SEPSIS NEONATORUM
Oleh:
Khaulah Syifa Kabul 1710221063
Pembimbing:
dr. Jully N. Kasie, SpA
1
LEMBAR PENGESAHAN
REFERAT
SEPSIS NEONATORUM
Disusun Oleh:
Khaulah Syifa Kabul 1710221063
Mengetahui,
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul ”Sepsis
Neonatorum”.
Referat ini dibuat dengan maksud dan tujuan untuk memenuhi penilaian pada
kepaniteraan klinik Departemen Ilmu Kesehatan Anak di Rumah Sakit Umum Pusat
Persahabatan. Penyusunan referat ini terselesaikan atas bantuan dari banyak pihak
yang turut membantu terselesaikannya laporan ini. Untuk itu, dalam kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Jully
N. Kasie, SpA selaku pembimbing dan seluruh teman-teman kepaniteraan klinik
Bagian Departemen Ilmu Kesehatan Anak atas kerjasamanya selama penyusunan
laporan ini.
Semoga referat ini dapat bermanfaat baik bagi penulis sendiri, pembaca
maupun bagi semua pihak-pihak yang berkepentingan.
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi
Sepsis adalah disfungsi organ yang mengancam kehidupan (life-threatening
organ dysfunction) yang disebabkan oleh disregulasi imun terhadap infeksi.1 The
International Sepsis Definition Conferences (ISDC) mendefinisikan sepsis adalah
sindrom klinis yang dimulai dengan sindrom respon inflamasi sistemik atau
Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS), kemudian sepsis, kemudian
sepsis berat, dan kemudian syok septik. ISDC menentukan enam lokasi infeksi yang
paling umum (pneumonia, aliran darah, kateter intravaskular, intra abdomen,
urosepsis dan infeksi luka bedah) terkait dengan sepsis dalam perawatan intensif.5
Definisi SIRS pada neonatus ditegakkan bila ditemukan 2 dari 4 kriteria dalam
tabel. Salah satu di antaranya adanya kelainan suhu atau leukosit.
4
Sepsis Berat Sepsis yang disertai disfungsi organ kardiovaskular atau
disertai gangguan napas akut atau terdapat gangguan dua
organ lain seperti gangguan neurologi, hematologi,
urogenital dan hepatologi.
Syok Sepsis Sepsis berat dengan komplikasi hipotensi persisten yang
refrakter terhadap terapi cairan awal (Tekanan darah
sistolik persisten <90 mmHg)
II.2 Epidemiologi
Penelitian Sepsis Prevalence Outcomes and Therapies (SPROUT) pada
tahun 2015 mengumpulkan data Pediatric Intensive Care Unit dari 26 negara,
memperoleh data penurunan prevalensi global sepsis berat (Case Fatality Rate) dari
10,3% menjadi 8,9% (95%IK; 7,6-8,9%). Usia rerata penderita sepsis berat 3,0
tahun (0,7-11,0), infeksi terbanyak terdapat pada sistem respirasi (40%) dan 67%
kasus mengalami disfungsi multi organ. Angka kematian selama perawatan di
rumah sakit sebesar 25% dan tidak terdapat perbedaan mortalitas antara PICU di
negara berkembang dan negara maju.3
Insiden sepsis lebih tinggi pada kelompok neonatus dan bayi <1 tahun
dibandingkan dengan usia >1-18 tahun (9,7 versus 0,23 kasus per 1000 anak).
Pasien sepsis berat, sebagian besar berasal dari infeksi saluran nafas (36-42%),
bakteremia, dan infeksi saluran kemih. Di unit perawatan intensif anak Rumah Sakit
Cipto Mangunkusumo (RSCM), sejumlah 19,3% dari 502 pasien anak yang dirawat
mengalami sepsis dengan angka mortalitas 54%.4
Insiden sepsis adalah sekitar 1: 1500 pada bayi cukup bulan dan 1: 250 pada
bayi prematur. Sepsis terjadi enam kali lipat lebih tinggi pada bayi prematur karena
berhubungan dengan sistem imunologi yang lebih imatur dan periode rawat inap
yang berkepanjangan, yang meningkatkan risiko penyakit infeksi yang didapat
secara nosokomial.2
5
II.3 Etiologi
Sepsis disebabkan oleh respon imun yang dipicu oleh infeksi. Bakteri
merupakan penyebab infeksi yang paling sering, tetapi dapat pula berasal dari
jamur, virus, atau parasit.6
Syok septik dimulai dengan fokus infeksi yang mudah terlihat atau sangat
sulit ditemukan. Bakteri dan jamur memasuki aliran darah untuk menghasilkan
bakteremia dalam satu dari dua cara (1) langsung dari tempat infeksi, (2) secara
tidak langsung dari zat beracun yang dilepaskan oleh bakteri langsung ke dalam
aliran darah. zat beracun ini, yang bertindak sebagai molekul pemicu dalam sindrom
septik, termasuk endotoksin yang dilepaskan oleh mikroorganisme gram negatif,
dan peptidoglikan yang dilepaskan oleh mikroorganisme gram positif.5
Mikroorganisme patogen penyebab sepsis, sangat tergantung pada usia dan
respons tubuh terhadap infeksi itu sendiri (tabel 3).7,8
Asplenia fungsional/asplenik
Sepsis Salmonella (Salmonella osteomyelitis pada penyakit sickle cell)
Organisme berkapsul: Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenzae
Organisme lain
Jamur (spesies Candida dan Aspergillus) dan virus (influenza, respiratory
syncytial virus, human metapneumovirus, varicella dan herpes simplex
virus)
6
II.4 Klasifikasi
Sepsis dibedakan menjadi dua, yaitu1:
1. Early onset sepsis (EOS)
Timbul dalam 3 hari pertama, berupa gangguan multisistem dengan
gejala pernapasan yang menonjol; ditandai dengan awitan tiba-tiba dan
cepat berkembang menjadi syok septik dengan mortalitas tinggi.1
Sepsis awitan dini (Early-onset Sepsis) sering dimulai di rahim dan
biasanya merupakan hasil infeksi yang disebabkan oleh bakteri di
saluran genitourinari ibu. Organisme yang terkait dengan sepsis ini
termasuk streptokokus grup B, E. coli, Klebsiella, L. monocytogenes,
dan H. influenzae. Sebagian besar bayi yang terinfeksi adalah prematur
dan menunjukkan tanda-tanda kardiorespirasi nonspesifik, seperti
grunting, takipnea, dan sianosis saat lahir. Faktor risiko untuk sepsis
onset dini termasuk kolonisasi vagina dengan streptokokus grup B,
pecahnya membran yang berkepanjangan (> 24 jam), amnionitis, ibu
demam atau leukositosis, takikardia janin, dan kelahiran prematur. Pada
tahap awal septikemia onset dini pada bayi prematur, seringkali sulit
membedakan sepsis dari sindrom gangguan pernapasan. Karena
kesulitan ini, bayi prematur dengan sindrom gangguan pernapasan
menerima antibiotik spektrum luas.2
7
negatif). Sepsis onset lambat dapat disebabkan oleh patogen yang sama
seperti sepsis onset dini, tetapi bayi yang menunjukkan sepsis di akhir
periode neonatal juga terinfeksi oleh patogen yang biasanya ditemukan
pada bayi yang lebih tua (H. influenzae, S. pneumoniae, dan Neisseria
meningitidis). 2
II.5 Patofisiologi
Infeksi sistemik dan lokal (paru-paru, kulit, okular, umbilical, ginjal, tulang-
sendi, dan meningeal) adalah suatu hal yang umum terjadi pada neonatus. Infeksi
dapat diperoleh dalam rahim melalui rute transplasental atau transerviks dan selama
atau setelah kelahiran. Infeksi asendens melalui serviks, dengan atau tanpa
pecahnya membran cairan ketuban, dapat menyebabkan amnionitis, funisitis
(infeksi tali pusat), pneumonia kongenital, dan sepsis. Bakteri yang bertanggung
jawab untuk infeksi asendens janin adalah organisme bakteri umum dari saluran
genitourinari maternal, seperti streptokokus grup B, Escherichia coli, Haemophilus
influenzae, dan Klebsiella.2
Imunitas humoral maternal dapat melindungi janin terhadap beberapa
patogen neonatal. Meskipun demikian, berbagai kekurangan dari mekanisme
pertahanan antimikroba neonatal berkontribusi untuk terjadinya infeksi pada
neonatus, terutama pada bayi berat lahir rendah. 2
Bayi prematur dengan usia kehamilan kurang dari 32 minggu belum
menerima antibodi ibu (IgG) secara lengkap, yang melintasi plasenta oleh transpor
aktif terutama pada paruh kedua trimester ketiga. Selain itu, meskipun bayi berat
lahir rendah dapat menghasilkan antibodi IgM, respon IgG mereka sendiri terhadap
infeksi sangatlah kurang. Bayi-bayi ini juga memiliki kekurangan dari jalur aktivasi
komplemen klasik, yang menghasilkan opsonisasi oleh komplemen berkurang. Bayi
baru lahir juga menunjukkan defisit migrasi fagositik ke tempat infeksi (ke paru-
paru) dan leukosit di kolam cadangan sumsum tulang belakang. Selain itu, pada
aktivasi komplemen, neutrofil neonatus membunuh bakteri kurang efektif daripada
neutrofil orang dewasa. Neutrofil dari bayi yang sakit tampaknya memiliki defisit
yang lebih besar dalam kapasitas membunuh bakteri dibandingkan dengan sel
fagositik dari neonatus normal.2
8
Molekul yang dikeluarkan oleh mikroorganisme menyebabkan host untuk
memulai respon proinflamasi. Sel proinflamasi yang dilepaskan termasuk leukosit
polimorfonuklear, makrofag, monosit dan trombosit. Mediator proinflamasi yang
dilepaskan meliputi sitokin, melengkapi dan melengkapi aktivasi kaskade, kinin,
metabolit asam arakidonat, molekul adhesi terlarut, faktor pengaktifan platelet,
endorfin, neuropeptida vasoactibe, histamin, serotonin, protein kemoatraktan
monosit 1 dan 2, enzim proteolitik, protein kinase, tirosin kinase, CD 14, metabolit
oksigen toksik, neopterin, dan aktivasi kaskade pembekuan. Sitokin proinflamasi
meningkatkan faktor jaringan, yang memulai koagulasi.5
Mediator-mediator proinflamasi yang dihasilkan pada keadaan ini akan
mencetuskan lepasnya mediator-mediator antiiflamasi sebagai upaya tubuh untuk
menghambat reaksi inflamasi yang terjadi, sehingga tercapai keseimbangan atau
homeostasis (Compensatory Antiinflammatory Respon Syndrome /CARS).
Mediator anti-inflamasi yang dilepaskan termasuk protein pengikat
lipopolisakarida, antagonis reseptor IL-1, IL-4, IL-10, IL-13, reseptor faktor
nekrosis tumor terlarut, TGF-B, epinefrin dan nitrit oksida. Bila terjadi dominasi
salah satu reaksi inflamasi dan anti-iflamasi, homeostasis tidak dapat tercapai. Bila
reaksi inflamasi lebih dominan akan terjadi renjatan dan disfungsi organ.
Sebaliknya bila reaksi antiinflamasi berlebihan akan terjadi supresi terhadap system
imun. Bila keadaan makin berat akan terjadi renjatan akibat menurunnya perfusi
dan transport oksigen ke jaringan dan berakhir dengan kematian5
9
Bakteremia
Mengaktivasi
Kematian
10
II.6 Faktor Risiko
Seorang bayi memiliki risiko sepsis bila memenuhi dua kriteria mayor atau
satu mayor ditambah dua kriteria minor. Faktor kriteria tersebut yaitu1:
11
mengurangi output urin (kurang dari 1 hipoglikemia (glikemia <45 mg/dL atau 2,5
mL/kg/jam). Hipotensi (tekanan arteri rata- mMol/L)
rata kurang dari persentil ke-5 untuk usia), 6. Asidosis metabolik: Base Excess (BE) <-10
mEq/L ATAU Serum laktat> 2 mMol/L
kulit belang-belang, gangguan perfusi
perifer
3. Lesi kulit dan subkutan: ruam petekie,
sklerema
4. Ketidakstabilan pernapasan: episode apnea
atau episode tachypnea (rerata laju
pernapasan (RR) lebih dari 2 SD di atas
normal untuk usia) atau peningkatan
kebutuhan oksigen
5. Gastrointestinal: Sulit mengisap, distensi
abdomen
6. Tidak spesifik: mudah tersinggung, lesu dan
hipotonia
1. Infeksi
12
Kecurigaan infeksi didasarkan pada predisposisi infeksi, tanda
infeksi, dan reaksi inflamasi. Faktor-faktor predisposisi infeksi, meliputi:
faktor genetik, usia, status nutrisi, status imunisasi, komorbiditas (asplenia,
penyakit kronis, transplantasi, keganasan, kelainan bawaan), dan riwayat
terapi (steroid, antibiotika, tindakan invasif). Tanda infeksi berdasarkan
pemeriksaan klinis dan laboratoris. Secara klinis ditandai oleh demam atau
hipotermia, atau adanya fokus infeksi. Secara laboratoris, digunakan
penanda (biomarker) infeksi: pemeriksaan darah tepi (lekosit, trombosit,
rasio netrofil:limfosit, shift to the left), pemeriksaan morfologi darah tepi
(granula toksik, Dohle body, dan vakuola dalam sitoplasma), c-reactive
protein (CRP), dan prokalsitonin. 1
Sepsis memerlukan pembuktian adanya mikroorganisme yang dapat
dilakukan melalui pemeriksaan apus Gram, hasil kultur (biakan), atau
polymerase chain reaction (PCR). Pencarian fokus infeksi lebih lanjut
dilakukan dengan pemeriksan analisis urin, feses rutin, lumbal pungsi, dan
pencitraan sesuai indikasi.1
2. Kecurigaan disfungsi organ
Kecurigaan disfungsi organ (warning signs) bila ditemukan salah
satu dari 3 tanda klinis: penurunan kesadaran (metode AVPU), gangguan
kardiovaskular (penurunan kualitas nadi, perfusi perifer, atau tekanan
arterial rerata), atau gangguan respirasi (peningkatan atau penurunan work
of breathing, sianosis).1
3. Kriteria disfungsi organ
Disfungsi organ meliputi disfungsi sistem kardiovaskular, respirasi,
hematologis, sistem saraf pusat, dan hepatik. Disfungsi organ ditegakkan
berdasarkan skor PELOD-2. Diagnosis sepsis ditegakkan bila skor ≥11 (atau
≥7).
13
Gambar 3. Pediatric Logistic Organ Dysfunction-2 Score10
14
Gambar 4. Penanda biologis infeksi1
15
Kultur
Bayi dengan sepsis onset dini harus dievaluasi oleh kultur darah.5
Pemeriksaan kultur dapat diambil dari darah, urine, cairan serebrospinal.
Hasil kultur sampai saat ini menjadi baku emas dalam menentukan
diagnosis, tetapi hasil pemeriksaan membutuhkan waktu minimal 2-5
hari. Hasil kultur dipengaruhi pula oleh kemungkinan pemberian
antibiotika sebelumnya atau ada nya kemungkinan kontaminasi kuman
nosokomial. Pastikan kedua hal tidak terjadi maka kultur positif (kuman)
berarti sepsis.
II.8 Tatalaksana
1. Antibiotik
WHO memberikan pedoman untuk pengelolaan penyakit anak-anak
umum, melalui buku saku perawatan rumah sakit untuk anak-anak yang dirilis
untuk pertama kalinya pada tahun 2005. Edisi kedua telah tersedia sejak 2013.
Ini adalah salah satu dari serangkaian dokumen dan alat-alat yang mendukung
Intergrated Management of Childhood Illness (IMCI). Rekomendasi untuk
pencegahan infeksi neonatal dan untuk pengelolaan untuk kemungkinan
terjadinya infeksi bakteri yang serius belum berubah antara 2 edisi. IMCI
merekomendasikan pemberian profilaksis intramuskular (IM) atau intravena
(IV) ampisilin dan gentamisin pada neonatus setidaknya 2 hari dan ditinjau
kembali. Perawatan harus dilanjutkan hanya jika ada tanda-tanda sepsis (atau
kultur darah positif).11
IMCI merekomendasikan rawat inap dan terapi antibiotik IM atau IV
dengan kombinasi gentamisin dan benzylpenicillin atau ampisilin untuk
setidaknya 7-10 hari pada bayi berusia <2 bulan untuk bayi yang memenuhi
definisi kasus infeksi bakteri yang serius. Jika bayi dianggap berisiko
staphylococcal infeksi, IV cloxacillin dan gentamisin direkomendasikan.11
16
Tabel 5. Rekomendasi WHO saat ini untuk terapi antibiotik pada bayi 0 -
59 hari dengan tanda-tanda PSBI atau untuk profilaksis
Referensi Kondisi Antibiotik Dosis
Pocket book of Profilaksis pada Ampicillin dan Gentamicin (IM/IV):
hospital care for neonatus yang gentamicin IM Minggu pertama kehidupan:
children, 2013 memiliki faktor atau IV setidaknya Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR): 3
risiko 2 hari mg/kg satu kali sehari
Kemungkinan kasus Benzylpenicillin Berat normal: 5 mg/kg/dosis satu
infeksi serius dan gentamicin kali sehari
bakteri IM atau IV Minggu ke 2-4 kehidupan:
setidaknya 7-10 7,5 mg/kg satu kali sehari
hari
Risiko tinggi Cloxacillin IV dan Ampisilin (IM / IV):
terinfeksi gentamicin Minggu pertama kehidupan:
Staphylococcus setidaknya 7-10 50 mg / kg setiap 12 jam
hari Minggu 2–4 kehidupan:
50 mg / kg setiap 8 jam
Benzylpenicillin (penicillin G)
(IM):
Minggu pertama kehidupan: 50 000
U / kg setiap 12 jam
Minggu 2–4 dan lebih lama:
50 000 U / kg setiap 6 jam
Cloxacillin (IV):
Minggu pertama kehidupan: 25–50
mg / kg setiap 12 jam;
Minggu 2–4 kehidupan: 25–50 mg /
kg setiap 8 jam
Managing Rujukan ke rumah Pilihan 1: Gentamisin: IM 5–7,5 mg / kg
possible serious sakit Gentamicin IM (untuk bayi berat lahir rendah
bacterial untuk bayi muda satu kali sehari gentamisin 3–4 mg / kg) sekali
infection in dengan untuk 7 hari dan sehari
young infants kemungkinan kasus Amoxicillin oral 2
when referral is infeksi serius kali sehari untuk 7 Amoxicillin: Oral 50 mg / kg dua
not possible, bakteri tidak hari kali harian
2015 mungkin Pilihan 2:
Gentamicin IM
satu kali sehari
untuk 2 hari dan
Amoxicillin oral 2
kali sehari untuk 7
hari
17
Menurut Konsensus Penatalaksanaan Sepsis (2016), pemilihan jenis
antibiotika empirik sesuai dengan dugaan etiologi infeksi, diagnosis kerja, usia,
dan predisposisi penyakit. Apabila penyebab sepsis belum jelas, antibiotik
diberikan dalam 1 jam pertama sejak diduga sepsis, dengan sebelumnya
dilakukan pemeriksaan kultur darah. Upaya awal terapi sepsis adalah dengan
menggunakan antibiotika tunggal berspektrum luas. Setelah bakteri penyebab
diketahui, terapi antibiotika definitif diberikan sesuai pola kepekaan kuman.1
18
Tata laksana pernapasan meliputi: pembebasan jalan napas (non-
invasif dan invasif) dan pemberian suplemen oksigen. Langkah pertama
resusitasi adalah pembebasan jalan nafas sesuai dengan tatalaksana bantuan
hidup dasar. Selanjutnya pasien diberikan suplemen oksigen, awalnya
dengan aliran dan konsentrasi tinggi melalui masker. Oksigen harus dititrasi
sesuai dengan pulse oximetry dengan tujuan kebutuhan saturasi oksigen
>92%. Bila didapatkan tanda-tanda gagal nafas perlu dilakukan segera
intubasi endotrakeal dan selanjutnya ventilasi mekanik di ruang perawatan
intensif.1
3. Cairan
Tata laksana hemodinamik meliputi: akses vaskular secara cepat,
resusitasi cairan, dan pemberian obat-obatan vasoaktif. Resusitasi cairan
harus memperhatikan aspek fluid-responsiveness dan menghindari
kelebihan cairan >15% per hari. Akses vaskular harus segera dipasang
dalam waktu singkat melalui akses vena perifer atau intraosseus. Jenis cairan
yang diberikan adalah kristaloid atau koloid.32-38 Cairan diberikan dengan
bolus sebanyak 20 ml/kg selama 5-10 menit.1
Resusitasi cairan dihentikan bila target resusitasi tercapai (tabel
6)44-46 atau bila terjadi refrakter cairan (tabel 7). Bila tidak tersedia alat
pemantauan hemodinamik canggih, resusitasi cairan dihentikan bila telah
didapatkan tanda-tanda kelebihan cairan (takipneu, ronki, irama Gallop,
atau hepatomegali). Namun perlu diingat bahwa gejala ini merupakan tanda
lambat refrakter cairan. Bila pasien mengalami refrakter cairan, perlu
diberikan obat-obatan vasoaktif sesuai dengan profil hemodinamik.47-49
Pemberian obat-obatan vasoaktif memerlukan akses vena sentral.
Pemasangan pada anak dapat dilakukan di vena jugularis interna, vena
subklavia, atau vena femoralis.1
Tahap lanjut dari resusitasi cairan adalah terapi cairan rumatan.
Penghitungan cairan rumatan saat awal adalah menggunakan formula
Holliday-Segar. Pencatatan jumlah cairan yang masuk dan keluar dilakukan
19
setiap 4-6 jam dengan tujuan mencegah terjadinya kondisi hipovolemia atau
hipervolemia (fluid overload) >15%.1
20
BAB III
KESIMPULAN
21
DAFTAR PUSTAKA
22
15. Aminullah A. Sepsis pada bayi baru lahir In: Kosim MS, Yunanto A DR et
al. Buku ajar neonatologi anak 1st ed. Jakarta: Badan Penerbit
IDAI;2012.p.170–85.
23