Anda di halaman 1dari 24

REFERAT

SEPSIS NEONATORUM

Oleh:
Khaulah Syifa Kabul 1710221063

Pembimbing:
dr. Jully N. Kasie, SpA

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN
NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2018

1
LEMBAR PENGESAHAN

REFERAT
SEPSIS NEONATORUM

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat


Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan

Disusun Oleh:
Khaulah Syifa Kabul 1710221063

Mengetahui,

Pembimbing : dr. Jully N. Kasie, SpA


Tanggal : November 2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul ”Sepsis
Neonatorum”.

Referat ini dibuat dengan maksud dan tujuan untuk memenuhi penilaian pada
kepaniteraan klinik Departemen Ilmu Kesehatan Anak di Rumah Sakit Umum Pusat
Persahabatan. Penyusunan referat ini terselesaikan atas bantuan dari banyak pihak
yang turut membantu terselesaikannya laporan ini. Untuk itu, dalam kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Jully
N. Kasie, SpA selaku pembimbing dan seluruh teman-teman kepaniteraan klinik
Bagian Departemen Ilmu Kesehatan Anak atas kerjasamanya selama penyusunan
laporan ini.
Semoga referat ini dapat bermanfaat baik bagi penulis sendiri, pembaca
maupun bagi semua pihak-pihak yang berkepentingan.

Jakarta, November 2018

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN

Sepsis tetap merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas, terutama


selama lima hari pertama kehidupan di negara-negara berpenghasilan rendah dan
menengah. Infeksi rumah sakit juga tetap menjadi penyebab utama.12
Sepsis neonatorum adalah sindrom klinik penyakit sistemik disertai
bakteremia pada bayi dalam satu bulan pertama kehidupan. Sepsis neonatorum
dapat dibedakan menjadi sepsis awitan dini (Early Onset Sepsis) yang timbul dalam
72 jam pertama kehidupan dan sepsis awitan lanjut (Late Onset Sepsis) yang timbul
setelah umur 72 jam. Bayi yang selamat dari kondisi mengancam jiwa dianggap
kasus neonatal near miss. Tingkat kematian sepsis neonatal dini adalah 8,2/1.000
kelahiran hidup dan kasus neonatal near miss 21,4/1.000 kelahiran hidup.13
Insidens sepsis neonatorum di dunia berkisar antara 1-8 per 1000 kelahiran
hidup. Di negara maju seperti Amerika, kejadian sepsis sejak 1980 bervariasi antara
2-4 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan di negara berkembang seperti di India,
angka kejadiannya 34-37 per 1000 kelahiran hidup. 14
Angka kejadian/insidens sepsis di negara yang sedang berkembang masih
cukup tinggi (1.8 – 18/1000) dibanding dengan negara maju (1-5 pasien/1000
kelahiran). Pada bayi laki-laki resiko sepsis 2 kali lebih besar dari bayi perempuan.
Kejadian sepsis juga meningkat pada BKB dan BBLR. Pada bayi berat lahir amat
rendah (<1000gr) kejadian sepsis terjadi pada 26/1000 kelahiran dan keadaan ini
berbeda bermakna dengan bayi berat lahir antara 1000-2000 gr yang angka
kejadiannya antara 8-9/1000 kelahiran. Demikian pula resiko kematian BBLR
penderita sepsis lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi cukup bulan.15
Indonesia belum mempunyai data kejadian sepsis. Di Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo (RSCM) tahun 2009, insidens sepsis neonatorum adalah 98 per
1000 kelahiran hidup.2 Infeksi nosokomial pada bayi berat lahir sangat rendah,
merupakan penyebab utama tingginya kematian setelah 5 hari kehidupan.14

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Definisi
Sepsis adalah disfungsi organ yang mengancam kehidupan (life-threatening
organ dysfunction) yang disebabkan oleh disregulasi imun terhadap infeksi.1 The
International Sepsis Definition Conferences (ISDC) mendefinisikan sepsis adalah
sindrom klinis yang dimulai dengan sindrom respon inflamasi sistemik atau
Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS), kemudian sepsis, kemudian
sepsis berat, dan kemudian syok septik. ISDC menentukan enam lokasi infeksi yang
paling umum (pneumonia, aliran darah, kateter intravaskular, intra abdomen,
urosepsis dan infeksi luka bedah) terkait dengan sepsis dalam perawatan intensif.5

Tabel 1. Kriteria SIRS11


Usia Suhu Laju Nadi Laju Nafas Jumlah
Neonatus Permenit Permenit Leukosit x
103/mm3
Usia 0-7 hari >38,5°C atau > 180/<100 >50 >34
<36,5 °C
Usia 7-30 >38,5°C atau > 180/<100 >40 >19,5 atau <5
hari <36,5 °C

Definisi SIRS pada neonatus ditegakkan bila ditemukan 2 dari 4 kriteria dalam
tabel. Salah satu di antaranya adanya kelainan suhu atau leukosit.

Tabel 2. Kriteria Infeksi, Sepsis, sepsis Berat, Syok Sepsis 5, 11


Kriteria Definisi
Infeksi Proses patologis yang dihasilkan dari invasi bagian normal
tubuh oleh mikroorganisme patogen atau berpotensi
patogen
Sepsis Respon sistemik terhadap infeksi, yang dimanifestasikan
oleh dua atau lebih kriteria SIRS

4
Sepsis Berat Sepsis yang disertai disfungsi organ kardiovaskular atau
disertai gangguan napas akut atau terdapat gangguan dua
organ lain seperti gangguan neurologi, hematologi,
urogenital dan hepatologi.
Syok Sepsis Sepsis berat dengan komplikasi hipotensi persisten yang
refrakter terhadap terapi cairan awal (Tekanan darah
sistolik persisten <90 mmHg)

II.2 Epidemiologi
Penelitian Sepsis Prevalence Outcomes and Therapies (SPROUT) pada
tahun 2015 mengumpulkan data Pediatric Intensive Care Unit dari 26 negara,
memperoleh data penurunan prevalensi global sepsis berat (Case Fatality Rate) dari
10,3% menjadi 8,9% (95%IK; 7,6-8,9%). Usia rerata penderita sepsis berat 3,0
tahun (0,7-11,0), infeksi terbanyak terdapat pada sistem respirasi (40%) dan 67%
kasus mengalami disfungsi multi organ. Angka kematian selama perawatan di
rumah sakit sebesar 25% dan tidak terdapat perbedaan mortalitas antara PICU di
negara berkembang dan negara maju.3
Insiden sepsis lebih tinggi pada kelompok neonatus dan bayi <1 tahun
dibandingkan dengan usia >1-18 tahun (9,7 versus 0,23 kasus per 1000 anak).
Pasien sepsis berat, sebagian besar berasal dari infeksi saluran nafas (36-42%),
bakteremia, dan infeksi saluran kemih. Di unit perawatan intensif anak Rumah Sakit
Cipto Mangunkusumo (RSCM), sejumlah 19,3% dari 502 pasien anak yang dirawat
mengalami sepsis dengan angka mortalitas 54%.4
Insiden sepsis adalah sekitar 1: 1500 pada bayi cukup bulan dan 1: 250 pada
bayi prematur. Sepsis terjadi enam kali lipat lebih tinggi pada bayi prematur karena
berhubungan dengan sistem imunologi yang lebih imatur dan periode rawat inap
yang berkepanjangan, yang meningkatkan risiko penyakit infeksi yang didapat
secara nosokomial.2

5
II.3 Etiologi
Sepsis disebabkan oleh respon imun yang dipicu oleh infeksi. Bakteri
merupakan penyebab infeksi yang paling sering, tetapi dapat pula berasal dari
jamur, virus, atau parasit.6
Syok septik dimulai dengan fokus infeksi yang mudah terlihat atau sangat
sulit ditemukan. Bakteri dan jamur memasuki aliran darah untuk menghasilkan
bakteremia dalam satu dari dua cara (1) langsung dari tempat infeksi, (2) secara
tidak langsung dari zat beracun yang dilepaskan oleh bakteri langsung ke dalam
aliran darah. zat beracun ini, yang bertindak sebagai molekul pemicu dalam sindrom
septik, termasuk endotoksin yang dilepaskan oleh mikroorganisme gram negatif,
dan peptidoglikan yang dilepaskan oleh mikroorganisme gram positif.5
Mikroorganisme patogen penyebab sepsis, sangat tergantung pada usia dan
respons tubuh terhadap infeksi itu sendiri (tabel 3).7,8

Tabel 3. Mikroorganisme patogen penyebab sepsis pada anak sesuai usia1

Bayi dan anak di komunitas


 Streptococcus pneumonia merupakan penyebab utama infeksi bakterial
invasif
 Neisseria meningitidis
 Staphylococcus aureus dan Streptokokus grup A, pada anak sehat
 Haemophilus influenzae tipe B
 Bordetella pertussis (terutama pada bayi sebelum vaksinasi dasar
lengkap)

