Anda di halaman 1dari 40

MISOPROSTOL UNTUK INDUKSI PERSALINAN PADA KEHAMILAN

ATERM
Gede Angga Permana AW, Putera Kemara , I Wayan Megadhana
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah
Sakit Umum Sanglah Denpasar

ABSTRAK
Induksi persalinan adalah proses menginisiasi kontraksi uterus baik dengan medikasi
maupun tindakan medis sebelum onset persalinan spontan. Beberapa studi
memperlihatkan drip oksitosin kurang efisien untuk induksi pada kondisi serviks yang
belum siap, dimana akibat kegagalan induksi mengakibatkan peningkatan angka seksio
sesaria.Misoprostol adalah obat sintetik prostaglandin E1, yang diketahui memiliki efek
perubahan kondisi serviks dan obat untuk induksi. Efek dari misoprostol dosis tunggal
adalah peningkatan tonus uterus. Tingkat misoprostol di plasma darah yang tetap
diperlukan untuk kontraksi yang reguler. Bioavalabilitas misoprostol pervaginam lebih
baik disbandingkan dengan oral, sublingual, dan rektal. Misoprostol memperlihatkan
penurunan 47% resiko seksio sesaria (risk ratio = 0,53). Pada kondisi serviks yang
kurang mendukung, misoprostol dapat memberikan keuntungan lebih dibandingkan
dengan oksitosin sebagai obat induksi persalinan.
Keywords : misoprostol, labor induction

MISOPROSTOL FOR INDUCTION OF LABOR IN TERM PREGNANCY

ABSTRACT

Induction of labor refers to the process whereby uterine contractions are initiated by
medical or surgical means before the onset of spontaneous labor. Several studies have
shown that continuous intravenous infusion of oxytocin is less efficient, particularly
when there are unfavorable cervical conditions, leading frequently to a cesarean section,
because of induction failure. Misoprostol is a cervical modifying agent and labor
inductor. The typical effect of a single dose of oral misoprostol is an increase in uterine
tonus. Sustained plasma level of misoprostol is required for the development of regular
contractions appear. The bioavailability of vaginal misoprostol also greater compared to
oral, sublingual and rectal administration. Using misoprostol for cervical ripening and
labor induction represented a 47% reduction in the risk of having a cesarean section
(risk ratio = 0.53). In cases of unfavorable cervix condition, the use of misoprostol
could produce several beneficial effects compared to other inductor such as oxytocin
Keywords : misoprostol, labor induction

1
LATAR BELAKANG

Persalinan adalah sebuah proses dimana didiskusikan dengan sang ibu sebelum

terjadi perpindahan bayi dari dimulainya induksi persalinan.

lingkungan intrauterine ke ekstrauterin. Beberapa hal yang wajib didiskusikan

Persalinan adalah sebuah diagnosis antara lain adalah indikasi, risiko dan
2,3
klinis yang didefinisikan dengan keuntungan yang didapat. Salah satu

dimulainya dan pengulangan kontraksi indikasi induksi persalinan yang paling

secara terus menerus dengan tujuan sering adalah kehamilan post term atau

untuk mendapatkan dilatasi dan kehamilan lewat waktu dimana umur

penipisan serviks. Induksi persalinan kehamilan melebihi setidaknya 41

adalah proses dimana kontraksi uterus minggu. Indikasi lainnya meliputi

dimulai dengan bantuan farmakologi ketuban pecah dini, kemungkinan

medis atau tindakan medis sebelum terjadinya kegawatan, kondisi medis ibu

onset persalinan normal.1 Dalam dua yang dapat membahayakan kehamilan,

decade terakhir, angkan induksi sindrom antifosfolipid, korioamnionitis,

persalinan di Amerika Serikat telah solusio plasenta dan kematian janin.3

bertambah dua kali lipat dari Mempertahankan umur kehamilan pada

sebelumnya, dengan lebih dari 22% dari kondisi seperti itu dapat membahayakan

semua wanita hamil menjalani induksi bagi ibu dan janin. Namun demikian

persalinan. Induksi persalinan induksi dapat pula berakhir dengan

sebaiknya dipertimbangkan ketika kegagalan dimana masa persalinan

keuntungan bagi ibu dan bayi yang dapat memanjang dan ibu kelelahan dan

diberikan melebihi dari kerugian yang berakhir dengan seksio sesaria.4

mungkin terjadi. Masalah ini harus

2
Kondisi serviks telah lama digunakan selaput ketuban secara sengaja saat

sebagai faktor penting sebelum pembukaan masih kurang dari 4 cm,

melakukan induksi, dan berbagai sistem kemungkinan akan terjadi kegagalan

penilaian telah ada sejak tahun 1930. induksi, peningkatan resiko infeksi dan

Pada tahun 1964 Skor Bishop menjadi meningkatnya angka seksio sesaria.6

salah satu sistem skor yang paling Dari sekian banyak obat farmakologis

sering digunakan dalam menilai yang digunakan untuk induksi, oksitosin

kemungkinan suksesnya induksi dan prostaglandin adalah yang paling

persalinan. Dalam beberapa tahun sering. Beberapa studi memperlihatkan

terakhir, telah diketahui bahwa kondisi bahwa drip oksitosin yang kontinyu

serviks yang kurang mendukung juga sebenarnya kurang efektif, khususnya

kurang mendukung suksesnya ketika kondisi serviks yang belum


1,5
persalinan per vagina. Terdapat matang, dimana dapat menyebabkan

banyak situasi obstetri dimana kegagalan induksi. Dalam beberapa

membutuhkan induksi persalinan kasus, prostaglandin dapat digunakan

dimana kondisi serviks yang belum tipis untuk membantu mematangkan serviks

dan kurang mendukung. 4,5 pada proses – proses awal. Dari

Penipisan dan pelebaran serviks adalah beberapa studi yang telah dilakukan

sebuah proses dimana serviks melunak, pada negara – negara maju,

membuka dan menipis. Serviks yang menggunakan prostaglandin E2 (jel

belum matang secara umum dikatakan dinoproston) untuk pematangan serviks

belum apabilabelum lunak, membuka dan induksi persalinan pada kasus –

kurang dari 2 cm dan menipis kurang kasus dimana skor bishop kurang dari 7

dari 50%. Jika tidakan membuka telah terbukti efektif. Bagaimanapun

3
penggunaan obat ini masih terbatas sehingga dapat menurunkan insiden

karena biaya yang tinggi dan instabilitas seksio sesaria.4,5,6

terhadap suhu sehingga menyulitkan INDUKSI PERSALINAN

penyimpanan serta kebutuhan Fisiologi Uterus

penggunaan oksitosin yang tinggi Induksi persalinan adalah proses

setelah serviks berhasil memulainya persalinan sebelum adanya

dimatangkan.1,5,6 tanda – tanda inpartu, dengan tujuan

Misoprostol adalah obat yang telah akhir kelahiran bayi dan plasenta.

dinilai aman oleh badan pengawas obat Angka induksi persalinan bervariasi

Amerika (FDA) sebagai obat pencegah berdasarkan lokasi dan institusi, namun

ulkus gaster akibat obat antiinflamasi dari data – data yang ada menunjukkan

non steroid. Namun penggunaan peningkatan.3 Serviks sendiri terdiri

misoprostol pada persalinan masih jaringan ikat longgar dan padat.

kontroversi di Amerika Serikat. Komponen utama dari jaringan ikat ini

Misoprostol adalah prostaglandin E1 adalah kolagen dengan sejumlah

sintetis, yang saat ini memperoleh jaringan elastis. Selain jaringan ikat,

perhatian lebih karena murah, stabil terdapat jaringan otot dalam jumlah

pada suhu ruangan, penyimpanan yang yang tidak banyak.

mudah dan cara pemakaian yang Kolagen terdiri dari serat padat regular

mudah untuk proses pematangan yang tersusun dalam kesatuan parallel

serviks dan induksi persalinan. Pada yang terkait satu sama lain dengan

kasus dimana serviks belum matang, tautan silang, serta terdapat beberapa sel

penggunaan misoprostol dapat mast dan sel inflamasi lain yang

memberikan beberapa keuntungan tersebar. Substansi dasar jaringan ikat

4
ini adalah proteoglikan kompleks terdiri leukosit menyebabkan pelunakan dari

dari rantai glikosaminoglikan (GAG) serviks. 7,8

sebagai protein inti dan tertaut dengan Proses pematangan serviks

kuat pada rantai asam hyaluronik. GAG dihubungkan dengan penurunan jumlah

yang dominan terdapat di serviks adalah serat kolagen, penurunan kekuatan serat

dermatan sulfat, dimana keduanya kolagen, dan penurunan kekuatan

terdiri atas asam hyaluronik yang matriks ekstraselular. Perubahan yang

menyebabkan sifatnya menjadi dihubungkan dengan pematangan

hidrofilik. Fibroblast dengan banyak serviks adalah peningkatan dekorin

tonjolan sitoplasmik menjalar dari satu serviks (dermatan sulfat proteoglikan

serat ke serat lain, membentuk celah 2), dimana menyebabkan pemisahan

miometrial pada substansi dasarnya. serat kolagen. Semua perubahan ini

Dengan bertambahnya usia kehamilan, menyebabkan penipisan dan pelunakan

vaskularisasi bertambah dan serviks. Dengan kontraksi uterus,

menyebabkan leukosit dan makrofag dengan dilatasi serviks menyebabkan

bermigrasi keluar pembuluh darah ke reorientasi dari serat kolagen sesuai

dalam stroma serviks. Proses inflamasi tekanan dari janin yang lewat.

yang terjadi menyebabkan reduksi dari Pematangan serviks biasanya dimulai

jumlah kolagen dan peningkatan relatif sebelum onset persalinan dan penting

pada asam glukoronat dan GAG heparin untuk pembukaan serta lewatnya janin.7

sulfat. Pemecahan enzimatik dari serat Indikasi, Kontraindikasi dan Risiko

kolagen ini oleh koleagenase dan matrix Induksi Persalinan

metalloproteinase oleh fibroblast dan Indikasi utama dari induksi persalinan

dibagi menjadi kondisi ibum janin atau

5
social serta kombinasi dari ketiganya Sebelum induksi beberapa hal

dimana dapat merupakan kondisi yang sebaiknya dinilai dan diperhatikan

telah terjadi atau mungkin terjadi.8 antara lain:

Induksi harus dipertimbangkan ketika • Indikasi dan kontraindikasi

keuntungan melebihi risiko yang • Usia kehamilan

ditimbulkan. • Kondisi serviks (skor Bishop)

Kondisi Janin Kondisi Ibu • Penilaian pelvis dan antropometri


Telah / sedang terjadi
janin
Kelainan pertumbuhan Kondisi kesehatan
Solusio plasenta Diabetes • Kondisi selaput amnion dan cairan
menurun
Polihidramnion Infeksi intrauterin
amnion
Alloimunisasi sel darah Koagulopati
• Fetal wellbeing/fetal heart rate
Infeksi
merahfetus Perdarahan
Makrosomia Polyhydramnion
antepartum monitoring prior to labour
Kemungkinan terjadi
haemorrhage induction
Kegagalan Hipertensi
Riwayat obstetric Ibu pendek • Kesejahteraann janin
pertumbuhan
Ketuban pecah dini
buruk Kematian janin

Diabetes mellitus Ketuban pecah dini


Risiko potensial dari induksi persalinan
Tabel 1. Indikasi induksi3,8
adalah peningkatan kemungkinan seksio
Maternal Janin

Infeksi Herpes Malpresentasi janin sesaria, hiperstimulasi, kegawatan janin,

Disproporsi Kondisi bayi yang rupture uterus, aspirasi meconium dan


sefalopelvik meragukan prolapse tali pusat akibat amniotomi.3
Perdarahan pervaginan
Penilain Serviks
Plasenta previa
Beberapa ahli obstetric menganggap
Vasa previa
kondisi serviks dapat memperkirakan
Tabel 2. Kontraindikasi dari induksi
waktu terjadinya kelahiran, karena
persalinan antara lain:3

6
terdapat hubungan walaupun belum Dilatasi diukur berdasarkan diameter

dapat dibuktikan. Metode yang paling dari pembukaan serviks yang teregang.

sering digunakan untuk menilai kondisi Dilatasi dan penipisan saling

serviks adalah skor Bishop karena melengkapi dan keduanya merupakan

simple dan memiliki nilai prediktif yang faktor penting dalam proses kala satu

paling baik. Sistem skor ini persalinan. Penipisan adalah ukuran dari

menggunakan dilatasi serviks, teregangnya sebuah serviks. Ini mirip

penipisan, konsistensi, posisi dan dengan analogi karetm dimana semakin

penurunan kepala janin. Beberapa karet teregang maka karet akan semakin

metode lain yang disebut dalam tipis. Penurunan kepala janin ditentukan

literature selain menggunakan skoring dengan menilai posisi terbawah kepala

adalah pemeriksaan ultrasonografi janin relative terhadap jarak ke spina

serviks dan penilaian fibronektin fetal ischiadikus , dimana spina ischiadikus

pada secret serviks.7,8 ini dapat diraba sebagai penonjolan

Bishop skor 5 atau lebih dianggap tulang jauh di bagian posterior vagina.

signifikan untuk serviks yang matang (kurang leboh 8-10cm). Angka negative

dan induksi yang berhasil. Bishop skor menunjukkan kepala masih jauh

dinilai seperti dibawah: didalam jalan lahir. Pada wanita

primigravida, serviks biasanya lebih

kaku dan tahan terhadap regangan. Pada

wanita muda, serviks juga lebih kaku

dibandingkan wanita yang lebih tua.

