Anda di halaman 1dari 10

FARINGITIS DAN LARINGITIS (DIAGNOSIS)

I. Faringitis
A. Gejala klinis1,2
Gejala klasik faringitis streptococcus grup A terdiri dari:
 limfadenopati pada daerah servikal anterior
 faring kemerahan dengan tonsillar swelling dengan atau tanpa eksudat
 demam > 38 derajat C
 Tanpa batuk

B. Pemeriksaan penunjang1
 Sebelum menentukan tes mikrobiologi perlu diketahui gejala klinis dan
epidemiologi
 Pasien dengan gejala viral seperti coryza, inflamasi sklera konjungtiva,
suara parau, batuk, lesi ulseratif yang khas, diare, yang tidak
mempunyai kemiripan dengan infeksi bakteri biasanya tidak dilakukan
tes streptococcus grup A.
 Kultur tenggorok adalah “gold standar” untuk diagnosis. Biasanya
dilakukan juga rapid test untuk SGA
 Untuk pasien dibawah 16 tahun pastikan tidak menderita demam
rematik akut (jika terdiagnosa sebelumnya, maka tes ini tak perlu
dilakukan)
 Tes antibodi tidak disarankan atau tidak memiliki nilai bermakna pada
diagnosis akut faringitis akibat SGA

Kelebihan dan kekurangan kultur dan skrining Sreptococcus Grup A


Skrining Kultur
1. Kelebihan 1. Kelebihan
 Hasil cepat  Tinggi sensitif
 Spesifisitas dan spesifisitas
tinggi
 Dapat  Harga yang
memperkecil resiko relatif murah
penyebaran dan tidak 2. Kekurangan
memperberat gejala  Hasil yang
2. Kekurangan relatif lama
 Kurang sensitif  Terapi yang
 Harga yang lama karena menunggu
relatif mahal hasil kultur

C. Guideliness1
Tabel 1. Pasien beresiko tinggi

 Pasien dengan demam


rematikatau riwayat demam
rematik, khususnya penyakit
karditis atau kelainan katup
 Berkontak dengan orang
yang menderita demam rematik

Tabel 2. Gejala dan tanda1,2


Penyebab bakteri (SGA) Penyebab oleh virus
 Demam > 38 derajat C  Batuk dan coryza
 Limfadenopati pada (hidung berair serta bersin)
servikal aterior  Inflamasi konjungtiva
 Pembesaran tonsil, sklera (mata pink)
dengan atau tanpa kemerahan  Suara serak
serta eksudat purulen tonsil  Ulser faring
 Sakit kepala  Diare
 Nyeri perut, mual,  Ruam viral yang khas
dan/atau muntah  Rhinorrhea
 Ruam demam Scarlet
 Usia 5-15 tahun
 Musiman (musim
gugur, dingin, atau semi)
 Terpapar atau
terkontaminasi SGA
 Jarang pada usia < 3
tahun

Gambar 1. Limfadenopati pada servikal anterior

Gambar 2. Pembesaran tonsil


Gambar 3. Demam scarlet

Gambar 4. Inflamasi konjungtiva sklera (mata pink)


Diagram 1. Alur diagnosis untuk faringitis1

II. Laringitis3
A. Laringitis akut
Pada laringitis akut ini terdapat gejala radang umum, seperti demam,
malaise, gejala rinofaringitis. Gejala lokal seperti suara parau dimana digambarkan
pasien sebagai suara yang kasar atau suara yang susah keluar atau suara dengan
nada lebih rendah dari suara yang biasa / normal dimana terjadi gangguan getaran
serta ketegangan dalam pendekatan kedua pita suara kiri dan kanan sehingga
menimbulkan suara menjada parau bahkan sampai tidak bersuara sama sekali
(afoni).
1. Sesak nafas dan stridor
2. Nyeri tenggorokan seperti nyeri ketika menelan atau berbicara.
3. Gejala radang umum seperti demam, malaise
4. Batuk kering yang lama kelamaan disertai dengan dahak kental
5. Gejala common cold seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga
sulit menelan, sumbatan hidung, nyeri kepala, batuk dan demam.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik dan


pemeriksaan penunjang.
1) Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik biasanya ditemukan gejala radang umum, seperti
demam, malaise, serta gejala lokal, seperti suara parau sampai afoni. Selain
itu didapatkan juga batuk kering yang lama-kelamaan disertai dahak kental.
Pada pemeriksaan tampak mukosa laring hiperemis, membengkak, terutama
di atas dan di bawah pita suara.
2) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan dengan laringoskop direk atau indirek dapat membantu
menegakkan diagnosis. Dari pemeriksaan ini plika vokalis berwarna merah
dan tampak edema terutama di bagian atas dan bawah glotis

Gambar 5. laring laringitis akut

B. Laringitis Kronik
Sering merupakan radang kronis laring disebabkan oleh sinusitis kronis,
deviasi septum yang berta, polip hidung atau bronkitis kronis. Mungkin juga di
sebabkan oleh vocal abuse seperti berteriak-teriak atau berbicara dengan suara
keras.
Pada peradangan ini seluruh mukosa laring hiperemis dan menebal, dan
kadang-kadang pada pemeriksaan patologik terdapat metaplasi skuamosa.
Gejalanya ialah suara parau yang menetap, rasa tersangkut di tenggorok,
sehingga pasien sering mendehem tanpa mengeluarkan secret, karena mukosa
menebal.
Laringitis kronis spesifik :
Yang termasuk laringitis kronis spesifik adalah laringitis tuberkulosis dan laringitis
leutika.
1. Laringitis Tuberkulosis
Penyakit ini hampir selalu sebagai akibat dari tb paru. Sering kali setelah
diberi pengobatan, tuberkulosis parunya sembuh tetapi laringitis tuberkulosisnya
menetap, karena struktur mukosa laring yang sangat lekat pada kartilago serta
vaskularisasinya yang tidak sebaik paru, sehingga bila infeksi sudah mengenai
kartilago, pengobatannya lebih lama.
Patogenesis
Infeksi kuman ke laring dapat terjadi melalui udara pernapasan, sputum
yang mengandung kuman, atau penyebaran melalui aliran darah atau limfe.
Tuberkulosis dapat menimbulkan gangguan sirkulasi. Edema dapat timbul di fossa
interaritenoid, kemudian ke aritenoid, plica vokalis, plika ventrikularis, epiglotis,
serta yang terakhir ialah sublogtik.
a. Gambaran Klinis
Secara klinis, laringitis tuberkulosis terdiri dari 4 stadium, yaitu:
 Stadium infiltrasi
Yang pertama mengalami pembengkakan dan hiperemis adalah mukosa
laring bagian posterior. Kadang-kadang pita suara juga terkena, pada
stadium ini mukosa laring berwarna pucat. Kemudian di daerah submukosa
terbentuk tuberkel, sehingga mukosa tidak rata, tuberkel semakin
membesar, serta beberapa tuberkel yang berdekatan bersatu, sehingga
mukosa di atasnya meregang, karena meregang maka akan pecah dan
menimbulkan ulkus.
 Stadium ulserasi
Ulkus yang timbul pada akhir stadium infiltrasi membesar. Ulkus ini
dangkal, dasarnya ditutupi perkijuan, serta dirasakan nyeri oleh pasien.
 Stadium perikondritis
Ulkus makin dalam, sehingga mengenai kartilago laring, dan paling sering
terkena adalah kartilago aritenoid dan epiglotis. Pada stadium ini keadaan
umum pasien sangat buruk dan dapat meninggal dunia.
 Stadium fibrotuberkulosis
Pada stadium ini terbentuk fibrotuberkulosis pada dinding posterior, pita
suara dan subglotik.

b. Gejala klinis
Gejala klinis tergantung pada stadiumnya, selain itu terdapat gejala seperti:
- Rasa kering, panas dan tertekan di daerah laring
- Suara parau yang berlangsung berminggu minggu, pada stadium
lanjut dapat mengakibatkan afonia
- Hemoptisis
- Nyeri menelan
- Keadaan umum yang buruk
- Pada pemeriksaan paru ( radiologi atau pemeriksaan fisik) terdapat
proses aktif tuberkulosis

c. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis gejala klinis, pemeriksaan fisik, dan
foto rontgen thoraks.

2. Laringitis leutika
Adalah laringitis yang disebabkan oleh kuman T. Pallidum

a. Gambaran klinik
Apabila guma pecah, maka timbul ulkus. Ulkus ini mempunyai sifat yang
khas, yaitu sangat dalam, bertepi dengan dasar yang keras, berwarna merah tua serta
mengeluarkan eksudat berwarna kekuningan. Ulkus ini tidak menyebabkan nyeri
dan menyebar dengan cepat, sehingga bila tidak terbentuk proses ini akan menjadi
perikondritis.

b. Gejala
Suara parau dan batuk kronis. Disfagia timbul bila guma terdapat dekat
introitus esofagus. Diagnosis ditegakkan dari pemeriksaan laringoskopi dan
pemeriksaan serologik.
DAFTAR PUSTAKA

1. Murphy TP, Harrison RV, Hammoud AJ, Yen G, Klein KC. Pharyngitis
Guideline. Guidelines for Clinical Care Ambulatory. 2013. 3:1-10
2. Toward Optimized Practice. Guideline for The Diagnosis and Management
of Acute Pharyngitis. Clinical Practice Guideline working group. 2008.1:1-
7
3. Cohen James . Anatomi dan Fisiologi laring. Boies Buku Ajar Penyakit
THT. Edisi ke-6. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran.EGC. 1997. h. 369-376

Anda mungkin juga menyukai