Bayi dan anak di rumah sakit


 Sesuai pola kuman di rumah sakit
 Coagulase-negative Staphylococcus (akibat kateter vaskular)
 Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA)
 Organisme gram negatif: Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella, E. coli,
dan Acinetobacter sp

Asplenia fungsional/asplenik
 Sepsis Salmonella (Salmonella osteomyelitis pada penyakit sickle cell)
 Organisme berkapsul: Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenzae

Organisme lain
 Jamur (spesies Candida dan Aspergillus) dan virus (influenza, respiratory
syncytial virus, human metapneumovirus, varicella dan herpes simplex
virus)

6
II.4 Klasifikasi
Sepsis dibedakan menjadi dua, yaitu1:
1. Early onset sepsis (EOS)
Timbul dalam 3 hari pertama, berupa gangguan multisistem dengan
gejala pernapasan yang menonjol; ditandai dengan awitan tiba-tiba dan
cepat berkembang menjadi syok septik dengan mortalitas tinggi.1
Sepsis awitan dini (Early-onset Sepsis) sering dimulai di rahim dan
biasanya merupakan hasil infeksi yang disebabkan oleh bakteri di
saluran genitourinari ibu. Organisme yang terkait dengan sepsis ini
termasuk streptokokus grup B, E. coli, Klebsiella, L. monocytogenes,
dan H. influenzae. Sebagian besar bayi yang terinfeksi adalah prematur
dan menunjukkan tanda-tanda kardiorespirasi nonspesifik, seperti
grunting, takipnea, dan sianosis saat lahir. Faktor risiko untuk sepsis
onset dini termasuk kolonisasi vagina dengan streptokokus grup B,
pecahnya membran yang berkepanjangan (> 24 jam), amnionitis, ibu
demam atau leukositosis, takikardia janin, dan kelahiran prematur. Pada
tahap awal septikemia onset dini pada bayi prematur, seringkali sulit
membedakan sepsis dari sindrom gangguan pernapasan. Karena
kesulitan ini, bayi prematur dengan sindrom gangguan pernapasan
menerima antibiotik spektrum luas.2

2. Late onset sepsis (LOS),


Timbul setelah umur 3 hari, lebih sering di atas 1 minggu. Pada
sepsis awitan lambat, biasanya ditemukan fokus infeksi dan sering
disertai dengan meningitis.1
Manifestasi klinis mungkin termasuk kelesuan, tidak mau menyusui,
hipotonia, apati, kejang, fontanelle berlekuk, demam, dan
hiperbilirubinemia yang bereaksi langsung. Selain bakteremia,
penyebaran hematogen dapat menyebabkan infeksi fokal, seperti
meningitis (pada 75% kasus), osteomielitis (streptokokus kelompok B,
Staphylococcus aureus), arthritis (gonococcus, S. aureus, Candida
albicans, bakteri gram negatif) dan infeksi saluran kemih (bakteri gram

7
negatif). Sepsis onset lambat dapat disebabkan oleh patogen yang sama
seperti sepsis onset dini, tetapi bayi yang menunjukkan sepsis di akhir
periode neonatal juga terinfeksi oleh patogen yang biasanya ditemukan
pada bayi yang lebih tua (H. influenzae, S. pneumoniae, dan Neisseria
meningitidis). 2

II.5 Patofisiologi
Infeksi sistemik dan lokal (paru-paru, kulit, okular, umbilical, ginjal, tulang-
sendi, dan meningeal) adalah suatu hal yang umum terjadi pada neonatus. Infeksi
dapat diperoleh dalam rahim melalui rute transplasental atau transerviks dan selama
atau setelah kelahiran. Infeksi asendens melalui serviks, dengan atau tanpa
pecahnya membran cairan ketuban, dapat menyebabkan amnionitis, funisitis
(infeksi tali pusat), pneumonia kongenital, dan sepsis. Bakteri yang bertanggung
jawab untuk infeksi asendens janin adalah organisme bakteri umum dari saluran
genitourinari maternal, seperti streptokokus grup B, Escherichia coli, Haemophilus
influenzae, dan Klebsiella.2
Imunitas humoral maternal dapat melindungi janin terhadap beberapa
patogen neonatal. Meskipun demikian, berbagai kekurangan dari mekanisme
pertahanan antimikroba neonatal berkontribusi untuk terjadinya infeksi pada
neonatus, terutama pada bayi berat lahir rendah. 2
Bayi prematur dengan usia kehamilan kurang dari 32 minggu belum
menerima antibodi ibu (IgG) secara lengkap, yang melintasi plasenta oleh transpor
aktif terutama pada paruh kedua trimester ketiga. Selain itu, meskipun bayi berat
lahir rendah dapat menghasilkan antibodi IgM, respon IgG mereka sendiri terhadap
infeksi sangatlah kurang. Bayi-bayi ini juga memiliki kekurangan dari jalur aktivasi
komplemen klasik, yang menghasilkan opsonisasi oleh komplemen berkurang. Bayi
baru lahir juga menunjukkan defisit migrasi fagositik ke tempat infeksi (ke paru-
paru) dan leukosit di kolam cadangan sumsum tulang belakang. Selain itu, pada
aktivasi komplemen, neutrofil neonatus membunuh bakteri kurang efektif daripada
neutrofil orang dewasa. Neutrofil dari bayi yang sakit tampaknya memiliki defisit
yang lebih besar dalam kapasitas membunuh bakteri dibandingkan dengan sel
fagositik dari neonatus normal.2

8
Molekul yang dikeluarkan oleh mikroorganisme menyebabkan host untuk
memulai respon proinflamasi. Sel proinflamasi yang dilepaskan termasuk leukosit
polimorfonuklear, makrofag, monosit dan trombosit. Mediator proinflamasi yang
dilepaskan meliputi sitokin, melengkapi dan melengkapi aktivasi kaskade, kinin,
metabolit asam arakidonat, molekul adhesi terlarut, faktor pengaktifan platelet,
endorfin, neuropeptida vasoactibe, histamin, serotonin, protein kemoatraktan
monosit 1 dan 2, enzim proteolitik, protein kinase, tirosin kinase, CD 14, metabolit
oksigen toksik, neopterin, dan aktivasi kaskade pembekuan. Sitokin proinflamasi
meningkatkan faktor jaringan, yang memulai koagulasi.5
Mediator-mediator proinflamasi yang dihasilkan pada keadaan ini akan
mencetuskan lepasnya mediator-mediator antiiflamasi sebagai upaya tubuh untuk
menghambat reaksi inflamasi yang terjadi, sehingga tercapai keseimbangan atau
homeostasis (Compensatory Antiinflammatory Respon Syndrome /CARS).
Mediator anti-inflamasi yang dilepaskan termasuk protein pengikat
lipopolisakarida, antagonis reseptor IL-1, IL-4, IL-10, IL-13, reseptor faktor
nekrosis tumor terlarut, TGF-B, epinefrin dan nitrit oksida. Bila terjadi dominasi
salah satu reaksi inflamasi dan anti-iflamasi, homeostasis tidak dapat tercapai. Bila
reaksi inflamasi lebih dominan akan terjadi renjatan dan disfungsi organ.
Sebaliknya bila reaksi antiinflamasi berlebihan akan terjadi supresi terhadap system
imun. Bila keadaan makin berat akan terjadi renjatan akibat menurunnya perfusi
dan transport oksigen ke jaringan dan berakhir dengan kematian5

9
Bakteremia

Gram positif Gram negatif

Melepaskan endotoksin Melepaskan eksotoksin


Lipopolisakarida dan produk toksik  Peptidoglikan
lain  Asam lipoteiokat
 Superantigen
 produk toksik lainnya

Mengeluarkan sitokin proinflamasi


 Tumor necrosis factor-alfa (TNF-a)
 IL-1a dan IL-1b, IL 6
 Stiokin proinflamasi lainnya

Mengaktivasi

Sistem Sistem Sistem Aktivasi neutrofil, sel


komplemen koagulasi kinin endotel dan monosit-
makrofag

Pengeluaran sitokin anti-inflamasi


 LPS binding protein
 IL-1 receptor antagonis, IL-10
 Nitrit oksida
 Sitokin anti-inflamasi lainnya

Disfungsi sel endotel

Kebocoran Trombus Adhesi Hipoksia Apoptosis gangguan tonus kerusakan


kapiler mikrovaskular sel jaringan pembuluh darah radikal bebas

Perubahan Urin <0,5 Hipotensi Asidosis


p/f ratio <300 Trombositopenia
metabolik ↓ CRT
status mental Takipneu ml/kg/jam Takikardi ↑D-dimer
↑ Laktat

Kematian

Gambar 1. Patofisiologi Sepsis5

10
II.6 Faktor Risiko
Seorang bayi memiliki risiko sepsis bila memenuhi dua kriteria mayor atau
satu mayor ditambah dua kriteria minor. Faktor kriteria tersebut yaitu1:

Faktor risiko mayor Faktor risiko minor


- Ketuban pecah > 24 jam - Ketuban pecah > 12 jam
- Ibu demam saat intrapartum, suhu - Ibu demam saat intrapartum, suhu
> 38 C > 37,5 C
- Korioamnitis - Nilai APGAR rendah (menit ke-1
- Denyut jantung janin menetap > <5 menit ke-5 <7)
160 x/menit - Bayi berat lahir sangat rendah
- Ketuban berbau (BBLSR) <1500 gram
- Usia gestasi <37 minggu
- Kehamilan ganda
- Keputihan yang tidak diobati
- Infeksi saluran kemih (ISK) atau
tersangka ISK yang tidak diobati

II.7 Manifestasi Klinis dan Diagnosis


Menurut laporan pada pertemuan ahli pada sepsis neonatal dan pediatrik
EMA (2010), sepsis neonatal dapat didefinisikan dengan adanya setidaknya dua
gejala klinis dan setidaknya dua tanda laboratorium sebagai berikut:9

Tabel 4. Kriteria Sepsis Neonatorum menurut EMA (2010)9


Manifestasi Klinis Temuan Laboratorium
1. Suhu tubuh: suhu > 38,5 °C atau < 36 °C 1. Jumlah sel darah putih (WBC): <4.000 x109
dan/atau terdapat ketidakstabilan suhu. Sel/L ATAU> 20.000 x109 sel/L
2. Ketidakstabilan kardiovaskular: 2. Immature to total neutrophil (I/T) lebih
besar dari 0,2
bradikardia (rata-rata HR kurang dari
3. Jumlah trombosit <100.000 x109 sel/L
persentil ke-10 untuk usia tanpa adanya 4. C protein reaktif> 15 mg/L ATAU
stimulus vagal eksternal, beta-blocker atau prokalsitonin ≥ 2 ng/ml (cut-off untuk
penyakit jantung kongenital) atau takikardia prokalsitonin di sepsis neonatus belum
(rata-rata HR lebih besar dari 2 SD di atas didefinisikan dengan jelas, data yang saat
normal untuk usia tanpa adanya stimulus ini tersedia masih kontroversial).
eksternal, obat-obatan kronis dan 5. Intoleransi glukosa dikonfirmasi
setidaknya 2 kali: hiperglikemia (glukosa
rangsangan yang menyakitkan.
darah> 180 mg/dL atau 10 mMol/L) ATAU
DAN/ATAU ketidakstabilan irama

11
mengurangi output urin (kurang dari 1 hipoglikemia (glikemia <45 mg/dL atau 2,5
mL/kg/jam). Hipotensi (tekanan arteri rata- mMol/L)
rata kurang dari persentil ke-5 untuk usia), 6. Asidosis metabolik: Base Excess (BE) <-10
mEq/L ATAU Serum laktat> 2 mMol/L
kulit belang-belang, gangguan perfusi
perifer
3. Lesi kulit dan subkutan: ruam petekie,
sklerema
4. Ketidakstabilan pernapasan: episode apnea
atau episode tachypnea (rerata laju
pernapasan (RR) lebih dari 2 SD di atas
normal untuk usia) atau peningkatan
kebutuhan oksigen
5. Gastrointestinal: Sulit mengisap, distensi
abdomen
6. Tidak spesifik: mudah tersinggung, lesu dan
hipotonia

Diagnosis sepsis ditegakkan berdasarkan adanya: (1) Infeksi, meliputi (a)


faktor predisposisi infeksi, (b) tanda atau bukti infeksi yang sedang berlangsung, (c)
respon inflamasi; dan (2) tanda disfungsi/gagal organ. Alur penegakan diagnosis
sepsis tertera pada gambar 2.1

Gambar 2. Alur Penegakkan Diagnosis Sepsis1

1. Infeksi

12
Kecurigaan infeksi didasarkan pada predisposisi infeksi, tanda
infeksi, dan reaksi inflamasi. Faktor-faktor predisposisi infeksi, meliputi:
faktor genetik, usia, status nutrisi, status imunisasi, komorbiditas (asplenia,
penyakit kronis, transplantasi, keganasan, kelainan bawaan), dan riwayat
terapi (steroid, antibiotika, tindakan invasif). Tanda infeksi berdasarkan
pemeriksaan klinis dan laboratoris. Secara klinis ditandai oleh demam atau
hipotermia, atau adanya fokus infeksi. Secara laboratoris, digunakan
penanda (biomarker) infeksi: pemeriksaan darah tepi (lekosit, trombosit,
rasio netrofil:limfosit, shift to the left), pemeriksaan morfologi darah tepi
(granula toksik, Dohle body, dan vakuola dalam sitoplasma), c-reactive
protein (CRP), dan prokalsitonin. 1
Sepsis memerlukan pembuktian adanya mikroorganisme yang dapat
dilakukan melalui pemeriksaan apus Gram, hasil kultur (biakan), atau
polymerase chain reaction (PCR). Pencarian fokus infeksi lebih lanjut
dilakukan dengan pemeriksan analisis urin, feses rutin, lumbal pungsi, dan
pencitraan sesuai indikasi.1
2. Kecurigaan disfungsi organ
Kecurigaan disfungsi organ (warning signs) bila ditemukan salah
satu dari 3 tanda klinis: penurunan kesadaran (metode AVPU), gangguan
kardiovaskular (penurunan kualitas nadi, perfusi perifer, atau tekanan
arterial rerata), atau gangguan respirasi (peningkatan atau penurunan work
of breathing, sianosis).1
3. Kriteria disfungsi organ
Disfungsi organ meliputi disfungsi sistem kardiovaskular, respirasi,
hematologis, sistem saraf pusat, dan hepatik. Disfungsi organ ditegakkan
berdasarkan skor PELOD-2. Diagnosis sepsis ditegakkan bila skor ≥11 (atau
≥7).

13
Gambar 3. Pediatric Logistic Organ Dysfunction-2 Score10

Diagnosis infeksi sistemik sulit ditegakkan apabila berdasarkan riwayat


pasien dan gambaran klinik saja, di perlukan pemeriksaan penunjang yang dapat
membantu menegakkan diagnosis. Langkah tersebut disebut Septic work up, yaitu1:

14
Gambar 4. Penanda biologis infeksi1

15
 Kultur
Bayi dengan sepsis onset dini harus dievaluasi oleh kultur darah.5
Pemeriksaan kultur dapat diambil dari darah, urine, cairan serebrospinal.
Hasil kultur sampai saat ini menjadi baku emas dalam menentukan
diagnosis, tetapi hasil pemeriksaan membutuhkan waktu minimal 2-5
hari. Hasil kultur dipengaruhi pula oleh kemungkinan pemberian
antibiotika sebelumnya atau ada nya kemungkinan kontaminasi kuman
nosokomial. Pastikan kedua hal tidak terjadi maka kultur positif (kuman)
berarti sepsis.

II.8 Tatalaksana
1. Antibiotik
WHO memberikan pedoman untuk pengelolaan penyakit anak-anak
umum, melalui buku saku perawatan rumah sakit untuk anak-anak yang dirilis
untuk pertama kalinya pada tahun 2005. Edisi kedua telah tersedia sejak 2013.
Ini adalah salah satu dari serangkaian dokumen dan alat-alat yang mendukung
Intergrated Management of Childhood Illness (IMCI). Rekomendasi untuk
pencegahan infeksi neonatal dan untuk pengelolaan untuk kemungkinan
terjadinya infeksi bakteri yang serius belum berubah antara 2 edisi. IMCI
merekomendasikan pemberian profilaksis intramuskular (IM) atau intravena
(IV) ampisilin dan gentamisin pada neonatus setidaknya 2 hari dan ditinjau
kembali. Perawatan harus dilanjutkan hanya jika ada tanda-tanda sepsis (atau
kultur darah positif).11
IMCI merekomendasikan rawat inap dan terapi antibiotik IM atau IV
dengan kombinasi gentamisin dan benzylpenicillin atau ampisilin untuk
setidaknya 7-10 hari pada bayi berusia <2 bulan untuk bayi yang memenuhi
definisi kasus infeksi bakteri yang serius. Jika bayi dianggap berisiko
staphylococcal infeksi, IV cloxacillin dan gentamisin direkomendasikan.11

16
Tabel 5. Rekomendasi WHO saat ini untuk terapi antibiotik pada bayi 0 -
59 hari dengan tanda-tanda PSBI atau untuk profilaksis
Referensi Kondisi Antibiotik Dosis
Pocket book of Profilaksis pada Ampicillin dan Gentamicin (IM/IV):
hospital care for neonatus yang gentamicin IM Minggu pertama kehidupan:
children, 2013 memiliki faktor atau IV setidaknya Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR): 3
risiko 2 hari mg/kg satu kali sehari
Kemungkinan kasus Benzylpenicillin Berat normal: 5 mg/kg/dosis satu
infeksi serius dan gentamicin kali sehari
bakteri IM atau IV Minggu ke 2-4 kehidupan:
setidaknya 7-10 7,5 mg/kg satu kali sehari
hari
Risiko tinggi Cloxacillin IV dan Ampisilin (IM / IV):
terinfeksi gentamicin Minggu pertama kehidupan:
Staphylococcus setidaknya 7-10 50 mg / kg setiap 12 jam
hari Minggu 2–4 kehidupan:
50 mg / kg setiap 8 jam

Benzylpenicillin (penicillin G)
(IM):
Minggu pertama kehidupan: 50 000
U / kg setiap 12 jam
Minggu 2–4 dan lebih lama:
50 000 U / kg setiap 6 jam

Procaine Benzylpenicillin (IM):


50 000 U / kg sekali sehari

Cloxacillin (IV):
Minggu pertama kehidupan: 25–50
mg / kg setiap 12 jam;
Minggu 2–4 kehidupan: 25–50 mg /
kg setiap 8 jam
Managing Rujukan ke rumah Pilihan 1: Gentamisin: IM 5–7,5 mg / kg
possible serious sakit Gentamicin IM (untuk bayi berat lahir rendah
bacterial untuk bayi muda satu kali sehari gentamisin 3–4 mg / kg) sekali
infection in dengan untuk 7 hari dan sehari
young infants kemungkinan kasus Amoxicillin oral 2
when referral is infeksi serius kali sehari untuk 7 Amoxicillin: Oral 50 mg / kg dua
not possible, bakteri tidak hari kali harian
2015 mungkin Pilihan 2:
Gentamicin IM
satu kali sehari
untuk 2 hari dan
Amoxicillin oral 2
kali sehari untuk 7
hari

17
Menurut Konsensus Penatalaksanaan Sepsis (2016), pemilihan jenis
antibiotika empirik sesuai dengan dugaan etiologi infeksi, diagnosis kerja, usia,
dan predisposisi penyakit. Apabila penyebab sepsis belum jelas, antibiotik
diberikan dalam 1 jam pertama sejak diduga sepsis, dengan sebelumnya
dilakukan pemeriksaan kultur darah. Upaya awal terapi sepsis adalah dengan
menggunakan antibiotika tunggal berspektrum luas. Setelah bakteri penyebab
diketahui, terapi antibiotika definitif diberikan sesuai pola kepekaan kuman.1

Extended-spectrum penicillina + aminoglikosidab


Sefalosporinc generasi ketiga atau keempat + aminoglikosidaa +
vankomisin
Karbapenem + aminoglikosidaa + vankomisin
a
ampisilin-sulbaktam menjadi pilihan pertama extended-
spectrum penicillin dalam terapi sepsis
b
floroquinolon dapat menggantikan aminoglikosida pada semua
regimen di atas
c
Sefalosporin generasi ketiga seftriakson tidak boleh digunakan
ketika dicurigai atau terbukti adanya Pseudomonas

Gambar 5. Jenis Antibiotika Empirik berdasarkan Kondisi Sepsis dan

Kemungkinan mikroorganisme Penyebab


2. Pernapasan

18
Tata laksana pernapasan meliputi: pembebasan jalan napas (non-
invasif dan invasif) dan pemberian suplemen oksigen. Langkah pertama
resusitasi adalah pembebasan jalan nafas sesuai dengan tatalaksana bantuan
hidup dasar. Selanjutnya pasien diberikan suplemen oksigen, awalnya
dengan aliran dan konsentrasi tinggi melalui masker. Oksigen harus dititrasi
sesuai dengan pulse oximetry dengan tujuan kebutuhan saturasi oksigen
>92%. Bila didapatkan tanda-tanda gagal nafas perlu dilakukan segera
intubasi endotrakeal dan selanjutnya ventilasi mekanik di ruang perawatan
intensif.1

3. Cairan
Tata laksana hemodinamik meliputi: akses vaskular secara cepat,
resusitasi cairan, dan pemberian obat-obatan vasoaktif. Resusitasi cairan
harus memperhatikan aspek fluid-responsiveness dan menghindari
kelebihan cairan >15% per hari. Akses vaskular harus segera dipasang
dalam waktu singkat melalui akses vena perifer atau intraosseus. Jenis cairan
yang diberikan adalah kristaloid atau koloid.32-38 Cairan diberikan dengan
bolus sebanyak 20 ml/kg selama 5-10 menit.1
Resusitasi cairan dihentikan bila target resusitasi tercapai (tabel
6)44-46 atau bila terjadi refrakter cairan (tabel 7). Bila tidak tersedia alat
pemantauan hemodinamik canggih, resusitasi cairan dihentikan bila telah
didapatkan tanda-tanda kelebihan cairan (takipneu, ronki, irama Gallop,
atau hepatomegali). Namun perlu diingat bahwa gejala ini merupakan tanda
lambat refrakter cairan. Bila pasien mengalami refrakter cairan, perlu
diberikan obat-obatan vasoaktif sesuai dengan profil hemodinamik.47-49
Pemberian obat-obatan vasoaktif memerlukan akses vena sentral.
Pemasangan pada anak dapat dilakukan di vena jugularis interna, vena
subklavia, atau vena femoralis.1
Tahap lanjut dari resusitasi cairan adalah terapi cairan rumatan.
Penghitungan cairan rumatan saat awal adalah menggunakan formula
Holliday-Segar. Pencatatan jumlah cairan yang masuk dan keluar dilakukan

19
setiap 4-6 jam dengan tujuan mencegah terjadinya kondisi hipovolemia atau
hipervolemia (fluid overload) >15%.1

20
BAB III
KESIMPULAN

Di beberapa negara berkembang, bakteri gram negatif tetap menjadi


penyebab utama neonatal sepsis. Neonatal sepsis dapat di kategorikan menjadi EOS
dan LOS. Gejala klinis dari sepsis pada bayi baru lahir tidak mudah untuk
ditegakkan karena tanda dan gejala klinis yang tidak spesifik. Tidak ada hasil
laboratorium yang dapat memberikan spesifitas dan sensitivitas 100%. Kultur darah
masih menjadi gold standard dalam mengkonfirmsi diagnosis namun tes dapat
memberikan hasil hanya setelah 2-5 hari. Neonatus dengan faktor resiko untuk
menjadi sepsis neonatal harus di terapi dengan antibiotik ‘broad-spectrum’ dan
membutuhkan waktu untuk dirawat yang cukup lama. Pemilihan antibiotic harus
berdasarkan organisme penyebab. Kombinasi ampicillin dan gentamicin masih
menjadi pilihan terapi empiris pada EOS neonatal pada negara berkembang.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Hadinegoro, S, et al. Konsensus Diagnosis dan Tata Laksana Sepsis pada


Anak. Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2016.
2. Kliegman, Jenson. eds. Nelson textbook of Pediatrics. 17th ed. St. Louis:
Saunders Elsevier; 2015
3. Weiss SL, Fitzgerald JC, Maffei FA, et al. Discordant identification of
pediatric severe sepsis by research and clinical definitions in the SPROUT
international point prevalence study. Crit Care 2015;19:325-34.
4. Priyatiningsih DR, Latief A, Pudjiadi AH. Karakteristik sepsis di pediatric
intensive care unit RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2016.

5. McCance, Kathryn L., and Sue E. Huether. Pathophysiology: The Biologic


Basis for Disease in Adults and Children 7th ed. 2014.
6. Priyatiningsih DR, Latief A, Pudjiadi AH. Karakteristik sepsis di pediatric
intensive care unit RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2016.
7. Plunkett A, Tong J. Sepsis in children. BMJ 2015;350:h3017.
8. Mayr FB, Yende S, Angus DC. Epidemiology of severe sepsis. Virulence
2014;5:4-11.
9. European Medicines Agency, Report on the Expert Meeting on Neonatal
and Paediatric Sepsis. 2010: London
10. Leteurtre et al. PELOD-2: An Update of the Pediatric Logistic Organ
Dysfunction Score. Crit Care 2013;42:1764
11. World Health Organization, Antibiotic Use for Sepsis in Neonates and
Children: 2016 Evidence Update. 2016
12. Seale, A.C., et al., Estimates of possible severe bacterial infection in
neonates in sub-Saharan Africa, south Asia, and Latin America for 2012: a
systematic review and meta-analysis. Lancet Infect Dis, 2014. 14(8): p. 731-
41.
13. Pileggi C, Souza JP, Cecatti JG, Faúndes A. Neonatal near miss approach
in the 2005 WHO Global Survey Brazil. J Pediatr (Rio J). 2010;86(1):21-6.
14. Roeslani RD, Amir I, Nasrulloh MH, Suryanil. Penelitian awal: Faktor
resiko pada sepsis neonatorum awitan dini. Sari Pediatri 2013;14(6):363-8

22
15. Aminullah A. Sepsis pada bayi baru lahir In: Kosim MS, Yunanto A DR et
al. Buku ajar neonatologi anak 1st ed. Jakarta: Badan Penerbit
IDAI;2012.p.170–85.

23

Anda mungkin juga menyukai