Dengan riwayat melahirkan pervaginam

Tabel 3. Skor Bishop9 serviks menjadi lebih lunak dan

7
memiliki kecenderungan untuk lebih serviks yang matang serta risiko

mudah membuka pada usia kehamilan kegagalan induksi dan morbiditas yang

aterm yang berikutnya. Posisi dari lebih rendah. Hasil dari 8 studi

serviks bervariasi pada tiap wanita. menunjukkan bahwa FFN positif

Lokasi anatomis serviks terhadap dari diasosiasikan dengan lama persalinan

vagina sebenarnya mengarah ke yang singkat dibandingkan dengan FFN

posterior. Semakin serviks mengarah ke negatif. 8

anterior maka akan semakin Metode penilaian lain yang dapat

memudahkan proses persalinan. Skor digunakan adalah dengan ultrasonografi

Bishop secara umum merupakan system dan serum nitrat. Berbagai metode

yang subjektif, namun tetap dianjurkan telah dikembangkan untuk membantuk

untuk digunakan dalam penilaian pematangan serviks, seperti penggunaan

serviks. Skor kurang dari 5 prostaglandin dan misoprostol. 8

menunjukkan jika pematangan serviks

masih dibutuhkan, sedangkan skor 9 MISOPROSTOL

atau lebih menunjukkan kalau Sifat Farmakologis Misoprostol

pematangan sudah sempurna.3,7 Misoprostol adalah obat yang

Metode lain untuk menilai kematangan digunakan untuk pencegahan ulkus

serviks adalah dengan menggunakan gaster akibat obat antiinflamasi non

penilaian fetal fibronektin (FFN). steroid, untuk kematian janin dalam

Konsentrasi FFN pada transudate kandungan, mengeluarkan konsepsi

serviks menunjukkan korelasi dengan pada abortus dini serta saat ini banyak

prognosis induksi. Konsentrasi lebih digunakan sebagai induksi persalinan.

dari 50 mg/ml diasosiasikan dengan Secara farmakologis misoprostol adalah

8
prostaglandin E1 sintetis analog (PGE1 dan hidroksil pada karbon 16. Struktur

analog). Misoprostol tersedia hampir di ini bertanggung jawab terhadap sifatnya

semua Negara dalam sediaan tablet 100 sebagai antisekretorik gaster. Sifat

atau 200 µg. Misoprostol diabsorpsi uterotonik dan pelunakan serviks dari

secara baik dan melewati deesterifikasi misoprostol pada jalan lahir pada

cepat oleh hati untuk kemudian menjadi mulanya hanya dianggap sebagai efek

bentuk asam bebas, yang bermain dalan samping dibandingkan dengan efek

efek klinisnya nanti. Tidak seperti terapeutiknya. 10

struktur dasarnya, bentuk asam bebas Efek yang terjadi pada pemberian

ini dapat dideteksi dalam plasma. misoprostol oral dosis tunggal adalah

Misoprostol dikembangkan dalam peningkatan tonus intrauterine. Dengan

beberapa regimen untuk beberapa rute penggunaan yang berulan dan teratur

penggunaan, seperti tablet, sediaan maka efek kontraksi regulernya baru

vaginal, supositoria, sublingual dan akan muncul. Konsentrasi plasma dari

bukal. Masing masing regimen misoprostol sangat dibutuhkan untuk

memiliki farmakokinetik dan mendapatkan kontraksi yang reguler.

farmakodinamik tersendiri. Kontraksi regular sangat diperlukan

Prostaglandin E natural telah terbukti untuk keberhasilan induksi atau proses

memiliki efek untuk menghambat aborsi. Pada serviks, analog

sekresi asam lambung dan kontraksi prostaglandin mengurangi

otot polos. Misoprostol berbeda dengan hidroksipolidin dari serviks, disintegrasi

prostaglandin E alami dalam hal dan disolusi kolagen sehingga serviks

struktur metyl esternya pada rantai dapat melebar.10

karbon 1, rantai metyl pada karbon 16

9
Beberapa percobaan klinis pada serviks yang sangat berguna pada

membuktikan jika penggunaan serviks denga skor bishop kurang dari 5.

misoprostol per vagina lebih efektif Meta analisis dari database Cochrane

dibandingkan dengan penggunan menyimpulkan bahwa misoprostol

oral.3,6,10 Berbanding terbalik dengan vagina lebih efektif untuk menginduksi

penggunaan oral, konsentrasi plasma persalinan dibandingkan dengan metode

pada penggunaan per vagina bertambah konvensional menggunakan oksitosin.

secara bertahap, mencapai level Namun efek samping yang paling

maksimal setelah 70-80 menit. ditakuti adalah hiperstimulasi sehingga

Kemudian secara pelan konsentrasinya perlu pengawasan ketat dan dibutuhkan

berkurang, dengan level yang masih studi-studi lanjutan. Juga didapatkan

dideteksi sampai 6 jam setelah angka kegagalan induksi yang lebih

penggunaan pertama. Bioavailabilitas rendah sehingga didapatkan pula angka

dari misoprostol pervaginam juga lebih seksio sesaria yang rendah.9

tinggi dibandingkan penggunaan oral, Efek biokimia yang diketahui terjadi

sublingual dan rektal.6 pada serviks adalah berkurangnya

Misoprostol untuk Induksi kolagen, peningkatan solubilitas

Persalinan kolagen, dan peningkatan kolagenase.

Pada keadaan serviks yang belum Prostaglandin analog telah dibuktikan

matang dan kurang mendukung, proses memiliki funsgsi dalam pematangan

pematangan tentulah sangat perlu serviks. Misoprostol mengurangi

dipertimbangkan sebelum melakukan kandungan hidroksipolin pada serviks

induksi. Misoprostol selain memiliki gravid. Perubahan histokimia yang

efek uterotoniknya juga memiliki efek terjadi pada servis gravid setelah

10
penggunaan misoprostol telah dipelajari degradasi kolagen yang berujung pada

dalam studi menggunakan mikroskop pelunakan serviks.3,10

electron dan penilaian ambilan prolin. Sebagai obat pematangan serviks dan

Hasil yang didapatkan adalah induksi, dosis misoprostol yang

kandungan kolagen yang lebih rendah digunakan adalah dimulai dari dosis

dibandingkan dengan kelompok rendah sebesar 35 μg setiap empat

kontrol. Diameter kolagen juga sampai enam jam, dimana dosis lebih

disebutkan lebih rendah. Ini tinggi dihubungkan dengan

mengindikasikan bahwa misoprostol hiperstimulasi. Ibu dan janin wajib

bekerja pada jaringan ikat, dengan untuk diobservasi, kontraksi uterus,

adanya bukti disintegrasi dan disolusi ksejahteraan janin diperhatikan serta

kolagen.10 serviks juga dinilai bishop skornya

Proses pematangan sendiri juga secara regular. 3

dimediasi oleh respon inflamasi. Jika terdapat kontraksi uterus yang

Misoprostol sebagai analog berlebihan, dengan kondisi janin yang

prostaglandin dapat meningkatkan mencurigakan, obat tokolitik dapat

permeabilitasn vascular dan digunakan. Obat tokolitik yang dapat

memfasilitasi influx dari sel inflamasi digunakan antara lain nitrogilserin 50 –

seperti neutrophil dan makrofag. 200 μg intravena atau penggunaan

Respon inflamasi ini meningkatkan dosis terukut 400 – 800 μg sprey

jumlah enzim matriks sublingual.6

metalloproteinase dan mengakibatkan

11
Gambar 1. Perbandingan rute penggunaan misoprostol6

Keuntungan dan Kerugian persalinan juga kelompok misoprostol

Misoprostol bagi Ibu dan Janin menunjukkan hasil lebih baik yang

Menurut beberapa percobaan klinis signifikan. Pada kelompok misoprostol

yang membandingkan misoprostol 81% ibu hamil melahirkan dalam 24

dengan oksitosin sebagai protokol jam, sedangkan pada kelompok

induksi yang paling banyak digunakan oksitoksin hanya 62%. Persalinan

saat ini, disebutkan bahwa penggunaan pervaginam terjadi pada 81% kelompok

misoprostol menunjukkan hasil lebih misoprostol dan 64% pada kelompok

baik.4 Pada wanita di kelompok oksitosin. Penggunaan misoprostol

misoprostol, waktu induksi rata – rata sebagai pematangan serviks dan induksi

diperlukan 253 menit, sedangkan pada membawa pada penurunan risiko seksio

oksitosin diperlukan 352 menit. sesaria sebanyak 47% (risk ratio =

Menurut interval dari induksi ke akhir 0,53). Angka kegagalan dari induksi

12
dengan misoprostol lebih rendah tindakan medis sebelum onset

dibandingkan dengan kelompok persalinan normal. Induksi sebaiknya

oksitosin. Beberapa studi menunjukkan dipertimbangkan apabila memiliki

tidak ada perbedaan skor Apgar pada keuntungan lebih dibandingkan

lima menit pertama postpartum. kerugiannya. Sebelum dilakukannya

Evaluasi bayi postpartum pada induksi sebaiknya didiskusikan terlebih

kebanyakan studi dinilai dengan Apgar dahulu dengan ibu serta keluarga

skor, pH umbilical, angka rawat mengenai risiko, indikasi dan

intensif, lama rawat inap, sindrom kontraindikasi dari induksi itu sendiri.

aspirasi meconium atau Dalam beberapa tahu terakhir telah

hiperbilirubinemia. Disebutkan tidak diketahui bahwa serviks yang kurang

ada perbedaan bermakna antara matang cenderung lebih tinggi

kelompok oksitosin dan misoprostol.4 kemungkinan mengalami kegagalan

Ketika prevalensi dari kontraksi induksi dan risiko seksio sesaria yang

abnormal uterus dibandingkan, lebih tinggi.1,5

takisistol lebih prevalen pada kelompok Terdapat banyak situasi dimana ahli

misoprostol. Beberapa studi yang lain obstetric dihadapkan pada keadaan yang

melaporkan insiden hiperstimulasi yang mengharuskan induksi dari persalinan

lebih tinggi pada kelompok pada wanita dengan serviks belum

misoprostol.4,7 matang. Dari sekian banyak agen

KESIMPULAN farmakologis yang digunakan untuk

Induksi persalinan adalah proses induksi, oksitosin dan misoprostol saat

dimana kontraksi uterus dimulai dengan ini adalah yang paling sering. Drip

bantuan farmakologi medis atau oksitosin saat ini adalah protocol yang

13
paling banyak digunakan, namun

penelitian membuktikan drip oksitosin

cenderung gagal pada serviks yang

belum lunak. 4,5

Misoprostol saat ini mendapatkan

perhatian lebih karena selain mampu

memberikan efek kontraksi pada uterus,

juga memiliki efek dalam pematangan

serviks. Misoprostol juga murah, stabil

pada suhu ruangan, penyimpanan yang

mudah dan penggunaan yang mudah.

