ATERM
Gede Angga Permana AW, Putera Kemara , I Wayan Megadhana
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah
Sakit Umum Sanglah Denpasar
ABSTRAK
Induksi persalinan adalah proses menginisiasi kontraksi uterus baik dengan medikasi
maupun tindakan medis sebelum onset persalinan spontan. Beberapa studi
memperlihatkan drip oksitosin kurang efisien untuk induksi pada kondisi serviks yang
belum siap, dimana akibat kegagalan induksi mengakibatkan peningkatan angka seksio
sesaria.Misoprostol adalah obat sintetik prostaglandin E1, yang diketahui memiliki efek
perubahan kondisi serviks dan obat untuk induksi. Efek dari misoprostol dosis tunggal
adalah peningkatan tonus uterus. Tingkat misoprostol di plasma darah yang tetap
diperlukan untuk kontraksi yang reguler. Bioavalabilitas misoprostol pervaginam lebih
baik disbandingkan dengan oral, sublingual, dan rektal. Misoprostol memperlihatkan
penurunan 47% resiko seksio sesaria (risk ratio = 0,53). Pada kondisi serviks yang
kurang mendukung, misoprostol dapat memberikan keuntungan lebih dibandingkan
dengan oksitosin sebagai obat induksi persalinan.
Keywords : misoprostol, labor induction
ABSTRACT
Induction of labor refers to the process whereby uterine contractions are initiated by
medical or surgical means before the onset of spontaneous labor. Several studies have
shown that continuous intravenous infusion of oxytocin is less efficient, particularly
when there are unfavorable cervical conditions, leading frequently to a cesarean section,
because of induction failure. Misoprostol is a cervical modifying agent and labor
inductor. The typical effect of a single dose of oral misoprostol is an increase in uterine
tonus. Sustained plasma level of misoprostol is required for the development of regular
contractions appear. The bioavailability of vaginal misoprostol also greater compared to
oral, sublingual and rectal administration. Using misoprostol for cervical ripening and
labor induction represented a 47% reduction in the risk of having a cesarean section
(risk ratio = 0.53). In cases of unfavorable cervix condition, the use of misoprostol
could produce several beneficial effects compared to other inductor such as oxytocin
Keywords : misoprostol, labor induction
1
LATAR BELAKANG
Persalinan adalah sebuah proses dimana didiskusikan dengan sang ibu sebelum
Persalinan adalah sebuah diagnosis antara lain adalah indikasi, risiko dan
2,3
klinis yang didefinisikan dengan keuntungan yang didapat. Salah satu
secara terus menerus dengan tujuan sering adalah kehamilan post term atau
medis atau tindakan medis sebelum terjadinya kegawatan, kondisi medis ibu
sebelumnya, dengan lebih dari 22% dari kondisi seperti itu dapat membahayakan
semua wanita hamil menjalani induksi bagi ibu dan janin. Namun demikian
keuntungan bagi ibu dan bayi yang dapat memanjang dan ibu kelelahan dan
2
Kondisi serviks telah lama digunakan selaput ketuban secara sengaja saat
penilaian telah ada sejak tahun 1930. induksi, peningkatan resiko infeksi dan
Pada tahun 1964 Skor Bishop menjadi meningkatnya angka seksio sesaria.6
salah satu sistem skor yang paling Dari sekian banyak obat farmakologis
terakhir, telah diketahui bahwa kondisi bahwa drip oksitosin yang kontinyu
dimana kondisi serviks yang belum tipis untuk membantu mematangkan serviks
Penipisan dan pelebaran serviks adalah beberapa studi yang telah dilakukan
kurang dari 2 cm dan menipis kurang kasus dimana skor bishop kurang dari 7
3
penggunaan obat ini masih terbatas sehingga dapat menurunkan insiden
Misoprostol adalah obat yang telah akhir kelahiran bayi dan plasenta.
dinilai aman oleh badan pengawas obat Angka induksi persalinan bervariasi
Amerika (FDA) sebagai obat pencegah berdasarkan lokasi dan institusi, namun
ulkus gaster akibat obat antiinflamasi dari data – data yang ada menunjukkan
sintetis, yang saat ini memperoleh jaringan elastis. Selain jaringan ikat,
perhatian lebih karena murah, stabil terdapat jaringan otot dalam jumlah
mudah dan cara pemakaian yang Kolagen terdiri dari serat padat regular
serviks dan induksi persalinan. Pada yang terkait satu sama lain dengan
kasus dimana serviks belum matang, tautan silang, serta terdapat beberapa sel
4
ini adalah proteoglikan kompleks terdiri leukosit menyebabkan pelunakan dari
kuat pada rantai asam hyaluronik. GAG dihubungkan dengan penurunan jumlah
yang dominan terdapat di serviks adalah serat kolagen, penurunan kekuatan serat
dalam stroma serviks. Proses inflamasi tekanan dari janin yang lewat.
jumlah kolagen dan peningkatan relatif sebelum onset persalinan dan penting
pada asam glukoronat dan GAG heparin untuk pembukaan serta lewatnya janin.7
5
social serta kombinasi dari ketiganya Sebelum induksi beberapa hal
6
terdapat hubungan walaupun belum Dilatasi diukur berdasarkan diameter
dapat dibuktikan. Metode yang paling dari pembukaan serviks yang teregang.
simple dan memiliki nilai prediktif yang faktor penting dalam proses kala satu
paling baik. Sistem skor ini persalinan. Penipisan adalah ukuran dari
penurunan kepala janin. Beberapa karet teregang maka karet akan semakin
metode lain yang disebut dalam tipis. Penurunan kepala janin ditentukan
Bishop skor 5 atau lebih dianggap tulang jauh di bagian posterior vagina.
