1 PB PDF
1 PB PDF
Harry Kusharto
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang (UNNES)
Gedung E4, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229
Abstract: In standard of Bina Marga Code there are eleven grading for the mixture of asphalt
concrete. This research is conducted to know aggregate gradation influence to asphalt concrete
mixture behavior. Size measure and gradation depend on what the target of hard mixture of asphalt
made. High Concrete pavement with quality used to endue surface of road; street elapse to pass by
quickly. In this research of aggregate have meeting gradation that is aggregate which have good
gradation to start from harsh till refine. Result of research there are difference assess mixture
stability to election of grading, interaction influence between material and grading to stability not
differ. Highest Stability value on VII grading, interaction between material and grading to durability
not differ.
Abstrak: Dalam standar spesifikasi Bina Marga ada sebelas grading untuk campuran beton aspal.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh gradasi agregat terhadap perilaku campuran
beton aspal. Ukuran dan gradasi tergantung pada apa tujuan campuran perkerasan aspal dibuat.
Beton aspal berkualitas tinggi digunakan untuk lapis permukaan jalan berlalu lintas berat. Dalam
penelitian ini yang mengandung agregat bergradasi rapat yaitu agregat yang bergradasi baik mulai
dari kasar hingga halus. Hasil penelitian terbukti ada perbedaan nilai stabilitas campuran terhadap
pemilihan grading, sedang pengaruh interaksi antara grading dan material terhadap stabilitas tidak
berbeda. Nilai stabilitas tertinggi ada pada grading VII, interaksi antara grading dan material
terhadap durabilitas tidak berbeda.
Pengaruh Gradasi Agregat terhadap Perilaku Campuran Beton Aspal – Harry Kusharto 55
Menurut petunjuk pelaksanaan lapis Rongga di dalam campuran yang cukup
beton aspal untuk jalan raya (1987), Lapis Aspal untuk menghindari flushing, bleeding dan
Beton (LASTON) adalah suatu lapisan pada kehilangan stabilitas (The Asphalt Institute MS-
konstruksi jalan raya, yang terdiri dari campuran 22 1983).
aspal keras dan agregat yang bergradasi
menerus, dicampur, dihampar dan dipadatkan PELAKSANAAN PENELITIAN
dalam keadaan panas pada suhu tertentu. Material yang digunakan:
Untuk mendapatkan sifat campuran 1. Aspal
beton aspal dengan stabilitas, durabilitas, Aspal yang digunakan dalam penelitian
fleksibilitas, impermeabilitas, workabilitas dan ini adalah aspal yang umum digunakan pada
fatique resistance, perlu rancangan campuran pekerjaan lapis keras beton aspal adalah jenis
dengan pencapaian kompromi dalam AC 60-70. Kadar aspal ditentukan 4,5%, 5%,
menentukan kadar aspal optimum. 5,55 dan 6% sebagai dasar untuk mendapatkan
Beton aspal yang berkualitas tinggi kadar aspal optimum.
memiliki:
2. Bahan batuan
1. Stabilitas yang cukup dan memenuhi
Bahan batuan yang digunakan adalah
standar, memberikan layanan lalu lintas
batu pecah dari stone crusher berasal dari
tanpa distorsi.
Pudak Payung Kabupaten Semarang. Gradasi
2. Aspal yang cukup untuk menjamin adanya
Agregat ditentukan Grading I, Grading VII dan
durabilitas yang tinggi dengan menyelimuti
Grading VIII.
seluruh butiran itu dalam pemadatan.
Gradasi/tekstur kasar kasar rapat rapat rapat rapat rapat rapat rapat rapat rapat
Tebal Padat (mm) 20-40 25-50 20-40 25-50 40-65 50-75 40-50 20-40 40-65 40-65 40-50
56 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 1 Volume 9 – Januari 2007, hal: 55 - 63
PROSEDUR LABORATORIUM proses pencampuran dilakukan masing-masing
1. Pengujian Sifat Fisik Aspal bagian batuan yang tinggal pada setiap
Uji sifat fisik aspal dilakukan untuk saringan ditimbang sesuai dengan besar
mendapatkan gambaran apakah jenis aspal prosentasenya. Pada saat pencampuran baik
yang digunakan memenuhi persyaratan aspal batuan dan aspal sudah dipanasi lebih dahulu
o
standar Bina Marga sesuai dalam Petunjuk sampai temperatur 160 C.
Gradasi agregat yang digunakan dalam prosedur pengetesan didasarkan pada AASHTO
Sumber: Petunjuk Pelaksanaan Laston No. 13/PT/B/1983 dan Uji Laboratorium Transportasi Jalan Raya FT UGM
Pengaruh Gradasi Agregat terhadap Perilaku Campuran Beton Aspal – Harry Kusharto 57
Tabel 3. Syarat dan Hasil Pemeriksaan Bahan Agregat Kasar
S T A N D A R
No Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Keterangan
AASHTO Bina Marga Syarat
1. Abrasi T-96-74 PB-0206-76 Max 40 36,5 % memenuhi
2. Kelekatan terhadap T-182-76 PB-0205-76 95% + 98 % memenuhi
aspal
3. BJ. Semu T-84-74 PB-0202-76 > 2,50 2,682 gr/cc memenuhi
4. Absorbsi T-85-74 PB-02-3-75 <3 2,25 % memenuhi
5. Soundness < 7% 1,2 % memenuhi
Sumber: Petunjuk Pelaksanaan Laston No. 13/PT/B/1983 dan Uji Laboratorium Transportasi Jalan Raya FT UGM
Sumber: Petunjuk Pelaksanaan Laston No. 13/PT/B/1983 dan Uji Laboratorium Transportasi Jalan Raya FT UGM
Tabel 5. Gradasi Agregat Menurut Berat Tertahan di atas Saringan untuk 1200 gr
Berat Tertahan (gr)
No. Saringan Grading I Grading VII Grading VIII
Normal Normal Normal
Inch mm Pecah mesin Pecah mesin Pecah mesin
3/4” 19,058 0 0 0
1/2” 12,705 0 0 0
3/8” 9,52 150 120 0
No. 4 4,76 510 324 348
No. 8 2,38 210 156 228
No. 30 0,59 138 216 216
No. 50 0,279 60 108 108
No. 100 0,149 36 84 108
No. 200 0,074 36 84 84
Pan 60 108 108
Data yang diperoleh dari Tes Marshall 3) berat benda uji dalam air (gram) = e
di laboratorium adalah sebagai berikut: 4) tebal benda uji (mm).
1) berat benda uji sebelum direndam air (gram) 5) pembacaan arloji stabilitas (lbs) = p
=c 6) pembacaan kelelehan stabilitas (mm) = F
2) berat benda uji dalam keadaan jenuh air
7) isi benda uji (ml) = f
(gram) = d
58 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 1 Volume 9 – Januari 2007, hal: 55 - 63
HASIL PENELITIAN Pada Gambar 2, perilaku campuran
Data tersebut untuk menganalisis sifat- beton aspal dengan kadar aspal optimum nilai
sifat Marshall campuran laston yang meliputi stabilitas sama seperti dengan variasi kadar
nilai-nilai sebagai berikut. aspal.
Dari hasil penelitian nilai stabilitas pada
Kerapatan (gr/ml) = g = c/f.
grading I, VII, dan VIII dengan kadar aspal
Prosentase rongga yang terisi aspal
(“void filled with asphalt” = VFWA) = 100 optimum memenuhi persyaratan beton aspal
x i/k.
standar Bina Marga maupun AASHTO yaitu
k = 100 - j
minimal 750 kg.
(100 − b ) × g b×g
j = i=
BJ agregat BJ Agregat
1500
1300
dengan: 1200
Stabilitas
b = persentase aspal terhadap campuran 1000 AC VII
900 AC VIII
i & j = rumus substitusi
800
batas bawah 750
k = persentase rongga terhadap agregat 700
600
Pengaruh Gradasi Agregat terhadap Perilaku Campuran Beton Aspal – Harry Kusharto 59
Berdasarkan hasil penelitian yang dapat Marshall Quotient (MQ)
dilihat pada Gambar 3. nampak bahwa dengan Marshall Quotient merupakan nilai hasil
bertambahnya kadar aspal mengakibatkan nilai bagi stabilitas dengan flow (kelelehan) dan
flow cenderung semakin besar. Hal ini logis merupakan pendekatan terhadap tingkat
bahwa tambahnya kadar aspal campuran kekakuan dan fleksibilitas.
perkerasan akan lebih plastis. Nilai stabilitas Dari hasil penelitian pada Gambar 5,
tinggi namun nilai kelelehan rendah bertambahnya kadar aspal menjadikan nilai MQ
menyebabkan campuran bersifat getas (brittle). mengalami penurunan. Nilai Marshall Quotion
Hal ini terjadi karena terlalu banyak kandungan sangat tergantung dari nilai stabilitas dan nilai
filler dan penyerapan aspal yang kecil, sehingga flow. Nilai Marshall Quotion tinggi, campuran
meningkatkan viskositas dari campuran antara menjadi kaku dan fleksibilitas rendah, begitu
filler dan aspal. juga sebaliknya nilai Marshall Quotion rendah,
Gambar 4. menunjukkan campuran campuran menjadi terlalu plastis dan mudah
beton aspal dengan kadar aspal optimum untuk terjadi deformasi akibat beban lalu lintas.
grading I, VII dan VIII nilai kelelahan (flow)
masih dalam batas standar yang ditentukan
6
yaitu 2-4 mm.
5
Flow (Kelelehan, mm )
batas atas 4
4 ACI
6 AC VII
3 AC VIII
5
Flow (Kelelehan, m m )
2 batas bawah 2
batas atas 4
4 ACI
1
AC VII
4,5 5 5,5 6 6,5
3 AC VIII
Kadar Aspal (%)
2 batas bawah 2
1
Gambar 5. Grafik hubungan antara Marshall
4,5 5 5,5 6 6,5 Quotient dengan variasi kadar aspal
Kadar Aspal (%)
untuk tiga macam gradasi
3,69
318,51
2,5 2,5
FLO W
60 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 1 Volume 9 – Januari 2007, hal: 55 - 63
Tampak dalam Gambar 6, campuran Grading I, VII, dan VIII nilai VFWA telah
beton aspal dengan kadar aspal optimum memenuhi standar spesifikasi yaitu 75-82. Pada
grading I cenderung plastis. Adapun grading VII grading I nilai VFWA mendekati batas bawah,
dan VIII campuran menjadi lebih kaku, Bina campuran lapis keras cenderung stabilitas kaku
Marga mensyaratkan standar Marshall Quotion dan porous.
200-350 kg/mm.
76,59
Rongga Terisi Aspal (VFWA)
Nilai VFWA menunjukkan seberapa
75,75
VFW A
besar prosentase rongga yang ada di dalam
75,54
campuran terisi aspal. VFWA selain dipengaruhi
oleh agregat, kadar dan jenis aspal juga
dipengaruhi oleh besarnya energi kepadatan.
Semakin rapat agregat dan semakin tinggi Grading I Grading Grading
energi pemadatan, nilai VFWA semakin tinggi. VII VIII
Nilai VFWA terlalu tinggi campuran aspal dan
Gambar 8. VFWA Beton Aspal pada Grading I, VII,
mudah bleeding (aspal naik ke permukaan) dan VIII dengan Kadar Aspal Optimum
sedangkan bila nilai VFWA terlalu rendah daya
ikat antar batuannya juga rendah, campuran
Rongga di dalam Campuran (VITM)
menjadi porous dan getas.
Nilai VITM pada campuran aspal
berlawanan nilainya dengan VFWA. Karena
100 pada nilai VFWA yang besar rongga antar
agregat banyak yang terisi aspal sehingga
VFW A (% rongga terisi aspal)
90
Gambar 7. Grafik Hubungan antara VFWA dengan kekakuan dan keawetan campuran. Nilai VITM
Variasi Kadar Aspal untuk 3 Macam rendah sangat berpengaruh terhadap kekakuan,
Gradasi
perkerasan mudah retak bila menerima beban
Gambar 7 nilai VFWA cenderung naik lalu lintas.
seiring dengan bertambahnya kadar aspal. Nilai Nilai VITM tinggi berpengaruh pada
VFWA sangat menentukan stabilitas durabilitas keawetan lapis keras sangat mudah ditembus
dan fleksibilitas campuran. Gambar 8 nampak air dan udara, akibatnya aspal mengalami
nilai VFWA dengan kadar aspal optimum. proses pelarutan dan oksidasi bila suhu
Pengaruh Gradasi Agregat terhadap Perilaku Campuran Beton Aspal – Harry Kusharto 61
perkerasan tinggi aspal mencair terjadi bleeding. Density (Kerapatan)
Gambar 10 menunjukkan nilai VITM dengan Density adalah berat campuran aspal
kadar aspal optimum. padat tiap satuan volume dan nilainya
menyatakan tingkat kerapatan campuran
setelah dipadatkan. Campuran dengan density
9
7
besar dibanding dengan campuran yang
6
batas atas 5 ACI
5
AC VII
mempunyai density rendah.
4
3
batas bawah 3 AC VIII
Pada Gambar 11 tampak hasil uji
2 kerapatan campuran beton aspal dengan variasi
1
0
kadar aspal ada kecenderungan penambahan
4,5 5 5,5 6 6,5
kadar aspal menunjukkan kenaikan nilai
% Kadar aspal
2,3 ACI
Pada grading I, nilai VITM tinggi AC VII
% Kadar aspal
dan bila menerima beban lalu lintas dan suhu
perkerasan tinggi perkerasan terjadi bleeding. Gambar 11. Grafik Densitas dengan Variasi Kadar
Adapun pada Grading VII dan VIII nilai VITM Aspal
62 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 1 Volume 9 – Januari 2007, hal: 55 - 63
3. Pengaruh grading maupun interaksi antar
2,34 grading dan material terhadap durabilitas
tidak berbeda.
DENSITAS 2,31
Saran
2,26 Perlu diteliti lebih lanjut sifat beton aspal
yang lain, di antaranya nilai struktural, skid
resistan campuran.
Gambar 12. Densitas Beton Aspal pada Grading I, AASHTO. 1986. Guide for Design of Pavement
VII, dan VIII dengan Kadar Aspal Structrue. Washington DC.
Optimum
Asphalt Institute. 1983. Asphalt Technology and
Construction Practices (ES-1).
Maryland-USA: The Asphalt Institute.
PENUTUP
Departemen Pekerjaan Umum Direktorat
Kesimpulan Jendral Bina Marga. Petunjuk
1. Ada pengaruh grading terhadap stabilitas Pelaksanaan Lapis Aspal Beton
(LASTON) No. 13/PT/PT/1983. Jakarta.
campuran beton aspal. Sedangkan
Departemen Pekerjaan Umum. Petunjuk
pengaruh material maupun interaksi antara Pelaksanaan Lapis Aspal Beton
grading dan material terhadap stabilitas (LASTON) Untuk Jalan Raya. Jakarta.
tidak berbeda.
2. Grading I berbeda dengan grading VII dan
grading VIII, nilai stabilitas tertutup ada pada
grading VII.
Pengaruh Gradasi Agregat terhadap Perilaku Campuran Beton Aspal – Harry Kusharto 63
64 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 1 Volume 9 – Januari 2007, hal: 55 - 63