Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Skabies adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei tungau (mite).
Berukuran kecil yang hidup di dalam kulit penderita. Tungau yang tersebar luas di seluruh
dunia ini dapat ditularkan dari hewan ke manusia dan sebaliknya (Soedarto, 2009).
Masyarakat biasanya mengenal skabies dengan nama kudis. Prevalensi skabies sekitar 300
juta kasus kudis dilaporkan di seluruh dunia setiap tahunnya. Di negara-negara maju, kudis
epidemik terjadi terutama dalam pengaturan kelembangan seperti penjara dan jangka panjang
fasilitas perawatan seperti panti jompo dan rumah sakit. Prevalensi tingkat negara-negara
berkembang lebih tinggi daripada negara-negara maju.
Beberapa negara berkembang prevalensinya dilaporkan berkisar antara 6- 27% dari
populasi umum dan insiden tertinggi terdapat pada anak usia sekolah dan remaja. Prevalensi
penyakit kulit dan kelamin di Indonesia tahun 2004 adalah 4,30% dan mengalami penurunan
pada tahun 2005 dengan prevalensi 3,16% (Depkes RI, 2006). Menurut Depkes RI prevalesi
skabies di puskesmas seluruh Indonesia pada tahun 2008 adalah 5,6%-12.95% dan skabies
menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering (Notobroto, 2005).
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) anggota masyarakat ikut berkontribusi pada
kesehatan seluruh masyarakat. Secara umum, masyarakat masih menganggap perilaku hidup
bersih dan sehat merupakan urusan pribadi yang tidak terlalu penting. Masih ada masyarakat
yang tidak memiliki jamban di rumah atau buang air besar sembarangan. Mereka belum
mengetahui bahwa buruknya perilaku terkait sanitasi oleh salah satu anggota masyarakat,
juga akan mempengaruhi kualitas kesehatan masyarakat lainnya.
Penyakit skabies disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei akan berkembang pesat jika
kondisi lingkungan buruk dan tidak didukung dengan perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) oleh masyarakat. Sarcoptes scabiei menyebabkan rasa gatal pada bagian kulit seperti
sela jari, siku, selangkangan. Skabies banyak menyerang pada orang yang hidup dengan
kondisi personal hygiene di bawah standar, sosial ekonomi rendah, kesalahan diagnosis, dan
perkembangan demografik serta ekologik. Menurut Rahmawati (2009) penyebab yang lain
juga disebabkan oleh kondisi kebersihan yang kurang terjaga, sanitasi yang buruk, kurang
gizi, dan kondisi ruangan terlalu lembab dan kurang mendapat cahaya matahari secara
langsung.
Skabies sangat erat hubungannya dengan perilaku hidup bersih dan sehat, terutama
dalam hal personal hygiene yang buruk dan sanitasi buruk dapat meningkatkan infeksi
skabies. Manusia terinfeksi oleh tungau Sarcoptes scabiei tanpa memandang umur, ras atau
jenis kelamin dan tidak mengenal status sosial dan ekonomi, tetapi personal hygiene yang
buruk dapat meningkatkan infeksi. Dalam kehidupan seseharian kebersihan merupakan hal
yang sangat penting dan harus diperhatikan karena kebersihan mempengaruhi kesehatan dan
psikis seseorang (Handoko, 2007). Kebersihan adalah bebas kotoran, termasuk di antaranya
debu, sampah, dan bau. Di Indonesia, masalah kebersihan selalu menjadi polemik yang
berkembang. Kebersihan adalah lambang kepribadian seseorang, jika tempat tinggalnya,
pakaian dan keadaan tubuhnya terlihat bersih maka dipastikan orang tersebut adalah manusia
yang bersih serta sehat (Muktihadid, 2008).
Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) adalah organisasi kemasyarakatan yang
memberdayakan wanita untuk turut berpartisipasi dalam pembangunan Indonesia. Tim
Penggerak PKK berperan sebagai motivator, fasilitator, perencana, pelaksana, pengendali
dan penggerak. Pembinaan tehnis kepada keluarga dan masyarakat dilaksanakan dalam
kerjasama dengan unsur dinas instansi pemerintah terkait. Sehingga peneliti disini ingin
meningkatkan pengetahuan kesehatan masyarakat melalui salah satu kelompok kecil yang
ada di masyarakat yaitu PKK.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana
gambaran sikap dan perilaku Ibu PKK di Desa Dencarik, Kecamatan Banjar, Kabupaten
Buleleng terhadap hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan
Penyakit Scabies?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran sikap dan perilaku
Ibu PKK di Desa Dencarik, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng terhadap hubungan
antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan Penyakit Scabies.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Puskesmas Banjar I
Sebagai data dalam memberikan informasi mengenai gambaran sikap dan
perilaku Ibu PKK di Desa Dencarik, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng terhadap
hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan Penyakit Scabies
dalam cakupan wilayah pelayanan puskesmas

1.4.2 Bagi Masyarakat


Sebagai sumber informasi dan pedoman masyarakat untuk mengetahui
pentingnya hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan Penyakit
Scabies
1.4.3 Bagi Peneliti
Sebagai sumber informasi gambaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
dalam masyarakat terutama hubungannya dengan penyakit scabies di wilayah kerja
puskesmas dan menambah pengetahuan serta pengalaman dalam pelayanan kesehatan
lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai