Anda di halaman 1dari 8

Gereja Immanuel

Lokasi : di seberang Stasiun Gambir, Jl Medan Merdeka Timur, Jakarta Pusat.


Arsitek : J.H. Horst
Pembangunan : 24 Agustus 1835, batu pertama diletakkan.
Selesai : 24 Agustus 1839, pembangunan berhasil diselesaikan.

Gaya Neoklasik : Dipengaruhi unsur Romawi (Klasisisme)


Arsitektur Neoklasik lahir antara lain karena ditemukannya kembali peninggalan
arsitektur Yunani dan Romawi, serta adanya perubahan politik antara lain revolusi
Perancis (1789) dan Amerika(1776) menciptakan republik, dengan anggapan mengambil
seni yang diasosiasikan dengan seni Yunani (demokrasi) dan Romawi (republik). Pada
abad ke-18 orang (terutama yang senang benda antik dan arsitek) banyak tertarik untuk
mengadakan perjalanan dan penggalian situs-situs lama, terutama Yunani.
Banyaknya penemuan tersebut membuat arsitektur Neoklasik dapat menciptakan
karya yang lebih mendekati/mirip arsitektur klasik (Yunani dan Romawi) daripada
arsitektur Renaissans. Kecenderungan pada gaya Yunani atau gaya Romawi atau bisa
disebut juga Battle of the Styles.

Ciri-ciri arsitektur Neoklasik antara lain :


• Garis-garis bersih, elegan, penampilan yang rapi (uncluttered)
• Simetris
• Kolom-kolom yang berdiri bebas

STRUKTUR GEREJA IMMANUEL

PONDASI dan DINDING


Pondasi Gereja Immanuel memiliki kedalaman 3 meter dari permukaan tanah.
Sedangkan konstruksi dindingnya berupa lapisan semen pada lapisan terdalamnya,
kemudian dilapisi batu dan batu bata.
Batu bata merupakan bahan bangunan utama gereja ini. Seluruh dinding serta
tiangnya tersusun dari batu bata yang diplester dengan campuran kapur, semen dan pasir,
karena dahulu belum ada beton. Kayu jati juga merupakan bahan bangunan yang penting
setelah batu bata. Kayu jati digunakan oleh semua kusen, daun pintu, jendela serta
plafond.
DENAH

Denah Gereja Immanuel ini sangat sederhana dan berbentuk lingkaran, yang berpusat
tepat di bawah kubah atap. Di ruang utama berdiameter 9,5 meter, terdapat jajaran
bangku melingkar dan mimbar kotbah yang dulu dibuat khusus bagi gubernur jendral
pemerintahan Hindia Belanda.

kondisi saat ini,


Karena bertambahnya Jemaah gereja Immanuel, maka penyusunan pada tempat duduk
diubah agar dapat menampung seluruh Jemaah yang hadir. Bangku-bangku kayu jati
berwarna coklat tua, kontras dengan warna putih dan krem dinding. Railing atau
balustrade melingkupi semua anak tangga disini. Dan kepala pilar memperlihatkan gaya
Corintian yang khas dan dekoratif.

FAÇADE
Pediment

Abacus
Echinus
Necking

Kolom

Plinth

Di bagian ini terlihat jelas serambi persegi empat dengan pilar-pilar paladian yang
menopang balok mendatar. Paladinisme adalah gaya klasisisme abad ke-18 di Inggris
yang menekan simetri dan perbandingan harmonis.
Serambi-serambi di bagian utara dan selatan mengikuti bentuk bundar gereja
dengan membentuk dua bundaran konsentrik, yang mengelilingi ruang ibadah. Lewat
konstruksi kubah yang cermat, sinar matahari dapat menerangi seluruh ruangan dengan
merata. Menara bundar atau lantern yang pendek di atas kubah dihiasi plesteran bunga
teratai dengan enam helai daun, simbol Mesir untuk dewi cahaya.
Karena bangunan ini bergaya neo Klasik yang mengadaptasi kuil Partheon. Oleh
karena itu, adanya variasi kolom yang lebih estetis dari periode Yunani. Sudah dijelaskan
sebelumnya.
 Kolom mulai menempel pada dinding, tidak terpisah seperti pada bangunan Yunani.
 Penemuan dan pengembangan beton sebagai material bangunan.

LANTAI
Ruang pada mimbar ini dilapisi marmer abu-abu dan melingkar sebagai konsep
arsitektural, bahwa melingkar bisa membuat kita memusatkan perhatian pada mimbar
sewaktu mendengarkan sabda Tuhan.

kondisi saat ini,


PINTU DAN JENDELA

Pintu utama dari 3 sisi, dengan di desain melengkung, dimana kusen-kusennya


dari kayu jati solid dan induk kuncinya dari bahan kuningan berukir. Dahulu, gereja ini di
sebut dengan Gereja Bundar yang bergaya ‘klasisisme. Deretan tiang yang menjulang
pada bagian luar menjadi kesan megah dan tinggi. Sampai sekarang, konsep tiangnya
berwarna putih, menjadikan gedung ini tampak istimewa.
ATAP

Cincin
Occulus

Penutup

Penggunaan teknologi pembuatan busur dengan struktur batu yang ditumpuk,


pada bagian “kepala” bangunan. Busur yang diaplikasikan untuk membuat penutup
bagian atas bangunan biasa disebut struktur kubah monolit. Pembuatannya adalah dengan
menggeser batu sedikit demi sedikit sehingga menghasilkan kemiringan. Karena
bangunan ini berada di daerah beriklim tropis maka diberikan penutup diatasnya, untuk
menghindari masuknya air hujan.

Seperti Kuil Pantheon memiliki lubang pada puncak kubah sebagai sarana
memasukkan cahaya dari atas. Dapat dikatakan bahwa teknologi penerangan Romawi
sudah lebih maju dibanding Yunani. Hal ini dipengaruhi juga oleh faktor kepercayaan.
Seiring dengan peredaran matahari, suasana dalam interior diibaratkan sebagai “rotunda
yang berputar siang dan malam, bagaikan nirwana.”
Struktur bangunan ini sangat istimewa dan memerlukan perhatian khusus dalam
perencanaan maupun pembangunannya. Permukaan atapnya seluas sekitar 700 m2 ditutup
dengan bahan ’sirap’ kemerahan, pemilihan ‘sirap’ ini di pertimbangkan mengingat
bentuk atap yang berupa dome karena ’sirap’ mudah untuk dibentuk menjadi kubah.

Anda mungkin juga menyukai