Pada kasus dimana serviks masih kaku,

penggunaan misoprostol dapat

memberikan keuntungan dibandingkan

oksitosin, seperti lama induksi yang

lebih singkat, kemajuan persalinan lebih

cepat serta angka kegagalan yang lebih

rendah.4,5,6

14
DAFTAR PUSTAKA Vaginal Misoprostol For Induction
Of Labour In Unfavourable
1. Tenore JL. Methods for Cervical
Cervixin 3rd Trimester. Journal Of
Ripening and Induction of Labor.
Ayub Medical College
American Family Physician. 2006;
Abbottabad. 2008;20(3):33-5
67(10) :2123-28
7. Afolabi E O, Kuti O, Orji E O,
2. Murata B. 2009. Guidelines on
Ogunniyi S O. Oral Misoprostol
Labor Induction Revised. (Sumber:
Versus Intramuscular Oxytocin In
http://www.medscape.org/viewartic
The Active Management Of The
le/706427)
Third Stage Of Labour. Singapore
3. Crane J. Induction of Labour at
Medical Journal 2010; 51(3): 207-
Term. Journal of Obstetric and
211
Gynecologic Canada. 2001; 107 :1-
8. Mackenzie I Z. Induction Of
12
Labour At The Start Of The New
4. Maria Ma, Guillerme J.
Millennium. Reproduction
Misoprostol Versus Oxytocin For
.2006;131:989-998
Labor Induction In Term And Post-
9. Bujold E, Blackwell B, Hendler I.
Term Pregnancy: Randomized
Modified Bishop's Score And
Controlled Trial. Sao Paulo
Induction Of Labor In Patients
Medical Journal. 2003; 121(3):102-
With A Previous Cesarean
106.
Delivery. American Journal Of
5. Pevzner L, Rayburn Wf, Rumney
Obstetrics & Gynecology.
P, Wing Da. Factors Predicting
2004:191(5); 1644-1648
Successful Labor Induction With
10. Aleem HA. 2009. Misoprostol for
Dinoprostone And Misoprostol
cervical ripening and induction of
Vaginal Inserts. Obstet
labour. (Sumber:
Gynecol. 2009;114:261-7.
http://apps.who.int/rhl/pregnancy_
6. Abbasi N, Danish N, Shakoor
childbirth/induction/CD000941_ab
F, Parveen Z, Bilal Sa.
del-aleemh_com/ en/index.html)
Effectiveness And Safety Of

15
16
GAMBARAN PELATIHAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL TERHADAP
PENERAPAN LANGKAH-LANGKAH PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH
BIDAN DI PUSKESMAS KEMBANG TANJONG
KABUPATEN PIDIE

NURLAILA RAMADHAN
Tenaga Pengajar Pada StiKes Ubudiyah Banda Aceh

Abtract
Asuhan Persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman selama persalinan
dan setelah bayi lahir serta upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan pasca
persalinan, hipotermi dan asfiksia bayi baru lahir. Asuhan persalinan normal merupakan
salah satu upaya untuk menjaga kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan
yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi
dengan intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas
pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang diinginkan. Berdasarkan studi pendahuluan
diperoleh data dari Puskesmas Kembang Tanjong, jumlah bidan yang bertugas di
Puskesmas Kembang Tanjong sebanyak 86 orang yang sudah mengikuti pelatihan asuhan
persalinan normal sebanyak 70 orang dan yang belum mengikuti pelatihan sebanyak 16
orang, Dari 116 jumlah kelahiran di wilayah kerja Puskesmas tersebut, 90%
persalinannya ditolong oleh bidan, namun angka kematian ibu masih banyak disebabkan
oleh pertolongan saat persalinan, yaitu perdarahan pasca persalinan dan kematian bayi
70% disebabkan oleh asfiksia neonatorum, dan angka kematian bayi sebanyak 5 orang
(0,8%). Hal ini terjadi karena asuhan persalinan normal belum terlaksana secara baik, dan
belum memberikan pertolongan persalinan yang sesuai dengan standar asuhan persalinan
normal karena sebagian besar bidan belum mengikuti pelatihan asuhan persalinan normal
(Puskesmas Kembang Tanjong, 2012).

Kata kunci : Asuhan persalinan normal, bidan terlatih dan bidan tidak Terlatih

PENDAHULUAN kompetensi dan kualifikasi untuk


diregister, sertifikasi dan atau secara
Bidan adalah seseorang yang sah mendapat lisensi untuk
telah menjalani program pendidikan menjalankan praktik kebidanan.
bidan, yang diakui oleh negara tempat Persalinan adalah proses
ia tinggal, dan telah berhasil pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
menyelesaikan studi terkait kebidanan uri) yang telah cukup bulan atau dapat
serta memenuhi persyaratan untuk hidup di luar kandungan melalui jalan
terdaftar dan atau belum memiliki lahir atau jalan lain, dengan bantuan
ijazah formal untuk praktik bidan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).
(Suryani, 2008). Ikatan Bidan Persalinan normal adalah proses
Indonesia (IBI) menetapkan bahwa pengeluaran janin yang terjadi pada
bidan Indonesia adalah: seorang kehamilan cukup bulan (37 – 42
perempuan yang lulus dari pendidikan minggu), lahir spontan dengan
Bidan yang diakui pemerintah dan presentasi belakang kepala yang
organisasi profesi di wilayah Negara berlangsung dalam 18 jam, tanpa
Republik Indonesia serta memiliki
komplikasi baik pada ibu maupun pada Tujuan Penelitian
janin (Suparyanto, 2011). 1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran pelatihan
Data dari Riskesdas (2010) asuhan persalinan normal terhadap
menunjukkan bahwa proporsi penerapan langkah-langkah
kelahiran yang ditolong tenaga pertolongan persalinan oleh bidan di
kesehatan terlatih di Aceh sebanyak Puskesmas Kembang Tanjong
92,5%. Angka ini telah mencapai Kabupaten Pidie tahun 2013
target dari kementerian kesehatan yaitu
90%,dan juga angka ini lebih tinggi 2. Tujuan Khusus
dibandingkan dengan proporsi a.Untuk mengetahi gambaran
kelahiran yang ditolong tenaga kesetaraan bidan dalam pelatihan
kesehatan terlatih secara Nasional, asuhan persalinan normal
yaitu 82,2%, walaupun secara nasional b.Untuk mengetahui gambaran
terjadi peningkatan dari 66,7% pada penerapan langkah-langkah
tahun 2002 dan 77,34% pada tahun asuhan persalinan normal dalam
2009, sedangkan untuk Kabupaten pertolongan persalinan.
Pidie, proporsi kelahiran yang ditolong
tenaga kesehatan terlatih yaitu Manfaat Penelitian
sebanyak 91,2%
. Dari data yang diperoleh dari 1. Memberi pengalaman pertama
Dinas Kesehatan Pidie periode 31 pada peneliti menyangkut
Desember 2012 jumlah Angka implementasi tri drama perguruan
Kematian Ibu sebanyak 12 orang dan tinggi
jumlah Angka Kematian Bayi 2. Sebagai bahan masukan dan
sebanyak 95 bayi dan salah satu evaluasi terhadap pelayanan
penyebabnya adalah pada saat kesehatan dalam meningkatkan
pertolongan persalinan. Bila di lihat asuhan kebidanan kepada pasien,
dari penyebab persalinan tersebut di khususnya petugas kesehatan yang
Kabupaten Pidie banyaknya proses bertugas di puskesmas kembang
persalinan yang dilakukan oleh bidan tanjong.
tidak berbanding lurus dengan
kematian ibu bersalin dan bayi baru METODE PENELITIAN
lahir dan mungkin ini terjadi karena di
Kabupaten Pidie jumlah bidan yang Kerangka Pemikiran
mengikuti pelatihan APN pada tahun Pelayanan pertolongan persalinan
2012 masih sedikit, yaitu sebanyak ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih
20% (Dinkes Pidie, 2012). adalah kunci dari perbaikan status
kesehatan ibu dan bayi serta mencapai
Rumusan Masalah target yang diinginkan, maka dari itu
Berdasarkan uraian di atas maka pelatihan asuhan persalinan normal
timbul pertanyaan peneliti “Mengapa bisa mempengaruhi pertolongan
asuhan persalinan normal belum persalinan (JNKP-KR, 2008).
terlaksana secara baik oleh bidan di
Puskesmas Kembang Tanjong Tahun
2013?” Penerapan
langkah-langkah Pelatihan
pertolongan APN
persalinan normal
Variabel Penelitian melihat gambaran pelatihan asuhan
persalinan normal terhadap penerapan
Dalam Penelitian ini terdapat satu langkah-langkah pertolongan persalinan
variabel yang di teliti, yaitu sebagai oleh bidan di Puskesmas Kembang
berikut: Tanjong Kabupaten Pidie.
1. Penerapan langkah-langkah asuhan
persalinan normal : Suatu tindakan
yang dilakukan oleh tenaga Tempat dan waktu
kesehatan dalam pertolongan
persalinan sesuai dengan konsep Penelitian ini telah dilakukan di
persalinan normal. Variabel ini akan Wilayah kerja Puskesmas Kembang
diukur dengan obsevasi Tanjong, pada bulan agustus tahun
menggunakan lembaran observasi. 2013.
Hasil ukur sesuai standar APN, tidak
sesuai APN. Hasil ukur tersebut
berskala ordinal.
2. Pelatihan Asuhan persalinan normal
: Suatu yang pernah didapatkan Pengumpulan Data
pelatihan tentang pertolongan Cara pengumpulan data yang di
persalinan normal. Variabel ini akan gunakan dalam penelitian ini adalah
diukur dengan observasi dengan observasi menggunakan
menggunakan lembaran observasi. lembaran observasi untuk data primer
Hasil ukur Terlatih, Tidak terlatih. dan untuk sekunder di peroleh dari
Hasil ukur tersebut berskala ordinal. buku registerasi di wilayah kerja
puskesmas kembang tanjong kabupaten
Wilayah Generalisasi pidie tahun 2013.
Hasil penelitian ini dapat
dinerasikan untuk seluruh Badan
Layanan Umum Daerah Puskesmas Instrumen Penelitian
Kembang Tanjong Kabupaten Pidie Instrument penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
Populasi dan Sampel kuesioner yang berisikan 59 pertanyaan,
1. Populasi diantaranya 1 pertanyaan tentang
Populasi dalam penelitian ini pelatihan asuhan persalinan dan 58 soal
adalah semua bidan yang ada di tentang persalinan normal, jika
puskesmas kembang tanjong kabupaten menjawab benar akan mendapatkan
pidie bulan juni dan agustus yaitu skor 1 dan apabila salah akan
sebanyak. mendapatkan skor 0.
2. Sampel
Tehnik pengambilan sampel dalam Teknik Pengumpulan Data
penelitian ini dilakukan dengan metode Dalam pengumpulan data,
total sampling, dengan jumlah sampel 86 dengan mengumpulkan data dari dua
bidan. sumber yakni data nilai
kuesionerpelatihan asuhan persalinan
normal, dan nilai penerapan langkah-
Desain Penelitian langkah pertolongan persalinan oleh
bidan.
Adapun penelitian ini adalah
bersifat deskriptif dengan desain /
pendekatan crossectional, yaitu untuk
Pengolahan Data pada responden yang berjumlah 86 bidan
a. Editing
b. Coding di peroleh hasil sebagai berikut :
c. Processing/ Entry
d. Cleaning Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Asuhan Persalinan
Normal terhadap Penerapan Langkah
Analisa Data langkah Pertolongan
1. Analisa Univariat Persalinan oleh Bidan di Puskesmas
Kembang Tanjong Kabupaten Pidie
Dilakukan untuk mengetahui
Tahun 2013
distribusi frekuensi pada tiap
Asuhan Persalinan Frekuensi Persentase
variabel dalam penelitian. No
2. Tabulasi silang Normal (F) (%)
Dilakukan untuk 1 Sesuai APN 69 80,2
mengetahui Gambaran 2 Tidak Sesuai APN 17 19,8
antara bidan yang terlatih
dengan bidan tidak terlatih Berdasarkan tabel 5.1 Diatas terlihat
dengan variabel bahwa mayoritas responden dalam
dependent yaitu penerapan memberikan pertolongan persalinan
langkah-langkah normal sudah sesuai dengan anjuran dari
pertolongan persalinan Asuhan Persalinan Normal, yaitu sebanyak
normal, maka digunakan 69 responden (80,2%).
tabulasi silang untuk
menyilangkan keduanya Tabel 5.2
variabel tersebut. Distribusi Frekuensi Pelatihan Asuhan
Persalinan Normal di Puskesmas
Kembang Tanjong Kabupaten Pidie
Penyajian Data Tahun 2013
Data yang telah dikumpulkan
akan diolah dengan menggunakan
Pelatihan Frekuensi Persentas
cara manual dan kemudian disajikan No
dalam bentuk tabel distribusi APN (F) e (%)
frekuensi untuk dinarasikan. 1 Terlatih 70 81,4
2 Tidak Terlatih 16 18,6
Jumlah 86 100
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan pengumpulan data Berdasarkan tabel 5.2 diatas
terlihat bahwa mayoritas bidan sudah
yang peneliti lakukan melalui observasi mendapatkan pelatihan APN, yaitu
sebanyak 70 responden (81,4%)
Tabel 5.4 studi terkait kebidanan serta
Distribusi Frekuensi Tabulasi memenuhi persyaratan untuk
Silang Asuhan Persalinan Normal terdaftar dan atau belum memiliki
Berdasarkan Bidan Terlatih di ijazah formal untuk praktik bidan.
Puskesmas Kembang Tanjong Persalinan adalah proses
Kabupaten Pidie pengeluaran hasil konsepsi (janin
Tahun 2013 dan uri) yang telah cukup bulan atau
dapat hidup di luar kandungan
Asuhan Persalinan Normal melalui jalan lahir atau jalan lain,
No Pelatihan APN Sesuai Tidak Sesuai F % dengan bantuan atau tanpa bantuan
% %
APN APN
(kekuatan sendiri). Persalinan
1 Terlatih 70 100.0 0 0.0 70 100 normal adalah proses pengeluaran
2 Tidak Terlatih 0 0.0 16 100.0 16 100
janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37 – 42 minggu), lahir
Jumlah 70 16 86
spontan dengan presentasi belakang
kepala yang berlangsung dalam 18
Berdasarkan tabel 5.4 di atas
jam, tanpa komplikasi baik pada ibu
dapat dilihat bahwa responden yang
maupun pada janin (Suparyanto,
terlatih mayoritas terampil
2011).
memberikan asuhan persalinan
Hasil Penelitian dari Dinkes
normal, yaitu sebanyak 70 responden
(2010), menunjukkan bahwa proporsi
(100%).
kelahiran yang ditolong tenaga
PEMBAHASAN kesehatan terlatih di Aceh sebanyak
92,5%. Angka ini telah mencapai
Gambaran pelatihan asuhan target dari kementrian kesehatan
persalinan normal terhadap yaitu 90%,dan juga angka ini lebih
penerapan langkah-langkah tinggi dibandingkan dengan proporsi
pertolongan persalinan oleh bidan kelahiran yang ditolong tenaga
kesehatan terlatih secara
Berdasarkan hasil penelitian
Nasional,yaitu 82,2%.
yang telah dilakukan menunjukkan
Menurut Asumsi bahwa
dari responden yang terlatih
responden yang terlatih tentunya
mayoritas terampil memberikan
akan lebih terampil dalam
asuhan persalinan normal, yaitu
memberikan asuhan persalinan
sebanyak 70 responden (100%).
normal, karena dengan sering
Menurut teori Suryani (2008),
mendapatkan pelatihan, maka akan
Asuhan Persalinan Normal (APN)
semakin terampil dalam memberikan
adalah asuhan yang bersih dan aman
asuhan persalinan normal.Dan
selama persalinan dan setelah bayi
Asuhan persalinan kepada ibu
baru lahir serta upaya pencengahan
bersalin, sebelum itu harus
komplikasi terutama pasca
memperhatikan kenyamanan fisik
persalinan, hipotermia dan asfeksia
dan emosional termasuk ukur suhu,
bayi baru lahir. Dan Bidan adalah
nadi dan tekanan darah, memeriksa
seseorang yang telah menjalani
asupan cairan dan output urin supaya
program pendidikan bidan, yang
di saat persalinan aman, setelah bayi
diakui oleh negara tempat ia tinggal,
lahir serta mencegah komplikasi
dan telah berhasil menyelesaikan
terutama pendarahan pasca penelitian ini dapat menjadi bahan
persalinan.tercapainya kelangsungan masukan bagi bidan khususnya di
hidup dan kesehatan yang tinggi bagi Puskesmas Kembang Tanjong tentang
ibu serta bayinya, melalui upaya bagaimana gambaran hubungan
yang terintegrasi dan lengkap namun pelatihan asuhan persalinan normal
terhadap penerapan langkah-langkah
menggunakan intervensi seminimal pertolongan persalinan.
mungkin sehingga prinsip keamanan Saran
dan kualitas layanan dapat terjaga 1. Kepada peneliti lain diharapkan
pada tingkat yang seoptimal dapat menindak lanjuti
mungkin. penelitian ini agar menambah
variabel lain dan dapat
PENUTUP menambah jumlah sampel yang
lebih banyak
Kesimpulan 2. Organisasi IBI diharapkan agar
terus mengadakan monitoring
Dari 86 responden diperoleh hasil bagi para bidan yang telah
bahwa bidan yang telah mendapatkan mendapatkan pelatihan APN
pelatihan persalinan normal lebih tetap melakukan pertolongan
terampil dalam memberikan asuhan persalinan sesuai dengan standar
persalinan normal. Diharapkan hasil pada pelatihan APN.
DAFTAR PUSTAKA Depkes RI. (2008), Pelatihan Klinik
Asuhan Persalinan Normal.
Syafruddin. (2009). Kebidanan Departemen Kesehatan Republik
Komunitas. EGC: Jakarta Indonesia: Jakarta

Suryani, Soepardan. (2008). Konsep Diah, (2012). 58 Langkah Asuhan


Kebidanan. EGC: Jakarta Persalinan Normal (APN).

Suparyanto.(2011).Asuhan Ahira, Anne. (2012). Standar WHO


PersalinanNormal. konsep-asuhan- pada Persalinan Normal. [Online]
persalinan-normal dari:http://www.anneahira.com/persa
linan-normal.html(Diakses19 Januari
Profil Kesehatan Aceh,(2010). 2013)
Laporan Profil Kesehatan Aceh:
Banda Aceh Wikipedia. 2012. Bidan. [Online]
dari:http://id.wikipedia.org/wiki/bida
Puskesmas Kembang Tanjong. n (Diaskes 19
(2012). Laporan Jumlah Pegawai: Januari 2013).
Kembang Tanjong
Wikipedia. 2013. Bidan. [Online]
Notoatmodjo, (2005), Metodologi dari:http//id.wikipedia.org/wiki/bidan
Penelitian Kesehatan (Edisi Revisi), (Diaskes 19 januari 2013).
Rineka Cipta, Jakarta JNKP-KR, (2008), Pelatihan Bidan
APN, Departemen Kesehatan:
Notoatmodjo, (2010), Pengolahan Jakarta
Data (Edisi Revisi), Rineka Cipta,
Jakarta Riayat,Al-Qahar. 2012. Asuhan
Persalinan Normal.
Mochtar, Rustam. (2002). Sinopsis
Obstetri. EGC: Jakarta Riskesdas, 2010, Visi Indonesia
Sehat.
Maulidaniah, (2011). Pedoman
Asuhan Persalinan Normal. [Online] Riayat,Al-Qahar. (2012). Asuhan
dari: Persalinan Normal. [Online]
http://Kuliahbidan.wordpress.com dari:http//pecintailmu. com (Diakses
(Diakses 19 Januari 2013). 15 Januari 2013).
Riskesdas, (2010), Visi Indonesia
Manuaba, Ida Bagus. (2004). Sehat.
Penuntun Kepaniteraan Klinik
Obstetri dan Ginekologi. EGC: Suparyanto.(2011).Asuhan
Jakarta Persalinan Normal. konsep-asuhan-
persalinan-normal
Dinkes Pidie, (2012). Laporan
Dinkes Pidie: Pidie Wikipedia. (2012). Bidan. [Online]
dari:http://id.wikipedia.org/wiki/bida
n (Diaskes 19 Januari 2013).
http://jurnal.fk.unand.ac.id 743

Artikel Penelitian

Pengaruh Perbedaan Kadar Oksitosin Melalui Pemijatan


Oksitosin Terhadap Jumlah Perdarahan pada Ibu 2 Jam
Postpartum

Desi Sarli1, Masrul2, Meilinda Agus3

Abstrak
Upaya penanganan perdarahan postpartum adalah dengan pemberian oksitosin yang mempunyai peranan
penting dalam merangsang kontraksi otot polos uterus sehingga perdarahan dapat teratasi.Hormon oksitosin dapat
dihasilkan melalui rangsangan pemijatan oksitosin yang akan mempercepat kerja saraf parasimpatis untuk
menyampaikan perintah ke hipotalamus untuk menghasilkan oksitosin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh perbedaan kadar oksitosin melalui pemijatan oksitosin terhadap jumlah perdarahan pada ibu 2 jam
postpartum. Penelitian menggunakan desain eksperimen. Penelitian ini dilaksanakan ± 6 bulan dengan jumlah sampel
64 orang. Pengolahan data dilakukan dengan komputerisasi. Data disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan
selanjutnya dilakukan uji independen t-test, uji korelasi dan regresi untuk mengetahui pengaruh hubungan kedua
variabel. Hasil penelitian perbedaan kadar oksitosin pada ibu 2 jam postpartum pada kelompok intervensi mempunyai
rata-rata kadar oksitosin 47.16 pg/ml dengan standar deviasi 17.583 pg/ml,sedangkan kadar oksitosin pada kelompok
kontrol 29.86 pg/ml dengan standar deviasi 17.532 pg/ml dengan nilai p<0,05.Rata-rata jumlah perdarahan pada
kelompok intervensi 175.00 ml dengan standar deviasi 48.894 ml,sedangkan jumlah perdarahan pada kelompok
kontrol 247.06 ml dengan standar deviasi 72.093 ml dengan nilai p<0,05. Hasil uji korelasi didapatkan hubungan kadar
oksitosin terhadap jumlah perdarahan menunjukkan hubungan sedang (r=0,482). Hasil uji statistik didapatkan ada
perbedaan kadar oksitosin terhadap jumlah perdarahan (p<0,05). Terdapat perbedaan yang bermakna antara kadar
oksitosin ibu 2 jam postpartum pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.Terdapat perbedaan yang bermakna
antara jumlah perdarahan ibu 2 jam postpartum pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Semakin tinggi kadar
oksitosin maka jumlah perdarahan semakin sedikit.
Kata kunci: Pemijatan oksitosin, oksitosin, jumlah perdarahan 2 jam postpartum

Abstract
Efforts to handling postpartum hemorrhage is to give oxytocin,which it is an important role in oxytocin stimulates
uterine smooth muscle contraction, so that bleeding can be resolved.The hormone oxytocin can be generated through
the stimulation of oxytocin massage that will accelerate parasympathetic nerves to deliver commands to the
hipotalamus to produce oxytocin. The objective of this study was to determine effect of different levels of oxytocin
trough massage of oxytocin on the amount of bleeding at 2 hours postpartum. This research use experimental design
that was conducted ± 6 months to 64 people. Data processing was done by computerized. The data presented in the
form of a frequency distribution and performed an independen t-test and correlation test and regression to determine
the effect ofthe relationship between the two variables. There is differences the levels of oxytocin at 2 hours
postpartum in the intervention group had higher median levels of oxytocin 47.16pg/ml with a standard deviation of
17.583pg/ml, whereas the levels ofoxytocin at 2 hours post partum control group 29.86 pg/ml with a standard deviation
of 17.532 pg/ml with p<0.05. The average of bleeding in the intervention group was 175.00 ml with a standard
deviation of 48.894 ml, while the amount of bleeding at 2 hours postpartum control group 247.06 ml with a standard

Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 4(3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 744

deviation of 72.093 ml with p<0.05. The results obtained correlation levels of oxytocin relation to 2 hours postpartum
hemorrhage showed moderate relationship (r =0.482). The results of statistical tests found differences in the levels of
oxytocin on the amount of bleeding at 2 hours postpartum (p<0.05). There is differences between the levels of oxytocin
2 hours pos partum in the intervention group and the group control. There are significant difference between the
hemorrhage 2 hours post partum in the intervention group and the group of high levels of oxytocin control.
Keywords: massage of oxytocin, oxytocin, amount of bleeding at 2 hours postpartum

Affiliasi penulis : 1. Program Studi Magister S2 Kebidanan FK UNAND 47 (3,63%) ibu yang mengalami perdarahan postpartum
(Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang), 2. Laboratorium
dari 1295 orang ibu bersalin. Walaupun antara 2009 –
Biomedik Universitas Andalas 3. Bidan Praktek Mandiri Kota Padang
dan Pariaman 2010 terjadi penurunan jumlah kejadian perdarahan
Korespondensi : Desi Sarli, E-mail: desi_sarli@yahoo.com, Telp: postpartum, namun pada tahun 2011 terjadi
081267033306
peningkatan yaitu terdapat 110 (7,5%) ibu yang
mengalami perdarahan postpartum dari 1.463 ibu
PENDAHULUAN bersalin. Tahun 2012 terdapat 72 (4,29%) ibu yang
Angka Kematian Ibu (AKI) akibat persalinan mengalami perdarahan postpartum dari 1.677 ibu
sampai saat ini masih merupakan salah satu masalah bersalin.3
kesehatan dunia. Di Indonesia, AKI tahun 2012 adalah Menurut penelitian Stanton et al, upaya
359 per 100.000 kelahiran hidup, dibanding negara- penanganan perdarahan postpartum adalah dengan
negara di Asia Tenggara, angka ini adalah yang pemberian oksitosin, dimana oksitosin mempunyai
tertinggi. Hal ini sudah dapat dipastikan Indonesia tidak peranan penting dalam merangsang kontraksi otot polos
akan dapat mencapai target sesuai dengan target uterus sehingga perdarahan dapat teratasi. Hasil dari
Millennium Development Goals (MDGs) berupaya penelitiannya menunjukkan rata-rata jumlah perdarahan
menurunkan angka ini menjadi 102 per 100.000 setelah plasenta lahir yang diberikan injeksi oksitosin
kelahiran hidup pada tahun 2015.1 lebih sedikit dibandingkan tanpa diberikan injeksi
Perdarahan merupakan penyebab kematian ibu oksitosin.4
bersalin yang memberikan kontribusi paling besar Menurut penelitian Thornton et al, menjelaskan
terhadap seluruh penyebab kematian ibu melahirkan. bahwa oksitosin dapat dihasilkan oleh tubuh pada saat
Penyebab kematian ibu bersalin yang lain diantaranya proses persalinan. Kadar oksitosin akan meningkat
infeksi dan preeklamsia/eklamsia. Perdarahan pasca pada kala III oleh karena pengurangan metabolisme
persalinan dan atonia uteri merupakan penyebab paling secara tiba-tiba karena pelepasan plasenta, dimana
sering. Penyebab yang lain adalah retensio plasenta, plasenta merupakan sumber utama oksitosin. Akibat
robekan jalan lahir dan inversio uteri.2 pelepasan plasenta, hipotalamus terstimulasi untuk
Perdarahan pasca persalinan merupakan menghasilkan hormon oksitosin.5
kejadian yang tidak dapat diprediksi. Bila ini terjadi, Hormon oksitosin dapat dihasilkan melalui
maka merupakan suatu tragedi, sehingga sangat rangsangan pemijatan oksitosin. Hal ini juga dibahas
penting memperbaiki kualitas penanganan sehingga dalam penelitian Rapaport et al tentang pengaruh
banyak nyawa ibu yang dapat diselamatkan. Di masa pemijatan pada hipotalamus-hipofisis-adrenal dan fungsi
lampau sebagian besar penolong persalinan baru imun dalam kesehatan, dengan hasil penelitian
melakukan intervensi bila sudah terjadi perdarahan atau menyatakan adanya peningkatan hormon oksitosin dan
terjadi proses yang berjalan secara tidak normal.2 menekan arginine-vasopressin (AVP) serta menekan
Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. M. Djamil hormon cortisolsetelah dilakukan pemijatan.6
merupakan rumah sakit rujukan di Sumatara Barat. Penelitian Morhenn et al menjelaskan adanya
Hasil dari pencatatan Medical Record di RSUP Dr. M. hubungan pemijatan otot tulang belakang dengan
Djamil Padang di tahun 2009, angka kejadian peningkatan kadar oksitosin dan menurunkan kadar
perdarahan postpartum tercatat sebanyak 73 (4,81%) adrenocorticotropin hormon (ACTH), nitric oxide (NO)
ibu dari 1515 orang ibu bersalin. Tahun 2010 terdapat dan beta-endorphin (BE). Perbandingan efek pemijatan

Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 4(3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 745

pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol partum, kehamilan tunggal, bayi melakukan IMD, ibu
mempunyai perbedaan yang signifikan.7 postpartum yang bayinya hidup, ibu tidak mengalami
Pengaruh pemijatan juga dibahas oleh Young et retensio plasenta, ibu dengan gravida 2, tidak
al yang menyatakan bahwa pemijatan akan meningkat mengalami polihidramnion, tidak dilakukan induksi
akan kadar hormon oksitosin. Pijat oksitosin adalah persalinan. Jumlah sampel yang diteliti adalah 32
suatu tindakan pemijatan otot tulang belakang mulai dari responden untuk kelompok kontrol dan 32 responden
cervical 7 sampai scapula yang akan mempercepat untuk kelompok intervensi.
kerja saraf parasimpatis untuk menyampaikan perintah Pengukuran dilakukan dengan cara kelompok
ke otak bagian belakang sehingga oksitosin keluar.8 intervensi yang dipijat oksitosin menggunakan protokol
Menurut penelitian Khairani tentang pengaruh pemijatan oksitosin dan untuk menilai jumlah
pijat oksitosin terhadap involusi uterus pada ibu post perdarahan kala IV peneliti melakukan penimbangan
partum di ruang post partum kelas III RSHS Bandung, underpad kemudian dianalisa dengan rumus volume
dengan hasil penelitian adanya pengaruh pemijatan (ml) = berat/massa jenis darah (1,056). Pengumpulan
oksitosin terhadap involusi uterus pada ibu post partum data kadar oksitosin untuk pengambilan darah peneliti
di Ruang Post Partum Kelas III RSHS Bandung.9 dibantu oleh petugas laboratorium. Pemeriksaan kadar
Penelitian Hamranani di Rumah Sakit Wilayah oksitosin dengan Human Oxytocin Elisa Kit kemudian
Kabupaten Klaten menyatakan bahwa ada hubungan diolah di Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran
pemijatan oksitosin dengan involusi uterus (p<0,05).10 Unand.
Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui Analisa data yang dilakukan untuk mengetahui
pengaruh perbedaan kadar oksitosin melalui pemijatan perbedaan dua variabel antara variabel independent
oksitosin terhadap jumlah perdarahan pada ibu 2 jam dengan variabel dependent dilakukan dengan uji
postpartum. independen t test. Untuk mengetahui faktor yang
mempengaruhi jumlah perdarahan 2 jam postpartum
METODE dapat dilihat dari analisis regresi,yang mana untuk
Penelitian ini menggunakan desain eksperimen mengetahui bentuk hubungan antara dua variabel,
dengan bentuk post test only design. Pengukuran ini sedangkan untuk mengetahui eratnya hubungan dapat
dilakukan setelah kelompok intervensi diberikan pijat diketahui dengan analisis korelasi.
oksitosin dan pada kelompok kontrol yang tidak
diberikan pijat oksitosin. Tempat penelitian di Bidan HASIL
Praktek Mandiri Padang dan Pariaman dan Hasil penelitian ini dilakukan secara random blok
Laboratorium Biomedik Univeristas Andalas Padang. dengan jumlah subyek penelitian 64 orang yang
Penelitian ini dilaksanakan selama ± 6 bulan. memenuhi kriteria inklusi dan setuju untuk ikut dalam
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu post penelitian. Sebanyak 32 orang diberi perlakuan
partum yang melahirkan secara normal di Bidan Praktek pemijatan oksitosin selama 15 menit sebagai kelompok
Mandiri Padang dan Pariaman. Subjek penelitian ini intervensi, dan 32 orang tidak diberikan perlakuan
adalah semua ibu postpartum yang melahirkan secara pemijatan oksitosin yang disebut kelompok kontrol.
normal yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Sepuluh menit jam kedua pada kelompok intervensi
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah ibu 2 jam post dilakukan pengambilan darah sebanyak satu kali dan 25
partum hari pertama yang mengalami persalinan menit jam kedua dilakukan pengambilan darah untuk
normal, tidak menderita penyakit sistemik, laserasi jalan kelompok kontrol. Data yang diperoleh dikelompokkan
lahir sudah diatasi dengan baik, responden sudah dan ditabulasi sesuai dengan karakteristik masing-
melakukan gerakan miring kanan miring kiri 2 jam post masing variabel dan didapatkan hasil penelitian.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 4(3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 746

Tabel 1. Karakteristik responden Kadar oksitosin minimal pada ibu 2 jam postpartum
Variabel Kelompok sebesar 14.885 pg/ml dan kadar oksitosin maksimal
Intervensi Kontrol p
sebesar 79.902 pg/ml, dengan rerata kadar oksitosin ibu
n (%) n (%)
2 jam postpartum adalah 38.51 pg/ml.
Umur 20-30 th 20 20 1,000
(50,0%) (50,0%) Menurut penelitian Rapaport et al, rata-rata
≥ 31 th 12 12 kadar oksitosin pada kelompok yang dilakukan masase
(50,0%) (50,0%)
Swedish sebesar 27.6 ± SD 35.5 pg/ml,sedangkan pada
BB Bayi 2500 -3000 17 18 1,000
gr (48,6%) (51,4%) kelompok yang dilakukan pemijatan lembut mempunyai
3100–3600 15 14 rata-rata kadar oksitosin sebesar 80.1± SD 42.0 pg/ml.6
gr (51,7%) (48,3%) Menurut penelitian Morhenn et al, rata-rata kadar
Laserasi Tdk ada 11 18 0,132
oksitosin pada kelompok sebelum dilakukan pemijatan
laserasi (37,9%) (62,1%)
Derajat 1 dan 21 14 pada otot tulang belakang bagian atas sebesar 190.37±
2 (60,0%) (40,0%) SD 122.04 pg/ml dan kadar oksitosin setelah dilakukan
Lama ≥ 8 menit 19 15 0,452
pemijatan meningkat menjadi 223.50±SD 127.16 pg/ml.7
Hisap (55,9%) (44,1%)
(IMD)
Menurut penelitian Thornton et al menjelaskan
≤ 8 menit 13 17 bahwa 10 wanita yang diberikan oksitosin pada saat
(43,3%) (56,7%)
kelahiran plasenta menunjukkan peningkatan
konsentrasi plasma oksitosin.Kadar oksitosin pada saat
Hasil uji statistik perbedaan rerata pada pengeluaran janin (Kala II) adalah sebesar 3,9 pmol/l
karakteristik variabel umur ibu, berat badan bayi,derajat kemudian meningkat pada saat kelahiran plasenta (Kala
laserasi dan lama menghisap pada saat IMD didapatkan III) menjadi 23 pmol/l setelah pemberian oksitosin.
p>0,05. Hal ini menunjukkan bahwa secara karakteristik Peneliti juga menjelaskan bahwa dari 15 wanita yang
variabel umur ibu, berat badan bayi, derajat laserasi dan tidak diberikan oksitosin,9 orang memiliki waktu
lama menghisap pada saat IMD menunjukkan tidak ada kelahiran plasenta yang normal dan 4 orang lagi tidak,
perbedaan yang bermakna antara kelompok intervensi namun plasenta dapat lahir walau dengan waktu yang
dengan kelompok kontrol, sehingga tidak lebih lama dan 2 orang yang mengalami perdarahan
mempengaruhi jumlah perdarahan dan kadar oksitosin. postpartum akibat manual plasenta.Plasma oksitosin
Usia di bawah 20 tahun dan di atas 35 tahun meningkat pada saat Kala II dengan kadar oksitosin
merupakan usia beresiko untuk hamil dan melahirkan. sebesar 4,2 pmol/l, kemudian meningkat saat kelahiran
Usia kehamilan yang paling aman untuk melahirkan plasenta menjadi 17 pmol/l.5
adalah usia 20 – 30 tahun.11,12 Fungsi oksitosin pada persalinan kala tiga adalah
Berat badan bayi yang lebih dari 4000 gram menyebabkan kontraksi rahim. Asal usul fluktuasi
(makrosomia) menyebabkan pendarahan postpartum, endogen oksitosin tidak dapat ditentukan dari studi ini,
karena dapat menyebabkan uterus terlalu meregang, tetapi beberapa pengamatan menunjukkan bahwa
dengan overdistensi tersebut dapat menyebabkan kenaikan tersebut disebabkan oleh peningkatan
uterus atonik.13 pelepasan oksitosin dari ibu dan janin. Oksitosin janin
Perdarahan yang cukup banyak dapat terjadi dapat berkontribusi dan beredar pada ibu sehingga
dari robekan yang dialami selama proses melahirkan konsentrasi plasma oksitosin meningkat selama kala I
baik yang normal ataupun dengan tindakan.Laserasi dan II persalinan, namun pada kala III oksitosin akan
jalan lahir memberi kontribusi terhadap terjadinya dihasilkan oleh tubuh ibu sendiri karena terjadi
perdarahan postpartum sebesar 4-5%. pengurangan metabolisme secara tiba-tiba akibat
Tabel 2. Rerata kadar oksitosin pada ibu 2 jam post
pelepasan plasenta, sehingga hipotalamus terstimulasi
partum merangsang hormon oksiosin kemudian dialirkan
Variabel Mean ± SD Minimal-Maksimal
melaluihipofisis posterior, kemudian menstimulasi jalan
Kadar 38.51 ± 19.47 14.885 – 79.902
lahir selama persalinan.5
Oksitosin pg/ml pg/ml

Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 4(3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 747

Oksitosin menginduksi otot polos miometrium Tabel 4. Pengaruh pemijatan oksitosin terhadap kadar
uteri pada persalinan.Pemicu sintesis reseptor oksitosin oksitosin pada ibu 2 jam postpartum
dapat berupa peningkatan rasio estrogen terhadap Pemijatan Kadar Oksitosin p

progesteron seiring berkurangnya konsentrasi hormon Oksitosin Mean ± SD

progesteron selama persalinan.Oksitosin dilepaskan Intervensi 47.16 ± 17.583 pg/ml 0,001


