan kebutuhannya secara mandiri (otonomi). Karakteristik Perilaku
Normal :
a. Anak mengenal namanya sendiri
b. Anak bertanya segala hal yang baru atau asing menurutnya
c. Anak melakukan kegiatanya sendiri dan tidak mau dibantu
d. Anak sering mengatakan “tidak” atau “jangan”
e. Anak mulai bergaul dengan orang lain dan mau berpisah dengan
orangtua

9
f. Anak mulai belajar untuk mengikuti kegiatan keagamaan
g. Rasa malu terjadi jika anak secara jelas menyadari dirinya sendiri karena
pemaparan negative
h. Keraguan anak akan berkembang jika orang tua secara jelas membuat
malu/ mempermalukan anak di hadapan orang lain, maka sebaiknya
orang tua dapat memberikan sikap yang arif ketika anak menjalani masa
ini
3. Pra Sekolah (inisiatif vs rasa bersalah)
fase ini merupakan tahap perkembangan anak usia 3-6 tahun dimana pada
usia ini anak akan belajar berinteraksi dengan orang lain, berfantasi dan
berinisiatif, pengenalan identitas kelamin, meniru.
Karakteristik Normal :
a. Anak suka mengkhayal dan kreatif
b. Anak punya inisiatif bermain dengan alat-alat di rumah
c. Anak suka bermain dengan teman sebaya
d. Anak mudah berpisah dengan orang tua
e. Anak mengerti mana yang benar dan yang salah
f. Anak belajar merangkai kata dan kalimat
g. Anak mengenal berbagai warna
h. Anak membantu melakukan pekerjaan rumah sederhana
i. Anak mengenal jenis kelaminnya
j. Belajar ketrampilan baru melalui permainan
4. Usia Sekolah (Produktifitas Vs Inferiority)
fase ini merupakan tahap perkembangan anak usia 6-12 th dimana pada usia
ini anak akan belajar memiliki kemampuan bekerja dan mendapat
ketrampilan dewasa, belajar menguasai dan menyelesaikan tugasnya,
produktif belajar, kenikmatan dalam berkompetisi kerja dan merasakan
bangga dalam keberhasilan melakukan sesuatu yang baik. Bisa
membedakan sesuatu yang baik/tidak dan dampak melakukan hal yang
baik/tidak.
Karakteristik Normal :

10
a. Mampu menyelesaikan tugas dari sekolah/rumah
b. Mempunyai rasa bersaing misal ingin lebih pandai dari teman, meraih
juara pertama
c. Terlibat dalam kegiatan kelompok
d. Mulai mengerti nilai mata uang dan satuannya
e. Mampu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga sederhana misal
merapikan tempat tidur, menyapu dll.
f. Memiliki hobby tertentu, misal naik sepeda, membaca buku cerita,
menggambar
g. Memliliki teman akrab untuk bermain
h. Tidak ada tanda bekas luka penganiayaan
5. Remaja (12-18 Th) Identity Vs Role Diffusion
Tahap perkembangan remaja usia 12-18 thn. Remaja harus mampu
mencapai identitas diri meliputi peran, tujuan pribadi, keunikan dan ciri
khas diri. Bila hal ini tidak tercapai : remaja mengalami kebinungan peran
yang berdampak pada rapuhnya kepribadian sehingga akan terjadi gangguan
konsep.
a. Menilai diri secara objektif, kelebihan dan kekurangan diri
b. Bergaul dengan teman
c. Memiliki teman curhat
d. Mengikuti kegiatan rutin (olah raga, seni, pramuka, pengajian, bela diri)
e. Bertanggung jawab dan mampu mengambil keputusan tanpa tergantung
pada orang tua
f. Menemukan identitas diri, memiliki tujuan dan cita-cita masa depan
g. Tidak menjadi pelaku tindak antisosial dan tindak asusila
h. Tidak menuntut orang tua secara paksa untuk memenuhi
i. keinginan yang berlebihan dan negative
j. Berperilaku santun, menghormati orang tua, guru dan bersikap baik pada
teman
k. Memiliki prestasi yang berarti dalam hidup

11
6. Usia Dewasa Awal (20-30 Tahun)
Fase ini merupakan tahap perkembangan usia 20-30 tahun dan pada usia ini
individu harus mampu berinteraksi akrab dengan oranglain (Erickson,
1963). Penekanan utama : dalam perkembangan identitas diri untuk
membuat ikatan dengan orang lain yang menghasilkan hubungan intim,
mencari pasangan, puncak intelektual dan fisik, mencari kepuasan diri
tinggi. Kegagalan dalam berhubungan akrab dan memperoleh pekerjaan
dapat menyebabkan individu menjauhi pergaulan dan merasa kesepian lalu
menyendiri.
Karakteristik Normal :
a. Menjalin interaksi yang hangat dan akrab dengan orang lain
b. Mempunyai hubungan dekat dengan orang-orang tertentu (pacar,
sahabat) Membentuk keluarga
c. Mempunyai komitmen yang jelas dalam bekerja dan berinteraksi
d. Merasa mampu mandiri karena sudah bekerja Memperlihatkan
tanggungjawab secara ekonomi, sosial dan emosional
e. Mempunyai konsep diri yang realistis
f. Menyukai diri dan mengetahui tujuan hidup
g. Berinteraksi baik dengan keluarga
h. Mampu mengatasi strss akibat perubahan dirinya
i. Menganggap kehidupan sosialnya bermakna
j. Mempunyai nilai yang menjadi pedoman hidupya
7. Dewasa (30-60 Th) (Generativity Vs Self-Absorption And Stagnation)
Memerupakan tahap perkembangan manusia usia 30 – 60 tahun dimana
pada tahap ini merupakan tahap dimana individu mampu terlibat dalam
kehidupan keluarga, masyarakat, pekerjaan, dan mampu membimbing
anaknya. Individu harus menyadari hal ini, apabila kondisi tersebut tidak
terpenuhi dapat menyebabkan ketergantungan dalam pekerjaan dan
keuangan.