signifikan untuk serviks yang matang (kurang leboh 8-10cm). Angka negative
dan induksi yang berhasil. Bishop skor menunjukkan kepala masih jauh
7
memiliki kecenderungan untuk lebih serviks yang matang serta risiko
mudah membuka pada usia kehamilan kegagalan induksi dan morbiditas yang
aterm yang berikutnya. Posisi dari lebih rendah. Hasil dari 8 studi
Bishop secara umum merupakan system dan serum nitrat. Berbagai metode
serviks menunjukkan korelasi dengan pada abortus dini serta saat ini banyak
8
prostaglandin E1 sintetis analog (PGE1 dan hidroksil pada karbon 16. Struktur
semua Negara dalam sediaan tablet 100 sebagai antisekretorik gaster. Sifat
atau 200 µg. Misoprostol diabsorpsi uterotonik dan pelunakan serviks dari
secara baik dan melewati deesterifikasi misoprostol pada jalan lahir pada
cepat oleh hati untuk kemudian menjadi mulanya hanya dianggap sebagai efek
bentuk asam bebas, yang bermain dalan samping dibandingkan dengan efek
struktur dasarnya, bentuk asam bebas Efek yang terjadi pada pemberian
ini dapat dideteksi dalam plasma. misoprostol oral dosis tunggal adalah
beberapa regimen untuk beberapa rute penggunaan yang berulan dan teratur
9
Beberapa percobaan klinis pada serviks yang sangat berguna pada
misoprostol per vagina lebih efektif Meta analisis dari database Cochrane
efek uterotoniknya juga memiliki efek terjadi pada servis gravid setelah
10
penggunaan misoprostol telah dipelajari degradasi kolagen yang berujung pada
electron dan penilaian ambilan prolin. Sebagai obat pematangan serviks dan
kandungan kolagen yang lebih rendah digunakan adalah dimulai dari dosis
kontrol. Diameter kolagen juga sampai enam jam, dimana dosis lebih
11
Gambar 1. Perbandingan rute penggunaan misoprostol6
Misoprostol bagi Ibu dan Janin menunjukkan hasil lebih baik yang
saat ini, disebutkan bahwa penggunaan pervaginam terjadi pada 81% kelompok
misoprostol, waktu induksi rata – rata sebagai pematangan serviks dan induksi
diperlukan 253 menit, sedangkan pada membawa pada penurunan risiko seksio
Menurut interval dari induksi ke akhir 0,53). Angka kegagalan dari induksi
12
dengan misoprostol lebih rendah tindakan medis sebelum onset
kebanyakan studi dinilai dengan Apgar dahulu dengan ibu serta keluarga
intensif, lama rawat inap, sindrom kontraindikasi dari induksi itu sendiri.
Ketika prevalensi dari kontraksi induksi dan risiko seksio sesaria yang
takisistol lebih prevalen pada kelompok Terdapat banyak situasi dimana ahli
misoprostol. Beberapa studi yang lain obstetric dihadapkan pada keadaan yang
dimana kontraksi uterus dimulai dengan ini adalah yang paling sering. Drip
bantuan farmakologi medis atau oksitosin saat ini adalah protocol yang
13
paling banyak digunakan, namun
rendah.4,5,6
14
DAFTAR PUSTAKA Vaginal Misoprostol For Induction
Of Labour In Unfavourable
1. Tenore JL. Methods for Cervical
Cervixin 3rd Trimester. Journal Of
Ripening and Induction of Labor.
Ayub Medical College
American Family Physician. 2006;
Abbottabad. 2008;20(3):33-5
67(10) :2123-28
7. Afolabi E O, Kuti O, Orji E O,
2. Murata B. 2009. Guidelines on
Ogunniyi S O. Oral Misoprostol
Labor Induction Revised. (Sumber:
Versus Intramuscular Oxytocin In
http://www.medscape.org/viewartic
The Active Management Of The
le/706427)
Third Stage Of Labour. Singapore
3. Crane J. Induction of Labour at
Medical Journal 2010; 51(3): 207-
Term. Journal of Obstetric and
211
Gynecologic Canada. 2001; 107 :1-
8. Mackenzie I Z. Induction Of
12
Labour At The Start Of The New
4. Maria Ma, Guillerme J.
Millennium. Reproduction
Misoprostol Versus Oxytocin For
.2006;131:989-998
Labor Induction In Term And Post-
9. Bujold E, Blackwell B, Hendler I.
Term Pregnancy: Randomized
Modified Bishop's Score And
Controlled Trial. Sao Paulo
Induction Of Labor In Patients
Medical Journal. 2003; 121(3):102-
With A Previous Cesarean
106.
Delivery. American Journal Of
5. Pevzner L, Rayburn Wf, Rumney
Obstetrics & Gynecology.
P, Wing Da. Factors Predicting
2004:191(5); 1644-1648
Successful Labor Induction With
10. Aleem HA. 2009. Misoprostol for
Dinoprostone And Misoprostol
cervical ripening and induction of
Vaginal Inserts. Obstet
labour. (Sumber:
Gynecol. 2009;114:261-7.
http://apps.who.int/rhl/pregnancy_
6. Abbasi N, Danish N, Shakoor
childbirth/induction/CD000941_ab
F, Parveen Z, Bilal Sa.
del-aleemh_com/ en/index.html)
Effectiveness And Safety Of
15
16
GAMBARAN PELATIHAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL TERHADAP
PENERAPAN LANGKAH-LANGKAH PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH
BIDAN DI PUSKESMAS KEMBANG TANJONG
KABUPATEN PIDIE
NURLAILA RAMADHAN
Tenaga Pengajar Pada StiKes Ubudiyah Banda Aceh
Abtract
Asuhan Persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman selama persalinan
dan setelah bayi lahir serta upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan pasca
persalinan, hipotermi dan asfiksia bayi baru lahir. Asuhan persalinan normal merupakan
salah satu upaya untuk menjaga kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan
yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi
dengan intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas
pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang diinginkan. Berdasarkan studi pendahuluan
diperoleh data dari Puskesmas Kembang Tanjong, jumlah bidan yang bertugas di
Puskesmas Kembang Tanjong sebanyak 86 orang yang sudah mengikuti pelatihan asuhan
persalinan normal sebanyak 70 orang dan yang belum mengikuti pelatihan sebanyak 16
orang, Dari 116 jumlah kelahiran di wilayah kerja Puskesmas tersebut, 90%
persalinannya ditolong oleh bidan, namun angka kematian ibu masih banyak disebabkan
oleh pertolongan saat persalinan, yaitu perdarahan pasca persalinan dan kematian bayi
70% disebabkan oleh asfiksia neonatorum, dan angka kematian bayi sebanyak 5 orang
(0,8%). Hal ini terjadi karena asuhan persalinan normal belum terlaksana secara baik, dan
belum memberikan pertolongan persalinan yang sesuai dengan standar asuhan persalinan
normal karena sebagian besar bidan belum mengikuti pelatihan asuhan persalinan normal
(Puskesmas Kembang Tanjong, 2012).
Kata kunci : Asuhan persalinan normal, bidan terlatih dan bidan tidak Terlatih
Artikel Penelitian
Abstrak
Upaya penanganan perdarahan postpartum adalah dengan pemberian oksitosin yang mempunyai peranan
penting dalam merangsang kontraksi otot polos uterus sehingga perdarahan dapat teratasi.Hormon oksitosin dapat
dihasilkan melalui rangsangan pemijatan oksitosin yang akan mempercepat kerja saraf parasimpatis untuk
menyampaikan perintah ke hipotalamus untuk menghasilkan oksitosin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh perbedaan kadar oksitosin melalui pemijatan oksitosin terhadap jumlah perdarahan pada ibu 2 jam
postpartum. Penelitian menggunakan desain eksperimen. Penelitian ini dilaksanakan ± 6 bulan dengan jumlah sampel
64 orang. Pengolahan data dilakukan dengan komputerisasi. Data disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan
selanjutnya dilakukan uji independen t-test, uji korelasi dan regresi untuk mengetahui pengaruh hubungan kedua
variabel. Hasil penelitian perbedaan kadar oksitosin pada ibu 2 jam postpartum pada kelompok intervensi mempunyai
rata-rata kadar oksitosin 47.16 pg/ml dengan standar deviasi 17.583 pg/ml,sedangkan kadar oksitosin pada kelompok
kontrol 29.86 pg/ml dengan standar deviasi 17.532 pg/ml dengan nilai p<0,05.Rata-rata jumlah perdarahan pada
kelompok intervensi 175.00 ml dengan standar deviasi 48.894 ml,sedangkan jumlah perdarahan pada kelompok
kontrol 247.06 ml dengan standar deviasi 72.093 ml dengan nilai p<0,05. Hasil uji korelasi didapatkan hubungan kadar
oksitosin terhadap jumlah perdarahan menunjukkan hubungan sedang (r=0,482). Hasil uji statistik didapatkan ada
perbedaan kadar oksitosin terhadap jumlah perdarahan (p<0,05). Terdapat perbedaan yang bermakna antara kadar
oksitosin ibu 2 jam postpartum pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.Terdapat perbedaan yang bermakna
antara jumlah perdarahan ibu 2 jam postpartum pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Semakin tinggi kadar
oksitosin maka jumlah perdarahan semakin sedikit.
Kata kunci: Pemijatan oksitosin, oksitosin, jumlah perdarahan 2 jam postpartum
Abstract
Efforts to handling postpartum hemorrhage is to give oxytocin,which it is an important role in oxytocin stimulates
uterine smooth muscle contraction, so that bleeding can be resolved.The hormone oxytocin can be generated through
the stimulation of oxytocin massage that will accelerate parasympathetic nerves to deliver commands to the
hipotalamus to produce oxytocin. The objective of this study was to determine effect of different levels of oxytocin
trough massage of oxytocin on the amount of bleeding at 2 hours postpartum. This research use experimental design
that was conducted ± 6 months to 64 people. Data processing was done by computerized. The data presented in the
form of a frequency distribution and performed an independen t-test and correlation test and regression to determine
the effect ofthe relationship between the two variables. There is differences the levels of oxytocin at 2 hours
postpartum in the intervention group had higher median levels of oxytocin 47.16pg/ml with a standard deviation of
17.583pg/ml, whereas the levels ofoxytocin at 2 hours post partum control group 29.86 pg/ml with a standard deviation
of 17.532 pg/ml with p<0.05. The average of bleeding in the intervention group was 175.00 ml with a standard
deviation of 48.894 ml, while the amount of bleeding at 2 hours postpartum control group 247.06 ml with a standard
deviation of 72.093 ml with p<0.05. The results obtained correlation levels of oxytocin relation to 2 hours postpartum
hemorrhage showed moderate relationship (r =0.482). The results of statistical tests found differences in the levels of
oxytocin on the amount of bleeding at 2 hours postpartum (p<0.05). There is differences between the levels of oxytocin
2 hours pos partum in the intervention group and the group control. There are significant difference between the
hemorrhage 2 hours post partum in the intervention group and the group of high levels of oxytocin control.
Keywords: massage of oxytocin, oxytocin, amount of bleeding at 2 hours postpartum
Affiliasi penulis : 1. Program Studi Magister S2 Kebidanan FK UNAND 47 (3,63%) ibu yang mengalami perdarahan postpartum
(Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang), 2. Laboratorium
dari 1295 orang ibu bersalin. Walaupun antara 2009 –
Biomedik Universitas Andalas 3. Bidan Praktek Mandiri Kota Padang
dan Pariaman 2010 terjadi penurunan jumlah kejadian perdarahan
Korespondensi : Desi Sarli, E-mail: desi_sarli@yahoo.com, Telp: postpartum, namun pada tahun 2011 terjadi
081267033306
peningkatan yaitu terdapat 110 (7,5%) ibu yang
mengalami perdarahan postpartum dari 1.463 ibu
PENDAHULUAN bersalin. Tahun 2012 terdapat 72 (4,29%) ibu yang
Angka Kematian Ibu (AKI) akibat persalinan mengalami perdarahan postpartum dari 1.677 ibu
sampai saat ini masih merupakan salah satu masalah bersalin.3
kesehatan dunia. Di Indonesia, AKI tahun 2012 adalah Menurut penelitian Stanton et al, upaya
359 per 100.000 kelahiran hidup, dibanding negara- penanganan perdarahan postpartum adalah dengan
negara di Asia Tenggara, angka ini adalah yang pemberian oksitosin, dimana oksitosin mempunyai
tertinggi. Hal ini sudah dapat dipastikan Indonesia tidak peranan penting dalam merangsang kontraksi otot polos
akan dapat mencapai target sesuai dengan target uterus sehingga perdarahan dapat teratasi. Hasil dari
Millennium Development Goals (MDGs) berupaya penelitiannya menunjukkan rata-rata jumlah perdarahan
menurunkan angka ini menjadi 102 per 100.000 setelah plasenta lahir yang diberikan injeksi oksitosin
kelahiran hidup pada tahun 2015.1 lebih sedikit dibandingkan tanpa diberikan injeksi
Perdarahan merupakan penyebab kematian ibu oksitosin.4
bersalin yang memberikan kontribusi paling besar Menurut penelitian Thornton et al, menjelaskan
terhadap seluruh penyebab kematian ibu melahirkan. bahwa oksitosin dapat dihasilkan oleh tubuh pada saat
Penyebab kematian ibu bersalin yang lain diantaranya proses persalinan. Kadar oksitosin akan meningkat
infeksi dan preeklamsia/eklamsia. Perdarahan pasca pada kala III oleh karena pengurangan metabolisme
persalinan dan atonia uteri merupakan penyebab paling secara tiba-tiba karena pelepasan plasenta, dimana
sering. Penyebab yang lain adalah retensio plasenta, plasenta merupakan sumber utama oksitosin. Akibat
robekan jalan lahir dan inversio uteri.2 pelepasan plasenta, hipotalamus terstimulasi untuk
Perdarahan pasca persalinan merupakan menghasilkan hormon oksitosin.5
kejadian yang tidak dapat diprediksi. Bila ini terjadi, Hormon oksitosin dapat dihasilkan melalui
maka merupakan suatu tragedi, sehingga sangat rangsangan pemijatan oksitosin. Hal ini juga dibahas
penting memperbaiki kualitas penanganan sehingga dalam penelitian Rapaport et al tentang pengaruh
banyak nyawa ibu yang dapat diselamatkan. Di masa pemijatan pada hipotalamus-hipofisis-adrenal dan fungsi
lampau sebagian besar penolong persalinan baru imun dalam kesehatan, dengan hasil penelitian
melakukan intervensi bila sudah terjadi perdarahan atau menyatakan adanya peningkatan hormon oksitosin dan
terjadi proses yang berjalan secara tidak normal.2 menekan arginine-vasopressin (AVP) serta menekan
Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. M. Djamil hormon cortisolsetelah dilakukan pemijatan.6
merupakan rumah sakit rujukan di Sumatara Barat. Penelitian Morhenn et al menjelaskan adanya
Hasil dari pencatatan Medical Record di RSUP Dr. M. hubungan pemijatan otot tulang belakang dengan
Djamil Padang di tahun 2009, angka kejadian peningkatan kadar oksitosin dan menurunkan kadar
perdarahan postpartum tercatat sebanyak 73 (4,81%) adrenocorticotropin hormon (ACTH), nitric oxide (NO)
ibu dari 1515 orang ibu bersalin. Tahun 2010 terdapat dan beta-endorphin (BE). Perbandingan efek pemijatan
pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol partum, kehamilan tunggal, bayi melakukan IMD, ibu
mempunyai perbedaan yang signifikan.7 postpartum yang bayinya hidup, ibu tidak mengalami
Pengaruh pemijatan juga dibahas oleh Young et retensio plasenta, ibu dengan gravida 2, tidak
al yang menyatakan bahwa pemijatan akan meningkat mengalami polihidramnion, tidak dilakukan induksi
akan kadar hormon oksitosin. Pijat oksitosin adalah persalinan. Jumlah sampel yang diteliti adalah 32
suatu tindakan pemijatan otot tulang belakang mulai dari responden untuk kelompok kontrol dan 32 responden
cervical 7 sampai scapula yang akan mempercepat untuk kelompok intervensi.
kerja saraf parasimpatis untuk menyampaikan perintah Pengukuran dilakukan dengan cara kelompok
ke otak bagian belakang sehingga oksitosin keluar.8 intervensi yang dipijat oksitosin menggunakan protokol
Menurut penelitian Khairani tentang pengaruh pemijatan oksitosin dan untuk menilai jumlah
pijat oksitosin terhadap involusi uterus pada ibu post perdarahan kala IV peneliti melakukan penimbangan
partum di ruang post partum kelas III RSHS Bandung, underpad kemudian dianalisa dengan rumus volume
dengan hasil penelitian adanya pengaruh pemijatan (ml) = berat/massa jenis darah (1,056). Pengumpulan
oksitosin terhadap involusi uterus pada ibu post partum data kadar oksitosin untuk pengambilan darah peneliti
di Ruang Post Partum Kelas III RSHS Bandung.9 dibantu oleh petugas laboratorium. Pemeriksaan kadar
Penelitian Hamranani di Rumah Sakit Wilayah oksitosin dengan Human Oxytocin Elisa Kit kemudian
Kabupaten Klaten menyatakan bahwa ada hubungan diolah di Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran
pemijatan oksitosin dengan involusi uterus (p<0,05).10 Unand.
Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui Analisa data yang dilakukan untuk mengetahui
pengaruh perbedaan kadar oksitosin melalui pemijatan perbedaan dua variabel antara variabel independent
oksitosin terhadap jumlah perdarahan pada ibu 2 jam dengan variabel dependent dilakukan dengan uji
postpartum. independen t test. Untuk mengetahui faktor yang
mempengaruhi jumlah perdarahan 2 jam postpartum
METODE dapat dilihat dari analisis regresi,yang mana untuk
Penelitian ini menggunakan desain eksperimen mengetahui bentuk hubungan antara dua variabel,
dengan bentuk post test only design. Pengukuran ini sedangkan untuk mengetahui eratnya hubungan dapat
dilakukan setelah kelompok intervensi diberikan pijat diketahui dengan analisis korelasi.
oksitosin dan pada kelompok kontrol yang tidak
diberikan pijat oksitosin. Tempat penelitian di Bidan HASIL
Praktek Mandiri Padang dan Pariaman dan Hasil penelitian ini dilakukan secara random blok
Laboratorium Biomedik Univeristas Andalas Padang. dengan jumlah subyek penelitian 64 orang yang
Penelitian ini dilaksanakan selama ± 6 bulan. memenuhi kriteria inklusi dan setuju untuk ikut dalam
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu post penelitian. Sebanyak 32 orang diberi perlakuan
partum yang melahirkan secara normal di Bidan Praktek pemijatan oksitosin selama 15 menit sebagai kelompok
Mandiri Padang dan Pariaman. Subjek penelitian ini intervensi, dan 32 orang tidak diberikan perlakuan
adalah semua ibu postpartum yang melahirkan secara pemijatan oksitosin yang disebut kelompok kontrol.
normal yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Sepuluh menit jam kedua pada kelompok intervensi
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah ibu 2 jam post dilakukan pengambilan darah sebanyak satu kali dan 25
partum hari pertama yang mengalami persalinan menit jam kedua dilakukan pengambilan darah untuk
normal, tidak menderita penyakit sistemik, laserasi jalan kelompok kontrol. Data yang diperoleh dikelompokkan
lahir sudah diatasi dengan baik, responden sudah dan ditabulasi sesuai dengan karakteristik masing-
melakukan gerakan miring kanan miring kiri 2 jam post masing variabel dan didapatkan hasil penelitian.
Tabel 1. Karakteristik responden Kadar oksitosin minimal pada ibu 2 jam postpartum
Variabel Kelompok sebesar 14.885 pg/ml dan kadar oksitosin maksimal
Intervensi Kontrol p
sebesar 79.902 pg/ml, dengan rerata kadar oksitosin ibu
n (%) n (%)
2 jam postpartum adalah 38.51 pg/ml.
Umur 20-30 th 20 20 1,000
(50,0%) (50,0%) Menurut penelitian Rapaport et al, rata-rata
≥ 31 th 12 12 kadar oksitosin pada kelompok yang dilakukan masase
(50,0%) (50,0%)
Swedish sebesar 27.6 ± SD 35.5 pg/ml,sedangkan pada
BB Bayi 2500 -3000 17 18 1,000
gr (48,6%) (51,4%) kelompok yang dilakukan pemijatan lembut mempunyai
3100–3600 15 14 rata-rata kadar oksitosin sebesar 80.1± SD 42.0 pg/ml.6
gr (51,7%) (48,3%) Menurut penelitian Morhenn et al, rata-rata kadar
Laserasi Tdk ada 11 18 0,132
oksitosin pada kelompok sebelum dilakukan pemijatan
laserasi (37,9%) (62,1%)
Derajat 1 dan 21 14 pada otot tulang belakang bagian atas sebesar 190.37±
2 (60,0%) (40,0%) SD 122.04 pg/ml dan kadar oksitosin setelah dilakukan
Lama ≥ 8 menit 19 15 0,452
pemijatan meningkat menjadi 223.50±SD 127.16 pg/ml.7
Hisap (55,9%) (44,1%)
(IMD)
Menurut penelitian Thornton et al menjelaskan
≤ 8 menit 13 17 bahwa 10 wanita yang diberikan oksitosin pada saat
(43,3%) (56,7%)
kelahiran plasenta menunjukkan peningkatan
konsentrasi plasma oksitosin.Kadar oksitosin pada saat
Hasil uji statistik perbedaan rerata pada pengeluaran janin (Kala II) adalah sebesar 3,9 pmol/l
karakteristik variabel umur ibu, berat badan bayi,derajat kemudian meningkat pada saat kelahiran plasenta (Kala
laserasi dan lama menghisap pada saat IMD didapatkan III) menjadi 23 pmol/l setelah pemberian oksitosin.
p>0,05. Hal ini menunjukkan bahwa secara karakteristik Peneliti juga menjelaskan bahwa dari 15 wanita yang
variabel umur ibu, berat badan bayi, derajat laserasi dan tidak diberikan oksitosin,9 orang memiliki waktu
lama menghisap pada saat IMD menunjukkan tidak ada kelahiran plasenta yang normal dan 4 orang lagi tidak,
perbedaan yang bermakna antara kelompok intervensi namun plasenta dapat lahir walau dengan waktu yang
dengan kelompok kontrol, sehingga tidak lebih lama dan 2 orang yang mengalami perdarahan
mempengaruhi jumlah perdarahan dan kadar oksitosin. postpartum akibat manual plasenta.Plasma oksitosin
Usia di bawah 20 tahun dan di atas 35 tahun meningkat pada saat Kala II dengan kadar oksitosin
merupakan usia beresiko untuk hamil dan melahirkan. sebesar 4,2 pmol/l, kemudian meningkat saat kelahiran
Usia kehamilan yang paling aman untuk melahirkan plasenta menjadi 17 pmol/l.5
adalah usia 20 – 30 tahun.11,12 Fungsi oksitosin pada persalinan kala tiga adalah
Berat badan bayi yang lebih dari 4000 gram menyebabkan kontraksi rahim. Asal usul fluktuasi
(makrosomia) menyebabkan pendarahan postpartum, endogen oksitosin tidak dapat ditentukan dari studi ini,
karena dapat menyebabkan uterus terlalu meregang, tetapi beberapa pengamatan menunjukkan bahwa
dengan overdistensi tersebut dapat menyebabkan kenaikan tersebut disebabkan oleh peningkatan
uterus atonik.13 pelepasan oksitosin dari ibu dan janin. Oksitosin janin
Perdarahan yang cukup banyak dapat terjadi dapat berkontribusi dan beredar pada ibu sehingga
dari robekan yang dialami selama proses melahirkan konsentrasi plasma oksitosin meningkat selama kala I
baik yang normal ataupun dengan tindakan.Laserasi dan II persalinan, namun pada kala III oksitosin akan
jalan lahir memberi kontribusi terhadap terjadinya dihasilkan oleh tubuh ibu sendiri karena terjadi
perdarahan postpartum sebesar 4-5%. pengurangan metabolisme secara tiba-tiba akibat
Tabel 2. Rerata kadar oksitosin pada ibu 2 jam post
pelepasan plasenta, sehingga hipotalamus terstimulasi
partum merangsang hormon oksiosin kemudian dialirkan
Variabel Mean ± SD Minimal-Maksimal
melaluihipofisis posterior, kemudian menstimulasi jalan
Kadar 38.51 ± 19.47 14.885 – 79.902
lahir selama persalinan.5
Oksitosin pg/ml pg/ml
Oksitosin menginduksi otot polos miometrium Tabel 4. Pengaruh pemijatan oksitosin terhadap kadar
uteri pada persalinan.Pemicu sintesis reseptor oksitosin oksitosin pada ibu 2 jam postpartum
dapat berupa peningkatan rasio estrogen terhadap Pemijatan Kadar Oksitosin p
hubungan pemijatan otot tulang belakang dengan pada kelompok intervensi dibandingkan dengan
peningkatan kadar oksitosin dan menurunkan kadar kelompok kontrol. Perbedaan jumlah perdarahan pada
adrenocorticotropin hormon (ACTH), Nitric Oxide (NO) kelompok intervensi dengan kelompok kontrol sebesar
dan Beta-Endorphin (BE). Perbandingan efek pemijatan 72.06 ml. Hasil uji statistik diperoleh nilai p< 0,05 yang
pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol artinya ada perbedaan bermakna jumlah perdarahan
mempunyai perbedaan yang signifikan p <0,05. 7 pada ibu 2 jam postpartum antara kelompok intervensi
Dengan adanya pemijatan oksitosin, terjadi dengan kelompok kontrol.
rangsangan di korda spinalis yang mana berfungsi Menurut penelitian Khairani tentang Pengaruh
sebagai penghubung saraf antara otak dan sistem saraf Pijat Oksitosin terhadap Involusi Uterus pada Ibu
perifer. Semua komunikasi ke atas dan ke bawah korda Postpartum di ruang post partum kelas III RSHS
spinalis terletak di jaras-jaras (traktus) asendens yang Bandung, dengan hasil adanya pengaruh pemijatan
menyalurkan sinyal dari masukan aferen ke otak. oksitosin terhadap involusi uterus pada ibu post partum
Substansia grisea yang terletak di tengah korda spinalis di Ruang Post Partum Kelas III RSHS Bandung. Dapat
mengandung penghubung antarneuron yang terletak digambarkan bahwa proses involusi uterus yang dinilai
antara masukan aferen dan keluaran eferen serta badan dari penurunan tinggi fundus uterus pada responden
sel neuron eferen. Serat aferen dan eferen yang intervensi yang dipijat oksitosin mengalami involusi
masing-masing membawa sinyal ke dan dari korda uterus normal lebih banyak daripada involusi uterus
spinalis, menyatu menjadi saraf spinalis. Saraf-saraf ini yang tidak dipijat oksitosin. Berdasarkan hasil uji
melekat ke korda spinalis berpasangan di sepanjang statistik didapatkan ada pengaruh pijat oksitosin
korda. Neuron inhibitorik dan neuron kolimergik terhadap proses involusi uterus yang ditunjukkan
eksitatorik membuat kontak sinaps dengan neuron dengan nilai p< 0.05 yang berarti Ho ditolak.9
oksitosin neuro sekretorik di nucleus paraventrikularis Penelitian Hamrarani di Rumah Sakit Wilayah
dan supraoptikus. Kemudian hipotalamus memproduksi Kabupaten Klaten menyatakan bahwa ada hubungan
hormon oksitosin dan dialirkan menuju hipofisis pemijatan oksitosin dengan involusi uterus (p<0,05).10
posterior, oksitosin menuju ke uterus maka Hormon oksitosin akan memicu kontraksi otot
mioendometrium akan mengalami kontraksi sehingga polos pada uterus sehingga akan terjadi involusi uterus
merangsang terjadinya kontraksi dan mengurangi dan mencegah terjadinya perdarahan. Oksitosin
jumlah perdarahan pada kala IV.14 merupakan suatu hormon yang dapat memperbanyak
Melalui pijatan atau rangsangan pada otot tulang masuknya ion kalsium kedalam intrasel. Keluarnya
belakang, neurotransmitter akan merangsang medulla hormon oksitosin akan memperkuat ikatan aktin dan
oblongata langsung mengirim pesan ke hipotalamus myosin sehingga kontraksi uterus semakin kuat dan
menuju hipofisis posterior mengeluarkan hormon proses involusi uterus semakin bagus. Hormon oksitosin
oksitosin yang menyebabkan otot polos uterus yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan
berkontraksi dengan baik. Dengan pijatan di otot tulang mengatur kontraksi uterus, mengompresi pembuluh
belakang ini akan merileksasi ketegangan dan darah dan membantu proses hemostasis. Kontraksi dan
menghilangkan stress, oleh sebab itu akan melancarkan retraksi otot uterin akan mengurangi suplai darah ke
proses pengeluaran hormon oksitosin menuju ke uterus. uterus. Proses ini akan membantu mengurangi bekas
Tabel 5. Pengaruh pemijatan oksitosin terhadap jumlah luka implantasi plasenta serta mengurangi
perdarahan pada ibu 2 jam postpartum perdarahan.15
Pemijatan Jumlah Perdarahan p Melalui pijatan atau rangsangan pada otot tulang
Oksitosin Mean ± SD belakang, neurotransmitter akan merangsang medulla
Intervensi 175.00 ± 48.894 ml 0,001 oblongata langsung mengirim pesan ke hipotalamus
Kontrol 247.06 ± 72.093 ml
menuju hipofisis posterior, dan mengeluarkan hormon
oksitosin yang menyebabkan otot polos uterus
Hasil analisis pengaruh pemijatan oksitosin
berkontraksi dengan baik sehingga dapat mengurangi
terhadap jumlah perdarahan pada ibu 2 jam postpartum
jumlah perdarahan pada ibu postpartum.
mempunyai rata-rata jumlah perdarahan lebih sedikit
Y
Oksitosin menginduksi otot polos miometrium
uteri pada persalinan. Pemicu sintesis reseptor oksitosin
dapat berupa peningkatan rasio estrogen terhadap
R = 0,482
Jumlah
P = 0.001
progesteron seiring berkurangnya konsetrasi hormon
Perdarahan
progesteron selama persalinan. Oksitosin dilepaskan
dari hipofisis posterior selama persalinan akibat
rangsangan dilatasi serviks yang mengirimkan serat
aferen ke sistem saraf pusat sehingga menyebabkan
kelenjer hipofisis posterior meningkatkan sekresi
X
oksitosinnya.14
Kadar
Oksitosin Hormon oksitosin akan memicu kontraksi otot
Gambar 1. Korelasi kadar oksitosin terhadap jumlah polos pada uterus sehingga akan terjadi involusi uterus
perdarahan pada ibu 2 jam postpartum dan mencegah terjadinya perdarahan. Oksitosin
merupakan suatu hormon yang dapat memperbanyak
Hasil uji korelasi didapatkan hubungan kadar masuknya ion kalsium kedalam intrasel.Keluarnya
oksitosin terhadap jumlah perdarahan ibu 2 jam hormon oksitosin akan memperkuat ikatan aktin dan
postpartum menunjukkan hubungan sedang (r=0,482). myosin sehingga kontraksi uterus semakin kuat dan
Hubungan dua variabel menunjukkan liner negatif proses involusi uterus semakin bagus. Hormon oksitosin
artinya semakin tinggi kadar oksitosin maka semakin yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan
sedikit jumlah perdarahan pada ibu 2 jam postpartum. mengatur kontraksi uterus,mengompresi pembuluh
Hasil uji statistik didapatkan ada pengaruh kadar darah dan membantu proses hemostasis.Kontraksi dan
oksitosin terhadap jumlah perdarahan pada ibu 2 jam retraksi otot uterus akan mengurangi suplai darah ke
postpartum (p<0,05). uterus.Proses ini akan membantu mengurangi bekas
Hasil dari data penelitian Stanton et al, rata-rata luka implantasi plasenta serta mengurangi
jumlah perdarahan setelah plasenta lahir diberikan perdarahan.15
injeksi oksitosin adalah sebesar 185.5 ml dan rata-rata Menurut asumsi peneliti, kadar oksitosin akan
jumlah perdarahan setelah plasenta lahir tanpa meningkat jika ibu dalam keadaan rileks dan jauh dari
diberikan injeksi oksitosin 229.5 ml.4 kondisi stress, sehingga produksi oksitosin dapat
Menurut penelitian Thornton et al, menjelaskan meningkat dan dapat mengurangi jumlah perdarahan
bahwa 10 wanita yang diberikan oksitosin pada saat postpartum.Pada penelitian ini sebagian ibu bersalin
kelahiran plasenta menunjukkan peningkatan mengalami laserasi,hal ini menyebabkan rasa nyeri dan
konsentrasi plasma oksitosin. Kadar oksitosin pada saat rasa cemas terhadap luka laserasi. Nyeri luka laserasi
pengeluaran janin (Kala II) adalah sebesar 3,9 pmol/l dapat menjadi salah satu penghambat pengeluaran
kemudian meningkat pada saat kelahiran plasenta hormon oksitosin. Ibu yang mempunyai tingkat nyeri
menjadi 23 pmol/l setelah pemberian oksitosin. Peneliti yang tinggi dapat memblokade reflek pengeluaran
juga menjelaskan bahwa dari 15 wanita yang tidak hormon oksitosin.
diberikan oksitosin,9 orang memiliki waktu kelahiran
plasenta yang normal dan 4 orang lagi tidak, namun KESIMPULAN
plasenta dapat lahir walau dengan waktu yang lebih Terdapat peningkatan kadar oksitosin pada ibu 2
lama dan 2 orang yang mengalami perdarahan jam postpartum yang dilakukan pemijatan oksitosin.
postpartum akibat manual plasenta. Plasma oksitosin Terdapat penurunan jumlah perdarahan ibu 2 jam
meningkat setelah kelahiran bahu depan dengan kadar postpartum yang dilakukan pemijatan oksitosin.
oksitosin sebesar 4,2 pmol/l, kemudian meningkat saat Semakin tinggi kadar oksitosin maka jumlah perdarahan
kelahiran plasenta menjadi 17 pmol/l.5 semakin sedikit.
2. Saifuddin AB. Perdarahan setelah bayi lahir. Buku dengan sectio secarea di RSUD Banyumas.
Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Purwokerto. Universitas Jendral Sudirman, Fakultas
4. Stanton CK., Samuel N, Luke Cmu. Effect on 10. Hamrarani ST. Pengaruh pemijatan oksitosin
postpartum hemorrhage of prophylactic oxytocin (10 terhadap involusi uterus pada ibu postpartum yang
iu) by injection by community health officers in mengalami persalinan lama di rumah sakit wilayah
5. Thornton S, Davison JM, Baylis PH. Plasma oxytocin penanggulangan segera komplikasi persalinan dan
during third stage of labour. Comparison of Natural bayi baru lahir. Edisi Revisi. Jakarta. JNPK-KR.2008.
and Active Management.Newcastle. Department of 12. Killewo J, Borghi J, Sabina N. Comparison of Costs
Obstetrics and Gynaecology Journal. 2004;297. of Home and Facility-Based Basic Obstetric Care in
6. Rapaport MH, Pamela S, Catherine BA. Preliminary Rural Bangladesh. London School of Hygiene &
in healthy individuals. a study of mechanisms of Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
of Psychiatry and Biobehavioral Sciences, David Bahasa: At a Glance Sistem Endokrin. Edisi ke-2.
7. Morhenn V, Laura E, Beavin MA. massage increase partum. Dalam: Buku Ajar Keperawatan Maternitas.
oxytocin and reduces adrenocorticotropin hormone Edisi ke-4. Alih Bahasa: Maria A Wijayanti. Peter I.
CITATIONS READS
0 135
1 author:
Tanendri Arrizqiyani
STIKES BAKTI TUNAS HUSADA
25 PUBLICATIONS 0 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Tanendri Arrizqiyani on 16 January 2018.
ABSTRAK
Induksi persalinan terjadi antara 10% - 20% dari seluruh persalinan dengan berbagai indikasi baik
untuk keselamatan ibu maupun keselamatan janin. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa
misoprostol efektif untuk induksi persalinan karena dapat mematangkan serviks dan memacu kontraksi
miometrium. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasien, dan karakteristik obat
penginduksi meliputi lamanya persalinan, indikasi induksi dan status kehamilan dari penggunaan
oksitosin, misoprostol atau kombinasinya di RSUD Kota Bandung. Cara pengambilan data dengan
menggunakan sumber berupa rekam medis pada periode Oktober sampai Desember 2016. Subjek
penelitian adalah ibu yang melahirkan sebanyak 135. Data yang diperoleh dilakukan uji statistik.
Terdapat 77 subjek untuk oksitosin, 36 subjek untuk misoprostol dan 22 subjek untuk keduanya. Hasil
penelitian menunjukan bahwa lama persalinan terbanyak pada penggunaan oksitosin yaitu dengan
durasi waktu 2 jam (18,20%), pada penggunaan misoprostol yaitu dengan durasi waktu 6 jam (27,80
%) dan penggunaan keduanya yaitu dengan durasi waktu 7 jam (22,70%). Hasil penelitian indikasi
induksi terbanyak pada oksitosin yaitu kala 1 fase laten sebesar 66,20%, pada misoprostol yaitu
ketuban pecah dini (25,00%) dan pada keduanya yaitu preeklamsi (22,70 %). Hasil penelitian status
kehamilan terbanyak pada oksitosin yaitu dengan kehamilan anak ke 1 (33,80%), pada penggunaan
misoprostol dengan kehamilan anak ke 1 (36,10%) dan pada penggunaan keduanya yaitu dengan
kehamilan anak ke 1 dan 3 dengan masing-masing sebesar 31,80%.
ABSTRACT
Labor induction occurs between 10% - 20% of all deliveries with various indications for both maternal
safety and fetal safety. Some studies suggest that misoprostol beffective for induction of labor because
it can ripen the cervix and stimulate contraction of the myometrium. This study aims to obtain profile
of the duration of labor, know indication of induction and Pregnancy status using oxytocin and
misoprostol at RSUD Kota Bandung. Data was retreived from medical records in thr period of
October to December 2016. The subjects of the study were 135 mothers who gave birth with the help of
oxytocin induction, misoprostol and both. The data obtained were tested statistically. There were 77
samples for oxytocin, 36 samples formisoprostol and 22 samples for both. The results showed that the
duration of labor on oxytocin were mosti 2 hours (18.20%), 6 hours in misoprostol (27.80%), and 7
hours in both (22.70%).
The results indicated that the most indication of induction in oxytocin was in the 1 st latent phase
(66.20%), early ruptur of membranes in misoprostol (25.00%), and preeclampsia in both
(22.70%). The results indicated that the most of Pregnancy status in oxytocin was in the pregnancy of
child to 1 (33.80%), pregnancy of child to 1 in misoprostol (36.10%), and pregnancy of child to 1 in
both pregnancy of child to 1 in both with each (31.80%). There was a correlation between patient age
and indication of induced drug administration.
*Corresponding Author
253
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 2 Agustus 2017
PENDAHULUAN 2013). Dalam melakukan induksi
persalinan, terdapat dua metode induksi
Kemampuan pelayanan kesehatan
yaitu metode mekanis dan metode
suatu negara ditentukan dengan
farmakologis. Metode mekanis
perbandingan tinggi rendahnya angka
mempergunakan dilatator higroskopik
kematian ibu dan bayi. (Ernawati,2013).
(laminaria), dengan ballon catheter dan
Indonesia termasuk negara berkembang
amniotomi. Sedangkan metode
dengan angka kematian ibu dan bayi
farmakologis menggunakan obat-obatan
berkisar 275 – 700 per 100.000 jiwa
seperti oksitosin dan prostaglandin (Dewi.,
dengan rata-rata nasional 390 jiwa per
dkk, 2016). Induksi persalinan diperlukan
100.000 persalinan hidup (Dewi, 2016)
apabila ketuban pecah dini, kehamilan
dan pada tahun 2012 angka kematian ibu
lewat waktu, oligohidramnion,
menurut WHO sebesar 228/100.000
korioamnionitis, preeklampsi berat,
kelahiran hidup (Evayanti, 2015).
intrauterine fetal death (IUFD) dan
Kehamilan merupakan suatu proses
pertumbuhan janin terhambat (PJT),
fisiologik yang hampir selalu terjadi pada
insufisiensi plasenta, dan perdarahan
setiap wanita. Kehamilan terjadi setelah
antepartum (Medforth, 2013). Oksitosin
bertemunya sperma dan ovum, tumbuh
merupakan preparat yang sering
dan berkembang di dalam uterus selama
digunakan untuk induksi persalinan, tetapi
259 hari atau 37 minggu atau sampai 42
kegagalan induksi dengan oksitosin sering
minggu (Nugroho dan Utama, 2014).
terjadi walaupun komplikasi pada janin
Menurut Federasi Obstetri Ginekoloigi
dan ibu kurang, karena dapat terkontrol
Internasional, kehamilan didefinisikan
dosisnya. Angka tindakan pemberian
sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
oksitosin di Indonesia meningkat dari 20%
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan
pada tahun 1989 menjadi 38% pada tahun
dengan nidasi atau implantasi (Evayanti,
2002 dengan tujuan induksi persalinan
2015). Induksi persalinan merupakan
atau mempercepat jalannya persalinan
suatu tindakan buatan atau memberikan
(Widjanarko, 2011 dalam Sumarni, 2013).
perlakuan untuk merangsang kontraksi
Misoprotol di lain pihak dapat menjadi
uterus yang dilanjutkan oleh dilatasi
alternatif pilihan induksi persalinan karena
progresif dan pendataran dari serviks
sebagai analog prostaglandin yang
kemudian diakhiri dengan kelahiran bayi
memiliki keunggulan dalam kestabilan
(Setyorini, 2010). Pada tahun 2007
penyimpanan , harga yang relatif murah
induksi persalinan terjadi antara 10%
dan efek samping yang kecil (Dianggra,
sampai 20% dari seluruh persalinan
2009).
dengan berbagai indikasi, baik untuk
Berdasarkan uraian diatas penulis
keselamatan ibu maupun keselamatan
ingin melakukan kajian mengenai
janin (Wiknjosastro, 2007 dalam Sumarni,
penggunaan misoprostol dan oksitoksin
254
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 2 Agustus 2017
Hasil analisa data kuantitatif disajikan obat penginduksi yang paling banyak
Dari hasil analisa data yang telah penelitian sebelumnya yang menyebutkan
dilakukan secara deskriptif dan analitik bahwa dari sekian banyak obat
255
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 2 Agustus 2017
Tabel 2. Sebaran Pasien Berdasarkan Usia
Umur
O % M % O+M %
Pasien
≤ 20 8 10. 40 5 13.90 - -
20 - 35 55 71.40 24 66.70 17 77.30
36 - 50 14 18.20 7 19.40 5 22.70
Subtotal 77 100.00 36 100.00 22 100.00
Total : 135
Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa mengalami anemia, hal ini disebabkan
umur pasien terbanyak yang menggunakan karena pengaruh turunnya cadangan zat
obat induksi di RSUD Kota Bandung yaitu besi dalam tubuh akibat masa fertilisasi
umur 20 – 35 tahun. Wanita hamil kurang (Manuaba, 2008). Semakin lanjut usia
dari 20 tahun dapat merugikan kesehatan wanita, semakin tipis cadangan telur yang
ibu maupun pertumbuhan dan perkem- ada, indung telur juga semakin kurang
bangan janin karena belum matangnya alat peka terhadap rangsangan gonadotropin.
reproduksi untuk hamil (Manuaba, 1998). Sebaran Pasien Berdasarkan Usia
Disamping itu akan terjadi kompetisi Kehamilan
makanan antara janin dan ibunya sendiri Masa kehamilan ini dimulai dari konsepsi
yang masih dalam pertumbuhan dan sampai lahirnya janin. Lamanya hamil
adanya pertumbuhan hormonal yang normal adalah 280 hari (40 minggu)
terjadi selama kehamilan. Sedangkan ibu dihitung dari hari pertama haid terakhir.
hamil diatas 35 tahun lebih cenderung (Tresnawati, 2012).
256
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 2 Agustus 2017
hanya untuk pasien yang kondisi intra uteri yang potensial berbahaya pada
kesehatannya atau kesehatan janinnya kehamilan lanjut untuk berbagai alasan
berisiko jika kehamilan berlanjut. Induksi atau karena kelanjutan kehamilan
persalinan mungkin diperlukan untuk membahaya-kan ibu.
menyelamatkan janin dari lingkungan
257
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 2 Agustus 2017
Hasil yang diperoleh pada tabel 5 (27.80 %), dan pada penggunaan obat
menunjukan bahwa penggunaan oksitosin keduanya selama 7 jam (22.70 %).
menghasilkan durasi terbanyak selama 2 Sebaran Pasien Berdasarkan Status
jam yaitu sebesar 18.20 %, pada Kehamilan
penggunaan misoprostol selama 6 jam Berikut adalah data sebaran pasien
berdasarkan status kehamilan.
Hasil yang diperoleh pada tabel 6 pengalaman dalam hal persalinan terdapat
menunjukan bahwa pada semua indikasi lain sehingga perlu diberikan
penggunaan obat penginduksi yang induksi.
terbanyak adalah pada status kehamilan Namun pada status kehamilan anak ke 4
anak ke 1 dan pada penggunaan keduanya atau lebih justru memiliki risiko lebih
juga status kehamilan anak ke 3. Hal ini tinggi (Rochjati. P, 2003).
dapat dijelaskan bahwa pada kehamilan
anak pertama, ibu belum memiliki
258
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 2 Agustus 2017
260