Kontrol 29.86 ± 17.532 pg/ml
dari hipofisis posterior selama persalinan akibat
rangsangan dilatasi serviks yang mengirimkan serat
Perbedaan kadar oksitosin antara kelompok
aferen ke sistem saraf pusat sehingga menyebabkan
intervensi dengan kelompok kontrol yaitu sebesar 17.3
kelenjer hipofisis posterior meningkatkan sekresi
pg/ml.Hasil uji statistik diperoleh nilai p< 0,05 yang
oksitosinnya.14
artinya ada perbedaan bermakna kadar oksitosin pada
Tabel 3. Rata-rata jumlah perdarahan pada ibu 2
ibu 2 jam postpartum antara kelompok intervensi
jampostpartum
dengan kelompok kontrol.
Variabel Mean ± SD Minimal –
Maksimal Hasil analisis pengaruh pemijatan oksitosin
Jumlah 211.03 ml ± 71.082 110 ml – 385 terhadap kadar oksitosin pada ibu 2 jam postpartum
Perdarahan ml ml mempunyai rata-rata kadar oksitosin lebih tinggi pada
kelompok intervensi dibandingkan dengan kelompok
Jumlah perdarahan minimal pada ibu 2 jam kontrol. Perbedaan kadar oksitosin antara kelompok
postpartum sebanyak 110 ml dan jumlah perdarahan intervensi dengan kelompok kontrol yaitu sebesar 17.3
maksimal sebanyak 385 ml dengan rata-rata jumlah pg/ml. Hasil uji statistik diperoleh nilai p<0,05 yang
perdarahan ibu 2 jam postpartum adalah 211.03 ml. artinya ada perbedaan bermakna kadar oksitosin pada
Hasil dari data penelitian Stanton et al rata-rata ibu 2 jam postpartum antara kelompok intervensi
jumlah perdarahan setelah plasenta lahir diberikan dengan kelompok kontrol.
injeksi oksitosin adalah sebesar 185.5 ml dan rata-rata Menurut penelitian Thornton et at menjelaskan
jumlah perdarahan setelah plasenta lahir tanpa bahwa 10 wanita yang diberikan oksitosin pada saat
diberikan injeksi oksitosin 229.5 ml.4 kelahiran plasenta menunjukkan peningkatan
Hormon oksitosin akan memicu kontraksi otot konsentrasi plasma oksitosin. Kadar oksitosin pada saat
polos pada uterus sehingga akan terjadi involusi uterus pengeluaran janin (Kala II) adalah sebesar 3,9 pmol/l
dan mencegah terjadinya perdarahan. Oksitosin kemudian meningkat pada saat kelahiran plasenta
merupakan suatu hormon yang dapat memperbanyak menjadi 23 pmol/l setelah pemberian oksitosin. Peneliti
masuknya ion kalsium kedalam intrasel. Keluarnya juga menjelaskan bahwa dari 15 wanita yang tidak
hormon oksitosin akan memperkuat ikatan aktin dan diberikan oksitosin, 9 orang memiliki waktu kelahiran
myosin sehingga kontraksi uterus semakin kuat dan plasenta yang normal dan 4 orang lagi tidak, namun
proses involusi uterus semakin bagus. Hormon oksitosin plasenta dapat lahir walau dengan waktu yang lebih
yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan lama dan 2 orang yang mengalami perdarahan
mengatur kontraksi uterus, mengompresi pembuluh postpartum akibat manual plasenta. Plasma oksitosin
darah dan membantu proses hemostasis. Kontraksi dan meningkat setelah kelahiran bahu depan dengan kadar
retraksi otot uterus akan mengurangi suplai darah ke oksitosin sebesar 4,2 pmol/l, kemudian meningkat saat
uterus. Proses ini akan membantu mengurangi bekas kelahiran plasenta menjadi 17 pmol/l.5
luka implantasi plasenta serta mengurangi Penelitian Young et al menjelaskan adanya
perdarahan.15 hubungan pemijatan yang dilakukan di daerah
Hasil analisis pengaruh pemijatan oksitosin veretebralis L4 sampai S1 terhadap sistem saraf
terhadap kadar oksitosin pada ibu 2 jam post partum otonom sehingga HRV, serum kortisol dan tingkat
mempunyai rata-rata kadar oksitosin lebih tinggi pada norepinefrin akan diturunkan dan meningkatkan kadar
kelompok intervensi dibandingkan dengan kelompok oksitosin.8
kontrol. Penelitian Morhenn et al menjelaskan adanya

Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 4(3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 748

hubungan pemijatan otot tulang belakang dengan pada kelompok intervensi dibandingkan dengan
peningkatan kadar oksitosin dan menurunkan kadar kelompok kontrol. Perbedaan jumlah perdarahan pada
adrenocorticotropin hormon (ACTH), Nitric Oxide (NO) kelompok intervensi dengan kelompok kontrol sebesar
dan Beta-Endorphin (BE). Perbandingan efek pemijatan 72.06 ml. Hasil uji statistik diperoleh nilai p< 0,05 yang
pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol artinya ada perbedaan bermakna jumlah perdarahan
mempunyai perbedaan yang signifikan p <0,05. 7 pada ibu 2 jam postpartum antara kelompok intervensi
Dengan adanya pemijatan oksitosin, terjadi dengan kelompok kontrol.
rangsangan di korda spinalis yang mana berfungsi Menurut penelitian Khairani tentang Pengaruh
sebagai penghubung saraf antara otak dan sistem saraf Pijat Oksitosin terhadap Involusi Uterus pada Ibu
perifer. Semua komunikasi ke atas dan ke bawah korda Postpartum di ruang post partum kelas III RSHS
spinalis terletak di jaras-jaras (traktus) asendens yang Bandung, dengan hasil adanya pengaruh pemijatan
menyalurkan sinyal dari masukan aferen ke otak. oksitosin terhadap involusi uterus pada ibu post partum
Substansia grisea yang terletak di tengah korda spinalis di Ruang Post Partum Kelas III RSHS Bandung. Dapat
mengandung penghubung antarneuron yang terletak digambarkan bahwa proses involusi uterus yang dinilai
antara masukan aferen dan keluaran eferen serta badan dari penurunan tinggi fundus uterus pada responden
sel neuron eferen. Serat aferen dan eferen yang intervensi yang dipijat oksitosin mengalami involusi
masing-masing membawa sinyal ke dan dari korda uterus normal lebih banyak daripada involusi uterus
spinalis, menyatu menjadi saraf spinalis. Saraf-saraf ini yang tidak dipijat oksitosin. Berdasarkan hasil uji
melekat ke korda spinalis berpasangan di sepanjang statistik didapatkan ada pengaruh pijat oksitosin
korda. Neuron inhibitorik dan neuron kolimergik terhadap proses involusi uterus yang ditunjukkan
eksitatorik membuat kontak sinaps dengan neuron dengan nilai p< 0.05 yang berarti Ho ditolak.9
oksitosin neuro sekretorik di nucleus paraventrikularis Penelitian Hamrarani di Rumah Sakit Wilayah
dan supraoptikus. Kemudian hipotalamus memproduksi Kabupaten Klaten menyatakan bahwa ada hubungan
hormon oksitosin dan dialirkan menuju hipofisis pemijatan oksitosin dengan involusi uterus (p<0,05).10
posterior, oksitosin menuju ke uterus maka Hormon oksitosin akan memicu kontraksi otot
mioendometrium akan mengalami kontraksi sehingga polos pada uterus sehingga akan terjadi involusi uterus
merangsang terjadinya kontraksi dan mengurangi dan mencegah terjadinya perdarahan. Oksitosin
jumlah perdarahan pada kala IV.14 merupakan suatu hormon yang dapat memperbanyak
Melalui pijatan atau rangsangan pada otot tulang masuknya ion kalsium kedalam intrasel. Keluarnya
belakang, neurotransmitter akan merangsang medulla hormon oksitosin akan memperkuat ikatan aktin dan
oblongata langsung mengirim pesan ke hipotalamus myosin sehingga kontraksi uterus semakin kuat dan
menuju hipofisis posterior mengeluarkan hormon proses involusi uterus semakin bagus. Hormon oksitosin
oksitosin yang menyebabkan otot polos uterus yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan
berkontraksi dengan baik. Dengan pijatan di otot tulang mengatur kontraksi uterus, mengompresi pembuluh
belakang ini akan merileksasi ketegangan dan darah dan membantu proses hemostasis. Kontraksi dan
menghilangkan stress, oleh sebab itu akan melancarkan retraksi otot uterin akan mengurangi suplai darah ke
proses pengeluaran hormon oksitosin menuju ke uterus. uterus. Proses ini akan membantu mengurangi bekas
Tabel 5. Pengaruh pemijatan oksitosin terhadap jumlah luka implantasi plasenta serta mengurangi
perdarahan pada ibu 2 jam postpartum perdarahan.15
Pemijatan Jumlah Perdarahan p Melalui pijatan atau rangsangan pada otot tulang
Oksitosin Mean ± SD belakang, neurotransmitter akan merangsang medulla
Intervensi 175.00 ± 48.894 ml 0,001 oblongata langsung mengirim pesan ke hipotalamus
Kontrol 247.06 ± 72.093 ml
menuju hipofisis posterior, dan mengeluarkan hormon
oksitosin yang menyebabkan otot polos uterus
Hasil analisis pengaruh pemijatan oksitosin
berkontraksi dengan baik sehingga dapat mengurangi
terhadap jumlah perdarahan pada ibu 2 jam postpartum
jumlah perdarahan pada ibu postpartum.
mempunyai rata-rata jumlah perdarahan lebih sedikit

Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 4(3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 749

Y
Oksitosin menginduksi otot polos miometrium
uteri pada persalinan. Pemicu sintesis reseptor oksitosin
dapat berupa peningkatan rasio estrogen terhadap
R = 0,482
Jumlah
P = 0.001
progesteron seiring berkurangnya konsetrasi hormon
Perdarahan
progesteron selama persalinan. Oksitosin dilepaskan
dari hipofisis posterior selama persalinan akibat
rangsangan dilatasi serviks yang mengirimkan serat
aferen ke sistem saraf pusat sehingga menyebabkan
kelenjer hipofisis posterior meningkatkan sekresi
X
oksitosinnya.14
Kadar
Oksitosin Hormon oksitosin akan memicu kontraksi otot
Gambar 1. Korelasi kadar oksitosin terhadap jumlah polos pada uterus sehingga akan terjadi involusi uterus
perdarahan pada ibu 2 jam postpartum dan mencegah terjadinya perdarahan. Oksitosin
merupakan suatu hormon yang dapat memperbanyak
Hasil uji korelasi didapatkan hubungan kadar masuknya ion kalsium kedalam intrasel.Keluarnya
oksitosin terhadap jumlah perdarahan ibu 2 jam hormon oksitosin akan memperkuat ikatan aktin dan
postpartum menunjukkan hubungan sedang (r=0,482). myosin sehingga kontraksi uterus semakin kuat dan
Hubungan dua variabel menunjukkan liner negatif proses involusi uterus semakin bagus. Hormon oksitosin
artinya semakin tinggi kadar oksitosin maka semakin yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan
sedikit jumlah perdarahan pada ibu 2 jam postpartum. mengatur kontraksi uterus,mengompresi pembuluh
Hasil uji statistik didapatkan ada pengaruh kadar darah dan membantu proses hemostasis.Kontraksi dan
oksitosin terhadap jumlah perdarahan pada ibu 2 jam retraksi otot uterus akan mengurangi suplai darah ke
postpartum (p<0,05). uterus.Proses ini akan membantu mengurangi bekas
Hasil dari data penelitian Stanton et al, rata-rata luka implantasi plasenta serta mengurangi
jumlah perdarahan setelah plasenta lahir diberikan perdarahan.15
injeksi oksitosin adalah sebesar 185.5 ml dan rata-rata Menurut asumsi peneliti, kadar oksitosin akan
jumlah perdarahan setelah plasenta lahir tanpa meningkat jika ibu dalam keadaan rileks dan jauh dari
diberikan injeksi oksitosin 229.5 ml.4 kondisi stress, sehingga produksi oksitosin dapat
Menurut penelitian Thornton et al, menjelaskan meningkat dan dapat mengurangi jumlah perdarahan
bahwa 10 wanita yang diberikan oksitosin pada saat postpartum.Pada penelitian ini sebagian ibu bersalin
kelahiran plasenta menunjukkan peningkatan mengalami laserasi,hal ini menyebabkan rasa nyeri dan
konsentrasi plasma oksitosin. Kadar oksitosin pada saat rasa cemas terhadap luka laserasi. Nyeri luka laserasi
pengeluaran janin (Kala II) adalah sebesar 3,9 pmol/l dapat menjadi salah satu penghambat pengeluaran
kemudian meningkat pada saat kelahiran plasenta hormon oksitosin. Ibu yang mempunyai tingkat nyeri
menjadi 23 pmol/l setelah pemberian oksitosin. Peneliti yang tinggi dapat memblokade reflek pengeluaran
juga menjelaskan bahwa dari 15 wanita yang tidak hormon oksitosin.
diberikan oksitosin,9 orang memiliki waktu kelahiran
plasenta yang normal dan 4 orang lagi tidak, namun KESIMPULAN
plasenta dapat lahir walau dengan waktu yang lebih Terdapat peningkatan kadar oksitosin pada ibu 2
lama dan 2 orang yang mengalami perdarahan jam postpartum yang dilakukan pemijatan oksitosin.
postpartum akibat manual plasenta. Plasma oksitosin Terdapat penurunan jumlah perdarahan ibu 2 jam
meningkat setelah kelahiran bahu depan dengan kadar postpartum yang dilakukan pemijatan oksitosin.
oksitosin sebesar 4,2 pmol/l, kemudian meningkat saat Semakin tinggi kadar oksitosin maka jumlah perdarahan
kelahiran plasenta menjadi 17 pmol/l.5 semakin sedikit.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 4(3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 750

UCAPAN TERIMA KASIH SanDiego Medical Center. J. Alternative Therapies.