12
Karakteristik Normal :
a. Menilai pencapaian hidup
b. Merasa nyaman dengan pasangan hidu
c. Menerima perubahan fisik dan psikolog
d. Membimbing dan menyiapkan generas secara arif dan bijaksana
Menyesuaikan diri dengan orang tuany lansia
e. sesuatu yang bermanfaat dan Produktif : mampu menghasilkan sesua
bagi dirinya dan orang lain, mengisi waktu hal yang positif dan
bermanfaat
f. latian dan peduli dengan orang la kebutuhan orang lain. Mengembangkan
minat dan hobi.
8. Lansia (Integritas Vs Putus Asa)
Perkembangan psikososial lanjut usia adalah tercapainya integritas diri yang
utuh. Pemahaman terhadap makna hidup secara keseluruhan membuat lansia
berusaha menuntun generasi berikutnya (anak dan cucunya) berdasarkan
sudut pandangnya Lansia yang tidak mencapai integritas diri akan merasa
putus asa dan menyesali masa lalunya karena tidak merasakan hidupnya
bermakna.
Karakteristik Normal :
a. Mempunyai harga diri tinggi
b. Menilai kehidupannya berarti
c. Menerima nilai dan keunikan orang lain
d. Menerima dan menyesuaikan kematian pasangan
e. Menyiapkan diri menerima datangnya kematian
f. Melaksanakan kegiatan agama secara rutin
g. Merasa dicintai dan berarti dalam keluarga
h. Berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan kelompok masyarakat
i. Menyiapkan diri ditinggalkan anak yang telah mandiri

13
E. Diagnosa Keperawatan Sehat Jiwa Berdasarakan Usia
1. Anak Usia Perkembangan Psikososial Infant (0 -18 ) Bulan: Rasa Percaya
Vs Tidak Percaya
Perkembangan psikososial anak usia infant adalah proses perkembangan
bayi (0–18 ) bulan, ditandai dengan pemupukan rasa percaya pada orang lain
yang diawali dengan kepercayaan terhadap orangtua (pengasuh), khususnya
ibu. Rasa aman secara fisik dan psikologis berperan penting dalam
pembentukan rasa percaya bayi.
a. Diagnosa Keperawatan
Potensial mengembangkan rasa percaya
b. Intervensi Keperawatan
Tujuan
Untuk bayi :
1) Merasa aman dan nyaman
2) Dapat mengembangkan rasa percaya
Untuk keluarga
1) Menjelaskan perilaku yang menggambarkan bayi yang normal dan
menyimpang.
2) Menjelaskan cara menstimulasi perkembangan rasa percaya
anaknya.
3) Mendemonstrasikan dan melatih cara memfasilitasi perkembangan
rasa percaya.
4) Merencanakan tindakan untuk menstimulasi perkembangan rasa
percaya anaknya.
Tindakan Keperawatan
Untuk perkembangan psikososial bayi :
1) Panggil bayi sesuai namanya.
2) Gendong dan memeluk saat bayi menangis.
3) Pada saat bayi menangis segera cari kebutuhan dasar yang terganggu
(lapar, haus, basah dan sakit).
4) Memenuhi kebutuhan rasa aman dan nyaman bayi.

14
5) Ajak bayi bermain.
Untuk keluarga
1) Informasikan pada keluarga perilaku bayi yang menggambarkan bayi
normal dan menyimpang, karakteristik perilaku bayi normal:
a) Tersenyum atau tertawa senang ketika ibunya datang
menghampiri.
b) Menangis ketika ditinggalkan oleh ibunya.
c) Menangis saat merasa tidak nyaman ( basah, lapar, haus, sakit dan
gerah).
d) Memperhatikan/memandang wajah ibu/orang yang mengajak
bicara.
e) Mencari suara ibu/orang lain yang memanggilnya.
f) Memeluk tubuh ibu/orang lain saat digendong.
g) Menangis saat digendong orang yang tidak dikenalnya.
h) Menolak saat akan digendong orang yang tidak dikenalnya.
2) Informasikan cara menstimulasi perkembangan rasa percaya anak
dengan cara menjaga kenyamanan dan keamanan/keselamatan
bayi.
3) Mendemonstrasikan dan melatih keluarga cara menstimulasi
perkembangan.
4) Memberi kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara
menjaga kenyamanan, keamanan dan keselamatan bayi.

2. Anak Usia Perkembangan Psikososial Toddler (18 – 36) Bulan :


Kemandirian Vs Ragu-Ragu/Malu
Perkembangan psikososial pada usia kanak-kanak usia 18 bulan – 3
tahun, adalah proses perkembangan kemampuan anak untuk
mengembangkan kemandirian dengan cara memberi kebebasan dan
membiarkan anak untuk mempelajari dunianya. Bila anak tidak difasilitasi
untuk kebutuhanya, seperti terlalu dilindungi atau dikendalikan, maka anak
anak akan merasa ragu-ragu, takut, tidak berani dan malu untuk melakukan

15
aktifitasnya sehingga anak akan bergantung pada orang lain. Sebab itu
penting bagi orangtua atau pengasuh untuk memahami dan memiliki
kemampuan dalam menstimulasi anak untuk mencapai tugas
perkembangannya yaitu kemandirian.
a. Diagnosa Keperawatan
Potensial mengembangkan kemandirian
b. Batasan Karakteristik
1) Bergaul dan mandiri :
a) Mengenal dan mengakui Namanya
b) Sering menggunakan kata “jangan/tidak/nggak”
c) Banyak bertanya tentang hal/benda yang asing baginya (api, air,
ketinggian, warna dan bentuk benda)
d) Mulai melakukan kegiatan sendiri dan tidak mau diperintah
misalnya minum sendiri, makan sendiri, berpakaian sendiri.
e) Bertindak semaunya sendiri dan tidak mau diperintah
f) Mulai bergaul dengan orang lain tanpa diperintah
g) Mulai bermain dan berkomunikasi dengan anak lain diluar
keluarganya.
h) Hanya sebentar mau berpisah dengan orangtua.
i) Menunjukkan rasa suka dan tidak suka.
j) Mengikuti kegiatan keagamaan yang dilakukan keluarga
k) Mampu menyatakan akan buar air besar dan buang air kecil
2) Motorik kasar
Berdiri dengan satu kaki tanpa berpegangan selama paling sedikit 2
hitungan.
3) Motorik halus
Mampu membuat garis lurus.
4) Berbicara, berbahasa dan kecerdasan :
Mampu menyatakan keinginan paling sedikit dengan 2 kata.

16
c. Intervensi Keperawatan
Tujuan :
Untuk anak
1) Mengembangkan rasa kemandirian dalam melakukan kegiatan sehari -
hari.
2) Bekerjasama dan memperlihatkan kelebihan diri diantara orang lain.
Tindakan keperawatan bagi kanak-kanak
1) Latih anak-anak melakukan kegiatan secara mandiri.
2) Puji keberhasilan yang dicapai anak
3) Tidak menggunakan kata yang memerintah tetapi memberikan
alternatif untuk memilih.
4) Hindari suasana yang membuatnya bersikap negatif (memisahkan
dengan orangtuanya, mengambil mainannya, memerintah untuk
melakukan sesuatu)
5) Tidak menakut-nakuti dengan kata-kata maupun perbuatan.
6) Berikanan mainan sesuai usianya (boneka, mobil-mobilan, balon,
bola, kertas gambar dan pensil warna )
7) Saat anak mengamuk (temper tantrum) pastikan ia aman dari bahaya
cedera kemudian tinggalkan, awasi dari jauh.
8) Beritahu tindakan-tindakan yang boleh dan tidak boleh dilakukan,
yang baik dan yang buruk dengan kalimat positip.
Contoh :
a) Mau tidak permen Ita diambil orang? Kalau begitu Ita juga tidak
boleh mengambil permen Anto.
b) Supaya cantik bila akan pergi Ita harus memakai baju yang rapi.
c) Libatkan anak dalam kegiatan-kegiatan keagamaan
Tujuan :
Untuk keluarga

17
1) Menjelaskan perilaku yang menggambarkan perkembangan
psikososial
2) Menjelaskan cara menstimulasi perkembangan anaknya
(kemandirian)
3) Mendemonstrasikan dan melatih cara memfasilitasi perkembangan
kemandirian anak
4) Merencanakan tindakan untuk menstimulasi perkembangan
kemandirian

Tindakan keperawatan untuk keluarga


Informasikan pada keluarga cara yang dapat dilakukan untuk :
1) memfasilitasi perkembangan psikososial anaknya.
a) Berikan aktivitas bermain yang menggali rasa ingin tahu anak
seperti bermain tanah, pasir, lilin, membuat mainan kertas,
mencampur warna, menggunakana cat air, melihat barang,
binatang, tanaman, orang yang menarik perhatiannya dengan
tetap menjaga keamanannya.
b) Berikan kebebasan pada anak untuk melakukan sesuatu yang
diinginkan tetapi tetap memberi batasan. Misalnya
membolehkan anak memanjat dengan syarat ada yang
mendampingi/mengawasi atau mengajarkan cara agar tidak
jatuh.
2) Menstimulasi /latihan perkembangannya :
a) Melatih anak melompat ke depan dengan kedua kaki diangkat
bersamaan.
b) Mengajak anak bermain menumpuk dan menyusun balok
/kubus/ kotak menjadi “menara”, “jembatan” dan lain-lain.
c) Melatih anak memilih dan mengelompokkan benda menurut
jenisnya. (kancing, kelereng, uang logam dan lain-lain)
d) Melatih anak menghitung jumlah benda

18
e) Melatih anak mencocokan gambar dengan benda sesungguhnya,
bicaralah tentang sifatnya, bentuk , warna dan sebagainya.
f) Melatih anak menyebut Namanya
g) Melatih anak menyebut nama benda dan mengenal sifatnya.
h) Melatih mencuci tangan/kaki dan mengeringkannya sendiri.
Memberi kesempatan kepada anak, untuk memilih baju yang
akan dipakai

3. Anak Usia Perkembangan Psikososial Pra Sekolah (3 - 6) Tahun : Inisiatif


Vs Rasa Bersalah
Tahap ini Adalah tahap perkembangan anak usia 3-6 th dimana pada
usia ini anak akan belajar berinteraksi dengan orang lain, berfantasi dan
berinisiatif, pengenalan identitas kelamin, meniru
a. Batasan karakteristik:
1) Anak suka mengkhayal dan kreatif
2) Anak punya inisiatif bermain dengan alat-alat dirumah
3) Anak suka bermain dengan teman sebaya
4) Anak mudah berpisah dengan orang tua
5) Anak mengerti mana yang benar dan yang salah
6) Anak belajar merangkai kata dan kalimat
7) Anak mengenal berbagai warna
8) Anak membantu melakukan pekerjaan rumah sederhana
9) Anak mengenal jenis kelaminnya
10) Belajar ketrampilan baru melalui permainan
b. Diagnosa keperawatan:
Potensial mengembangkan rasa inisiatif
c. Rencana Tindakan Keperawatan Pasie
Tujuan
1) Mempertahankan pemenuhan kebutuhan fisik yang optimal
2) Mengembangkan ketrampilan motorik kasar dan halus
3) Mengembangkan ketrampilan berbahasa

19
4) Mengembangkan ketrampilan adaptasi psikososial
5) Pembentukan indentitas dan peran sesuai jenis kelamin
6) Mengembangkan kecerdasan
7) Mengembangkan nilai-nilai moral
8) Meningkatkan peran serta keluarga dalam meningkatkan pertumbuhan
dan perkembangan

Tindakan keperawatan
1) Pemenuhan kebutuhan fisik yang optimal
2) Kaji pemenuhan kebutuhan fisik anak
3) Anjurkan pemberian makanan dengan gizi yang seimbang
4) Kaji pemberian vitamin dan imunisasi ulangan (booster)
5) Ajarkan kebersihan diri
a. Mengembangkan ketrampilan motorik kasar dan halus
1) Kaji kemampuan motorik kasar dan halus anak
2) Fasilitasi anak untuk bermain yang menggunakan motorik kasar
(kejar-kejaran, papan seluncur, sepeda, sepak bola, tangkap bola dll)
3) Fasilitasi anak untuk kegiatan dengan menggunakan motorik halus
(belajar menggambar, menulis, mewarna, menyusun balok dll)
4) Menciptakan lingkungan aman dan nyaman bagi anak untuk bermain
di rumah
b. Mengembangkan ketrampilan Bahasa
1) Kaji ketrampilan bahasa yang dikuasai anak
2) Berikan kesempatan anak bertanya dan bercerita
3) Sering mengajak komunikasi
4) Ajari anak belajar membaca
5) Belajar bernyanyi
c. Mengembangkan ketrampilan adaptasi psikososial
1) Kaji ketrampilan adaptasi psikososial anak
2) Berikan kesempatan anak bermain dengan teman sebaya
3) Berikan dorongan dan kesempatan ikut perlombaan

20
4) Latih anak berhubungan dengan orang lain yang lebih dewasa
d. Membentuk indentitas dan peran sesuai jenis kelamin
1) Kaji identitas dan peran sesuai jenis kelamin
2) Ajari mengenal bagian-bagian tubuh
3) Ajari mengenal jenis kelamin sendiri dan membedakan dengan jenis
kelamin anak lain
4) Berikan pakaian dan mainan sesuai jenis kelamin
e. Mengembangkan kecerdasan
1) Kaji perkembangan kecerdasan anak
2) Bimbing anak dengan imajinasinya untuk menggali kreatifitas,
bercerita
3) Bimbing anak belajar ketrampilan baru
4) Berikan kesempatan dan bimbing anak membantu melakukan
pekerjaan rumah sederhana
5) Ajari pengenalan benda, warna, huruf, angka
6) Latih membaca, menggambar dan berhitung
f. Mengembangkan nilai moral
1) Kaji nilai-nilai moral yang sudah diajarkan pada anak
2) Ajarkan dan latih menerapkan nilai agama dan budaya yang positif
3) Kenalkan anak terhadap nilai-nilai mana yang baik dan tidak
4) Berikan pujian atas nilai-nilai positif yang dilakukan anak
5) Latih kedisplinan
g. Meningkatkan peran serta keluarga dalam meningkatkan pertumbuhan
dan perkembangan
1) Tanyakan kondisi pertumbuhan dan perkembangan anak
2) Tanyakan upaya yang sudah dilakukan keluarga terhadap anak
3) Berikan reinforcement atas upaya positif yang sudah dilakukan
keluarga
4) Anjurkan keluarga untuk tetap rutin membawa anaknya ke fasilitas
kesehatan (posyandu, puskesmas dll)
5) Anjurkan pada keluarga untuk memberikan makan bergizi seimbang

21
6) Berikan pendidikan kesehatan tentang tugas perkembangan normal
pada usia pra sekolah
7) Berikan informasi cara menstimulasi perkembangan pada usia pra
sekolah
4. Anak Usia Perkembangan Psikososial Sekolah (7 - 12) Tahun : Industri Vs
Inferiority
Merupakan tahap perkembangan anak usia 7-12 th dimana pada
usia ini anak akan belajar memiliki kemampuan bekerja dan mendapat
ketrampilan dewasa, belajar menguasai dan menyelesaikan tugasnya,
produktif belajar, kenikmatan dalam berkompetisi kerja dan merasakan
bangga dalam keberhasilan melakukan sesuatu yang baik. Bisa
membedakan sesuatu yang baik/tidak dan dampak melakukan hal yang
baik/tidak.
a. Batasan Karakteristik:
1) Mampu menyelesaikan tugas dari sekolah/rumah
2) Mempunyai rasa bersaing misal ingin lebih pandai dari teman, meraih
juara pertama
3) Terlibat dalam kegiatan kelompok
4) Mulai mengerti nilai mata uang dan satuannya
5) Mampu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga sederhana misal
merapikan tempat tidur,menyapu dll
6) Memiliki hobby tertentu, misal naik sepeda, membaca buku cerita,
menggambar
7) Memliliki teman akrab untuk bermain
8) Tidak ada tanda bekas luka penganiayaan
b. Diagnosa Keperawatan:
Kepuasan terhadap keberhasilan yang dicapai
c. Rencana tindakan keperawatan pasien
Tujuan
1) Mempertahankan pemenuhan kebutuhan fisik yang optimal
2) Mengembangkan ketrampilan motorik kasar dan halus

22
3) Mengembangkan ketrampilan adaptasi psikososial
4) Mengembangkan kecerdasan
5) Mengembangkan nilai-nilai moral
6) Meningkatkan peran serta keluarga dalam meningkatkan pertumbuhan
dan perkembangan
Tindakan keperawatan :
1) Mempertahankan pemenuhan kebutuhan fisik yang optimal
2) Kaji pemenuhan kebutuhan fisik anak
3) Anjurkan pemberian makanan dengan gizi yang seimbang
4) kolaborasi pemberihan vitamin dan vaksinasi ulang (booster)
5) Ajarkan kebersihan diri
6) Mengembangkan ketrampilan motorik kasar dan halus
7) Kaji ketrampilan motorik kasar dan halus anak
8) Fasilitasi anak untuk bermain yang menggunakan motorik kasar
(kejar-kejaran, papan seluncur, sepeda, sepak bola, tangkap bola,
lompat tali)
9) Fasilitasi anak untuk kegiatan dengan menggunakan motorik halus
(belajar menggambar/melukis, menulis, mewarna, membuat kerajinan
tangan seperti vas, kotak pensil, lampion dsb).
10) Menciptakan lingkungan aman dan nyaman bagi anak untuk
bermain
d. Mengembangkan ketrampilan adaptasi psikososial
1) Kaji ketrampilan adaptasi psikososial anak
2) Sediakan waktu bagi anak untuk bermain keluar rumah bersama
teman kelompoknya
3) Berikan dorongan dan kesempatan ikut berbagai perlombaan
4) Berikan hadiah atas prestasi yang diraih
5) Latih anak berhubungan dengan orang lain yang lebih dewasa
e. Mengembangkan kecerdasan
1) Kaji perkembangan kecerdasan anak
2) Mendiskusikan kelebihan dan kemampuannya

23
3) Memberikan pendidikan dan ketrampilan yang baik bagi anak
4) Memberikan bahan bacaan dan pemainan yang meningkatkan
kreatifitas
5) Bimbing anak belajar ketrampilan baru
6) Libatkan anak melakukan pekerjaan rumah sederhana misalnya
masak, membersihkan mobil, menyirami tanaman, menyapu
7) Latih membaca, menggambar dan berhitung
8) Asah dan kembangkan hobby yang dimiliki anak
f. Mengembangkan nilai-nilai moral
1) Kaji nilai-nilai moral yang sudah diajarkan pada anak
2) Ajarkan dan latih menerapkan nilai agama dan budaya yang positif
3) Ajarkan hubungan sebab akibat suatu tindakan
4) Bimbing anak saat menonton TV dan membaca buku cerita
5) Berikan pujian atas nilai-nilai positif yang dilakukan anak
6) Latih kedisplinan
g. Meningkatkan peran serta keluarga dalam meningkatkan pertumbuhan
dan perkembangan
1) Tanyakan kondisi pertumbuhan dan perkembangan anak
2) Tanyakan upaya yang sudah dilakukan keluarga terhadap anak
3) Berikan reinforcement atas upaya positif yang sudah dilakukan
keluarga
4) Anjurkan pada keluarga untuk memberikan makan bergizi seimbang
5) Berikan pendidikan kesehatan tentang tugas perkembangan normal
pada usia sekolah
6) Berikan informasi cara menstimulasi perkembangan pada usia sekolah

5. Usia Perkembangan Psikososial Remaja (12 – 18) Tahun : Identity Vs


Role Diffusion
Merupakan tahap perkembangan remaja usia 12-18 thn dimana pada
saat ini remaja harus mampu mencapai identitas diri meliputi “peran, tujuan
pribadi, keunikan dan ciri khas diri”. Bila hal ini tidak tercapai maka remaja

24
akan mengalami kebingungan peran yang berdampak pada rapuhnya
kepribadian sehingga akan terjadi “gangguan konsep diri”.
a. Karakteristik Perilaku
Karakteristik Normal
1) Menilai diri secara objektif, kelebihan dan kekurangan diri
2) Bergaul dengan teman
3) Memiliki teman curhat
4) Mengikuti kegiatan rutin (olah raga, seni, pramuka, pengajian, bela
diri)
5) Bertanggung jawab dan mampu mengambil keputusan tanpa
tergantung pada orang tua
6) Menemukan identitas diri, memiliki tujuan dan cita-cita masa depan
7) Tidak menjadi pelaku tindak antisosial dan tindak asusila
8) Tidak menuntut orang tua secara paksa untuk memenuhi keinginan
yang berlebihan dan negatif
9) Berperilaku santun, menghormati orang tua, guru dan bersikap baik
pada teman
10) Memiliki prestasi yang berarti dalam hidup
b. Karakteristik penyimpangan perkembangan
1) Tidak menemukan ciri khas (kelebihan dan kekurangan diri)
2) Merasa bingung, bimbang
3) Tidak memiliki rencana masa depan
4) Tidak mampu berinteraksi secara baik dengan lingkungan, perilaku
antisosial
5) Tidak menyukai dirinya sendiri, tidak mandiri
6) Kesulitan mengambil keputusan
7) Tidak mempunyai minat terhadap kegiatan yang positif
8) Menyendiri, tidak suka bergaul dengan teman
c. Diagnosa Keperawatan :
1) Potensial pembentukan identitas diri
2) Resiko tidak efektifnya penampilan peran

25
3) Potensial berhubungan akrab dengan orang lain
4) Resiko isolasi sosial
d. Intervensi Keperawatan
Perkembangan Normal
1) Intervensi generalis :
a) Memfasilitasi remaja untuk mengikuti kegiatan yang positif dan
bermanfaat.
b) Tidak membatasi atau terlalu mengekang remaja melainkan
membimbingnya.
c) Menciptakan suasana rumah yang nyaman untuk pengembangan
bakat dan kepribadian diri.
d) Menyediakan waktu untuk diskusi, mendengarkan keluhan,
harapan dan cita-cita remaja.
e) Tidak menganggap remaja sebagai junior yang tidak memiliki
kemampuan apapun.
2) Intervensi spesialis
a) Terapi kelompok terapeutik : remaja.
e. Intervensi Penyimpangan Perkembangan
1) Intervensi generalis
a) Memfasilitasi remaja untuk mengikuti kegiatan yang positif (olah
raga, seni, bela diri, pramuka, pengajian,dll).
b) Berperan sebagai teman curhat atau mendorong remaja untuk bergaul
dengan teman / orang lain.
c) Berikan lingkungan yang nyaman bagi remaja untuk melakukan
aktifitas bersama kelompoknya.
d) Membimbing remaja secara bijak bila remaja terlibat kriminal
narkoba, perkelahian dan tindak asusila.
e) Sediakan waktu dan sesering mungkin diskusi dengan remaja
2) Terapi spesialis :
a) Terapi stimulasi perkembangan remaja.
b) Triangel terapi

26
6. Usia Perkembangan Psikososial Dewasa Awal (18 - 30) Tahun : Produktif
Vs Ketegangan Peran
Merupakan tahap perkembangan manusia yang berada pada 18 -30
tahun dan pada usia ini individu harus mampu berinteraksi akrab dengan
orang lain (Erickson, 1963). Pada masa ini penekanan utama dalam
perkembangan identitas diri untuk membuat ikatan dengan orang lain yang
menghasilkan hubungan intim. Orang dewasa mengembangkan pertemanan
abadi dan mencari pasangan atau menikah dan terikat dalam tugas awal
sebuah keluarga.
Levinson (1978) mengatakan bahwa pada masa ini seseorang berada
pada puncak intelektual dan fisik. Selama periode ini kebutuhan untuk
mencari kepuasan diri tinggi. Selain itu masa dewasa awal seseorang
berpindah melalui tahap dewasa baru, dari asumsi peran yunior pada
pekerjaan, memulai perkawinan dan peran orang tua dan memulai pelayanan
pada komunitas ke suatu tempat yang lebih senior di rumah, pekerjaan dan
di komunitas. Kegagalan dalam berhubungan akrab dan memperoleh
pekerjaan dapat menyebabkan individu menjauhi pergaulan dan merasa
kesepian lalu menyendiri.
a. Karakteristik Perilaku
1) Karakteristik Prilaku Normal
a) Menjalin interaksi yang hangat dan akrab dengan orang lain
b) Mempunyai hubungan dekat dengan orang-orang tertentu (pacar,
sahabat)
c) Membentuk keluarga
d) Mempunyai komitmen yang jelas dalam bekerja dan berinteraksi
e) Merasa mampu mandiri karena sudah bekerja
f) Memperlihatkan tanggungjawab secara ekonomi, sosial dan
emosional
g) Mempunyai konsep diri yang realistis
h) Menyukai diri dan mengetahui tujuan hidup

27
i) Berinteraksi baik dengan keluarga
j) Mampu mengatasi stress akibat perubahan dirinya
k) Menganggap kehidupan sosialnya bermakna.
l) Mempunyai nilai yang menjadi pedoman hidupnya.
2) Karakteristik penyimpangan perkembangan
a) Tidak mempunyai hubungan akrab
b) Tidak mandiri dan tidak mempunyai komitmen hidup
c) Konsep diri tidak realistis
d) Tidak menyukai diri sendiri
e) Tidak mengetahui arah hidup
f) Tidak mampu mengatasi stress
g) Hubungan dengan orang tua tidak harmonis
h) Bertindak semaunya sendiri dan tidak bertanggung jawab
i) Tidak memiliki nilai dan pedoman hidup yang jelas, mudah
terpengaruh
j) Menjadi pelaku tindak antisosial (kriminal, narkoba, tindak asusila)
b. Diagnosa Keperawatan Dan Intervensi Keperawatan Generalis
1) Meningkatkan pemisahan dari autokratis keluarga
Intervensi:
a) Perkuat kebebasan yang sesuai
b) Gali tindakan alternatif untuk membantu dalam membuat
keputusan
c) Dorong komunikasi dengan keluarga
2) Memulai identitas orang dewasa
Intervensi:
a) Hargai tindakan bebas
b) Perkuat keputusan yang sesua
3) Menjalankan peran kepemimpinan dalam komunitas
Intervensi:
a) Perkuat kesenangan dalam aktivitas komunitas
b) Gali cara untuk berpartisipasi dalam aktivitas komunitas

28
c) Dorong perkembangan keterampilan kepemimpinan
4) Memulai keseimbangan tanggungjawab pribadi dan pekerjaan
Intervensi:
a) Perkuat kebutuhan untuk menyeimbangkan tanggungjawab pribadi
dan pekerjaan
b) Bantu menentukan kesenangan dan menyediakan sumberdaya
untuk mengembangkan kesenangan ini
5) Mengembangkan hubungan dalam pekerjaan
Intervensi:
a) Perkuat kebutuhan untuk jaringan kerja
b) Gali alternatif kerier dan cara untuk kemajuan
c) Gali pilihan untuk peningkatan tanggungjawab dan cara untuk
mengatasi peningkatan tanggung jawab
6) Meningkatkan kemampuan meyelesaikan masalah
Intervensi:
a) Bantu dalam aktivitas penyelesaian masalah dengan
mengeksplorasika alternatif
b) Bantu dalam mengklarifikasi tujuan
c) Berikan informasi tentang sumber untuk perkembangan
keterampilan atau pencapaian tujuan
7) Menetapkan perilaku peran perkawinan
Intervensi:
a) Perkuat diskusi tentang pandangan dengan pasangan atau calon
pasangan
b) Berikan informasi tentang pandangan atau opini alternatif
8) Memulai penerimaan peran ganda menjadi orangtua
Intervensi:
a) Gali perasaan
b) Gali nilai dan alternatif mengenai orangtua
c) Perkuat prilaku pencarian informasi
d) Berikan informasi tentang prilaku orangtua atau kelas orangtua

29
9) Mengevaluasi ulang dan mengembangkan keterampilan menjadi
orangtua yang konsisten dengan kebutuhan pertumbuhan anak
Intervensi:
a) Hargai pengakuan adanya perbedaan
b) Berikan informasi tentang perkembangan kebutuhan anak
c) Sarankan keterampilan alternatif sebagai orangtua
10) Menyesuaikan perubahan karier
Intervensi:
a) Gali perasaan tentnag perubahan karier
b) Sarankan cara untuk mengurangi stress selama perubahan karier
c) Sarankan strategi untuk memudahkan adaptasi dengan perubahan
karier atau menguatkan strategi yang telah digunakan gali dampak
perubahan pada diri/ atau keluarga
11) Menyesuaikan relokasi
Intervensi:
a) Gali dampak perubahan pada diri dan/atau keluarga
b) Berikan informasi tentang sumber lokal
c) Perkuat aktivitas pencapaian tujuan
12) Menyeimbangkan peran ganda
Intervensi:
a) Gali perasaan tentang peran ganda
b) Bantu dalam memprioritaskan aktivitas
c) Diskusikan aktivitas yang bisa dikurangi atau diterima oleh orang
lain
13) Mengembangkan tujuan jangka panjang untuk keamanan keluarga
Intervensi:
a) Gali tujuan yang realistis dengan klien
b) Bantu dalam memprioritaskan tujuan yang sesuai
c) Diskusikan strategi untuk mencapai tujuan

30
c. Intervensi keperawatan dan penyimpangan perkembangan
1) Intervensi generalis
a) Membangun hubungan sosial yang harmonis dengan individu
b) Melakukan kegiatan secara bersama-sama
c) Tidak melontarkan kalimat negatif melainkan tetap memberikan
semangat
d) Memotivasi individu untuk berinteraksi dengan oranglain
e) Membantu individu menemukan nilai dan pedoman hidup yang
jelas
f) Membimbing individu bila terlibat perilaku antisosial (kriminal,
narkoba, tindak asusila) dan tidak menguculkan/menjauhinya.
2) Intervensi spesialis
Terapi stimulasi perkembangan psikososial dewasa (20-30 tahun)

7. Uisa Perkembangan Psikososial Dewasa Tengah (30 – 60) Tahun :


Generativity Vs Self-Absorption And Stagnation
Adalah tahap perkembangan manusia usia 30 – 60 tahun dimana
pada tahap ini merupakan tahap dimana individu mampu terlibat dalam
kehidupan keluarga, masyarakat, pekerjaan, dan mampu “membimbing
anaknya”. Individu harus menyadari hal ini, apabila kondisi tersebut tidak
terpenuhi dapat menyebabkan “ketergantungan dalam pekerjaan dan
keuangan”.
a. karakteristik perilaku
1) Karakteristik Normal
a) Menilai pencapaian hidup
b) Merasa nyaman dengan pasangan hidup
c) Menerima perubahan fisik dan psikologis yang terjadi
d) Membimbing dan menyiapkan generasi di bawah usianya secara
arif dan bijaksana
e) Menyesuaikan diri dengan orang tuanya yang sudah lansia

31
f) Kreatif : mempunyai inisiatif dan ide-ide melakukan sesuatu yang
bermanfaat
g) Produktif : mampu menghasilkan sesuatu yang berarti bagi dirinya
dan orang lain, mengisi waktu luang dengan hal yang positif dan
bermanfaat
h) Perhatian dan peduli dengan orang lain : memperhatikan kebutuhan
orang lain.
i) Mengembangkan minat dan hobi.
2) Karakteristik Penyimpangan Perkembangan
a) Tidak kreatif : kurang memiliki keinginan untuk melakukan sesuatu
yang bermanfaat
b) Bertindak sesuka hati, tidak peduli dengan orang lain
c) Tidak mempunyai hubungan akrab, kurang berminat bekerja dan
berkeluarga
d) Tidak mempunyai komitmen pribadi yang jelas
e) Tidak memiliki pekerjaan dan profesi yang tetap sehingga tidak
dapat mandiri secara keuangan dan sosial
f) Berperilaku antisosial (kriminal, tindak asusila, narkoba)
g) Tidak bertanggung jawab terhadap keluarga
3) Diagnosa keperawatan : terhambat
4) Intervensi keperawatan
a) Intervensi Perkembangan Normal
Intervensi Generalis :
(1)Menjelaskan perkembangan usia dewasa yang normal dan
perkembangan yang menyimpang
(2)Menerima proses penuaan dan perubahan peran dalam keluarga
(3)Berinteraksi dengan baik dengan pasangan dan menikmati
kebersamaan dengan keluarga
(4)Memperluas dan memperbaharui minat/kesenangan
(5)Memanfaatkan kemandirian dan kemampuan/potensi diri secara
positif

32
b) Intervensi Penyimpangan Perkembangan
Intervensi Generalis :
(1)Menganjurkan individu membuka diri, menjalin hubungan
dengan orang lain
(2)Membantu menemukan pedoman dan nilai-nilai kehidupan serta
konsep diri yang jelas
(3)Tetap menjalin hubungan baik dengan individu yang bermasalah
(kriminal, tindak asusila, narkoba) sambil terus membimbingnya
(4)Memfasilitasi individu untuk mengikuti kegiatan sosial di
masyarakat
(5)Menganjurkan individu mengembangkan minat, bakat dan
kemampuan yang dimilikinya
Intervensi Spesialis :
(1)Terapi stimulasi perkembangan psikososial usia 30 – 60 tahun.
(2)TKT Dewasa tengah

8. Usia perkembangan psikososial lansia ( > 60) tahun : integritas vs putus asa
a. Pengertian
Perkembangan psikososial lanjut usia adalah tercapainya
integritas diri yang utuh. pemahaman terhadap makna hidup secara
keseluruhan membuat lansia berusaha menuntun generasi berikutnya
(anak dan cucunya) berdasarkan sudut pandangnya. Lansia yang tidak
mencapai integritas diri akan merasa putus asa dan menyesali masa
lalunya karena tidak merasakan hidupnya bermakna.

33
b. Karakteristik perilaku
Karakteristik Perkembangan Lansia

Tugas Perkembangan Perilaku Lansia

Perkembangan yang  Mempunyai harga diri tinggi


normal :  Menilai kehidupannya berarti
Integritas diri / keutuhan  Menerima nilai dan keunikan orang lain
konsep diri  Menerima dan menyesuaikan kematian pasangan
 Menyiapkan diri menerima datangnya kematian
 Melaksanakan kegiatan agama secara rutin
 Merasa dicintai dan berarti dalam keluarga
 Berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan
kelompok masyarakat
 Menyiapkan diri ditinggalkan anak yang telah
mandiri

c. Diagnosa Keperawatan
Potensial berkembangnya integritas diri
d. Tindakan Keperawatan
Lansia
1) Tujuan
a) Lansia dapat menyebutkan karakteristik perkembangan psikososial
yang normal (merasa disayangi dan dibutuhkan keluarganya dan
mampu mengikuti kegiatan social dan keagamaan di
lingkungannya.
b) Lansia dapat menjelaskan cara mencapai perkembangan psikososial
yang normal dan merasa hidupnya bermakna.
c) Lansia melakukan tindakan untuk mencapai perkembangan
psikososial yang normal.

34
2) Tindakan Keperawatan
Tindakan Keperawatan bagi Perkembangan Psikososial Lansia
Tugas Perkembangan Tindakan Keperawatan
Perkembangan yang a. Jelaskan ciri perilaku perkembangan lansia
normal : yang normal dan menyimpang (lihat tabel
Integritas diri / keutuhan sebelumnya)
konsep diri b. Mendiskusikan cara yang dapat dilakukan
oleh lansia untuk mencapai integritas diri
yang utuh :
 Mendiskusikan makna hidup lansia
selama ini
 Melakukan life review (menceritakan
kembali masa lalunya, terutama
keberhasilannya)
 Mendiskusikan keberhasilan yang telah
dicapai lansia
 Mengikuti kegiatan sosial di
lingkungannya
 Melakukan kegiatan kelompok
c. Membimbing lansia membuat rencana
kegiatan untuk mencapai integritas diri yang
utuh.
d. Memotivasi lansia untuk menjalankan
rencana yang telah dibuatnya
Keluarga
1) Tujuan
a) Keluarga dapat menjelaskan perilaku lansia yang menggambarkan
perkembangan psikososial yang normal dan menyimpang
b) Keluarga dapat menjelaskan cara memfasilitasi perkembangan
lansia

35
c) Keluarga melakukan tindakan untuk memfasilitasi perkembangan
lansia
d) Keluarga merencanakan stimulasi untuk mengembangkan
kemampuan psikososial lansia
2) Tindakan Keperawatan
Tindakan Keperawatan Untuk Keluarga
Tugas Perkembangan Tindakan Keperawatan
Perkembangan yang a. Menjelaskan perkembangan psikososial
normal : yang normal dan menyimpang pada
Integritas diri / keutuhan keluarga
konsep diri b. Mendiskusikan cara memfasilitasi
perkembangan lansia yang normal dengan
keluarga
 Bersama lansia mendiskusikan makna
hidupnya selama ini
 Mendiskusikan keberhasilan yang telah
dicapai lansia
 Mendorong lansia untuk mengikuti
kegiatan sosial (arisan, menengok yang
sakit, dll) di lingkungannya
 Mendorong lansia untuk melakukan
kegiatan ....
 Mendorong lansia untuk melakukan life
review (menceritakan kembali masa
lalunya terutama keberhasilannya)
c. Melatih keluarga untuk memfasilitasi
perkembangan psikososial lansia
d. Membuat stimulasi perkembangan
psikososial lansia

36
e. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1) Kesiapan peningkatan perkembangan infant
2) Kesiapan peningkatan perkembangan Toddler
3) Kesiapan peningkatan perkembangan pre school
4) Kesiapan peningkatan perkembangan usia sekolah
5) Kesiapan peningkatan perkembangan remaja
6) Kesiapan peningkatan perkembangan dewasa awal
7) Kesiapan peningkatan perkembangan dewasa
8) Kesiapan peningkatan perkembangan Lansia
9) Kesiapan Peningkatan Perawatan diri
10) Kesiapan Peningkatan pengetahuan
11) Kurang Perawatan Diri

37
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesehatan jiwa keadaan sejahtera badan jiwa dan sosial yang
menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis, Karakteristik jiwa yang sehat diantaranya menerima dirinya
apa adanya, memiliki hubungan yang baik dengan orang lain, mampu
menjalani kehidupannya secara terarah. Faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap kesehatan jiwa antara lain karakteristik dan
perilaku individu, keadaan sosial dan ekonomi, keadaan lingkungan.
Sasaran asuhan keperawatan sehat jiwa dilakukan pada semua umur
mulai usia infant sampai lansia.

B. Saran
Dalam perawatan pada klien dengan sehat jiwa perlu
diperhatikan dalam proses keperwatan yang akan dilakukan, setiap
individu klien mempunyai tahap tahap perkembangan sesuai usianya,
sehingga dalam pelaksanaan asuhan keperawatan perawat perlu
memperhatikan fisiologis dan patofisiologis yang dialamami individu
sehingga intervensi yang akan diambil sesuai dengan kondisi klien.
Untuk pelayanan yang dilakukan perawat juga harus menjalin
kemitraan dengan profesi lain guna menciptakan asuhan yang
komprehensif dan tujuan dari kriteria hasil dapat tercapai sesuai
harapan.

38
DAFTAR PUSTAKA

Kurniawan, Y., & Sulistyarini, I. (2017). Komunitas Sehati (Sehat Jiwa dan Hati)
Sebagai Intervensi Kesehatan Mental Berbasis Masyarakat. INSAN Jurnal
Psikologi dan Kesehatan Mental, 1(2), 112-124. Tersedia: https://e-
journal.unair.ac.id/JPKM/article/view/2999. (diakses tanggal 1 Agustus
2018, pukul 10.00)

Nasir, A., & Muhith, A. (2011). Dasar-dasar keperawatan jiwa. Pengantar teori.
Jakarta: Salemba Medika.

Riyadh, S. (2007). Jiwa dalam bimbingan rasulullah saw. (A. H. al-Kattani,


S.Hadi, & U. Attaqi, Trans.) Jakarta: Gema Insani Press.

Stuart, Gail Wiscars. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

World Health Organization. (2014, August -). www.who.int. Retrieved December


29, 2016, from http://www.who.int/features/factfiles/mental_health/en/#:

World Health Organization. (2012). Risk to mental health : an overview of


vulnerabilities and risk factors. Geneva: World Health Organization.

39

Anda mungkin juga menyukai