Skabies adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei tungau (mite). Berukuran kecil yang hidup di dalam kulit penderita. Tungau yang tersebar luas di seluruh dunia ini dapat ditularkan dari hewan ke manusia dan sebaliknya (Soedarto, 2009). Masyarakat biasanya mengenal skabies dengan nama kudis. Prevalensi skabies sekitar 300 juta kasus kudis dilaporkan di seluruh dunia setiap tahunnya. Di negara-negara maju, kudis epidemik terjadi terutama dalam pengaturan kelembangan seperti penjara dan jangka panjang fasilitas perawatan seperti panti jompo dan rumah sakit. Prevalensi tingkat negara-negara berkembang lebih tinggi daripada negara-negara maju. Beberapa negara berkembang prevalensinya dilaporkan berkisar antara 6- 27% dari populasi umum dan insiden tertinggi terdapat pada anak usia sekolah dan remaja. Prevalensi penyakit kulit dan kelamin di Indonesia tahun 2004 adalah 4,30% dan mengalami penurunan pada tahun 2005 dengan prevalensi 3,16% (Depkes RI, 2006). Menurut Depkes RI prevalesi skabies di puskesmas seluruh Indonesia pada tahun 2008 adalah 5,6%-12.95% dan skabies menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering (Notobroto, 2005). Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) anggota masyarakat ikut berkontribusi pada kesehatan seluruh masyarakat. Secara umum, masyarakat masih menganggap perilaku hidup bersih dan sehat merupakan urusan pribadi yang tidak terlalu penting. Masih ada masyarakat yang tidak memiliki jamban di rumah atau buang air besar sembarangan. Mereka belum mengetahui bahwa buruknya perilaku terkait sanitasi oleh salah satu anggota masyarakat, juga akan mempengaruhi kualitas kesehatan masyarakat lainnya. Penyakit skabies disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei akan berkembang pesat jika kondisi lingkungan buruk dan tidak didukung dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) oleh masyarakat. Sarcoptes scabiei menyebabkan rasa gatal pada bagian kulit seperti sela jari, siku, selangkangan. Skabies banyak menyerang pada orang yang hidup dengan kondisi personal hygiene di bawah standar, sosial ekonomi rendah, kesalahan diagnosis, dan perkembangan demografik serta ekologik. Menurut Rahmawati (2009) penyebab yang lain juga disebabkan oleh kondisi kebersihan yang kurang terjaga, sanitasi yang buruk, kurang gizi, dan kondisi ruangan terlalu lembab dan kurang mendapat cahaya matahari secara langsung. Skabies sangat erat hubungannya dengan perilaku hidup bersih dan sehat, terutama dalam hal personal hygiene yang buruk dan sanitasi buruk dapat meningkatkan infeksi skabies. Manusia terinfeksi oleh tungau Sarcoptes scabiei tanpa memandang umur, ras atau jenis kelamin dan tidak mengenal status sosial dan ekonomi, tetapi personal hygiene yang buruk dapat meningkatkan infeksi. Dalam kehidupan seseharian kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena kebersihan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang (Handoko, 2007). Kebersihan adalah bebas kotoran, termasuk di antaranya debu, sampah, dan bau. Di Indonesia, masalah kebersihan selalu menjadi polemik yang berkembang. Kebersihan adalah lambang kepribadian seseorang, jika tempat tinggalnya, pakaian dan keadaan tubuhnya terlihat bersih maka dipastikan orang tersebut adalah manusia yang bersih serta sehat (Muktihadid, 2008). Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) adalah organisasi kemasyarakatan yang memberdayakan wanita untuk turut berpartisipasi dalam pembangunan Indonesia. Tim Penggerak PKK berperan sebagai motivator, fasilitator, perencana, pelaksana, pengendali dan penggerak. Pembinaan tehnis kepada keluarga dan masyarakat dilaksanakan dalam kerjasama dengan unsur dinas instansi pemerintah terkait. Sehingga peneliti disini ingin meningkatkan pengetahuan kesehatan masyarakat melalui salah satu kelompok kecil yang ada di masyarakat yaitu PKK.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana gambaran sikap dan perilaku Ibu PKK di Desa Dencarik, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng terhadap hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan Penyakit Scabies?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran sikap dan perilaku Ibu PKK di Desa Dencarik, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng terhadap hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan Penyakit Scabies. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Puskesmas Banjar I Sebagai data dalam memberikan informasi mengenai gambaran sikap dan perilaku Ibu PKK di Desa Dencarik, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng terhadap hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan Penyakit Scabies dalam cakupan wilayah pelayanan puskesmas
1.4.2 Bagi Masyarakat
Sebagai sumber informasi dan pedoman masyarakat untuk mengetahui pentingnya hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan Penyakit Scabies 1.4.3 Bagi Peneliti Sebagai sumber informasi gambaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam masyarakat terutama hubungannya dengan penyakit scabies di wilayah kerja puskesmas dan menambah pengetahuan serta pengalaman dalam pelayanan kesehatan lingkungan.