Terima kasih kepada BPM Yetti Latief, S.SiT, 2012;18:6.
BPM Rika Hardi, S.SiT, BPM Afniwati, M.Kes, dan BPM 8. Young HL, Bit RP, Sung HK. The effects of heat and
Farida Leli S.SiT sebagai tempat penelitian. massage application on autonomic nervous system.
Korea. Department of Rehabilitation Medicine,

DAFTAR PUSTAKA Wonju Christian Hospital,Yonsei University Wonju

1. Survey Demografi Kesehatan Indonesia. BPS- College of Medicine.Yonsei Med J.2011;52:982-9.

BKKBN-KemenKes RI-Measure DHS.ICF 9. Khairani L. Efektifitas antara pijat oksitosin dan

International:2012. breast care terhadap produksi ASI Ibu postpartum

2. Saifuddin AB. Perdarahan setelah bayi lahir. Buku dengan sectio secarea di RSUD Banyumas.

Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Purwokerto. Universitas Jendral Sudirman, Fakultas

Neonatal. Jakarta.YBSP.2009:173-81. Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Student Ejournal,

3. MR.RSUP Dr.M.Djamil. Padang; 2012. Journal_unpad.ac.id. 2013:579.

4. Stanton CK., Samuel N, Luke Cmu. Effect on 10. Hamrarani ST. Pengaruh pemijatan oksitosin

postpartum hemorrhage of prophylactic oxytocin (10 terhadap involusi uterus pada ibu postpartum yang

iu) by injection by community health officers in mengalami persalinan lama di rumah sakit wilayah

Ghana. A Community-Based,Cluster-Randomized Kabupaten Klaten (tesis). Jakarta. FIK Universitas

Trial.Australia. The Journal University of Adelaide. Indonesia. 2010: 978.

2013;10:524. 11. Depkes RI. Asuhan essensial pencegahan dan

5. Thornton S, Davison JM, Baylis PH. Plasma oxytocin penanggulangan segera komplikasi persalinan dan

during third stage of labour. Comparison of Natural bayi baru lahir. Edisi Revisi. Jakarta. JNPK-KR.2008.

and Active Management.Newcastle. Department of 12. Killewo J, Borghi J, Sabina N. Comparison of Costs

Obstetrics and Gynaecology Journal. 2004;297. of Home and Facility-Based Basic Obstetric Care in

6. Rapaport MH, Pamela S, Catherine BA. Preliminary Rural Bangladesh. London School of Hygiene &

study of the effects of repeated massage on Tropical Medicine Journal. 2008;7:225.

hypothalamic–pituitary–adrenal and immune function 13. Prawirohardjo S. Perdarahan pascapersalinan. lmu

in healthy individuals. a study of mechanisms of Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

action and dosage. The Journal Of Alternative And Prawirohardjo. 2010:334-530.

Complementary Medicine.Los Angeles,Department 14. Greenstein B, Diana W. Hormon Oksitosin. Alih

of Psychiatry and Biobehavioral Sciences, David Bahasa: At a Glance Sistem Endokrin. Edisi ke-2.

Geffen School of Medicine at University of California. Jakarta. Erlangga.2010:71-3.

2012;18:789-97. 15. Bobak, Lowdermilk, Jensen. Perdarahan Pasca

7. Morhenn V, Laura E, Beavin MA. massage increase partum. Dalam: Buku Ajar Keperawatan Maternitas.

oxytocin and reduces adrenocorticotropin hormone Edisi ke-4. Alih Bahasa: Maria A Wijayanti. Peter I.

in humans. San Diego. University of California Anugerah. Jakarta.:EGC; 2005. hlm.234-51.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 4(3)


See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/322518517

KAJIAN PENGGUNAAN MISOPROSTOL DAN OKSITOSIN SEBAGAI


PENGINDUKSI PERSALINAN DI RSUD KOTA BANDUNG STUDY ON THE USE
OF MISOPROSTOL AND OXYTOCIN AS AN INDUCTION OF LABOR IN ONE OF
RS....

Article · August 2017

CITATIONS READS

0 135

1 author:

Tanendri Arrizqiyani
STIKES BAKTI TUNAS HUSADA
25 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

pharmacy View project

All content following this page was uploaded by Tanendri Arrizqiyani on 16 January 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 2 Agustus 2017

KAJIAN PENGGUNAAN MISOPROSTOL DAN OKSITOSIN SEBAGAI


PENGINDUKSI PERSALINAN DI RSUD KOTA BANDUNG

Ni Nyoman SMH*, J.M Weking , Nurul Fauziah


Sekolah Tinggi Farmasi Bandung, Jl. Soekarno Hatta No. 754 Cibiru, Bandung.
Email : nyomansmharsa@gmail.com

ABSTRAK

Induksi persalinan terjadi antara 10% - 20% dari seluruh persalinan dengan berbagai indikasi baik
untuk keselamatan ibu maupun keselamatan janin. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa
misoprostol efektif untuk induksi persalinan karena dapat mematangkan serviks dan memacu kontraksi
miometrium. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasien, dan karakteristik obat
penginduksi meliputi lamanya persalinan, indikasi induksi dan status kehamilan dari penggunaan
oksitosin, misoprostol atau kombinasinya di RSUD Kota Bandung. Cara pengambilan data dengan
menggunakan sumber berupa rekam medis pada periode Oktober sampai Desember 2016. Subjek
penelitian adalah ibu yang melahirkan sebanyak 135. Data yang diperoleh dilakukan uji statistik.
Terdapat 77 subjek untuk oksitosin, 36 subjek untuk misoprostol dan 22 subjek untuk keduanya. Hasil
penelitian menunjukan bahwa lama persalinan terbanyak pada penggunaan oksitosin yaitu dengan
durasi waktu 2 jam (18,20%), pada penggunaan misoprostol yaitu dengan durasi waktu 6 jam (27,80
%) dan penggunaan keduanya yaitu dengan durasi waktu 7 jam (22,70%). Hasil penelitian indikasi
induksi terbanyak pada oksitosin yaitu kala 1 fase laten sebesar 66,20%, pada misoprostol yaitu
ketuban pecah dini (25,00%) dan pada keduanya yaitu preeklamsi (22,70 %). Hasil penelitian status
kehamilan terbanyak pada oksitosin yaitu dengan kehamilan anak ke 1 (33,80%), pada penggunaan
misoprostol dengan kehamilan anak ke 1 (36,10%) dan pada penggunaan keduanya yaitu dengan
kehamilan anak ke 1 dan 3 dengan masing-masing sebesar 31,80%.

Kata Kunci : Induksi, Persalinan, Oksitosin, Misoprostol

STUDY ON THE USE OF MISOPROSTOL AND OXYTOCIN


AS AN INDUCTION OF LABOR IN ONE OF RSUD IN BANDUNG
Ni Nyoman Sri Mas Hartini*, J.M Weking , Nurul Fauziah
Bandung School of Pharmacy, Jl. Soekarno Hatta No. 754 Cibiru, Bandung.
Email corresponding author : nyomansmharsa@gmail.com

ABSTRACT

Labor induction occurs between 10% - 20% of all deliveries with various indications for both maternal
safety and fetal safety. Some studies suggest that misoprostol beffective for induction of labor because
it can ripen the cervix and stimulate contraction of the myometrium. This study aims to obtain profile
of the duration of labor, know indication of induction and Pregnancy status using oxytocin and
misoprostol at RSUD Kota Bandung. Data was retreived from medical records in thr period of
October to December 2016. The subjects of the study were 135 mothers who gave birth with the help of
oxytocin induction, misoprostol and both. The data obtained were tested statistically. There were 77
samples for oxytocin, 36 samples formisoprostol and 22 samples for both. The results showed that the
duration of labor on oxytocin were mosti 2 hours (18.20%), 6 hours in misoprostol (27.80%), and 7
hours in both (22.70%).
The results indicated that the most indication of induction in oxytocin was in the 1 st latent phase
(66.20%), early ruptur of membranes in misoprostol (25.00%), and preeclampsia in both
(22.70%). The results indicated that the most of Pregnancy status in oxytocin was in the pregnancy of
child to 1 (33.80%), pregnancy of child to 1 in misoprostol (36.10%), and pregnancy of child to 1 in
both pregnancy of child to 1 in both with each (31.80%). There was a correlation between patient age
and indication of induced drug administration.

Keywords: Induction, Labor, Oxytocin, Misoprostol

*Corresponding Author

253
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 2 Agustus 2017
PENDAHULUAN 2013). Dalam melakukan induksi
persalinan, terdapat dua metode induksi
Kemampuan pelayanan kesehatan
yaitu metode mekanis dan metode
suatu negara ditentukan dengan
farmakologis. Metode mekanis
perbandingan tinggi rendahnya angka
mempergunakan dilatator higroskopik
kematian ibu dan bayi. (Ernawati,2013).
(laminaria), dengan ballon catheter dan
Indonesia termasuk negara berkembang
amniotomi. Sedangkan metode
dengan angka kematian ibu dan bayi
farmakologis menggunakan obat-obatan
berkisar 275 – 700 per 100.000 jiwa
seperti oksitosin dan prostaglandin (Dewi.,
dengan rata-rata nasional 390 jiwa per
dkk, 2016). Induksi persalinan diperlukan
100.000 persalinan hidup (Dewi, 2016)
apabila ketuban pecah dini, kehamilan
dan pada tahun 2012 angka kematian ibu
lewat waktu, oligohidramnion,
menurut WHO sebesar 228/100.000
korioamnionitis, preeklampsi berat,
kelahiran hidup (Evayanti, 2015).
intrauterine fetal death (IUFD) dan
Kehamilan merupakan suatu proses
pertumbuhan janin terhambat (PJT),
fisiologik yang hampir selalu terjadi pada
insufisiensi plasenta, dan perdarahan
setiap wanita. Kehamilan terjadi setelah
antepartum (Medforth, 2013). Oksitosin
bertemunya sperma dan ovum, tumbuh
merupakan preparat yang sering
dan berkembang di dalam uterus selama
digunakan untuk induksi persalinan, tetapi
259 hari atau 37 minggu atau sampai 42
kegagalan induksi dengan oksitosin sering
minggu (Nugroho dan Utama, 2014).
terjadi walaupun komplikasi pada janin
Menurut Federasi Obstetri Ginekoloigi
dan ibu kurang, karena dapat terkontrol
Internasional, kehamilan didefinisikan
dosisnya. Angka tindakan pemberian
sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
oksitosin di Indonesia meningkat dari 20%
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan
pada tahun 1989 menjadi 38% pada tahun
dengan nidasi atau implantasi (Evayanti,
2002 dengan tujuan induksi persalinan
2015). Induksi persalinan merupakan
atau mempercepat jalannya persalinan
suatu tindakan buatan atau memberikan
(Widjanarko, 2011 dalam Sumarni, 2013).
perlakuan untuk merangsang kontraksi
Misoprotol di lain pihak dapat menjadi
uterus yang dilanjutkan oleh dilatasi
alternatif pilihan induksi persalinan karena
progresif dan pendataran dari serviks
sebagai analog prostaglandin yang
kemudian diakhiri dengan kelahiran bayi
memiliki keunggulan dalam kestabilan
(Setyorini, 2010). Pada tahun 2007
penyimpanan , harga yang relatif murah
induksi persalinan terjadi antara 10%
dan efek samping yang kecil (Dianggra,
sampai 20% dari seluruh persalinan
2009).
dengan berbagai indikasi, baik untuk
Berdasarkan uraian diatas penulis
keselamatan ibu maupun keselamatan
ingin melakukan kajian mengenai
janin (Wiknjosastro, 2007 dalam Sumarni,
penggunaan misoprostol dan oksitoksin

254
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 2 Agustus 2017

sebagai penginduksi pada persalinan di Analisa kuantitatif meliputi sebaran pasien


salah satu rumah sakit di kota bandung. berdasarkan obat penginduksi, usia, usia
kehamilan, indikasi induksi dan durasi
METODOLOGI PENELITIAN
atau jarak waktu persa-linan dihitung
Penelitian ini menggunakan metode
sejak pemberian obat penginduksi sampai
observasional terhadap data retrospektif
terja-dinya persalinan. Setiap tabel
dari rekam medik pasien. Data diolah
mengguna-kan singkatan O untuk
kemudian dianalisa secara kuantitatif dan
Oksitosin, M untuk Misoprostol, O+M
kualitatif, hasil disajikan dalam bentuk
untuk kombinasi kedua obat dan % untuk
deskriptif untuk selanjutnya ditarik
prosentase jumlah terhadap total atau
kesimpulan.
subtotal masing-masing obat.
Data dan Sumber Data
Sebaran Pasien Berdasarkan Obat
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit
Penginduksi
Umum Daerah Kota Bandung yang
Berikut adalah data sebaran pasien
beryempat di Jl. Gede Bage No. 22, Ujung
berdasarkan obat penginduksi
Berung, Bandung. Data diperoleh dari
Tabel 1. Sebaran Pasien Berdasarkan Obat
penelusuran data rekam medis pasien yang Peinduksi
Obat Induksi ∑ %
melahirkan spontan dengan bantuan agen
Oksitosin (O) 77 57.00
penginduksi Misoprostol, Oksitosin atau
Misoprostol (M) 36 26.70
kombinasi keduanya selama bulan Keduanya
22 16.30
(O+M)
Oktober-Desember 2016 dan diperoleh
Total 135 100.00
sebanyak 135 pasien.
Penyajian hasil Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa

Hasil analisa data kuantitatif disajikan obat penginduksi yang paling banyak

secara deskriptif. diberikan adalah oksitosin yaitu sebanyak

Pengambilan Kesimpulan 57.00 %. Hal ini sesjalan dengan hasil

Dari hasil analisa data yang telah penelitian sebelumnya yang menyebutkan

dilakukan secara deskriptif dan analitik bahwa dari sekian banyak obat

akan diambil kesimpulan mengenai farmakologis yang digunakan untuk

sebaran/distribusi karakteristik pasien dan induksi persalinan, oksitosin dan

penggunaan obat penginduksi prostaglandin adalah yang paling sering


(Megadhana, 2010).
HASIL DAN PEMBAHASAN Sebaran Pasien Berdasarkan Usia
Analisa Data Berikut adalah data sebaran pasien
berdasarkan usia.

255
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 2 Agustus 2017
Tabel 2. Sebaran Pasien Berdasarkan Usia
Umur
O % M % O+M %
Pasien
≤ 20 8 10. 40 5 13.90 - -
20 - 35 55 71.40 24 66.70 17 77.30
36 - 50 14 18.20 7 19.40 5 22.70
Subtotal 77 100.00 36 100.00 22 100.00
Total : 135

Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa mengalami anemia, hal ini disebabkan
umur pasien terbanyak yang menggunakan karena pengaruh turunnya cadangan zat
obat induksi di RSUD Kota Bandung yaitu besi dalam tubuh akibat masa fertilisasi
umur 20 – 35 tahun. Wanita hamil kurang (Manuaba, 2008). Semakin lanjut usia
dari 20 tahun dapat merugikan kesehatan wanita, semakin tipis cadangan telur yang
ibu maupun pertumbuhan dan perkem- ada, indung telur juga semakin kurang
bangan janin karena belum matangnya alat peka terhadap rangsangan gonadotropin.
reproduksi untuk hamil (Manuaba, 1998). Sebaran Pasien Berdasarkan Usia
Disamping itu akan terjadi kompetisi Kehamilan
makanan antara janin dan ibunya sendiri Masa kehamilan ini dimulai dari konsepsi
yang masih dalam pertumbuhan dan sampai lahirnya janin. Lamanya hamil
adanya pertumbuhan hormonal yang normal adalah 280 hari (40 minggu)
terjadi selama kehamilan. Sedangkan ibu dihitung dari hari pertama haid terakhir.
hamil diatas 35 tahun lebih cenderung (Tresnawati, 2012).

Tabel 3. Sebaran Pasien Berdasarkan Usia Kehamilan


Usia Kehamilan O % M % O+M %
Abortus - - 2 5.60 -
Imatur - - 4 11.10 1 4.50
Premature 8 10.40 5 13.90 4 18.20
Aterm 68 88.30 25 69.40 15 68.20
Postterm 1 1.30 - - 2 9.10
Total 77 100.00 36 100.00 22 100.00
Total : 135
linan per vagina.Terdapat banyak situasi
Hasil yang diperoleh pada tabel 2
obstetri dimana membutuhkan induksi
menunjukan bahwa usia kehamilan pasien
per-salinan dimana kondisi serviks yang
terbanyak yang menggunakan obat induksi
belum tipis dan kurang mendukung
adalah usia kehamilan aterm sedangkan
(Megadhana, 2010).
usia kehamilan terendah yang mengguna-
Sebaran Pasien Berdasarkan Indikasi
kan obat induksi adalah usia kehamilan
Induksi
abortus. Hal tersebut dapat dikarenakan
Llewellyn, (2002) dalam Sumarni (2014)
kondisi serviks yang kurang mendukung
menyebutkan bahwa induksi diindikasikan
juga kurang mendukung suksesnya persa-

256
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 2 Agustus 2017

hanya untuk pasien yang kondisi intra uteri yang potensial berbahaya pada
kesehatannya atau kesehatan janinnya kehamilan lanjut untuk berbagai alasan
berisiko jika kehamilan berlanjut. Induksi atau karena kelanjutan kehamilan
persalinan mungkin diperlukan untuk membahaya-kan ibu.
menyelamatkan janin dari lingkungan

Tabel 4. Sebaran Pasien Berdasarkan Indikasi Induksi


Indikasi Induksi O % M % O+M %
K.1.FS Laten 51 66.20 5 13.90 3 13.60
KPD 6 7.80 9 25.00 3 13.60
Pre-Eklamsi 4 5.20 5 19.90 5 22.70
K.1.FS Aktif 12 15.60 1 2.80 - -
IUFD - - 4 11.10 2 9.10
IUGR 1 1.30 1 2.80 2 9.10
HTG 1 1.30 1 2.80 3 13.60
Oligo - - 1 2.80 3 13.60
K.2 1 1.30 - - - -
Tanpa Indikasi 1 1.30 1 2.80 1 4.50
Total 77 100.00 36 100.00 22 100.00
Total : 135
sebelum proses persalinan sehingga perlu
Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa
dilakukan tindakan induksi karena dapat
indikasi induksi terbanyak pada pengguna-
membahayakan keadaan janin, dan pada
an oksitosin yaitu indikasi kala 1 fase
penurunan volume cairan ketuban,
laten, untuk penggunaan misoprostol yaitu
sehingga perlu dilakukan tindakan induksi
indikasi ketuban pecah dini, dan
karena janin dapat mengalami tekanan
penggunaan kombinasi keduanya yaitu
dari dinding rahim.
indikasi pre-eklamsi. Pada indikasi kala
Sebaran Pasien Berdasarkan Durasi
satu fase laten ini his berlangsung secara
Berikut adalah data sebaran pasien
teratur namun pembukaan tidak bertambah
berdasarkan durasi atau jarak waktu persa-
maka perlu dilakukan tindakan induksi,
linan dihitung sejak pemberian obat peng-
serta pada ketuban pecah dini ini keadaan
induksi sampai terjadinya persalinan.
pecahnya selaput ketuban yang terjadi

Tabel 5. Jumlah Pasien Berdasarkan Durasi Waktu


Durasi (jam) O % M % O+M %
1 11 14.30 - - - -
2 14 18.20 2 5.60 - -
3 11 14.30 2 5.60 - -
4 8 10.40 2 5.60 - -
5 4 5.20 5 13.90 - -
6 8 10.40 10 27.80 - -
7 4 5.20 2 5.60 5 22.70
8 3 3.90 1 2.80 3 13.60

257
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 2 Agustus 2017

9 3 3.90 2 5.60 4 18.20


10 3 3.90 3 8.30 1 4.50
11 2 2.60 1 2.80 3 13.60
12 1 1.30 1 2.80 3 13.60
13 1 1.30 1 2.80 - -
14 1 1.30 1 2.80 - -
16 - - 1 2.80 1 4.50
17 - - - - 1 4.50
19 1 1.30 - - - -
21 1 1.30 - - - -
22 1 1.30 2 5.60 - -
24 - - - - 1 4.50
Total 77 100.00 36 100.00 22 100.00
Total : 135

Hasil yang diperoleh pada tabel 5 (27.80 %), dan pada penggunaan obat
menunjukan bahwa penggunaan oksitosin keduanya selama 7 jam (22.70 %).
menghasilkan durasi terbanyak selama 2 Sebaran Pasien Berdasarkan Status
jam yaitu sebesar 18.20 %, pada Kehamilan
penggunaan misoprostol selama 6 jam Berikut adalah data sebaran pasien
berdasarkan status kehamilan.

Tabel 6. Sebaran Pasien Berdasarkan Status Kehamilan

Status hamil anak ke O % M % O+M %

1 26 33.80 13 36.10 7 31.80


2 22 28.60 10 27.80 6 27.30
3 15 19.50 6 16.70 7 31.80
4 9 11.70 5 13.90 - -
5 4 5.20 1 2.80 1 4.50
6 1 1.30 1 2.80 - -
7 - - - - 1 4.50
Subtotal 77 100.00 36 100.00 22 100.00
Total : 135

Hasil yang diperoleh pada tabel 6 pengalaman dalam hal persalinan terdapat
menunjukan bahwa pada semua indikasi lain sehingga perlu diberikan
penggunaan obat penginduksi yang induksi.
terbanyak adalah pada status kehamilan Namun pada status kehamilan anak ke 4
anak ke 1 dan pada penggunaan keduanya atau lebih justru memiliki risiko lebih
juga status kehamilan anak ke 3. Hal ini tinggi (Rochjati. P, 2003).
dapat dijelaskan bahwa pada kehamilan
anak pertama, ibu belum memiliki

258
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 2 Agustus 2017

KESIMPULAN Kendal. Program Studi Div


Berdasarkan hasil analisis data Kebidanan Stikes Ngudi
penggunaan oksitosin, misoprostol atau Waluyo Ungaran (hal. 14)
keduanya seba-gai obat penginduksi Evayanti, Y. (2015). Hubungan
persalinan di RSUD Kota Bandung, dapat Pengetahuan Ibu Dan
disimpulkan antara lain : Dukungan Suami Pada Ibu
a. Obat penginduksi yang paling banyak Hamil Terhadap Keteraturan
digunakan adalah oksitosin (57.00%). Kunjungan Antenatal Care (Anc)
b. Usia pasien terbanyak yang menerima Di
obat penginduksi yaitu rentang usia 21 Puskesmas Wates Lampung
– 35 tahun. Tengah Tahun 2014. Program Studi
c. Durasi terbanyak pada pemberian Kebidanan Universitas Malahayati B.
oksitosin adalah 2 jam, misoprostol Lampung. Vol.1 No.2 (hal. 81-82)
adalah 6 jam, dan kombinasi adalah 7 Kusumawardani. N, Dharmayanti. I,
jam. Hapsar. D dan Sari. H. P., 2014.
Faktor-Faktor Yang
DAFTAR PUSTAKA
Berpengaruh Terhadap
Dewi,P.I & Salmiyati, Z. (2016). Evaluasi
Risiko Kehamilan “4 Terlalu
Penggunaan Misoprostol pada
(4-T)” Pada Wanita Usia
Kehamilan Postterm di bangsal
10-59 Tahun (Analisis Riskesdas
Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil
2010). Badan Litbangkes. Vol.
Padang. Akademi Farmasi
24 No.3 (hal. 145)
Prayoga : Padang (hal.170-171)
Manuaba, Ida Bagus Gde. Ilmu Kebidanan
Dianggra,P.S. (2009).Perbandingan
Penyakit Kandungan dan
Induksi Misoprostol Dengan
Keluarga Berencana untuk
Induksi Oksitosin Terhadap Lama
Pendidikan Bidan. Jakarta.
Persalinan Pada Kehamilan
EGC. 1998.
Postterm Di RSU KU
Manuaba, IBG, 2008. Gawat-Darurat
Muhammadiyah Delanggu
Obstetri-Ginekologi & Obstetri
Klaten.Fakultas Kedokteran
Ginekologi soial untuk Profesi
Universitas Sebelas Maret:
Bidan. Jakarta: EGC: (hal.104)
Surakarta (hal.1-2)
Medforth, J., et al. (2013). Kebidanan
Ernawati, F., Aini, F., & Primarti, M.
Oxford dari bidan untuk bidan.
(2013). Hubungan Antara
Jakarta : EGC.
Persalinan Induksi Oksitosin Drip
Megadhana. W. I, Kemara. P dan AW. P.
dengan Kejadian Asfiksia
A. G., 2010. Misoprostol
Neonatorum di RSUD
Untuk Induksi Persalinan Pada
dr.H.Soewondo Kabupaten
Kehamilan Aterm. agian/SMF
259
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 2 Agustus 2017
Obstetri dan Ginekologi Fakultas Sumarni. (2014). Gambaran Induksi
Kedokteran Universitas Udayana. Persalinan Dan Out Come Di Rsu
Denpasar. Vol.51 No.3 (hal. 2-3) Muhammadiyah Sumatera Utara
Nugroho, T dan Utama I.B. 2014. Masalah Tahun 2013, Fakultas
Kesehatan Reproduksi Wanita. Keperawatan Universitas
Yogyakarta: Nuha Medika. Sumatera Utara (hal. 2 3)
Setyorini. (2010). The Relationship Tresnawati. F. (2012). Asuhan Kebidanan.
Between Parity with Success of Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya.
Labor Induction Using Vaginal Saifuddin, Abdul Bari (2006).
Misoprostol in RSUD Dr Buku Acuan Nasional Pelayanan
Moewardi Surakarta. Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Fakultas Kedokteran Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Universitas Sebelas Maret Prawirohardjo, Jakarta (hal. 26-
Surakarta (hal. 13-14; 33- 27)
37)

260

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai